Anda di halaman 1dari 25

MEMAHAMI SEJARAH, MANFAAT DAN KERUGIAN YANG

DITIMBULKAN OLEH BAHAN PENCEMAR KROMIUM

Makalah

Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Tugas


Perkuliahan dalam Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan yang Dibina
Oleh Ibu Nurul Hidayah Nasution, MKM dan Ibu Yenni Faridah Siregar,
MKM.

Oleh :
Nama mahasiswa:
1. Desy Wahyuni Hutauruk (16030001)
2. Ryan Pebriansah (16030012)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AUFA ROYHAN
PADANGSIDIMPUAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Memahami Sejarah,
Manfaat dan Kerugian Yang Ditimbulkan Oleh Bahan Pencemar Kromium”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kualitas
Lingkungan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah
membantu, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi para pembaca khusunya
mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aufa Royhan Padangsidimpuan dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.

Padangsidimpuan, 12 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................


KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................
2.1 Pengenalan Kromiun ................................................................................
2.2 Sejarah Ditemukannya Kromium.............................................................
2.3 Defisiensi Kromium .................................................................................
2.4 Manfaat Kromium ....................................................................................
2.5 Sumber Kromium .....................................................................................
2.6 Kerugian Kromium ..................................................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................
3.2 Saran ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromium merupakan salah satu logam berat yang tidak ditemukan di alam
bebas. Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat
toksik, dalam tubuh. Logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+.
Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika
kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit
perut dan muntah.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar pada perairan
biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan kimia. Pada proses
fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam bak penampung
yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk
mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur.
Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia untuk
mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan karbonat.Kromium (III) adalah
esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan kondisi jantung, gangguan
dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak penyerapan kromium (III) dapat
menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam kulit.
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya dengan potensi alamnya. Selain
itu Indonesia juga sedang melakukan pembangunan negeri. Dalam pembangunan ini,
maka banyak muncul industri sebagai penguat ekonomi. Salah satunya adalah
industri pelapisan logam. Industri ini banyak memberikan manfaat, tetapi juga
meninggalkan banyak pencemaran lingkungan dan penyakit yang menghinggapi para
pekerjanya.
Menurut Mukono, dalam jumlah kecil kromium (Cr) dibutuhkan oleh manusia.
Yaitu sebagai obat penguat stamina untuk beraktivitas sehari-hari dalam jumlah
tertentu. Tetapi akan berbahaya kalau berlebihan terpapar oleh tubuh manusia.
Akibatnya dapat berupa penyakit kronis, berlangsung selama bertahun-tahun, kalau
mengenai salah satu organ tubuh.
Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat menggolongkan
kromium sebagai suatu zat yang bersifat karsinogenik. Pekerja perusahaan yang
menggunakan proses pelapisan kromium berisiko tinggi terimbas pencemaran
kromium. Akumulasi uap yang terhirup saat proses pelapisan kromium bisa
menyebabkan sesak napas dan berujung pada kanker paru-paru.
Bukan itu saja, kulit yang terpapar kromium terus menerus akan menimbulkan
ulserasi (borok), ulserasi pada selaput lendir hidung, vascular effect (pembuluh
darah pada aorta rusak), anemia dan membuat tubuh lesu, menurunkan imunitas
tubuh, gangguan reproduksi dan gangguan ginjal. Sejak 1982, penyakit dermatitis
telah menjadi salah satu dari sepuluh besar penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan
potensial insidens, keparahan dan kemampuan untuk dilakukan pencegahan (NIOSH
1996).
Biro statistik Amerika Serikat (1988), penyakit kulit menduduki sekitar 24%
dari seluruh penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Setengah sampai dua pertiga
dermatitis akibat kerja terjadi di pabrik. Walaupun insiden penyakit dermatitis akibat
kerja terus menurun secara perlahan sejak tahun 1974, hal tersebut diyakini karena
tidak diketahui atau karena kesalahan dalam klasifikasi penyakit. The National
Institute of Occupational Safety Hazards (NIOSH) dalam survei tahunan (1975)
memperkirakan angka kejadian dermatitis akibat kerja yang sebenarnya adalah 20 -30
kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan (Thaha, 1997).
Amerika Serikat mencatat bahwa dermatitis akibat kerja merupakan 40% dari
semua penyakit akibat kerja yang non traumatik. Di Inggris lebih banyak hari kerja
yang hilang karena penyakit dermatitis kontak dibandingkan dengan hari kerja yang
hilang karena penyakit akibat kerja lainnya.
