Anda di halaman 1dari 9

Spot Height

2.6 SPOT HEIGHT


2.6.1. Latar Belakang
Pada pemetaan sebuah lokasi, bidang yang kita dapatkan tidak hanya bidang datar, tetapi
ada dalam bidang tinggi dan ada berupa kontur. Dalam peta topografi dan peta-peta umum yang
sering digunakan, penyajian relief dari permukaan bumi sangatlah penting, karena dapat
memberikan gambaran yang lebih tepat tentang permukaan bumi tersebut.
Kontur dan beda tinggi dapat memberikan informasi secara relief baik secara relatif ini
diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur. Untuk menyajikan variasi ketinggian
suatu tempat pada peta topografi, umum nya digunakan garis kontur (contour line). Oleh sebab
itu, maka diperlukan praktikum tentang spot height agar mendapatkan pengetahuan yang lebih
spesifik.

2.6.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum spot height ini diantaranya:
1. Untuk merencanakan suatu tata letak (site plan) untuk bangunan-bangunan atau pertamanan.
2. Untuk pembuatan garis kontur merupakan salah satu bagian penting pada peta.
3. Untuk mengetahui cara pengambilan kontur di lapangan
4. Untuk mengetahui tentang interpolasi kontur dan kemiringan lereng.

2.6.3. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum Spot Height ini diantaranya:
1. Mampu membuat garis kontur pada peta.
2. Mampu memahami bentuk permukaan bumi dibidang datar.
3. Dapat mengetahui perbedaan cut and fill.
4. Dapat mengetahui beda tinggi dan elevasi dari lahan yang diamati.

2.6.4. Tinjauan Pustaka


2.6.4.1 Pengertian Spot Height dan Garis Kontur serta Kegunaan nya
Spot height merupakan sebuah nilai ketinggian tunggal pada peta topografi, baisanya
mewakili lokasi dan ketinggian dari bentuk yang menonjol diantara garis kontur. Titik tinggi
merupakan titik pada permukaan bumi yang mempunyai harga ketinggian diatas suatu datum
tertentu. Menurut Heywood (2002, p290) spot height adalah sebuah nilai ketiggian tunggal pada
peta topografi, biasanya mewakili lokasi dan ketinggian dari bentuk-bentuk yang menonjol
diantara garis kontur.
Titik tinggi merupakan titik pada permukaan bumi yang mempunyai harga ketinggian
diatas suatu datum tertentu. Datum yang umum digunakan utnuk ketinggian ini adalah
permukaan laut rata-rata.
Pengukuran sipat datar luas (spot height) dengan mengukur sebanayak mungkin ketinggian
titik-titik detail permukaan tanah. Kerapatan dan titik detail yang akan diamati ketinggiannya,
diatur sesuai dengan kebutuhan. Makin rapat titik-titiknya akan dapat memberikan gambaran
relief permukaan tanah yang baik.

Gambar 12. Spot Height


Sumber : http://www.hmarston.co.uk/gps/gps_data2_appdx.

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik dengan ketinggian tempata yang
sama atau garis kontur adalah garis kontiniu diatas peta dengan memperlihatkan titik-titik diatas
peta dengan ketinggian yang sama.
Menurut Meywood (2002, p283) kontur adalah sebuah garis pada peta topografi yang
menghubungkan titik-titik dari ketinggian yang sama dan biasanya digunkan untuk mewakili
bentuk dari permukaan bumi.
Gambar 13. Kontur
Sumber: http://geomonkey.wordpress.com/2011/02/25/membuat-peta-kontur-dengan-er-mapper/

Nama lain dari garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis horizontal. Kontur
memberikan informasi relief, baik secara relatif maupun secara absolute. Informasi relief secara
relatif ini diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur secara rapat untuk daerah
terjal, sedangkan untuk daerah yang landai dapat diperlihatkan dengan memoerlihatkan garis-
garis tersebut secara renggang.
Informasi relief secara absolute, diperlihatkan dengan cara menuliskan nilai kontur yang
merupakan ketinggian garis tersebut diatas suatu bidang acuan tertentu. Bidang acuan yang
umum digunakan adalah bidang permukaan laut rata-rata. Interval kontur ini sama dengan beda
tinggi antar kedua kontur. Interval sangat bergantung pada skala peta juga pada relief
permukaan.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan
bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Hal ini disebabkan karena
peta pada umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur juga akan
mengalami pengecilan sesuai dengan skala peta.
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan
informsaislope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan
tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill)
permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan.

