Anda di halaman 1dari 14

Pembahasan Lengkap seputar Soal HOTS

Fanny Rofalina December 13, 2018 89 Comments


FacebookTwitterWhatsApp

Line

Artikel ini membahas tuntas soal HOTS, mulai dari definisi, ciri-ciri, contoh
soal, dan strategi belajar menghadapi soal HOTS di UN dan SBMPTN.

Hai, Zenius Fellows! Di artikel ini, gue akan membahas tuntas topik yang
lagi hot akhir-akhir ini di dunia pendidikan Indonesia, yaitu soal HOTS. Tapi
sebelum gue masuk ke pembahasannya, gue mau cerita dulu nih sepenggal
pengalaman gue berkecimpung di dunia pendidikan.

Lima tahun yang lalu, gue memulai karier di Zenius sebagai Tutor bimbel.
Awalnya, gue mengajar seadanya. Apa yang ada di buku, gue jelaskan. Apa
yang ditanya siswa, gue jelaskan. Ya semua berjalan biasa saja. Malah
murid-murid gue sering terlihat bosan. Gue suka apa yang gue ajarkan, tapi
mereka ga terlalu suka dengan pengajaran gue.

Sampai suatu hari, gue bercerita tentang ini di kelas:

“Kenapa nadi (pembuluh darah) kita warnanya biru? Padahal kan darah
warnanya merah.”

Tanpa disangka-sangka, beberapa murid gue saat itu tersenyum,


mengangguk-angguk, ada yang bilang “oohh”, dan ada yang semangat
mencatat. Gue bisa melihat antusiasme mereka, walaupun hanya sesaat.

Sebagai pencinta sains, gue merasa pertanyaan tentang warna darah dan
pembuluhnya adalah “hal biasa”. Tapi ternyata pengetahuan ini punya daya
pikat untuk siswa yang (mungkin) belajarnya buat ujian doang. Memang apa
sih yang istimewa dari pertanyaan ini? Setelah gue tilik-tilik, pertanyaan ini
dimulai dari fenomena sehari-hari yang sangat dekat dengan siswa. Dan
untuk menjawabnya, gue bisa mengaitkan beberapa materi pelajaran
sekaligus menjadi sebuah cerita besar yang seru.

Momen singkat tersebut membuat gue berpikir. Bisakah gue menciptakan


momen tersebut tiap mengajar?

Gue pun mengubah cara mengajar. Gue mengadopsi ide Sabda untuk
melontarkan “Apa pertanyaan terbesar dalam hidup lo?” di kelas. Murid-
murid dengan semangat come up dengan pertanyaannya masing-masing.
Bahkan ada murid yang niat mengetik dan mencetak semua pertanyaannya
ke beberapa halaman HVS. Dari sini, gue jadi lebih mengenal karakter tiap
siswa, level intelektualitas mereka, dan kehidupan mereka secara umum.

Gue kumpulkan semua pertanyaan terbesar dalam hidup mereka. Tiap


minggu, gue berusaha menjawab pertanyaan tersebut satu per satu. Gue
coba kaitkan dengan materi yang sedang dipelajari. Gue coba tantang
mereka kembali dengan pertanyaan-pertanyaan liar. Gue tetap mengajarkan
isi buku teks, apalagi menjelang ujian. Tapi gaya pengajaran gue tidak lagi
didominasi dengan pengajaran satu arah di depan kelas. Kadang kami
nonton film atau main game terkait materi pelajaran.

Sampai suatu hari, seorang murid berkata seperti ini:

“Kak, sejak lo datang ke kehidupan gue, gue ga pernah lagi remed Biologi.
Tadinya gue itu males banget sama Biologi, sekarang gue jadi suka!”

Kebayang ga perasaan gue saat itu?

Sepenggal pengalaman ini membuat gue merenungkan makna pendidikan.