Pada pekerja laki-laki diperkirakan 650.000 hari kerja yang hilang, sedangkan
wanita sebanyak 200.000 hari kerja yang hilang pertahun (Djarismawati, 2004). Di
Amerika Serikat pula, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja
diakibatkan oleh dermatitis kontak. Antigen penyebab utamanya adalah nikel,
potasium dikromat dan parafenilendiamin. Konsultasi ke dokter kulit sebesar 4-7%
diakibatkan oleh dermatitis kontak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
a. Pengenalan kromium
b. Sejarah ditemukannya kromium
c. Difisiensi kromium
d. Mamfaat kromium
e. Sumber kromium
f. Kerugian kromium
1.3 Tujuan Dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dan manfaat yang ingin dicapai
dalam penulisan makalah ini yakni:
a. Untuk mengetahui pengenalan kromium
b. Untuk mengetahui sejarah ditemukannya kromium
c. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia kromium
d. Untuk mengetahui difisiensi kromium
e. Untuk mengetahui mamfaat kromium
f. Untuk mengetahui sumber kromium
g. Untuk mengetahui kerugian kromium
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Kromium
Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau,
dan keras. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium
ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang
berwarna merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak.
Semua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium
berbahaya, tetapi kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya
dalam bidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa.
Dalam bidang kimia, kromium Digunakan sebagai katalis, seperti
K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam
industri tekstil, kromium digunakan sebagai mordants. Kromium memiliki beberapa
isotop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang
digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur
volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
Senyawa komponen khrom berwarna. Kebanyakan senyawa khromat yang
penting adalah natrium dan kalium, dikromat, dan garam dan ammonium dari
campuran aluminum dengan khrom . Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator dalam
analisis kuantitatif, juga dalam proses pemucatan kulit. Senyawa lainnya banyak
digunakan di industri; timbal khromat berwarna kuning khrom, merupakan pigmen
yang sangat berharga. Senyawa khrom digunakan dalam industri tekstil sebagai
mordan atau penguat warna. Dalam industri penerbangan dan lainnya,senyawa
khrom berguna untuk melapisi aluminum.
Seperti logam jarang lain yang esensial, krom adalah suatu unsur peralihan
dalam tabel berkala. Kemampuan deret unsur-unsur ini untuk membentuk senyawa
koordinasi dan kelat adalah suatu sifat kimia penting yang membuat logam-logam
esensial tersedia untuk sistem-sistem kehidupan. Krom di dalam makanan terdapat
sekurang-kurangnya dalam dua bentuk yaitu sebagai Cr3+ dan di dalam suatu
molekul yang aktif secara biologis.
Walaupun belum sepenuhnya dicirikan, molekul yang aktif secara biologi itu
tampaknya ialah suatu kompleks dinikotinatokrom3+, terkoordinasikan dengan asam-
asam amino (mungkin sekali glutation) yang membuat molekul itu stabil (Nasoetion
dan Karyadi, 1988). Kromium membantu mengawal tahap gula dalam darah. Ia
mungkin juga membantu dalam mengurangkan simptom kelaparan fisiologi dan
memainkan peranan dalam mengurai lemak.
2.2 Sejarah Ditemukannya Kromium
Nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”,
dinamakan demikian karena banyaknya senyawa berwarna berbeda yang
diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari
Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit,
Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.
Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan bahwa
kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam
senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida
ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.
Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun yang
lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai beberapa dekade
sebelum ini. Pada 1761, Johann Gottlob Lehmann mengunjungi Mines Beresof di
lereng Timur dari Pegunungan Ural di mana ia memperoleh sampel dari mineral
merah-oranye yang disebutnya ujung merah Siberia. Setelah kembali ke St Petersburg
pada 1766, ia menganalisis mineral ini dan menemukan bahwa itu berisi "mineralisasi
dengan spar selenitic dan partikel besi". Bahkan, mineral itu crocoite, sebuah kromat
timbal (PbCrO4).
Pada tahun 1770, Peter Simon Pallas juga mengunjungi Pertambangan Beresof
dan diamatinya "merah” memimpin mineral yang sangat luar biasa yang belum
pernah ditemukan dalam tambang lainnya. Ketika dilumatkan, itu memberikan guhr
kuning indah yang dapat digunakan dalam lukisan miniatur. Meskipun jarang dan
kesulitan dengan yang diperoleh dari Pertambangan Beresof (pengangkutan ke Eropa
Barat sering mengambil dua tahun), penggunaan timbal merah Siberia sebagai
pigmen cat cepat dihargai dan itu ditambang baik sebagai kolektor item serta untuk
industri cat - kuning cerah yang terbuat dari cepat crocoite menjadi warna modis
untuk kereta bangsawan di Prancis dan Inggris.