2.6.4.2 Pengertian Cut and Fill


Galian (cut) yaitu jumlah volume tanah yang dibuang pada perencanaan sebuah areal
yanga kan dibangun yang bertujuan untuk membantu badan jalan bangunan yang baik dan rata.
Timbunan (fill) yaitu jumlah volume tanah yang ditimbun untuk membentuk badan
bangunan yang rata dan baik. Galian dan timbunan dapat diper\oleh dari peta situasi dengan
metode grid-grid (grading) yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan melintang.
Selisih tinggi garis kontur terhadap ketinggian proyek ditempat perpotongan garis kontur dan
garis proyek.Tujuan dari perhitungan galian dan timbunan yaitu :
1. Meminimalkan penggunaan volume galian dan timbunan pada tanah, sehingga pekerjaan
stabilitas tanah dasar dapat dikurangi. Waktu penyelesaian proyek dapat dipercepat dan biaya
pembangunan dapat seefisien mungkin.
2. Untuk menentukan peralatan (alat-alat berat) yang digunakan pada pekerjaan galian dan
timbunan dengan mempertimbangkan kemampuan daya operasional dari alat tersebut. Sebelum
memulai perhitungan galian dan timbunan, pekerajaan diawali dengan pematokan (steak
out) yang bertujuan utnuk menandai wilayah mana yang terkena galian dan timbunan. Setelah
pekerjaan steak out selesai, pekerjaan galian dan timbunan dapat dimulai dengan mengolah
datanya yang diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya diolah. Ada tiga sistem utama yang
dipakai :
a. Metode Tumpang/Irisan Melintang (Cros section Method)
Metode tumpang melintang dipakai hampir khusus untuk menghitung volume pada
proyek-proyek konstruksi yang memanjang, misalnya jalan raya, jalan baja, dan saluran. Dalam
prosedur ini, setelah sumbu diberi pancang, profil tanah yang disebut penampang melintang
dibuat tegak lurus pada sumbu, biasanya dengan selang 50 atau 100 ft. Pembuatan penampang
melintang terdiri atas pengukuran elevasi-elevasi tanah dan jaraknya yang bersanngkutan
secaraorthogonal kekiri dan kekanan sumbu.
1. Metode Potongan Melintang Rata-Rata
2. Metode Jarak Rata-Rata
3. Volume Prisma dan Piramid Kotak
4. Cara Ketinggian Sama
b. Metoda Luas Satuan/Lubang Galian Sumbang
Untuk mengetahui kualitas tanah, kerikil, batu atau material lain yang digali atau yang
ditimbunkan pada sebuah proyek konstruksi dapat ditentukan dengan sipat datar lubang galian
sumbang (borrow pit method)

2.6.4.3 Sifat-sifat dari Garis Kontur


Adapun berikut sifat-sifat kontur :
a. Garis kontur tidak boleh bercabang
b. Garis kontur tidak boleh bersinggungan.
c. Garis kontur terputus salah satunya jika melewati gedung.
d. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak ada yang saling berpotongan.
e. Pada daerah yang curam, garis kontur lebih rapat.
f. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk suatu garis.
g. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih
rendah.
h. Garis kontur pada punggung bukit yang tajam membentuk huruf V yang menghadap ke bagian
yang lebih tinggi.
i. Garis kontur pada punggung bukit yang membentuk sudut 90° dengan kemiringan
maksimumnya akan membentuk huruf U menghadap ke bagian yang lebih tinggi.
j. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis kontur yang menutup melingkar.
k. Garis kontur harus menutup dirinya sendiri.
l. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dihubungkan dan dilanjutkan menjadi
satu garis kontur.
m. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.
n. Garis kontur yang rapat menunjukkan keadaan permukaan tanah yang terjal.
o. Garis kontur yang jarang menunjukkan landai.
p. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka
interval garis konturnya tergantung pada skala.
q. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur pada aderah
berbukit setiap selisih 4 garis kontur, sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis
kontur.
r. Satu garis kontur mewakili ketinggian tertentu.
s. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
t. Rangkaian garis kontur yang berbentuk U menandakan punggung gunung.
u. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf V menandakan suatu lembah atau jurang.

