Anda di halaman 1dari 8

hanihanimiftahul

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM “SENSASI DAN PERSEPSI”


hanihanimiftahul

5 years ago
Advertisements

PSIKOLOGI UMUM

SENSASI DAN PERSEPSI

Dosen : Dr. Drs. H. Muhammad Idrus, S. Psi., M.Pd

Miftahul Hanani (13422119)

Fakultas Ilmu Agama Islam

Program Studi Pendidikan Agama Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2013/2014

1. A. PENDAHULUAN

Kehidupan berawal dari ketika individu dilahirkan, sejak itulah setiap individu dapat secara
langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu individu akan menerima
stimulus dari lingkungannya. Manusia akan selalu menerima rangsang atau stimulus dari
lingkungannya. Namun ini tidak berarti bahwa stimulus juga dapat berasal dari luar individu
itu, sebab individu juga dapat berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Stimulus ini
berkaitan dengan sensasi dan persepsi.

Dalam proses penerimaan stimulus, alat indera merupakan faktor yang menentukan, karena
setiap stimulus yang kita terima dari luar diri kita akan ditangkap oleh alat indera kita. Untuk
melakukan sensasi dan persepsi tidaklah timbul begitu saja, ada tahapan-tahapan atau proses
tertentu yang harus dilalui oleh seseorang untuk bisa berpersepsi.

1. B. PEMBAHASAN

1. Sensasi

2. Pengertian Sensasi

3. Sensasi adalah deteksi energi fisik yang dihasilkan atau dipantulkan oleh objek-objek
fisik. Sensasi adalah tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Sensasi terjadi ketika dalam
lingkungan eksternal atau dalam tubuh merangsang reseptor dalam organ-organ indera. Seperti
yang kita tahu bahwa manusia mempunyai lima indera, yang berhubungan dengan lima organ
inderawi : penglihatana (mata), pendengaran (telinga), pengecapan (lidah), perabaan (kulit),
dan pembauan (hidung).

1. Syarat-syarat sensasi

1) Adanya objek yang diamati

2) Alat indera atau reseptor serta syaraf sensoris yang baik sebagai untuk meneruskan
stimulus ke otak untuk mengahasilkan respon.

3) Pengalaman dan lingkungan budaya pengalaman dan budaya mempengaruhi kapasitas


alat indera yang mempengaruhi sensasi.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sensasi

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi sensasi misalnya alat pendengaran, jika kita
mendengar sesuatu yang suaranya agak jauh tentu sulit bagi kita untuk bisa mendengarnya
dengan jelas atau samar-samar. Lalu lamanya rangsangan itu, misalnya alat penglihatan, jika
kita melihat seseorang yang cantik/ganteng yang sedang berjalan di kerumunan orang banyak
apakah kita bisa melihatnya secara jelas atau tidak. Inilah yang merupakan faktor dari luar
yang dapat mempengaruhi sensasi yang di indera.

1. Faktor Internal

Faktor internal lebih kepada kefungsian alat indera kita sendiri. Jika alat indera kita masih
baik maka dalam menerima rangsangan akan lebih efektif lagi, dan tidak timbul keragu-
raguan sehingga dapat sinkron dengan alat pengolahan yaitu syaraf dan otak.

1. Persepsi

Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung
berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu secara langsung
menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini berkaitan dengan persepsi.

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului dengan proses pengindraan, yaitu
merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut
proses sensoris.

Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dari dalam diri
individu sendiri. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang
bersangkutan. Sekalipun persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada
diri individu, tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan.

Karena persepsi merupakan aktivitas yang intregated dalam diri individu, maka apa yang ada
dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
persepsi akan dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman
individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin
akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain, karena persepsi bersifat
individual (Davidoff, 1981; Rogers, 1956)

1. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi

Persepsi individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang diterimanya,


sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang
dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus
ada syaraf sensoris sbagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon
diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa untuk mengadakan persepsi ada syarat-syarat yang bersifat :

a) Fisik atau kealaman

b) Fisiologis

c) Psikologis

Berdasarkan atas penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa perhatian itu ada


bermacam-macam, sesuai dari segi mana perhatian itu akan ditinjau. Ditinjau dari segi
timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak
spontan.

1. Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan secara
spontan. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu. Bila individu telah mempunyai
minat terhadap sesuatu objek, maka terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan,
secara otomatis perhatian itu akan timbul. Misalnya bila seseorang mempunyai minat terhadap
seni lukis, maka secara spontan perhatiannya akan tertuju pada lukisan yang ia lihat.

2. Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sengaja, karena itu harus ada
kemauan untuk menimbulkannya. Seorang mahasiswa mau tidak mau harus memperhatikan
pelajaran filsafat, sekalipun ia tidak menyenangi, karena ia harus mempelajarinya. Karena itu
untuk dapat mengikuti pelajaran tersebut, dengan sengaja ia harus menimbulkan perhatiannya
terhadap pelajaran filsafat itu.

Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu, perhatian
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Perhatian yang sempit, yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat
memperlihatkan sedikit objek.

2. Perhatian yang luas, yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek
pada suatu saat sekaligus.

3. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus,
dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan
stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya
dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa
tekanan tersebut .

Proses stimulus mengenai alat indra merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus
yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak disebut sebagai proses
fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, proses ini disebut
dengan proses psikologis.

1. Organisasi Persepsi

Dalam organisme atau individu mengadakan persepsi timbul suatu masalah apa yang
dipersepsi terlebih dahulu, apakah bagian merupakan hal yang dipersepsi dahulu, baru
kemudian keseluruhannya, ataukah keseluruhan dipersepsi terlebih dahulu baru kemudian
bagian-bagiannya. Hal ini berkaitan bagaimana seseorang mengorganisasikan apa yang
dipersepsinya.

Menurut teori elemen dalam individu mempersepsi sesuatu maka yang dipersepsi mula-mula
adalah bagian-bagiannya, baru kemudian keseluruhan atau Gestalt merupakan hal yang
sekunder.

Teori Gestalt mula-mula dikemukakan oleh Weirtheimer atas kejadian yang dialaminya pada
waktu ia di stasiun kereta api yang dinamakan phi-phenomena, yaitu bahwa dalam seseorang
mempersepsi sesuatu tidak hanya semata-mata tergantung pada stimulus objektif, tetapi
individu yang mempersepsi juga berperan dalam persepsi tersebut.

Penelitian-penelitian secara eksperimental dilakukan oleh Wertheimer, dkk. dalam persepsi,


sehingga menemukan beberapa hukum dalam persepsi. Hukum-hukum persepsi menurut
Teori Gestalt adalah sebagai berikut.

1. Hukum Pragnanz

Hukum ini oleh kaum gestalt dipandang sebagai hukum yang pokok.
1. Hukum Figure-Ground

Dalam persepsi dikemukakan adanya dua bagian dalam perceptual field, yaitu figure yang
merupakan bagian yang dominan dan merupakan fokus perhatian, dan ground yang
melatarbelakangi atau melengkapi. Jadi hukum in i bergantung pada perhatian seseorang
yang mempersepsi.

1. Hukum Kedekatan

Hukum ini menyatakan bahwa apabila stimulus itu saling berdekatan satu dengan yang
lain, akan adanya kecenderungan untuk dipersepsi sebagai suatu kesluruhan atau suatu
gestalt.

1. Hukum Kesamaan

Hukum ini menyatakan bahwa stimulus atau objek yang sama mempunyai
kecenderungan untuk dipersepsi sebagai suatu kesatuan.

1. Hukum Kontinuitas

Hukum ini menyatakan bahwa stimulus yang mempunyai kontinuitas satu dengan
yang lain, akan terlihat dari ground dan akan dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau
keseluruhan.

1. Hukum Kelengkapan atau Ketertutupan (closure)

Hukum ini menyatakan bahwa dalam persepsi adanya kecenderungan orang


mempersepsi sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap sehingga menjadi sesuatu
yang penuh arti.

1. Objek Persepsi

Banyak objek yang dapat dipersepsi, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia.
Manusia itu sendiri dapat menjadi objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sebagai
objek persepsi disebut sel-perception.Pada umumnya objek persepsi diklasifikasikan menjadi
2, yaitu :

1. Manusia, objek yang berwujud nonmanusia ini disebut person perception atau social
perception.

2. Nonmanusia, persepsi yang berobjekkan nonmanusia disebut nonsocial perception atau


things perception.

3. Konsistensi Dalam Persepsi

Pengalaman seseorang akan berperan dalam mempersepsi sesuatu. Persepsi merupakan


aktivitas yang integrated, adanya aktivitas dalam diri seseorang yang berperan sehingga
menghasilkan hasil persepsi tersebut.

1. Konsistensi bentuk
Pengalaman memberi pengertian bahwa uang logam itu berbentuk bulat, hasil persepsi itu
akan tetap walaupun uang logam itu dalam posisi miring, hasil persepsi akan sama karena
adanya konsistensi bentuk.

1. Konsistensi warna

Semua orang mengerti bahwa susu murni itu berwarna putih, jadi walaupun susu murni itu
disajikan ditempat yang penerangannya berwarna merah, persepsi susu murni itu akan tetap
berwarna putih, hal itu terjadi karena adanya konsistensi bentuk.