Pada 1797, Nicolas-Louis Vauquelin, profesor kimia dan pengujian di School
of Mines di Paris, menerima beberapa sampel bijih crocoite. Analisis berikutnya
mengungkapkan unsur logam baru, yang disebutnya kromium setelah khrôma kata
Yunani, yang berarti warna. Setelah penelitian lebih lanjut dia terdeteksi jejak unsur
kromium dalam permata memberikan karakteristik warna merah batu delima dan
zamrud hijau khas, serpentine, dan mika krom.
Pada 1798, Lowitz dan Klaproth menemukan kromium dalam sampel batu
hitam berat ditemukan lebih ke utara dari Pertambangan Beresof dan pada 1799
Tassaert diidentifikasi kromium dalam mineral yang sama dari sejumlah kecil deposit
di wilayah Var Selatan-Timur Perancis. Mineral ini ia ditentukan sebagai besi spinel
krom sekarang dikenal sebagai kromit (FeOCr2O3).
Cadangan bijih kromit ditemukan di Pegunungan Ural sangat meningkatkan
suplai kromium untuk industri cat berkembang dan bahkan menghasilkan bahan
kimia pabrik krom disiapkan di Manchester, Inggris sekitar 1808. Pada 1827, Tyson
Ishak mengidentifikasi simpanan bijih kromit di perbatasan Pennsylvania-Maryland
dan Amerika Serikat menjadi pemasok monopoli untuk beberapa tahun. Tapi kelas
kromit deposito-tinggi ditemukan dekat Bursa di Turki pada tahun 1848 dan dengan
kelelahan dari deposito Maryland sekitar 1860, Turki yang kemudian menjadi sumber
utama pasokan.
Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun sampai pertambangan bijih
kromium dimulai di India dan Afrika Selatan sekitar 1906. Dan meskipun pigmen cat
tetap menjadi aplikasi utama selama bertahun-tahun, kromium memiliki kegunaan
lain: Kochlin memperkenalkan penggunaan kalium dikromat sebagai mordan dalam
industri pencelupan pada tahun 1820.
Penggunaan garam kromium dalam penyamakan kulit diadopsi secara
komersial pada tahun 1884. Sementara kromit pertama kali digunakan sebagai bahan
tahan api di Perancis pada tahun 1879, penggunaan sebenarnya dimulai di Britania
pada tahun 1886.Paten pertama untuk penggunaan kromium dalam baja telah
diberikan tahun 1865, tetapi skala besar menggunakan kromium harus menunggu
sampai logam kromium bisa diproduksi oleh rute-termal alumino, dikembangkan
pada awal 1900-an dan ketika tungku busur listrik bisa mencium bau kromit ke dalam
paduan master, ferrochromium. Sementara finishing logam membawa kecemerlangan
untuk ditambahkan ke katalog warna krom, sebuah panggilan yang benar datang
dengan penemuan dari baja stainless, untuk krom adalah bahan yang membuat
stainless steel.
Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas Vauquelin
menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari
Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu
kromium.
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. (Wikipedia)
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna abu-abu, berkilau, keras
sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi.
Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada
industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang industri, khromium
diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium murni dan aliasi besi-besi khromium
yang disebut ferokromium sedangkan logam khromium murni tidak pernah
ditemukan di alam. Khromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya
sangat iritan dan korosif. Inhalasi khromium dapat menimbulkan kerusakan pada
tulang hidung. Di dalam paru-paru, khromium ini dapat menimbulkan kanker.
Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi.
Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr6+
merupakan bentuk yang paling banyak dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+
merupakan toxic yang sangat kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan
akut dan keracunan kronis. (Soemirat, 2002).
Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat keras, mempunyai
titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsur-unsur transisi
deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi yang terpenting adalah +2, +3 dan +6. jika
dalam keadaan murni melarut dengan lambat sekali dalam asam encer membentuk
garam kromium (II).
2.3 Difisiensi Kromium
Bahwa defiensi krom diaplikasikan dalam beberapa bentuk diabetes telah
ditunjukkan dalam studi-studi kassus alimentasi parental. Penurunan kandungan krom
jaringan dengan umur dapat mencerminkan sekurang-kurangnya untuk sebagian,
adamya defisiensi krom di dalam makanan. Di Amerika Serikat dan di masyarakat
lain yang teknologinya sudah maju. Schoeder et al. Mengkorelasikan nilai-nilai
kandengan krom jaringan dengan nilai dugaan konsumsi krom dalam makanan
berbagai populasi dan menemukan konsumsi krom dalam makanan di Amerika
Serikat berkisar antara 5 sampai 150 per hari dengann rata-rata 60, jauh lebih rendah
daripada konsumsi-konsumsi yang dilaporkan dari berbagai wilayah di selur dunia.
