Jpkesmasdd120398 PDF
Jpkesmasdd120398 PDF
*Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, **Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi
Tengah, ***Peminatan Epidemiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar
Abstrak 150 respondents in Public Health Center and people residents. The data
Penyakit malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat was analyzed by SPSS program according to univariate, bivariat, and mul-
yang penting di dunia. Di Indonesia, terutama di luar daerah Jawa dan Bali, tivariate. The result showed that positive mycroscopic cases among clinical
sampai kini angka kesakitan malaria masih tergolong tinggi. Di Puskesmas malaria cases is 52%. The sign and symptomps of malaria is corelated to
Bunta Kabupaten Banggai, pada tahun 2008 Annual Malaria Incidence positif microscophic examinated cases such as shiver (p value = 0,000);
(AMI) dilaporkan mencapai 109,9‰. Penelitian ini bertujuan untuk headache (p value = 0,007); muscle/bones pain (p value = 0,001); dizzy-
membandingkan serta mengetahui hubungan gejala, tanda klinis, dan hasil ness (p value = 0,000); fever >37,5°C (p value = 0,003); anemia (p value =
pemeriksaan mikroskopik malaria. Desain studi yang digunakan adalah 0,000); and splenomegaly (p value = 0,000). Based on the multivariate test,
cross sectional. Pengumpulan data wawancara dan mengambil sediaan indicated that the sign and symptoms that related dominantly to micros-
darah dilakukan pada 150 penderita suspect malaria di puskesmas dan cophic examination includes shiver symptom (p value = 0,002; CI 95% =
rumah penduduk. Penderita malaria klinis dengan pemeriksaan mikros- 1,593 _ 7,797) and anemia (p value = 0,000; CI 95% = 2,265 _ 11,191).
kopik malaria positif ditemukan sekitar 52%. Gejala dan tanda klinis malaria Malaria clinical signs and symtomps is the alternative diagnosis of malaria
yang berhubungan bermakna dengan pemeriksaan mikroskopik meliputi in endemic areas that have microscophic examination restictiveness.
menggigil (nilai p = 0,000); sakit kepala (nilai p = 0,007); nyeri otot/ tulang Key words: Clinical malaria, microscophic examination, clinical sign and
(nilai p = 0,001); pusing (nilai p = 0,000); demam (nilai p = 0,003); anemia symptoms
(nilai p = 0,000); dan splenomegali (nilai p = 0,000). Berdasarkan analisis
multivariat ditemukan gejala dan tanda klinis yang paling dominan
berhubungan dengan pemeriksaan mikroskopik adalah menggigil (nilai p = Pendahuluan
0,002; CI 95% = 1,593 _ 7,797) dan anemia (nilai p = 0,000; CI 95% = 2,265 Penyakit malaria masih merupakan salah satu
_ 11,191) yang merupakan faktor prediksi terbaik untuk diagnosis dini, masalah kesehatan dunia terutama di kawasan tropis dan
skrining, dan surveilans malaria. subtropis negara sedang berkembang. Sekitar 40% pen-
Kata kunci: Malaria klinis, pemeriksaan mikroskopik, gejala dan tanda klinis duduk dunia tinggal di daerah endemis malaria.1 Angka
malaria kesakitan penyakit malaria di Indonesia masih cukup
tinggi terutama di luar daerah Jawa dan Bali, diperki-
Abstract rakan 35% penduduk di Indonesia tinggal di daerah yang
Malaria which morbidity still high is one of health problems in the world in- berisiko tertular malaria, salah satunya di Kabupaten
cluding in Indonesia, mainly in outside Java and Bali island. In Bunta Public Banggai Provinsi Sulawesi Selatan. Insiden malaria yang
Health Center Banggai Regency in 2008, the AMI was 109,9‰ still high. diukur dengan Annual Malaria Incidence (AMI) masih
The objective of this research is to compare and to know the relationship tergolong tinggi pada tahun 2006 sebesar 47,85‰; tahun
between clinical malaria diagnosis and microscophic examination. The
methods used in research were observasional study with cross sectional Alamat Korespondensi: A. Arsunan Arsin, Bagian Epidemiologi FKM
study by interviewing and taking blood stoke of malaria suspected among Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemeredekaan Km. 10 Tamalanrea
Makassar 90245, Hp. 0811443394, e-mail: arsunan_arsin@yahoo.co.id
277
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 6, Juni 2012
