PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah musibah atau sebuah
masalah yang mana masalah tersebut akan menimbulkan sebuah kerugian atau risiko. Nah
dalam hal ini ada yang namanya asuransi, yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi hal
tersebut. Sebagai orang muslim disini kami akan membahas mengenai akuntansi transaksi
Asuransi yag Syariah tentunya. Sehingga dengan adanya pembahasan ini maka kita akan tahu
dan paham mengenai akuntansi Asuransi. Akuntansi Asuransi yang akan kami bahas disini
adalah yang digunakan di lembaga keuangan syariah. Dalam akuntasi asuransi syariah ada
beberapa prinsip yang ada didalamnya yang harus diterpakan meliputi : saling bertanggung
jawab, saling bekerjasama, saling melindungi. Dan akuntnasi asuransi syariah dan
konvensional mempunyai perbedaan. Dan dengan ini kami akan mempersembahkan sebuah
makalah yang akan memaparkan hal-hal tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar, yaitu al-kifayah
‘kecukupan’ dan al-amnu ‘keamanan’. Sebagaimana firma Allah swt, “Dialaha Allah yang
mengamankan mereka dari ketakutan’’, sehingga sebagaian masyarakat menilai bahwa bebas
dari lapar merupakan bentuk keamanan. Mereka menyebutnya dengan al-amnu al-qidza i
aman konsumnsi. Dari prinsip tersebut, Islam mengarahkan kepada umatnya untuk mencari
rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa mendatang maupun untuk keluarganya sebagai
nasihat Raul kepada Sa’ad bin Abi Waqqash agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja.
Selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat.
Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat lima aspek yaitu aspek
ekonomi, hokum, social, bisnis, dan aspek matematika.
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi
dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
/ atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah
adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
Menurut Husain Hamid Hisan, mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta’awun yang
telah diatur dengan system yang sangat rapih, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah
siap mengantisipasi suatu peristiawa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut,
maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit
2
pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma)
tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa
musibah.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesi (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang
pedoman umum asuransi syariah, memberikan definisi tentang asuransi. Menurutnya,
Asuransi Syariah (Ta’min, Tafakul, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Dari definisi di tersebut tampak bahwa asuransi
syariah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang disebut dengan ta’awun. Yaitu
prinsip hidup saling melindungi dan saling tolong menolong atas dasar ukhuwal Islamiyah
antara sesame anggota perserta Asuransi Syariah dalam menghadapi malapetaka (risiko).
3
kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan [al Hasyr: 18] .
Ayat ini dikaitkan oleh sebagian umat Islam dengan aktivitas menabung atau berasuransi.
Menabung adalah upaya mengumpulkan dana untuk kepentingan mendesak atau kepentingan
yang lebih besar di masa depan, sedangkan asuransi adalah upaya berjaga-jaga jika suatu
musibah datang menimpa, di mana hal ini membutuhkan perencanaan dan kecermatan.
Dari segi hokum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan
legalitasnya pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang sebenarnya
kurang mengakomodasi asuransi syariah di Indonesia karena tidak mengatur mengenai
keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah. Dengan kata lain, UU No. 2 Tahun 1992,
tidak dapat dijadikan landasan hokum yang kuat bagi asuransi syariah. Adapun peraturan
perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah
yaitu :
a) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang
perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
c) Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang
Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi dengan system Syariah.
4
b. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain.
Hubungan sesama muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota badan
terganggu atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan. Maka saling
membantu dan tolong-menolong menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem
kehidupan masyarakat.
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu
menghardiknya”’.(Adh.Duiha [93]9-10)
Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi para
peserta asuransi antara lain sebagai berikut:
1) Rasa aman dan perlindungan.
4) Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta
sebagai bentuk saling tolong menolong dan membantu diantara mereka.
5
2.5 Tujuan Akuntansi Asuransi Keuangan Syariah
Akuntansi keuangan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan tingkat
kebutuhan perusahaan untuk menetapkan hak dan kewajiban keuangan, hasil operasi dan
untuk memberikan imformasi mengenai posisi keuangan pada waktu tertentu.