Kandungan krom yang lebih rendah diduga terjadi akibat pengolahan dan
pemurnian pangan, dengan kehilangan krom diperkirakan sampai 80 persen untuk
jenis bahan pangan, karena ada kecenderungan orang lebih menyukai serealia, biji-
bijian, lemak dan gula yang telah dimurnikan dan diolah lebih lanjut, dan mengingat
bahwa dalam bentuknya yang dimurnikan bahan-bahan itu adalah sumber krom.
Amerika Serikat agaknya terdapat konsumsi krom yang sanagt marginal.
Penelitian-penelitian tentang suplementasi Cr3+ pada subjek manula
memberikan dugaan adanya difisiensi krom dalam kelompok inidan memperkuat
proporsi bahwa konsumsi krom dalam makanan Amerika Serikat mungkin tidak
cukup untuk memelihara kandungan krom jaringan sepanjang hayat. Ketidakcukupan
konsumsi krom dapat bertanggung jawab sekurang-kurangnya atas beberapa kasus
peningkatan ketidaktoleran glukosa dengan meningkatnya usia. Masalah analitik dan
intrumental menghambat suatu usaha pembuktian adanya hubungan langsung seperti
itu pada manusia.
2.4 Manfaat Kromium
a) Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel, dan
untuk membentuk paduan.
b) Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah dan
keras, serta untuk mencegah korosi
c) Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud
d) Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan
digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit
e) Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning
f) Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordant
g) Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu bata
dan bentuk, karena memiliki titik lebur yang tinggi, sedang ekspansi termal,
dan stabil struktur Kristal
h) Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukos
i) Digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk
mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah
j) digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa
PrCrO4
k) Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan kerap
digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida
yang kedalamnya dimasukkan kromium
l) Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil
pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa
tiosianat (HgCNS)
m) Penggunaan utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti pada
stainless steel, chrome plating, dan keramik logam
n) Chrome plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan keperakan
seperti cermin pada baja
o) Kromium digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan pemberi kesan
mengkilap
p) Selain itu, logam ini juga digunakan pada pewarna dan cat, untuk
memproduksi batu rubi sintetis, dan sebagai katalis dalam pencelupan dan
penyamakan kulit
q) Kromium (IV) oksida (CrO2) digunakan untuk pembuatan pita magnetik.

Khrom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan
membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna. Kebanyakan digunakan
dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan
indah dan juga dapat mencegah korosi. Khrom memberikan warna hijau emerald
pada kaca. Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata,
karena khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah dan
kestabilan struktur kristal.
Beberapa senyawa kromium digunakan sebagai katalis. Misalnya Phillips
katalis untuk produksi polietilen adalah campuran dari kromium dan silikon dioksida
atau campuran dari krom dan titanium dan aluminium oksida. Kromium (IV) oksida
(CrO2) merupakan sebuah magnet senyawa Kromium merupakan logam tahan korosi
(tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom)
banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen
kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan
seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas
putih.
Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.
Kromium (IV) oksida digunakan untuk pembuatan pita magnetik digunakan dalam
performa tinggi dan standar kaset audio. Asam kromat adalah agen oksidator yang
kuat dan merupakan senyawa yang bermanfaat untuk membersihkan gelas
laboratorium dari setiap senyawa organik. Hal ini disiapkan dengan melarutkan
kalium dikromat dalam asam sulfat pekat, yang kemudian digunakan untuk mencuci
aparat. Natrium dikromat kadang-kadang digunakan karena lebih tinggi kelarutan (5
g/100 ml vs 20 g/100 ml masing-masing). Kalium dikromat merupakan zat kimia
reagen, digunakan dalam membersihkan gelas laboratorium dan sebagai agen
titrating.
Dalam industri logam, kromium terutama digunakan untuk membuat paduan
(aliase) dengan besi, nikel, dan kobalt. Penambahan kromium memberikan kekuatan
dan kekerasan serta sifat tahan karat pada paduan logam. Baja tahan karat (stainless
steels) mengandung sekitar 14% kromium. Oleh karena kekerasannya, paduan
kromium dengan kobalt dan tungsten (wolfram) digunakan untuk membuat mesin
potong cepat. Kromium digunakan dalam membuat berbagai macam pernik
kendaraan bermotor karena sangat mengkilap. Penggunaan kromium sebagai
refraktori terutama karena mempunyai titik leleh yang tinggi (1857°C), koefisien
muai yang tidak terlalu besar dan mempunyai bentuk kristal yang stabil.