1. Konsistensi ukuran

Pengalaman memberikan pengertian bahwa gajah dewasa itu ukurannya besar, lebih besar
dari seekor harimau. Apabila seseorang melihat seekor gajah dari kejauhan, maka gajah
tersebut kelihatannya kecil, makin jauh jaraknya kelihatannya akan makin kecil. Sekalipun
yang dilihat itu kecil, namun dari hasil persepsi orang menyatakan bahwa gajah itu
mempunyai ukuran yang besar. Inilah yang disebut dengan konsistensi ukuran.

1. Stimulus

Individu pada suatu waktu menerima bermacam-macam stimulus. Agar stimulus dapat
disadari oleh individu, stimulus harus cukup kuatnya. Apabila stimulus tidak cukup kuat,
bagaimanapun besarnya perhatian dari individu, stimulus tidak akan dapat dipersepsi atau
disadari oleh individu yang bersangkutan. Dengan demikian ada batas kekuatan minimal dari
stimulus, agar stimulus dapat menimbulkan kesadaran pada individu. Batas minimal kekuatan
stimulusyang dapat menimbulkan kesadaran pada individu disebut ambang absolut sebelah
bawah atau ambang stimulus,yaitu kekuatan stimulus minimal yang dapat disadari oleh
individu. Kurang dari kekuatan tersebut individu tidak akan dapat menyadari stimulus itu.

1. Hukum Weber-Fechner

Metode psikofisik adalah suatu metode yang dikemukakan oleh Fechner. Tetapi sebelum itu
telah ada yang merintisnya yaitu Weber, namun demikian psikofisik sebagai suatu metode
lebih dikenal dan dihubungkan dengan nama Fechner.

Weber sebagai profesor dalam lapangan anatomi di Universitas Leipzig merasa tertarik dan
mengadakan eksperimen-eksperimen dalam hubungan dengan kinestetik atau muscular
sensation, yaitu sampai seberapa tepat orang dapat membedakan perbedaan-perbedaan dari
bermacam-macam stimuli, misalnya mengenai berat, mengenai penglihatan, samapai
seberapa jauh orang dapat membedakan dua buah garis yang tidak sama panjangnya dan
sebagainya. Dengan kata lain seberapa jauh individu dapat membedakan stimulus yang
berbeda keadaannya. Weber juga membuat formulasi yang terkenal dengan hukum Weber
yaitu:
“Di dalam memperbandingkan dua objek, perbedaan itu dapat dipersepsi apabila tambahan
stimulus telah mencapai perbandingan yang tertentu terhadap standarnya”

Secara matematis hukum Weber dinyatakan dalam bentuk rumus:

=C R : (Reiz) stimulus standar

: tamabahan stimulus
Hukum Weber ini kemudian disempurnakan atau diolah lebih lanjut olh Fechner. Fechner
meletakkan 2 prinsip lagi untuk mengembangkan hukum Weber, yaitu:

1. Persepsi yang kompleks merupakan kumpulan dari beberapa persepsi yang lebih kecil atau
yang lebih sederhana.

2. Adanya asumsi kesamaan just noticeable differences (jnd’s) dalam persepsi, karena itu
adanya unit yang dapat untuk mengukur perubahan persepsi.

Atas dasar formulasi Weber dan atas prinsip yang dikemukakannya, maka Fechner
berpendapat bahwa:

Apabila stimulus bertambah dengan suatu perbandingan yang tetap, maka persepsi yang
ditimbulkan bertambah dengan tambahan yang sama.

1. Ilusi

Ilusi adalah kesalahan dalam memberi arti terhadap stimulus yang diterima, misalnya tonggak
dikira sebagai orang yang sedang berdiri. Ilusi bukanlah merupakan kelainan dalam
kehidupan kejiwaan seseorang. Mengenai ilusi terdapat adanya bermacam-macam faktor
yang menjadi sebab, yaitu:

1. Faktor ke-alaman

Ilusi terjadi karena faktor alam, misalnya ilusi kaca.

1. Faktor Stimulus

a) Stimulus yang mempunyai arti lebih dari satu dapat menimbulkan ilusi, misalnya
gambar yang ambigous, yang mempunyai arti lebih dari satu dapat menimbulkan ilusi.

b) Stimulus yang tidak dianalisis lebih lanjut, yang memberikan empresi secara total.

c) Faktor individu

Ini dapat disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan
psikologis dari individu.

1. C. PENUTUP

Kesimpulan

Sensasi merupakan tahap pertama stimuli mengenai indera kita, dan persepsi merupakan
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi yang diterima oleh individu. Sensasi dan persepsi keduanya saling
berhubungan. Sensasi meliputi 5 macam penginderaan, penglihatan yang dilakukan oleh
mata, pendengaran oleh telinga, penciuman oleh hidung, pengecapan oleh lidah, dan peraba
oleh kulit.

DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta.

Wade,Carol. 2008. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

http://khildaamaliyah.wordpress.com/2011/05/21/makalah-sensasi-psikologi/
Advertisements

Anda mungkin juga menyukai