Dalam waktu singkat, transformasi cara mengajar bisa mengubah keadaan
kelas 180o. Dari yang tadinya bosan dengerin gue ngomong jadi semangat
mendiskusikan pertanyaan liar mereka ke gue. Gue pun jadi teringat sebuah
kutipan dari seorang penyair Irlandia:

“Education is not the filling of a pail, but the lighting of a fire” – William
Butler Yeats

Pendidikan sesungguhnya bukanlah sekadar mengisi (ember) pengetahuan


ke kepala siswa, tapi seharusnya juga menyalakan api rasa ingin tahu dan
semangat belajar mereka.

Upaya ini tidak dilakukan oleh gue sendiri saja, tapi juga dilakukan oleh tim
Zenius secara keseluruhan. Buat yang sudah mengikuti Zenius sejak lama,
mungkin sudah aware dengan visi dan misi Zenius Education sebagai
lembaga pendidikan. Zenius tidak hanya ingin sekadar transfer pengetahuan
dengan para murid, tapi kami selalu berusaha untuk mengobarkan rasa
penasaran dan menumbuhkan semangat #BelajarBerkelanjutan di diri siswa.

Dan sebenarnya, apa yang dilakukan Zenius selama ini


nyambung banget dengan soal HOTS.
Fenomena Soal HOTS

Selama beberapa bulan terakhir, sepertinya soal HOTS menjadi topik


primadona di dunia pendidikan. Soal HOTS pertama kali mulai dibicarakan
ketika Kemendikbud mengeluarkan kebijakan untuk memasukkan soal HOTS
di Ujian Nasional 2018. Kebijakan ini pun menuai banyak kritik karena
diumumkan secara tiba-tiba dan para peserta ujian nasional merasa
kesulitan mengerjakan UN 2018 silam. Adu pernyataan antara siswa dan
Kemendikbud kala itu bahkan sempat menjadi isu nasional.

Setelah sempat reda, soal HOTS kembali ramai dibicarakan. Kali ini,
kebijakan datang dari Kemenristekdikti yang menyatakan bahwa soal HOTS
akan masuk di SBMPTN 2019. Kemendikbud pun tetap melanjutkan program
mereka untuk memasukkan soal HOTS di UN 2019. Praktis, battlefield para
siswa kelas 12 SMA/sederajat dan Alumni di tahun 2019 menjadi kian panas
dengan kehadiran soal HOTS ini.

Tapi sebenarnya soal HOTS ini apa sih? Apa yang membuat banyak pihak
gaduh dan bahkan cemas menghadapi HOTS? Emang sesusah itu ya?
Apakah pendidikan Indonesia emang perlu soal tipe HOTS ini? Siapkah
pelajar Indonesia menghadapi soal HOTS?
Nah, pada artikel kali ini, gue akan mengupas tuntas soal HOTS. Berikut
beberapa poin yang akan gue ceritakan:

 Definisi soal HOTS


 Contoh soal HOTS
 Perbandingan soal HOTS dan soal non-HOTS
 Keunggulan soal HOTS dan kaitannya dengan cerita pengalaman gue
mengajar di atas
 Implementasi soal HOTS di UN dan SBMPTN
 Strategi belajar menghadapi soal HOTS
 Sumber materi belajar dan latihan soal HOTS

Apa itu Soal HOTS?

HOTS merupakan sebuah konsep pendidikan yang didasarkan pada


Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah kerangka yang membagi tujuan
pendidikan menjadi beberapa kelompok. Berdasarkan Taksonomi Bloom,
dalam mempelajari suatu topik, ada beberapa tingkatan kemampuan
berpikir, mulai dari tingkat rendah (Lower-order thinking skills, disingkat
LOTS) sampai tingkat tinggi (Higher-order thinking skills, disingkat
HOTS). Dari namanya aja, pembelajaran HOTS tentunya memerlukan
kemampuan berpikir lebih daripada soal LOTS. Eh biar praktis, mulai dari
sini dan seterusnya, kita sebut saja soal bukan HOTS (non-HOTS) sebagai
soal LOTS ya.