Kromium digunakan untuk melapisi baja untuk variasi (pernik) kendaraan
bermotor dan untuk tujuan dekoratif lainnya. Pelapisan itu dilakukan secara
elektrolisis, yaitu dengan electroplating. Untuk tujuan itu digunakan senyawa
kromium dengan tingkat oksidasi +6. Dalam prosesnya, kromium mula-mula
direduksi menjadi Cr+ baru kemudian menjadi kromium. Akan tetapi, jika larutan
yang digunakan adalah Cr3+, ternyata pelapisan tidak teijadi. Hal itu disebabkan ion
Cr3* dalam air terikat sebagi ion kompleks yang stabil, yaitu [Cr(H20)6]3+. Ion
kompleks ini tidak mudah direduksi. Jika yang digunakan adalah Cr6+, maka ion
Cr3"1" terbentuk dalam suatu lapisan di permukaan logam dan tidak lagi bereaksi
dengan air, melainkan langsung direduksi menjadi unsur kromium (Cr).
2.5 Sumber Kromium
Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain ditemukan
dalam bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4, yang merupakan
mineral kromium dan banyak ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan
Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak
batu dan air laut.
Bijih utama khrom adalah khromit, yang ditemukan di Zimbabwe, Rusia,
Selandia Baru, Turki, Iran, Albania, Finlandia, Republik Demokrasi Madagaskar, dan
Filipina. Logam ini biasanya dihasilkan dengan mereduksi khrom oksida dengan
aluminum. Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam
konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga
gas. Kromium terdapat di alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda.
Bentuk yang paling umum adalah kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI).
Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri.
Kromium (III) terdapat di alam secara alamiah dan merupakan salah satu unsur
nutrisi yang penting bagi manusia. Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya
dihasilkan dari proses industri. Kromium adalah logam baja berwarna abu – abu,
ditambang dalam bentuk biji kromit, tidak berbau dan mengkilat. Kromium stabil
pada tekanan dan temperature normal. Kromium dalam konsentrasi tertentu bersifat
racun bagi manusia, hewan dan tumbuh – tumbuhan.
Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium, karena
kromium begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, bahwa sumber yang paling berguna dari komersial kromium adalah bijih
kromit, FeCr2O4. Oksidasi bijih ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan
natrium kromat, Na2CrO 4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi
menjadi Cr (III) oksida, Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah hujan, dan
reduksi dengan karbon. Oksida kemudian dikurangi lagi dengan aluminium atau
silikon untuk membentuk logam kromium.
Isolasi jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan krom adalah
dengan proses elektroplating. Ini melibatkan pembubaran Cr2O3 dalam asam sulfat
untuk memberikan suatu elektrolit yang digunakan untuk elektroplating krom.
2.6 Kerugian Kromium
Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat
menyebabkan kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu
banyak penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya
ruam kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang-
orang yang bekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga
memiliki kesempatanyang lebih tinggi terpapar kromium. Kromium (VI) diketahui
menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa dalam produk kulit, dapat
menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat bernapas ada krom (VI)
dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah kesehatan lainnya yang
disebabkan oleh kromium (VI) adalah:
 Kulit ruam
 Sakit perut dan bisul
 Masalah pernapasan
 Sistem kekebalan yang lemah
 Ginjal dan kerusakan hati
 Perubahan materi genetic
 Kanker paru-paru
 Kematian
Bahaya kesehatan yang berkaitan dengan kromium bergantung pada keadaan
oksidasi. Bentuk logam (krom sebagaimana yang ada dalam produk ini) adalah
toksisitas rendah. Bentuk yang hexavalent beracun. Efek samping dari bentuk
hexavalent pada kulit mungkin termasuk dermatitis, dan reaksi alergi kulit. Gejala
pernafasan termasuk batuk, sesak napas, dan hidung gatal.
 Bentuk Keracunan Kromium
Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi,
misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom,
pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari
kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik
kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus.
Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada
hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang
sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan
bahkan kematian.
 Efek Klinis
Efek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami gangguan pernapasan
dan juga mengganggu alat pencernaan. Chromium (VI) dikenal untuk menyebabkan
berbagai kesehatan mempengaruhi. Ketika chromium merupakan suatu campuran di
dalam produk kulit, itu dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Setelah
bernafas chromium (VI) dapat menyebabkan gangguan hidung dan mimisan.
 Keracunan Akut
- Bila terhirup / inhalasi
Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
iritasi.
- Bila kontak dengan kulit
Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada
kulit.
- Bila kontak dengan mata
Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada
mata.
- Bila tertelan
Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Absorbsi dalam
jumlah yang cukup dari beberapa senyawa kromium dapat menyebabkan pusing, haus
berat, sakit perut, muntah, syok, oliguria atau anuria dan uremia yang mungkin bisa
fatal.