Suatu transaksi dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
Adapun tujuan dari Akuntansi Keuangan Syariah baik pada asuransi syariah maupun pada
lembaga keuangan syariah lainnya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait termasuk hak dengan kewajiban yang
berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai
dengan prinsip syariah yang berdasarkan pada konsep kejujuran, keadilan, kebajikan
dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islam.
b. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan untuk
mengambil keputusan.
c. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha.
6
dari satu tempat ke tempat lain, meliputi: Asuransi laut, asuransi darat, Asuransi
udara.
2) Sistem asuransi jiwa
Asuransi ini berkaitan dengan marabahaya dan risiko yang dapat menimpa seseorang,
seperti luka-luka akibat kecelakaan, sakit, meninggal, atau pension. Dan diantara
model asuransi jiwa yang paling penting adalah sebagai berikut:
Asuransi hidup
Asuransi Kecelakaan
Asuransi Sosial
Asuransi Sakit
Jaminan asuransi dari tanggung jawab sipil, pekerjaan, dan kecelakaan kerja.
7
orang yang ditunjuk, dalam hal tidak ada ahli waris. Dalam musibah kecelakaan yang tidak
mengakibatkan kematian, santunan akan diterima oleh peserta yang mengalami musibah.
Menurut Muhammad dalam Hilaliyah (2008:42), Jenis takaful keluarga meliputi:
1. Produk takaful individu dengan unsur tabungan, meliputi:
a. Takaful berencana/dana investasi
e. Takaful hasanah
Informasi tentang pengelolaan dana asuransi syariah ini juga diberikan oleh perusahaan
asuransi pertama yang memperkenalkan asuransi syariah sebagai sejarah terbentuknya
asuransi syariah di dunia. Dalam hal keuntungan yang di dapat oleh perusahaan
asuransi atas pengembangan dana asuransi syariah dari setiap nasabah asuransi syariah ini di
bagi secara merata dan seimbang. Ini sesuai dengan prinsip asuransi syariah “mudharabah”
atau biasa disebuat dengan prinsip bagi hasil. Dan besarnya pembagian hasil dari keuntungan
8
tersebut, ini tergantung pada kesepakatan antara peserta asuransi syariah di mana nasabah
asuransi syariah ini menjadi pemilik modal dengan perusahaan asuransi yang berfungsi
sebagai media untuk mengembangakan dan menjalankan modal tersebut pada saat akad
perjanjian dilaksanakan. Dalam pengelolaan dana asuransi syariah dari para nasabah,
perusahaan asuransi dalam hal ini asuransi syariah mempunyai mekanisme atau cara kerja
yang terbagi menjadi 2 cara dalam mengelola dana asuransi syariah, adalah sebagai berikut :
Menjadi nasabah asuransi, baik produk asuransi konvensional maupun asuransi syariah yang
berbasiskan Islam sebagai landasan hukum semua nasabah asuransi harus memberikan atau
membayar iuran yang jumlah telah ditentukan kepada perusahaan asuransi secara rutin. Atau
dalam dunia asuransi, iuran tersebut disebut dengan premi asuransi. Tetapi khusus untuk
asuransi syariah ini, besar premi asuransi yang akan dibayarkan itu sesuai dengan
kemampuan para masing-masing nasabah asuransi dan sesuai dengan kesepakatan pada saat
akad perjanjian dilakukan.
Untuk pembayaran iuran atau premi asuransi syariah, para nasabah bisa memilih cara
pembayarannya baik dengan transfer atau bayar langsung. Dan waktu pembayaran premi
asuransi ini juga bisa di pilih langsung oleh setiap nasabah asuransi, bisa dengan melakukan
pembayaran setiap bulan, 3 bulan sekali, per 6 bulan, bahkan sampai 1 tahun sekali
pembayarannya. Untuk setiap dana premi asuransi syariah yang dikeluarkan oleh tiap
nasabah asuransi syariah yang berhubungan dengan tabungan, ini akan langsung dipisahkan
oleh perusahaan asuransi ke dalam dua rekening yang berbeda.