Emang kemampuan berpikir lower-order dan higher-order itu apa aja


sih? Supaya lebih jelas, gue ilustrasikan lewat contoh ya. Misalnya, tutor
Matematika Zenius, Ivan, sedang mengajarkan Sistem Persamaan Linear. Ia
bisa membuat soal seperti ini:

Soal di atas merupakan tipe soal LOTS (Lower-order Thinking Skill). Kenapa?
Karena soal di atas hanya menguji 3 kemampuan berikut:
Soal di atas hanya menguji apakah lo MENGINGAT dan MEMAHAMI gimana
menyelesaikan sistem persamaan linear dengan dua variabel. Kemudian
apakah lo bisa MENERAPKAN penyelesaian tersebut untuk menemukan
jawabannya. Ketiga kemampuan ini (MENGINGAT, MEMAHAMI,
MENERAPKAN) adalah kemampuan tingkat rendah dalam sebuah
pembelajaran (lower-order thinking skills).

Gimana kalo soal LOTS di atas diganti jadi soal HOTS? Ivan bisa modif
soalnya menjadi seperti ini:

Soal tentang Deposito ini merupakan soal HOTS. Kenapa? Karena soal di
atas menguji beberapa kemampuan berikut:
Tingkatan berpikir menurut Taksonomi Bloom

Untuk bisa menjawab soal Deposito ini, lo perlu melakukan beberapa


langkah berikut:

1. Lo MENGANALISIS informasi apa aja yang ada di soal.


2. Berdasarkan analisis informasi tadi, lo MENGEVALUASI maksud soal itu
apa.
3. Lo MENCIPTAKAN model matematika dari cerita deposito. Ternyata model
matematikanya adalah sistem persamaan linear dengan dua variabel yang
mirip banget dengan soal LOTS sebelumnya, cuma beda angka doang:

4. Setelah menciptakan model matematikanya, lo perlu MENGINGAT cara


penyelesaiannya.
5. Lo juga harus MEMAHAMI cara penyelesaiannya.
6. Lo MENERAPKAN cara penyelesaian tersebut untuk menemukan jawaban
dari model matematika tadi.
Kelihatan bedanya kan?! Soal HOTS memerlukan tingkatan kemampuan
berpikir yang lebih daripada soal LOTS. Eh, kalo lo bisa jawab, tolong share
jawaban lo di bagian comment di bawah ya…

Selanjutnya, coba cek soal berikut ini. Menurut lo, apakah soal ini termasuk
soal HOTS?

Wah kelihatannya ngejelimet ya. Eits tapi jangan salaah, soal logaritma ini
masih tergolong soal LOTS, belum termasuk soal HOTS ya! Lho
kenapa? Karena soal tersebut hanya menguji apakah lo MENGINGAT dan
MEMAHAMI definisi dasar dari logaritma saja, lalu MENERAPKAN rumus
logaritma untuk mencari jawabannya. Ya emang penjabarannya rada
panjang sih. Tapi tidak ada kemampuan analisis, evaluasi, atau bahkan

mencipta yang dibutuhkan untuk menjawab soal ini.

Dari 2 contoh yang kontras ini, gue bisa menegaskan bahwa:

Soal HOTS tidak berhenti di menguji kemampuan MENGINGAT, MEMAHAMI,


dan MENERAPKAN, tetapi juga menuntut siswa untuk MENGANALISIS,
MENGEVALUASI, dan MENCIPTA model/kesimpulan dari informasi yang
disediakan.