 Keracunan Kronis
- Bila terhirup / inhalasi
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium
dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan berlobang (perforasi) pada nasal
septum, iritasi pada tenggorokan dan saluran pernafasan bagian bawah, gangguan
pada saluran pencernaan, tapi hal ini jarang terjadi, gangguan pada darah, sensitisasi
paru, pneumoconiosis atau fibrosis paru dan efek pada hati hal ini jarang terjadi. Pada
hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan terjadi akibat paparan logam.
- Bila kontak dengan kulit.
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium
dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis, termasuk eksim “Chrome holes”
sensitisasi dan kerusakan kulit dan ginjal. Pada hakekatnya efek ini belum pernah
dilaporkan akibat paparan logam.
- Bila kontak dengan mata
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa senyawa krom
dapat menyebabkan radang selaput mata (konjungtivities) dan lakrimasi. Pada
hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.
Dampak Lingkungan
Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada organisme. Kromium
memasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan kromium (VI) bentuk melalui
proses-prosesalam dan aktivitas manusia. Kegiatan utama manusia yang
meningkatkan konsentrasi kromium (III) yang meracuni kulit dan manufaktur tekstil.
Kegiatan utama manusia yang meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit
dan manufaktur tekstil, elektro lukisan dan kromium (VI) aplikasi dalam industri.
Aplikasi ini terutama akan meningkatkan konsentrasi kromium dalamair. Melalui
kromium pembakaran batubara juga akan berakhir di udara dan melalui
pembuanganlimbah kromium akan berakhir di tanah.
Sebagian besar kromium di udara pada akhirnya akan menetap dan berakhir di
perairanatau tanah. Kromium dalam tanah sangat melekat pada partikel tanah dan
sebagai hasilnya tidakakan bergerak menuju tanah. Kromium dalam air akan
menyerap pada endapan dan menjadi takbergerak.Hanya sebagian kecil dari kromium
yang berakhir di air pada akhirnya akan larut.Kromium (III) merupakan unsur penting
untuk organisme yang dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan
kondisi hati, ketika dosis harian terlalu rendah.Kromium (VI) adalah terutama racun
bagi organisme.Dapat mengubah bahan genetik danmenyebabkan kanker.
Tanaman mengandung sistem yang mengatur kromium-uptake harus cukup rendah
tidak menimbulkan bahaya. Tetapi ketika jumlah kromium dalam tanah meningkat,
hal ini masih dapatmengarah pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam tanaman.
Peningkatan keasaman tanah jugadapat mempengaruhi pengambilan kromium oleh
tanaman. Tanaman biasanya hanya menyerapkromium (III). Ini mungkin merupakan
jenis penting kromium, tetapi ketika konsentrasi melebihinilai tertentu, efek negatif
masih dapat terjadi.
Kromium tidak diketahui terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi konsentrasi
tinggikromium, karena pembuangan produk-produk logam di permukaan air, dapat
merusak insangikan yang berenang di dekat titik pembuangan. Pada hewan, kromium
dapat menyebabkanmasalah pernapasan, kemampuan yang lebih rendah untuk
melawan penyakit, cacat lahir, infertilitas dan pembentukan tumor.
 Toksiksitas Kromium
Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah besar dunia saat ini.
Persoalan spesifik logam berat di lingkungan terutama karena akumulasinya sampai
pada rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta meningkatnya sejumlah logam
berat yang menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara dan air meningkat. Proses
industri dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap peningkatan kontaminasi
tersebut.
Suatu organisme akan kronis apabila produk yang dikonsumsikan mengandung
logam berat. Kromium (Cr) merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan
dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI), tetapi hanya kromium
bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya. Kromium bervalensi
tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam dan dalam material
biologis kromium selalu berbentuk tiga valensi, karena kromium enam valensi
merupakan salah satu material organik pengoksida tinggi.
Kromium tiga valensi memiliki sifat racun yang rendah dibanding dengan enam
valensi. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas kromium relatif rendah dan
diperkirakan konsumsi harian komponen ini pada manusia di bawah 100 µg,
kebanyakan berasal dari makanan, sedangkan konsumsinya dari air dan udara dalam
level yang rendah. Kromium adalah zat gizi esensial untuk hewan dan mungkin untuk
manusia. Teloransi glukosa akan terganggu pada hewan yang kekurangan kromium,
tetapi suatu postulat tentang faktor teloransi glukosa belum diisolasikan atau
dicirikan.
Konsumsi yang di anjurkan oleh Food and Nutition Board National Research Council
serta dianggap aman dan cukup adalah 50 sampai 200 µg per hari. Penentuan
kebutuhan kromium yang tepat untuk manusia, tetap merupakan pekerjaan yang sulit,
meliputi indentifkasi fungsi fisiologik khusus yang berhubungan dengan kadar
kromium, tidak terang-terangan melawan dan berpengaruh terutama terhadap fungsi-
fungsi tersebut dengan faktor-faktor yang berdampingan.