Rekening Tabungan, yaitu kumpulan premi dana asuransi syariah dari setiap peserta
asuransi syariah yang merupakan milik peserta sekaligus sebagai simpanan. Dana premi
asuransi tersebut secara otomatis menjadi hak dari nasabah asuransi syariah dan akan
dikembalikan bila :
9
b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan.
Khusus untuk produk asuransi syariah, premi asuransi syariah akan harus dibayarkan oleh
setiap nasabah asuransi syariah ini akan dipisahkan langsung oleh perusahaan asuransi.
Pemisahan dana asuransi syariah tersebut, salah satunya untuk sumbangan yang digunakan
untuk membantu sesama nasabah asuransi syariah dan juga untuk sesama umat muslim.
Rekening Tabarru, yaitu kumpulan dana premi asuransi yang diberikan oleh setiap nasabah
asuransi syariah sebagai iuran atau sumbangan untuk kebaikan dengan tujuannya untuk saling
tolong-menolong dan saling membantu sesama umat muslim dan nasabah asuransi syariah.
Untuk dana yang berupa premi asuransi syariah tersebut akan dibayarkan apabila :
Nasabah asuransi syariah tersebut meninggal dunia. Dan dana asuransi syariah
tersebut diberikan kepada ahli waris atau keluarganya.
Perjanjian asuransi syariah telah berakhir. Untuk dana premi asuransi syariah ini akan
di berikan jika ada surplus dana yang diterima oleh perusahaan asuransi.
Semua sistem dan cara pengelolaan dana asuransi syariah yang telah dihimpun dan
dikelola oleh perusahaan asuransi ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam demi
untuk mendapatkan keuntungan. Nah, setiap keuntungan yang didapat dari hasil investasi
tersebut, akan dibagikan secara merata dengan jumlah yang adil antara nasabah asuransi
syariah dengan perusahaan asuransi. Pembagian keuntungan dari investasi ini, tentunya
setelah dikurangi beban asuransi, yaitu klaim dan premi asuransi. Pembagian keuntungan ini
juga akan dilakukan dengan mengedepankan atau menggunakan prinsip Al-Mudharabah dan
sesuai dengan perjanjian atau pada saat akad asuransi syariah dilakukan.
10
asuransi syariah, yaitu wataawanu alal birri wattaqwa’ saling menolong dalam kebajikan dan
taqwa‟.
Premi yang ditetapkan oleh polis harus dalam batas kemampuan keuangan
pembeli.
11
Premi yang dibebankan untuk asuransi harus bersaing dengan pasar.
12
loading kepada peserta dengan alasan bertentangan dengan kaidah syara‟. Sementara
sebagian yang lain seperti Takaful Keluarga, MAA syariah dan asuransi syariah lainnya,
Dewan Pengawas Syariah (DPS) membolehkan loading (misalnya sebesar 3 persen) dari
premi tahun pertama, sepanjang dilakukan secara transparan dan sepengetahuan peserta
takaful diawal akad. Hal ini dianggap tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syara‟.
Menurut Sula (2004:181) pengertian biaya loading pada asuransi syariah adalah kontribusi
biaya yang diambil dari sebagian kecil kontribusi peserta (premi) tahun pertama, misalnya
20%-30% dari premi tahun pertama. Biaya tersebut terutama diperuntukkan untuk komisi
agen dan biaya penagihan (incasso).