Supaya lebih jelas lagi, kita masuk aja ke beberapa ciri-ciri soal HOTS.
Ciri-ciri Soal HOTS

1. Soal LOTS Fokus pada “Mengingat”, Soal HOTS Fokus pada


“Menalar”

Soal LOTS (Lower Order Thinking Skills) hanya menguji apakah lo ingat,
paham, dan bisa menerapkan apa yang lo pahami tentang suatu materi.
Nah, soal yang dibutuhkan untuk menguji 3 kemampuan dasar ini biasanya
fokus bertanya “apa”, “siapa”, dan “kapan”. Mapel Biologi dan Sejarah sering
banget nih kayak gini. Untuk pelajaran yang ada bacaannya, seperti Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris, soal LOTS akan nanya informasi yang tertera
di teks. Untuk pelajaran hitung-hitungan (seperti Matematika, Fisika, Kimia,
dan Ekonomi), soal LOTS biasanya dapat langsung diselesaikan dengan
masukin rumus. Oleh karena itu, soal tipe LOTS bisa disiasati dengan
menghafal (recall) saja. Padahal, belum tentu lo ngerti apa yang lo hafalkan.

Contohnya nih. Tutor Sosiologi Zenius, Adam, membuat soal LOTS yang bisa
gampangnya lo jawab dengan ngafalin Sifat-sifat Sosiologi aja.

Contoh soal LOTS Sosiologi –


Sifat Sosiologi

Di sisi lain, soal HOTS tidak berhenti di kemampuan mengingat kembali


informasi (recall), tetapi lebih mengukur kemampuan menalar. Maksudnya
apa nih? Soal HOTS menguji apakah lo mampu menelaah ide dan informasi
secara kritis, transfer satu konsep ke konsep lainnya, dan menggunakan
informasi untuk menyelesaikan masalah. Untuk menjawab soal HOTS, tidak
cukup menghafal definisi dan rumus, tapi juga perlu pemahaman konsep
yang mendalam.

Contohnya, Adam bisa modif soal LOTS tentang Sifat Sosiologi di atas
menjadi soal HOTS seperti berikut.
Contoh soal HOTS Sosiologi – Seleb medsos

Untuk menjawab soal seleb socmed ini, tidak cukup mengingat Sifat
Sosiologi itu apa aja. Ada proses penalaran dulu yang harus dilalui. Lo perlu
paham betul materi Saluran Mobilitas dan mengaitkannya ke fenomena
seleb socmed. Selanjutnya, lo perlu mencipta kesimpulan (menyelesaikan
masalah) berdasarkan pemahaman lo tentang Sifat Sosiologi. Ada yang bisa
jawab? Share jawaban lo di bagian comment ya…

2. Soal HOTS Tidak Selalu Susah

Banyak yang menghebohkan bahwa soal HOTS itu susah. Sebenarnya perlu
diperjelas dulu sih maksud “susah” di sini tuh gimana. Pada dasarnya, soal
HOTS itu ga selalu susah kok. Begitu juga sebaliknya, soal LOTS belum
tentu mudah. Mau bentuknya soal HOTS atau LOTS, bukan perkara
susah atau mudah. Tapi lebih ke apa yang ditanyakan.

Soal LOTS umumnya mengandalkan kemampuan hafalan. Sedangkan soal


HOTS lebih banyak mengandalkan kemampuan berpikir kritis. Nah
masalahnya, pelajar Indonesia terbiasa belajar dan menghadapi soal LOTS.
Tinggal hafal saja rumus, masukkan angkanya, dapat jawabannya. Tinggal
hafal mati saja semua istilah, jawaban ujian tertulis eksplisit di buku.
Sedangkan soal HOTS ga lurus kayak gitu. Soal HOTS menuntut lo
menganalisis dulu maksud soal dan mencipta model atau kesimpulan, baru
bisa menerapkan rumus untuk cari jawabannya. Karena gaya belajar seperti
ini masih jarang dilakukan di pendidikan Indonesia, maklumlah banyak yang
kaget sehingga merasa soal HOTS itu susah.

Padahal ya, soal HOTS itu bisa aja simpel dan gampang loh. Contohnya soal
matematika tentang Deposito di atas. Kalo lo paham betul dengan konsep
sistem persamaan linear dua variabel, lo bakal mudahnya membuat model
matematika dari soal cerita tersebut. Model matematikanya pun tergolong
mudah untuk diselesaikan.