2007 sebesar 47,36‰; dan tahun 2008 sebesar 45,97‰.2 merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang
Secara khusus di Puskesmas Bunta, kejadian malaria mengeluarkan berbagai macam sitokin antara lain tu-
memperlihatkan kecenderungan yang meningkat, AMI mor nekrosis faktor (TNF) α. TNF α akan dibawa aliran
berturut-turut pada tahun 2006 (86,9‰), tahun 2007 darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur
(91,6‰), dan tahun 2008 (109,9‰).3 suhu tubuh dan terjadi demam; 2) menggigil merupakan
Kabupaten Banggai yang memiliki keterbatasan pe- tanda khas demam yang dialami penderita malaria yak-
meriksaan mikroskopik, upaya penanggulangan penya- ni panas tinggi yang timbul dikompensasi oleh tubuh se-
kit malaria di daerah endemis tinggi terus dilakukan, te- hingga penderita menggigil; 3) sakit kepala merupakan
tapi hasil yang diperoleh masih belum optimal menurun- akibat dari lepasnya mastosit dan TNF α, selain menim-
kan angka kesakitan dan kematian. Upaya penatalaksa- bulkan demam juga menimbulkan sakit kepala; 4) nye-
naan penyakit malaria memerlukan informasi berdasar- ri otot/tulang juga diakibatkan lepasnya mastosit dan
kan eviden yang akurat dari lapangan. Gejala dan tanda TNF α yang bermanifestasi pada nyeri otot/tulang; 5)
klinis menjadi alternatif diagnosis malaria bagi daerah mual merupakan gejala yang timbul sebagai reaksi
endemis yang memiliki keterbatasan pemeriksaan gastrointestinal akibat infeksi plasmodium; 6) muntah
mikroskopik dalam mencegah penularan dan komplika- merupakan kelanjutan dari kondisi mual yang mening-
si penyakit malaria. Menyadari akan hal itu maka peneli- kat menjadi rangsangan terhadap lambung untuk
tian ini diharapkan dapat memperoleh besarnya perbe- mengeluarkan isinya; 7) pusing merupakan gejala lain
daan hasil diagnosis malaria secara klinis dengan diag- yang muncul pada penderita suspect malaria; 8) suhu tu-
nosis mikroskopik dan mengetahui hubungan antara ge- buh tinggi/demam merupakan tanda klinis akibat reak-
jala dan tanda klinis malaria dengan hasil pemeriksaan si tubuh terhadap adanya benda asing karena adanya
mikroskopik sehingga didapatkan gejala dan tanda klinis pelepasan histamin dan TNF α yang menimbulkan pe-
yang dapat dijadikan alat deteksi dini, pengobatan, dan ningkatan suhu tubuh diatas 37,5°C; 9) anemia meru-
peningkatan sistem surveilans malaria di Puskesmas pakan tanda klinis akibat pecahnya sel darah merah (eri-
Bunta Kabupaten Banggai tahun 2009. trosit) selama terjadinya segmentasi parasit yang ditan-
dai dengan menurunnya kadar hemoglobin (Hb) darah
Metode di bawah 11,5 g/dl; 10) pembesaran limfa (splenome-
Penelitian ini menggunakan desain studi epidemiologi gali) karena adanya invasi parasit dan pembentukan ja-
observasional cross sectional yang mengamati gejala/ ringan ikat pada limfa.5
tanda klinis malaria dan pemeriksaan mikroskopik secara Penentuan diagnosis malaria perlu dikonfirmasi
serentak. Penelitian dilaksanakan di wilayah Puskesmas dengan pemeriksaan mikroskopik untuk meningkatkan
Bunta Kabupaten Banggai yang merupakan daerah validitas diagnosis sehingga penatalaksanaannya dapat
endemis malaria. Populasi dalam penelitian adalah pen- dilakukan dengan tepat. Hal ini dimaksudkan untuk pem-
derita suspect malaria yang ada di wilayah penelitian. berian obat yang rasional sehingga dapat mengurangi ke-
Sampel adalah 150 penderita suspect malaria yang jadian resistensi obat anti malaria dan mencegah penula-
ditemukan dalam wilayah penelitian di puskesmas (PCD) ran.6
dan rumah (ACD). Data yang dikumpulkan adalah data
primer dengan menggunakan kuesioner dan data Hasil
sekunder diperoleh di lokasi penelitian. Gejala dan tanda klinis yang paling banyak dikeluh-
Sehubungan dengan pengobatan penyakit malaria, kan oleh penderita suspect malaria adalah demam
diagnosis perlu ditegakkan dengan melihat gejala dan (100,0%) dan sakit kepala (84,7%) sedangkan paling
tanda klinis yang muncul secara umum menggambarkan sedikit adalah muntah (24,0%) dan splenomegali
keadaan penderita penyakit malaria. Meskipun diagnosis (16,7%) (Tabel 1).