13
Dalam system akuntansi syariah memiliki beberapa perbedaan system akuntansi dengan
akuntansi konvensional. Mohamed Arif bin Abdul Rashid, CEO PT. Syarikat Takaful
Indonesia, dalam Eccounting Concept In Takaful Busines menjelaskan beberapa perbedaan
tersebut sebagai berikut:
a) Cash Bases
Dalam praktik akuntansi konvensional, premi asuransi diakui sebagai pendapatan,
walaupun premi asuransi belum dibayarkan. Sedangkan dalam praktik akuntansi
takaful atau asuransi syariah, angsuran atau premi dan laba dari investasi benar-benar
diakui sebagai pendapatan jika perusahaan telah menerimanya secara tunai. Praktik
akuntansi ini memiliki arti yang penting yang berkaitan dengan system bisnis yang
berperinsip pada mudharabah dimana akad mengikat antara peserta dengan
perusahaan dalam kesepakatan bagi hasil.
b) Technical Reserve
Cadangan teknis merupakan bagian dari premi asuransi yang belum dihasilkan atau
dikenal sebagai cadangan premi yang belum dihasilkan. Dalam system akuntansi
takaful, cadangan teknik dihitung dengan menggunakan metode 1/365. Premi akan
diakui sebagai pendapatan serta ditentukan menurut jumlah hari yang sebenarnya
selama periode akuntansi dan masa perjanjian/kontrak Tafakul. Premi yang tidak
digunakan selama masa perjanjian dianggap cadangan.
c) Beban Retakaful
Dalam praktik asuransi konvensional beban reasuransi selama masa perjanjian, diakui
sebagai asuransi awal yang dikover. Praktik akutansi ini sesuai dengan standar yang
diterima, yaitu perbandingan pendapatan dengan beban yang terjadi pada periode
berjalan. Dalam system akuntansi Takaful, beban retakaful selama masa perjanjian
diakui sebagai utang sampai angsuran atau premi Takaful dibayar oleh peserta. Akan
tetapi, beban retakaful ini akan diakui sebagai pendapatan juika seluruh premi dibayar
lebih awal oleh peserta.
d) Surplus (Pada Asuransi Jiwa)
Dalam asuransi konvensional, surplus dari investasi ditrasfer ke pemegang saham
sebagai pendapatan. Tetapi, di Takaful keluarga (jiwa), perusahaan tidak berhak
mengakui surplus ini sebagai pendapatan. Pada Takaful keluarga hanya laba dari dana
investasi dibagikan antara peserta dan perusahaan sesuai yang diperjanjikan (misalnya
70:30 atau 60:40). Setelah dikurangi bagian keuntungan bagi perusahaan, sisa dari
14
keuntungan ini merupakan pendapatan bagi peserta Takaful yang dikreditan kerening
peserta.
e) Surplus (Pada Asuransi Kerugian)
Laba dari Takaful Umum (kerugian) dibagikan berdasarkan rasio pembagian
keuntungan yang telah disepakati antara perusahaan dan peserta Takaful. Keuntungan
dibayarkan jika peserta tafakul masih terikat perjanjian atau kontrak. Aspek teknis
akuntansi, asuransi Tafakul menggambarkan nilai tambah atau keuntungan yang
diungkapkan secara adil dan transparan. Sehingga, baik perusahaan maupun peserta
asuransi tafakul tidak merasa dirugikan. Keuntungan lain yang bersifat jangka
panjang bahwa adanya nilai kebersamaan, tolong-menolong, dan saling menaggung
jika di antara peserta terjadi klaim kerugian. Inilah sisi kemungkinan yang didapatkan
dari asuransi Takaful. Secara ringkas perbedaan antara akuntansi asuransi konvensial
dengan akuntansi asuransi syariah dapat dilihat pada tabel berikut:
15
5. Keuntungan yang didapatkan oleh Ada pembagian
perusahaan asuransi merupakan keuntungan/berdasarkan rasio yang
laba perusahaan disepakati dalam perjanjian
16
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh
peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.
Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta menginfaqkan atau
menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar
klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan
disini hanya sebatas pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana
atau kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam mengoprasikan
kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-membantu, Saling melindungi
dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan
menghindari unsur-unsur yang mengandung gharar, maysir dan riba.
Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi kovensional
adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS), akad, Investasi dana,
kepemilikan dana, pembayaran klaim dan keuntungan.