Butuh contoh lagi? Ini contoh soal HOTS yang gampang:

Contoh soal HOTS Biologi – Jaring


makanan

Mungkin lo rada kaget melihat soal sederhana di atas. Yes, topik jaring
makanan yang udah lo pelajari sejak SD bisa dibikin jadi soal HOTS.
Kenapa? Karena untuk menjawab soal ini, tidak cukup dengan menghafal
peran tiap organisme di jaring makanan. Tapi lo juga butuh MENGANALISIS
bagan visual yang kompleks dan MENCIPTA kesimpulan, maka orde tingkat
berpikirnya lebih tinggi. Tapi gampang kan?!

Nah, tentunya ada soal HOTS yang susah dong. Salah satu tutor Biologi
Zenius, Arsa, bikin contoh soal HOTS Biologi yang susah seperti berikut:
Contoh soal HOTS Biologi – Jaringan dan Organ Tumbuhan

Untuk bisa menjawab soal di atas, lo ga bisa cuma komat-kamit hafal mati
jenis jaringan dan organ tumbuhan. Tapi lo mesti paham juga perannya
masing-masing, apa efek modifikasi pada mereka, dan adaptasi seperti apa
yang dibutuhkan tumbuhan pada iklim kering. Karena lo perlu menganalisis
tiap opsi jawaban, soal ini menjadi susah. Bagi yang tertarik untuk jawab
soal HOTS Biologi ini, tulis jawabannya di komen bawah ya.

Oke, soal HOTS bisa mudah atau susah. Gimana dengan soal LOTS? Sama
aja, soal LOTS bisa susah atau mudah. Ini beberapa contoh soal LOTS yang
susah:

Contoh soal
LOTS Biologi – Sistem gerak manusia

Contoh soal LOTS Biologi – Peran


bakteri

Sebagian besar dari lo mungkin kesulitan menjawab soal sistem gerak dan
peran bakteri di atas. Meski terkesan sulit, kedua soal ini bukan termasuk
tipe soal HOTS. Soal menjadi sulit karena lo butuh menghafal mati
pengetahuan yang amat sangat spesifik. Tapi pada akhirnya, yang lo
butuhkan hanya kemampuan recall informasi saja.

3. Soal HOTS Banyak Menanyakan Fenomena Sehari-hari

Sampai di sini, mungkin lo bisa menemukan sebuah pola dari beberapa


contoh soal HOTS yang gue tampilkan sebelumnya. Mulai dari soal tentang
deposito, seleb socmed, jaring makanan, dan adaptasi tumbuhan; ada
sebuah pola. Yak, soal HOTS sering mengaitkan suatu materi belajar dengan
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari (walaupun tidak selalu sih).
Berikut contoh soal HOTS yang dibuat oleh Lina, tutor Geografi Zenius:

Contoh soal HOTS Goegrafi – Revolusi bumi

Untuk menjawab soal ini, lo perlu analisis dulu posisi geografis Australia itu
di mana. Trus lo perlu analisis efek revolusi bumi terhadap posisi matahari
dan pergantian musim. Baru deh lo evaluasi dan mengambil kesimpulan di
Indonesia lagi musim apa. Hayoo, apa jawabannya? Tulis jawaban lo di
bagian comment di bawah artikel ini ya...

Ketimbang cuma nanyain efek revolusi bumi itu apa, soal cerita kayak begini
lebih menantang dan seru kan?! Pengaitan ke kehidupan sehari-hari ini
membuat lo jadi melihat relevansi apa yang lo pelajari di sekolah dengan
kehidupan nyata. Dari sini, rasa penasaran muncul. Pas kita udah
penasaran, kita jadi tertantang menjawabnya. Proses penelusuran
jawabannya (belajar) pun jadi yang seru dan satisfying.

