PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah berguna sebagai bahan bangunan dalam pekerjaan sipil, salah satu nya pada
dipengaruhi oleh kemampuan tanah dasar dalam menerima dan meneruskan beban
yang bekerja. Namun, tidak semua lapisan tanah dasar mampu menahan beban di
atasnya, Hanya tanah yang memiliki klasifikasi baik yang mampu berfungsi
konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung
Daya dukung suatu lapisan tanah tertentu tergantung dari kepadatan tanah yang
lapisan tanah dari jenis tanah tertentu maka lapisan yang dibuat di atasnya
haruslah semakin tebal.Di Indonesia, jarang ditemukan tanah yang di padat kan
dan mencapai nilai CBR yang tinggi. Tanah lempung lunak yang biasa nya berada
Umumnya perbaikan tanah dilakukan pada tanah lunak karena tanah lunak
mengandung persentase air yang cukup tinggi yaitu lebih dari 60% bahkan lebih
dari 100%. Artinya jika suatu konstruksi dibangun di atasnya, maka konstruksi
tersebut akan memberikan beban yang besar terhadap tanah yang akan
Proses stabilisasi tanah secara konvensional saat ini belum mampu merubah sifat
kembang susut tanah, sehingga walaupun suatu perkerasan atau konstruksi jalan
sifat buruk tanah di bawahnya masih ada. Melihat perkembangan yang terjadi
pencampuran bahan atau zat kimia. Untuk memperbaiki mutu tanah digunakan
bahan pencampur yang salah satunya adalah abu ampas tebu dengan penambahan
Matos secara kimiawi. Abu ampas tebu merupakan hasil perubahan kimiawi dari
pembakaran ampas tebu murni. Dan penambahan Matos pada kadar tertentu dapat
Abu ampas tebu (baggase ash) merupakan hasil perubahan kimiawi dari
pembakaran ampas tebu murni. Abu ampas tebu ini terdiri dari garam-garam
anorganik dan kaya akan silica (Si) yang sangat potensial digunakan dalam bidang
Adapun bahan kimia yang dapat dijadikan sebagai bahan additive untuk
melakukan stabilisasi tanah salah satunya adalah Matos. Bahan kimia ini
yang berbentuk serbuk halus yang terdiri dari logam dan komposisi mineral
pencampuran Matos yang dianggap sebagai bahan additive kimia untuk stabilisasi
tanah ditambahkan dengan abu ampas tebu, sehingga diharapkan akan dapat
disimpulkan bahwa Matos ini dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk
stabilisasi tanah.
B. Batasan Masalah
Masalah pada penelitian ini dibatasi pada nilai daya dukung tanah lempung lunak
asli sebelum dan sesudah dicampur menggunakan Matos sebagai stabilizing agent
dengan penambahan baggase ash guna pekerjaan Subgrade pada konstruksi jalan
Lampung.
2. Abu ampas tebu yang di gunakan adalah abu ampas tebu yang di dapat dari
3. Bahan additive yang digunakan untuk stabilisasi tanah adalah Matos yang
b. Pengujian pada tanah + abu ampas tebu yang distabilisasi dengan Matos
1. Uji Pemadatan
C. Tujuan Penelitian
A. Tanah
Tanah merupakan lapisan kerak bumi yang berada di lapisan paling atas, yang
juga merupakan tabung reaksi alami yang menyangga seluruh kehidupan yang
ada di bumi. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda
antara tanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu
meliputi fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur,
struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia manunjukkan sifat yang
dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah
tersebut.
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral
dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan,
menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-
horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai
Tanah adalah kumpulan butiran (agregat) mineral alami yang bisa dipisahkan
oleh suatu cara mekanik bila agregat termaksud diaduk dalam air (Terzaghi,
1987).
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian yang padat yang tidak terikat satu
dengan yang lain yang diantara terdiri dari material organik, rongga-rongga
Tanah didefinisikan sebagai suatu lapisan kerak bumi yang tidak menjadi satu
juga tidak beku dalam hal warna, bangunan fisik, struktur susunan kimiawi,
Tanah didefinisikan sebagai suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara
dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena
pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun waktu,
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis unsur-unsur
sebagai berikut :
0,074mm.
partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi dari tanah yang kohesif.
5. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam, berukuran lebih dari
0,01mm.
B. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah
bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah
suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar.
Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terinci mengenai
sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi,
Jenis dan sifat tanah yang sangat bervariasi ditentukan oleh perbandingan
banyak fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan lempung), sifat plastisitas butir
tanah dengan kondisi dan sifat yang serupa diberi simbol nama yang sama.
beberapa kali revisi hingga tahun 1945 dan dipergunakan hingga sekarang,
and Granular Type Road of the Highway Research Board (ASTM Standar
untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar
a. Ukuran butir
(No.10).
(No.200).
10
Lanau & lempung : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter
0,0075 mm (No.200).
b. Plastisitas
yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah berbutir yang 35 % atau kurang dari
dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3. Tanah berbutir yang lebih dari 35 %
kelompok A-4, A-5 A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai
2.1. Kelompok tanah dari sebelah kiri adalah kelompok tanah baik dalam
menahan beban roda, juga baik untuk lapisan dasar tanah jalan. Sedangkan
Tipe material yang Batu pecah, Pasir Kerikil dan pasir yang berlanau atau
paling dominan kerikil dan pasir halus berlempung
Penilaian sebagai
Baik sekali sampai baik
bahan tanah dasar
Tanah berbutir
Klasifikasi umum (Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200
Klasifikasi
A-4 A-5 A-6 A-7
kelompok
Analisis ayakan (%
lolos)
No.10
No.40 Min 36 Min 36 Min 36
No.200 Min 36
Penilaian sebagai
Biasa sampai jelek
bahan tanah dasar
12
Gambar dibawah ini menunjukkan rentang dari batas cair (LL) dan
Indeks Plastisitas (PI) untuk tanah data kelompok A-2, A-4, A-5, A-6,
dan A-7.
yaitu :
13
pasir yang kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan
dan S untuk tanah berpasir. Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah
bergradasi buruk.
b. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang lebih dari
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C wL < 50 % L
Organik O wL > 50 % H
Gambut Pt
14
GM,
Kerikil bergradasi-baik dan
D10
campuran kerikil-pasir, sedikit
saringanno.200:
GW
5%-12%lolos
atau sama sekali tidak Cc = (D 30 )2 Antara 1 dan 3
mengandung butiran halus
D10 x D60
(hanya kerikil)
Kerikil bersih
Kerikil bergradasi-buruk dan
campuran kerikil-pasir, sedikit Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
GP GW
atau sama sekali tidak
Kerikil 50%≥ fraksi kasar
Klasifikasiberdasarkanprosentasebutiranhalus;Kurangdari5%lolos
GP,SW,SP.Lebihdari12%lolossaringanno.200:GM,GC,SM,SC.saringanNo.2 00:Batasanklasifikasiyangmempunyaisimboldobel
Batas-batas
Bila batas
Kerikil berlanau, campuran Atterberg di
GM Atterberg berada
kerikil-pasir-lanau bawah garis A
Kerikil dengan
didaerah arsir
Butiran halus
bawah garis A
atau PI < 4
simbol
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Kerikil berlempung, campuran Atterberg di
GC dipakai dobel
kerikil-pasir-lempung bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Cu = D 60 > 6
Pasir bergradasi-baik , pasir
D10
berkerikil, sedikit atau sama
SW
sekali tidak mengandung butiran Cc = (D 30 )
2
Antara 1 dan 3
halus
(hanya pasir)
D10 x D60
Pasirbersih
Batas-batas
Bila batas
lolos saringan No. 4
didaerah arsir
atau PI < 4
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Pasir berlempung, campuran Atterberg di
SC dipakai dobel
Pasir
pasir-lempung
atau PI > 7
Diagram Plastisitas:
Lanau anorganik, pasir halus
Lanau dan lempung batas cair ≥ 50% Lanau dan lempung batas cair ≤ 50%
clays)
Plastisitas
40 CL
Lanau-organik dan lempung
OL berlanau organik dengan
30 Garis A
plastisitas rendah CL-ML
Index
20
No. 200
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Lempung anorganik dengan
CH plastisitas tinggi, lempung Batas Cair (%)
Tanah berbutir halus
Tanah-tanah dengan Peat (gambut), muck, dan tanah- Manual untuk identifikasi secara visual dapat
kandungan organik sangat PT tanah lain dengan kandungan dilihat di ASTM Designation D-2488
tinggi organik tinggi
C. Tanah Lempung
Tanah lempung terdiri dari berbagai golongan tekstur yang agak susah
diantara sifat tanah pasir dan liat. Pengolahan tanah tidak terlampau berat,
1. Suatu bahan yang hampir seluruhnya terdiri dari pasir, tetapi ada yang
di antara pasir dan lempung. Sebagian besar lanau tersusun dari butiran-
16
2) Bersifat kohesif.