Contoh Peristiwa Akibat Kromium

Polusi zat hexavalent chromium di sukinda,india


Zat ini merupakan jenis logam yang dapat menyebabkan dan meningkatkan resiko
kanker. Sukinda, daerah di negara bagian India Orrisa memiliki 97 persen cadangan
bijih kromit terbesar di dunia. Kromit merupakan sumber kromium. Daerah ini juga
merupakan tambang kromit terbuka terbesar di dunia.
Menurut Institute Blacksmith, pada tahun 2007 terdapat 12 tambang beroperasi tanpa
adanya rencana pengelolaan lingkungan. Mereka menyebarkan limbahnya ke
lingkungan sekitar termasuk sungai-sungai didaerah.Tak hanya itu, penambang yang
terbiasa terkena debu kromium dan air yang terkontaminasi mengalami berbagai
gangguan fisik seperti pendarahan, TBC, dan asma. Dalam beberapa kasus,
kandungan krom ini berada pada 20 kali di atas standar keamanan internasional.
Asosiasi Sukarelawan Kesehatan Orissa melaporkan bahwa 85 persen kematian di
daerah pertambangan dan industri di daerah itu berhubungan dengan kromit.
Logam Chromium (Cr) juga beracun bagi manusia. Pengaruh racun ini pada awalnya
juga diketahui di Jepang pada tahun 1960, dimana masyarakat yang tinggal di daerah
sekitar pabrik Kiryama, Nippon-Denko Concern di Pulau Hokkaido banyak
menderita penyakit kanker paru-paru. Awalnya penyakit ini tidak diketahui
penyebabnya, setelah melalui penelitian ternyata Kesehatan Lingkungan 2 of 5
penyakit tersebut diketahui sebagai akibat dari masyarakat menghirup limbah debu
Industri tersebut di atas yang mengandung Chromium Bervalensi IV (Cr+4) dan
(Cr+6).
Misalnya oleh enzim dehalogenase dan oksigenase. Fitostabilisasi adalah
suatufenomena diproduksinya senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi
kontaminandi daerah rizosfer. Fitovolatilisasi terjadi ketika tumbuhan menyerap
kontaminan danmelepasnya ke udara lewat daun; dapat pula senyawa kontaminan
mengalamidegradasi sebelum dilepas lewat daun.Penyerapan dan akumulasi logam
berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjaditiga proses yang sinambung, yaitu
penyerapan logam oleh akar, translokasi logamdari akar ke bagian tumbuhan lain, dan
lokalisasi logam pada bagian sel tertentuuntuk menjaga agar tidak menghambat
metabolisme tumbuhan tersebut.
Penyerapan oleh akar.Telah diketahui, bahwa agar tumbuhan dapat menyerap logam
maka logamharus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan beberapa
cara bergantung pada spesies tumbuhannya :
Perubahan pH.Pada Thlaspi cearulescens, mobilisasi seng dipacu dengan
terjadinya penurunan pH pada daerah perakaran sebesar 0,2-0,4 unit. Ekskresi zat
khelat.Mekanisme penyerapan kromium lewat pembentukan suatu zat khelat
yangdisebut fitosiderofor telah diketahui secara mendalam pada jenis rumput-
rumputan. Molekul fitosiderofor yang terbentuk ini akan mengikat(mengkhelat) besi
dan membawanya ke dalam sel akar melalui peristiwatransport aktif.
Pembentukan reduktase spesifik logam.Di dalam meningkatkan penyerapan besi,
tumbuhan membentuk suatumolekul reduktase di membran akarnya (Marschner dan
Romheld, 1994).Reduktase ini berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut
melaluikanal khusus di dalam membran akar.
Translokasi di dalam tubuh tumbuhan.Setelah logam dibawa masuk ke dalam sel
akar, selanjutnya logam harus diangkutmelalui jaringan pengangkut, yaitu xilem dan
floem, ke bagian tumbuhan lain. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam
diikat oleh molekul khelat.Berbagai molekul khelat yang berfungsi mengikat logam
dihasilkan olehtumbuhan.
Lokalisasi logam pada jaringanUntuk mencegah peracunan logam terhadap sel,
tumbuhan mempunyaimekanisme detoksifikasi, misalnya dengan menimbun logam di
dalam organtertentu seperti akar .Selain tumbuhan hiperakumulator, tumbuhan yang
mempunyai kemampuanuntuk mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya
dalam kadar yang luar biasatinggi, terdapat juga tumbuhan lahan basah yang
memiliki kemampuan alamiah untuk menghilangkan berbagai jenis limbah pada
beberapa tingkat efisiensi.