Hal ini berbeda dengan soal LOTS. Karena umumnya soal LOTS langsung
menyajikan angka yang bisa langsung dimasukkan ke rumus atau
menanyakan definisi secara lurus, lo jadi kurang atau bahkan ga bisa
melihat apa relevansinya materi tersebut ke dunia nyata.
Angkanya udah disediain. Tinggal masukin aja ke rumus. Dapat deh
jawabannya. Tapi lo ga kebayang maksud elektron itu apa, katoda itu apa,
anoda itu apa, penerapannya gimana di dunia nyata.

4. Keunggulan Soal HOTS

Dari definisi dan ciri-cirinya, ada beberapa kesimpulan yang bisa ditarik dari
soal HOTS.

Lower-order Thinking Skills (LOTS) tentunya diperlukan sebagai tahapan


awal pembelajaran. Sebelum bisa menganalisis dan berkreasi, tentunya kita
butuh ingat dan paham. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika
sebuah proses belajar terlalu didominasi oleh LOTS saja.

Pengajaran berbasis LOTS membuat sekolah hanya sibuk memberikan


(mengisi ember) pengetahuan sebanyak-banyaknya dan menuntut siswa
sekadar menyimpan memori. Sekarang kita ingat, besoknya lupa. Padahal
mah fungsi ini sudah bisa dilakukan smartphone, Google, dan Wikipedia.
Dan siapa tahu 5 atau 10 tahun lagi, pengetahuan itu sudah obsolete
(usang).

Menurut World Economic Forum, 65 persen anak yang sekarang duduk di


bangku sekolah dasar, nantinya akan bekerja di tipe profesi baru yang
belum ada pada masa kini. Maka dari itu, memberikan begitu banyak
informasi yang amat spesifik dan menuntut siswa untuk menghafalnya
kurang berfaedah dalam mempersiapkan masa depan kalian.

Ditambah lagi, soal LOTS membuat siswa “buta” akan relevansi pelajaran
tersebut ke dunia nyata. Kebutaan ini menumpulkan nalar dan rasa ingin
tahu. Tidak mengherankan kalo pembelajaran berorientasi LOTS cenderung
membuat belajar jadi proses yang membosankan.

Pernah ga sih lo mempertanyakan esensi belajar ketika dihadapkan pada


sebuah materi yang cukup rumit, misalnya Integral.
“Buat apa sih gue belajar beginian? Belajar Integral sampe ngejelimet.
Emang bakal kepake ya pas kerja nanti?”

Kalo ditelusuri, Integral pasti ada gunanya kok di dunia nyata. Orang-orang
dengan profesi tertentu make integral untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Tapi apa semua orang make Integral di dunia kerja nanti? Enggak kan.
Terus kenapa kita harus belajar integral? Untuk apa belajar begitu banyak
materi ini-itu di sekolah?

Nah, gue akan mengutip apa yang diutarakan Sabda PS (founder Zenius
Education) di salah satu video Zenius Learning:

“Bukan isi pelajarannya yang utama. Tapi efek dari belajar tersebut yang
paling penting.”

Idealnya, dengan mempelajari beragam topik, otak kita terlatih untuk


menganalisis informasi, berlogika, dan menyelesaikan masalah. Dengan kata
lain, topik-topik tersebut sebenarnya “hanya” tool untuk menempa/melatih
otak kita berpikir dengan baik. Dan menurut gue pribadi, pembelajaran
berorientasi HOTS lah yang bisa memfasilitasi tujuan ideal itu. Soal HOTS
adalah model evaluasi pendidikan yang menguji kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Ketimbang ditanya fakta atau definisi, siswa ditanya bagaimana
sebuah sistem bekerja. Soal HOTS akan mengasah logika, pola pikir kritis,
dan kreativitas siswa. Soal HOTS mampu mengajak siswa connecting the
dots, mengaitkan satu materi ke materi lain untuk membangun sebuah
cerita besar yang seru. Jadi, ga berlebihan gue katakan bahwa
pembelajaran berbasis HOTS mampu igniting fire, memicu rasa
penasaran dan semangat belajar di dalam diri lo.

Anda mungkin juga menyukai