4) Permeabilitas rendah.
kandungan air yang berada di dalamnya. Atas dasar air yang terkandung
17
Bila pada tanah yang berada pada kondisi cair (titik P) kemudian kadar
airnya berkurang hingga titik Q, maka tanah menjadi lebih kaku dan
tidak lagi mengalir seperti cairan. Kadar air pada titik Q ini disebut
dengan batas cair (liquid limit) yang disimbolkan dengan LL. Bila tanah
mengalami retak-retak yang mana kadar air pada batas ini disebut
dengan batas plastis (plastic limit), PL. Rentang kadar air dimana tanah
berada dalam kondisi plastis, antara titik Q dan R, disebut dengan indek
PI = LL - PL
dengan,
plastisitas tanah ditinjau dari sifat dan kohesi, seperti pada tabel
dibawah ini.
memiliki nilai indeks plastisitas (PI) < 7 % dan memiliki sifat kohesi
atau lebih, lolos ayakan No. 200 dan memiliki batas cair (LL) ≤ 50 %.
dari mineral quartz dan feldspar. Sifat-sifat yang dimiliki tanah pasir
Suatu tanah dapat dikatakan lempung berpasir bila lebih dari 50%
Nakazawa, 1988).:
Nakazawa, 1988). :
1) Cukup baik sampai baik sebagai pondasi jika tidak ada pembekuan.
a. Kaolinite
b. Illite
Illite adalah mineral bermika yang sering dikenal sebagai mika tanha
untuk tanah berbutir halus, sedangkan tanah berbutir kasar disebut mika
O10(OH)2.
c. Montmorilonite
menyusut yang tinggi sehingga bersifat plastis pada keadaan basah dan
Al2Mg(Si4O10)(OH)2xH2O.
22
a. Hidrasi
lapisan-lapisan molekul air dalam jumlah yang besar. Lapisan ini sering
mempunyai tebal dua molekul dan disebut lapisan difusi, lapisan difusi
ganda atau lapisan ganda adalah lapisan yang dapat menarik molekul
air atau kation yang disekitarnya. Lapisan ini akan hilang pada
temperatur yang lebih tinggi dari 60ºC sampai 100ºC dan akan
b. Aktivitas (A)
Indeks Plastisitas (PI) dengan presentase butiran yang lebih kecil dari
berikut: A =
1953).
2) Jumlah mineral
23
Bila ukuran butiran semakin kecil, maka luas permukaan butiran akan
semakin besar. Pada konsep Atterberg, jumlah air yang tertarik oleh
aktivitasnya, yaitu :
3) Kaolinite: Tanah lempung dengan nilai aktivitas (A) ≥ 0,38dan < 0,9
negatif netto, ion-ion H+ di dalam air, gaya Van der Walls, dan partikel
tertarik akan membentuk flok (flock) yang berorientasi secara acak, atau
struktur yang berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu dengan
D. AMPAS TEBU
terdiri dari limbah cair 52,9%, blotong 3,5%, ampas tebu (bagasse)
32,0%, tetes tebu (molasses) 4,5%, dan gula 7,05% serta abu 0,1%.
Besarnya jumlah baggase yang belum dimanfaatkan mendorong para
peneliti untuk mengembangkan potensi bagasse agar memiliki nilai
ekonomi. Berikut kandungan lignoselulosa pada bagasse (Howard, et
al. 2003):
Tabel 5. kandungan lignoselulosa pada bagasse
Nama Bahan Jumlah (%)
Selulosa 33.4
Hemiselulosa 30
Lignin 18.9
(sumber: Howard et al. 2003)
dan kedua dihasilkan ampas tebu basah. Untuk mendapat nira yang
optimal, pada hasil penggilingan ampas kedua harus ditambahkan susu
kapur 3Be yang berfungsi sebagai senyawa yang mampu menyerap nira
dari ampas tebu sehingga pada penggilingan ketiga nira masih dapat di
serap meskipun volume nya lebih sedikit dari penggilingan kedua. Pada
penggilingan berikut nya hingga kelima ditambahkan susu kapur 3Be
dengan volume yang berbeda beda tergantung sedikit banyak nya nira
yang masih dihasilkan.