klinis mempunyai kelemahan yakni gejala klinis yang Pada penelitian ini, penderita suspect malaria yang
muncul tidak selalu khas malaria seperti akibat infeksi vi- positif berdasarkan pemeriksaan mikroskopik sebesar
rus, namun diagnosis malaria secara klinis terutama pa- 52%. Gejala klinis yang berhubungan dengan pemerik-
da daerah endemis dan wilayah yang mempunyai keter- saan mikroskopik adalah menggigil (nilai p = 0,000; X2
batasan pemeriksaan mikroskopik sangat diperlukan se- = 15,205); sakit kepala (nilai p = 0,007; X2 = 7,308),
cara cepat ditegakkan agar dapat dilakukan penatalak- nyeri otot/tulang (nilai p = 0,001; X2 = 11,579), dan pu-
sanaan/pengobatan penderita sehingga dapat mencegah sing (nilai p = 0,001; X2 = 11,607) (Tabel 2).
terjadinya komplikasi/malaria berat dan mengurangi Tanda klinis yang berhubungan dengan pemeriksaan
angka kematian.4 mikroskopik adalah demam > 37,5°C (nilai p = 0,003; X2
Variabel gejala dan tanda klinis yang akan diteliti = 8,565), anemia (nilai p = 0,000; X2 = 20,837), dan
yaitu: 1) demam, timbul bersamaan dengan pecahnya splenomegali (nilai p = 0,000; X2 = 19,231) (Tabel 3).
skizon darah yang mengeluarkan bermacam antigen dan Gejala klinis yang berhubungan positif dengan pe-
278
Arsin, Paerunan & Syatriani, Konfirmasi Pemeriksaan Mikroskopik terhadap Diagnosis Klinis Malaria
279
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 6, Juni 2012
Tabel 4. Analisis Hubungan antara Gejala Klinis Menggigil, Sakit Kepala, Nyeri Otot/Sendi, dan Pusing dengan Hasil
Pemeriksaan Mikroskopik Positif
Tabel 5. Analisis Hubungan antara Tanda Klinis Suhu Tubuh Tinggi/Demam, Anemia, dan Pembesaran Limfa dengan Hasil
Pemeriksaan Mikroskopik Positif
280
Arsin, Paerunan & Syatriani, Konfirmasi Pemeriksaan Mikroskopik terhadap Diagnosis Klinis Malaria
281
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 6, Juni 2012
6. Chadijah S, Labatjo Y, Garjito TA, Wijaya Y, Udin Y. Efektivitas diag- klinis dan uji mikroskopis [tesis]. Makassar: Program Pascasarjana
nosis mikroskopis malaria di Puskesmas Donggala, Puskesmas Kulawi, Universitas Hasanuddin; 2007.
dan Puskesmas Lembasada, Provinsi Sulawesi Tengah [homepage on the 9. Chandramohan D, Carneiro I, Kavishwar A, Brugha R, Desai V,
Internet]. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2006; 5 (1): 385-94. Greenwood B. A clinical algorithm for the diagnosis of malaria: result of
7. Arsin AA, Hidayat DA, Amiruddin R. Analisis perbandingan malaria an evaluation in area of low endemicity [homepage on the Internet].
klinis dan pemeriksaan mikroskopis dalam diagnosis malaria. Medika, Tropical Medicine and International Health. 2001; 6 (7): 505-10
Jurnal Kedokteran Indonesia. 2007; XXXIII (10): 658. 10. Lule M. Algorithm for malaria during low and high transmission ses-
8. Hasmar M. Algoritma diagnosis malaria sebagai hasil komparasi gejala sions [homepage on the Internet]. ADC; 2006.
282