2.6.4.4 Perbedaan Spot Height dan Kontur


Kontur adalah garis-garis khayal yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama
atau garis kontur adalah garis kontinu di atas peta dengan memperlihatkan titik-titik di atas peta
dengan ketinggian yang sama.
Sedangkan spot height adalah sebuah nilai ketinggian tunggal pada peta topografi,
biasanya mewakili lokasi dan ketinggian dari bentuk yang menonjol di antara garis kontur. Titik
tinggi merupakan titim pada permukaan bumi yang mempunyai harga ketinggian di atas
permukaan suatu datum.

2.6.4.5 Metode Perhitungan Spot Height


1. Cara Trigonometri
Penentuan beda tinggi dengan trigonometri adalah penentuan beda tinggi secara tidak
langsung, yaitu beda tinggi dari fungsi jarak mendatar dan sudut vertikal antar dua titik yang
diukur beda tinggi nya. Jarak mendatar diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan
pita ukur secara elektronik EDMatau dengan cara lain.
Sedangkan sudut vertikal diukur dengan menggunakan alat ukur dengan menggunakan alat
ukur theodolit. Setelah didapat jarak (D) dan sudut vertikal (Z atau M) dari suatu titik lain nya
dari pengukuran, maka dapat dihitung beda tinggi antar dua titik.
Δh = D tan m + i-t
atau
Δh= D cotan Z + i –t
dimana:
D = Jarak mendatar
I = Tinggi alat
M = Sudut miring
T = Bacaan benang tengah
Z = Sudut zenith
Untuk pengukuran spot height dalam praktikum kali ini digunakan metode Tachimetri
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Hitung jarak optis titik-titik grid dengan rumus:
D = 0,1 (ba-bb) sin²Z
dimana:
ba = benang atas
bb = benang bawah
2. Hitung beda tinggi Δh dengan rumus:
Δh =0,05 (ba-bb)sin2Z + ((i-bt)/1000))
dimana:
i = tinggi alat
bt = benang tengah
3. Hitung elevasi/ketinggian titi k dengan rumus:
H = H0 + Δh
dimana:
H0 = ketinggian titik dimana alat berada.
Catatan untuk pengukuran pulang pergi pada titik ikat, ketinggian yang digunakan adalah
ketinggian rata-rata.

2. Cara Barometris
Prinsip penentuan beda tinggi secara barometris adalah berdasarkan perbedaan tekanan
udara antara dua tempat. Maka tinggi permukaan tanah jika makin tinggi maka tekanan udara
makin berkurang.
Pengukuran tinggi dengan cara ini umumnya dilakukan untuk keperluan studi awal atau
pendahuluan, hasil pengukuran nya masih kasar (kurang akurat). Alat yang dipakai adalah
barometer dan termometer.
Titik A dan titik B ditentukan beda tinggi nya dengan cara trigonometri. Prosedur
perhitungan dan pengukuran sebagai berikut:
1. Tegakkan theodolit di A, ukur tinggi nya sumbu mendatar dari A, misalkan t.
2. Tegakkan target di b, ukur tinggi nya target dari B.
3. Ukur sudut tegak m (sudut Dm dengan EDM)
4. Ukur sudut tegak m (sudut miring), sudut Z (sudut Zenith)
5. Dari besaran-besaran yang diukur, maka terdapat persamaan:
Hab = ( Tb + Tb’ ) + BB’ – Tb

2.6.5. Metode Praktikum


2.6.5.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum objek Spot Height yaitu :
1. Theodolite
2. Rambu ukur
3. Statif
4. Payung
5. Tali Rafia
6. Meteran
7. Patok
8. Waterpass

2.6.5.2 Metoda
1. Siapkan peralatan dan keperluan pengukuran.
2. Tentukan daerah yang akan diukur (orientasi medan).
3. Dirikan alat theodolite pada titik pertama yang telah diketahui ketinggiannya, misal Titik A.
4. Centeringkan theodolite dengan bantuan nivo kotak dan nivo tabung serta unting-unting.
5. Arahkan alat pada posisi rambu yang diletakkan pada jarak 10 m (misal Titik J), nolkan skala
sudut horizontal, kemudian kunci sudut horizontal. Lakukan pemasangan patok pada setiap
kelipatan jarak 1 m.
6. Putar alat sejauh 90o searah sudut horizontal. Kemudian lakukan pembacaan benang (atas,
bawah, tengah) pada setiap kelipatan jarak 1 m sepanjang 10 m (10 kali pembacaan benang).
7. Pindahkan alat pada titik patok berikutnya (misal Titik B). Nol kan alat pada titik ikat
sebelumnya (misal Titik A). Kemudian alat diputar sejauh 270o arah horizontal dan lakukan
pembacaan benang (atas, bawah, tengah) pada setiap kelipatan jarak 1 m sepanjang 10 m (10 kali
pembacaan benang).
8. Setelah pembacaan benang selesai, dengan cara yang sama pada point, lakukan juga untuk titik
patok berikutnya.