3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
Asuransi syariah bisa menjadi salah satu alternative bagi masyarakat muslim yang
ingin membantu sesamanya
Perlu diadakannya sosialisasi mengenai produk-produk dari asuransi syariah ini
kepada masyarakat agar masyarakat tidak tabu dengan informasi mengenai produk-
produk yang ditawarkan.
Sebaiknya diadakan penyuluhan mengenai pentingnya asuransi syariah itu sendiri
guna menumbuhkembangkan minat masyarakat terutama masyarakat yang muslim
untuk menginvestasikan sebagian hartanya agar dapat menolong sesame.
Pemerintah sebaiknya mendukung dan membantu program-program yang dilakukan
oleh asuransi syariah, agar tujuan untuk memakmurkan perekonomian Negara ini
dapat tercapai dengan baik
17
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 111
http://innazeyina.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-asuransi-syariah.html
https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/06/22/tugas-makalah-akuntansi-asuransi-syariah/
Skripsi Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Dana Dengan Sistem Mudharabah Pada Asuransi
Syariah (Studi Kasus Pada Pt. Asuransi Takaful Keluarga Cab. Makassar). 2014 : Andi
Sriwahyuni.
18
LAMPIRAN
1. Neraca
Aset
Kas dan setara kas xxx
Piutang kontribusi xxx
Piutang reasuransi xxx
Piutang xxx
Murabahah xxx
Salam xxx
Istishna’ xxx
Investasi pada surat berharga xxx
Pembiayaan xxx
Mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Investasi pada entitas lain xxx
Properti investasi xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
Jumlah aset xxx
Kewajiban
Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak xxx
Utang klaim xxx
Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan xxx
Bagian peserta atas surplus underwriting dana
tabarru’ yang masih harus dibayar xxx
Utang reasuransi xxx
Utang dividen xxx
Utang pajak xxx
Jumlah kewajiban xxx
Dana Peserta
Dana syirkah temporer
Mudharabah xxx
Dana tabarru’ xxx
Jumlah dana peserta xxx
Ekuitas
19
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo Laba xxx
Jumlah ekuitas xxx
Jumlah kewajiban, ekuitas peserta, dan ekuitas xxx
Pendapatan Asuransi
Kontribusi bruto xxx
Ujrah pengelola (xxx)
Bagian reasuransi (atas risiko) (xxx)
Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak (xxx)
Jumlah pendapatan asuransi xxx
Beban Asuransi
Pembayaran klaim xxx
Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain (xxx)
Klaim yang masih harus dibayar xxx
Klaim yang masih harus dibayar yang ditanggung
reasuransi dan pihak lain (xxx)
Penyisihan teknis
Beban pengelolaan asuransi xxx
Jumlah beban asuransi xxx
Surplus (Defisit) Neto Asuransi xxx
Pendapatan Investasi
Total pendapatan investasi xxx
Beban pengelolaan portofolio investasi xxx
Pendapatan investasi neto xxx
Penambah
Kontribusi periode sebelumnya yang diterima
pada periode berjalan secara kas xxx
20
Klaim reasuransi periode sebelumnya yang
diterima pada periode berjalan secara kas xxx
Pengurang
Kontribusi periode berjalan yang belum diterima
secara kas ( xxx)
Klaim reasuransi periode berjalan yang belum
diterima secara kas (xxx)
Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru’
Siap Didistribusikan xxx
Pendapatan
Pendapatan pengelolaan operasi asuransi
(ujrah) xxx
Pendapatan pengelolaan portofolio investasi
dana
peserta xxx
Pendapatan pembagian surplus underwriting xxx
Pendapatan investasi xxx
Jumlah pendapatan xxx
Beban
Beban komisi xxx
Ujrah dibayar xxx
Beban umum dan administrasi xxx
Beban pemasaran xxx
Beban pengembangan xxx
Jumlah beban xxx
21
4. Laporan Perubahan Dana Tabarru
22