Tumbuhan inidipakai untuk pengolah limbah karena tumbuhan tersebut
mengasimilasi senyawaorganik dan anorganik dari limbah. Tumbuhan dengan tingkat
pertumbuhan yangtinggi dan tajuk yang besar dapat menyimpan bermacam hara
mineral. Pada mediakerikil, pertumbuhan tanaman timbul dapat menurunkan
konsentrasi hara mineral.Rizoma dan akar Phragmites australis Scirpus spp. berfungsi
sebagai filtrasi dan pengendap senyawa hidrokarbon dan logam berat beracun.
Tingkat konsentrasi logam berat dalam jaringan tanaman-tanaman tersebut adalah
sebagai berikut: akar > rizoma> daun
A. Penerapan Fitoremediasi
Penggunaan tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan bukan hal yang baru.
Sejak lama kita telah mengenal manfaat tumbuhan sebagai "pengusir zat beracun dari
udara" sehingga adanya tumbuhan dianggap sebagai penyegar udara disekitarnya.
Dengan makin dipahaminya fisiologi dan genetika tumbuhan, maka pemanfaatan
tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan dapat makin diperluas cakupannya
dan diperhitungkan manfaatnya dari segi rekayasa serta nilaiekonominya.
Pemanfaatan tumbuhan untuk remediasi lingkungan sangat ditentukan
oleh pemahaman tentang penyerapan logam serta penyerapan dan atau degradasi
senyawaorganik oleh tumbuhan. Pada dasawarsa terakhir terjadi akumulasi yang
cepat tentang
pengetahuan mengenai aspek-aspek fisiologi tersebut. Chaney dan koleganya dari
USDA-ARS yang aktif meneliti dan mengembangkan manfaat tumbuhan
untuk remediasi logam telah mengidentifikasi karakteristik penting, sebagai berikut :
1. Tumbuhan harus bersifat hipertoleran agar dapat mengakumulasi
sejumlah besar logam berat di dalam batang serta daun.
2. Tumbuhan harus mampu menyerap logam berat dari dalam larutan
tanahdengan laju penyerapan yang tinggi.
3. Tumbuhan harus mempunyai kemampuan untuk mentranslokasi logam berat
yang diserap akar ke bagian batang serta daun.
Seperti telah dikemukakan di muka, beberapa jenis tumbuhan mempunyaisifat
hiperakumulator yang luar biasa. Namun biasanya tumbuhan yang teradaptasi ditanah
berkadar logam tinggi dan toleran terhadap logam mempunyai sifat tumbuhlambat.
Karakter manakah yang lebih penting, sifat "hiperakumulator tetapi tumbuhlambat"
atau "tumbuh cepat tetapi toleransi medium", memang bisa menjadi bahan perdebatan
bila sudah sampai pada persoalan memilih jenis tumbuhan yang sesuai.Kelompok di
USDA-ARS (Chaney et al., 1997) yakin bahwa hipertoleransi lebih penting daripada
biomassa tinggi, dengan alasan sebagai berikut.
Dalam kondisioptimum, Brassica juncea dapat menghasilkan hingga 20 t/ha/musim
tanam biomassakering. Tanaman ini mampu mengakumulasi Zn dan Cd, namun
pertumbuhannyaakan terhambat hingga separuhnya bila kadar Zn dalam biomassa
mencapai 500mg/kg.Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai
agensia pemulihan lingkungan tercemar, mengutip laporan Departemen Energi AS,
Watanabe(1997) mengemukakan prasyarat, yaitu:laju akumulasi harus tinggi, bahkan
di lingkungan yang berkadar kontaminanrendahkemampuan mengakumulasi
kontaminan dengan kadar tinggikemampuan mengakumulasi beberapa macam
logamtumbuh cepat
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Crdan nomor atom 24.
2) Jalur pemajanan kromium melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan
kulit.
3) Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi
yang rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga gas.
Kromium terdapat di alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda.
Bentuk yang paling umum adalah kromium (0), kromium (III) dan kromium
(VI). Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses
industri.
4) Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang
terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau
produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika
menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan
menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan
mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka panjang
yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-
paru.
3.2 Saran
Mengingat bahaya dan pencemaran yang ditimbulkan oleh kromium pada
industri melalui pemaparan terhadap manusia maupun limbah yang dihasilkan yang
berdampak pada lingkungan, maka pihak industri diharuskan untuk mengelola
limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Kenyataan ini mendorong
pihak industry untuk memilih cara pengolahan yang efektif yang diharapkan akan
mendapatkan kualitas limbah krom yang memenuhi syarat. Selain itu, penggunaan
APD juga diharapkan mampu mengurangi resiko pemaparan terhadap senyawa
bahaya dalam industry.

Anda mungkin juga menyukai