2.6.6 Hasil dan Pembahasan


2.6.6.1.Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum objek Spot height yaitu bentuk gambaran permukaan
bumi yang bisa dilihat pada lampiran. Gambar ini berupa garis-garis kontur yang didapat dari
menyambung titik-titik yang sudah dicari elevasinya yang sama. Pada
gambar Spot height kelompok 3 (tiga) menggunakan kenaikan kontur 0,02. Praktikum spot
height ini dilakukan pada di lokasi lahan peternakan dekat gedung farmasi lama. Ini dilakukan
karena di daerah tersebut sangat banyak kontur atau kemiringan lahan yang cocok untuk
didapatkan hasil kontur yang baik. Luasan lahan yang akan dibuat garis-garis kontur nya ialah
10mx10m.

2.6.6.2 Pembahasan
Dari praktikum Spot Height, pertama kali ditentukan tempat yang akan dibuat konturnya
yaitu di lahan peternakan dekat gedung farmasi lama. Ukuran lahan atau tempat yang akan
digunakan yaitu dengan panjang dan lebar 10 meter dan jarak setiap patoknya 1 meter. Setelah
semua patok terpasang sesuai dengan jarak yang ditentukan pertama yang dilakukan yaitu
menembak dari A0 ke K0 menggunakan sudut vertical 90̊. Setelah itu baru dilakukan
penembakan dari patok A10 ke patok A1 yang masing-masing jaraknya 1 meter. Hal yang sama
dilakukan pada setiap patok hingga patok K. semua penembakan menggunakan sudut vertikal
90º, kecuali pada patok K0 – A0 menggunakan sudut 270̊.
Pada patok A diperoleh H0 dari GPS yang digunakan yaitu sebesar 275 mdpl. H0 ini
digunakan untuk mengetahui keberadaan wilayah yang kita amati dari permukaan laut. Untuk
mengetahui H0 patok selanjutnya dengan menjumlahkan beda tinggi dari setiap patoknya.
Pada proses penembakan sedikit mengalami kesulitan, karena medan yang tidak datar
sehingga proses penyentringan theodolite sedikit lama, selain itu praktikan yang memegang
rambu tidak lurus dan sering goyang. Sehingga terkadang penembakan dilakukan pengulangan
utnuk memperoleh jarak yangsesuai.
Pada proses pembuatan gambar dibuatlah titik grid sesuai dengan data yang diperoleh,
kemudian masukkan nilai interpolasi pada titik 0 dinilai tertinggi kemudian tandai titik pada
vertikal, horizontal dan diagonal. Setelah itu hubungkan titik dicari atau elevasi yang sama
sehingga membentuk kontur.
Kenaikan kontur yang digunakan dalam Spot height kelompok III adalah 0,02. Apabila
garis kontur jarang berarti lokasi dipermukaan bumi landai, dan jika garis kontur rapat berarti
keadaan dipermukaan bumi terjal. Untuk penggambaran dimulai dari penggabungan titik-titik
yang elevasinya telah dicari dengan ketinggian yang sama.

2.6.7. Kesimpulan dan Saran


2.6.7.1 Kesimpulan
Pada praktikum Spot height kita bisa menggambarkan keadaan permukaan bumi pada
bidang datar. Dari gambar yang dibuat oleh kelompok III dapat diambil kesimpulan terdapat dua
garis Mayor yaitu pada titik 274 mdpl dan 275 mdpl. Dari gambar kontur yang telah dibuat,
terdapat garis-garis kontur yang rapat, menandakan bahwa lokasi tersebut terdapat terjal.

2.6.7.2 Saran
Adapaun saran untuk praktikum Spot Height yaitu :
1. Dibutuhkan keseriusan praktikan dalam melakukan praktikum ini.
2. Untuk praktikum Spot Height ini diperlukan ketelitian dari praktikan supaya data yang
diperoleh valid.
3. Untuk asisten hendaknya selalu dapat mendampingi praktikan ketika praktikum berlangsung.
4. Untuk pembuatan gambar dibutuhkan ketelitian dan kesabaran dari praktikan.
5. Diharapkan untuk tidak lebih banyak tidur daripada bekerja.

Anda mungkin juga menyukai