Tiap produksi pabrik gula selalu menghasilkan limbah yang berupa
limbah padat, cair dan gas, yaitu ampas tebu (bagasse), abu boiler dan
blotong (filter cake). Ampas tebu merupakan hasil limbah padat yang
berasal dari pemerasan batang tebu ini banyak mengandung serat dan
gabus. Pembungan ampas tebu dapat membawa masalah sebab ampas
tebu bersifat meruah sehingga memerlukan area penyimpanan yang
luas. Ampas mudah terbakar karena ampas banyak mengandung air,
gula, serat, dan mikroba sehingga bila tertumpuk akan termentasi dan
melepaskan panas, Untuk mengatasi kelebihan ampas tebu adalah
dengan membakarnya untuk mengurangi ampas tebu, pembakaran
ampas tebu inilah yang menghasilkan ampas tebu.
ketebalannya 0,05 mm. Lapisan ini memiliki kekuatan yang luar biasa,
2
kira-kira 200.000 kg untuk setiap 1 mm , untuk memindahkan lapisan
air ini, dibutuhkan energi yang besar. Sifat air yang melekat ini agak
berbeda dengan air biasa yang kita ketahui. 1 cc = 1 gram pada suhu
Air ini dapat bergerak dengan arah horizontal tetapi tidak dapat
tanaman yang sudah mati kedalam air yang menempel pada permukaan
kalsium (Ca++) pada semen dan anion (-) dari partikel-partikel tanah.
humus itu sendiri. Kemudian, kation kalsium (Ca++) pada semen dapat
Gambar 4. Matos
menjadi lebih mudah bermuatan ion negatif (anion), sehingga kation Ca++ dapat
mengikat langsung dengan mudah pada partikel tanah dan membantu menyuplai
lebih banyak ion pengganti dan membentuk senyawa asam alumunium silica
sehingga membentuk struktur sarang lebah tiga dimensi diantara partikel tanah
Kalau pencampuran semen yang mengandung sulfur (SO3) dengan tanah tidak
melibatkan Matos, maka ketika bercampur dengan air tanah atau terkena air hujan,
akan menghasilkan sulfuric acid yang menyebabkan terjadinya keretakan. Hal ini
akan berbeda jika dilibatkan Matos, dimana pada saat terjadi pengikatan semen
pada partikel tanah dan mengering karena reaksi dehidrasi, akan terbentuk kristal-
kristal yang muncul diantara campuran semen yang mengikat partikel tanah,
yang bias menyerap air (porositas) , sehingga tidak akan terjadi keretakan.
dicampur dengan Matos dikeruk dan mixer sampai mencapai campuran homogen.
Proses ini juga dapat menghancurkan biji-bijian besar menjadi lebih kecil, dan
ditambahkan ke dalam tanah dan aduk lagi untuk memastikan campuran telah
Moisture Optimum (OMC) dan membuat proses operasi kimia. Pemadatan adalah
salah satu aspek penting yang harus dilakukan secara menyeluruh dan dengan
Alat yang digunakan adalah Scrapper untuk penggalian, grading mixer putar
penstabil tanah khusus, seperti RM-500 atau RM-300 dari Caterpillar, Writgen dll
Contoh dari penggunaan Matos pada sampel tanah di Desa Jering, Godean, Kulon
Progo, DI Yogyakarta :
Tabel 6. Hasil pengujian tanah dengan menggunakan Matos sampel tanah daerah
Godean.
2010
31
a. Aplikasi
parkir.
bermotor.
- Konstruksi sub base jalan pada areal jalan yang tergenang air atau di
rawa.
struktur bangunan.
- Pemadatan jalan yang rusak akibat erosi oleh air dan banjir.
sampah.
b. Fungsi
kapur
c. Keunggulan
3. Anti retak.
a. Tebal lapisan pengganti LPA dan LPB cukup 20cm, karena CBR
c. Lapisan jalan bersifat kedap air, sehingga air hujan yang jatuh
cocok
becek saat musim hujan dan tidak berdebu saat musim kemarau.
10. Pada pembuatan jalan, jalan dapat dilalui pada hati ke-4 (curring
empiris dan yang biasa dikenal adalah cara CBR (California Bearing Ratio).
sebagai cara untuk menilai kekuatan tanah dasar jalan (subgrade). Istilah
untuk menekan piston logam (luas penampang 3 inch) ke dalam tanah untuk
Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan
dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar
100 % dalam memikul beban. Sedangkan, nilai CBR yang didapat akan
lapisan yang mempunyai nilai CBR tertentu. Untuk menentukan tebal lapis
dibutuhkan untuk penetrasi contoh tanah sebesar 0,1” atau 0,2”. Jadi harga
CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan
bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR 100% dalam
P1
CBR (%) = 1000 x 100%
P2
CBR (%) = 1500 x 100%
dengan :
3
P1 : tekanan uji pada penetrasi 0,1” (g/cm ).
3
P2 : tekanan uji pada penetrasi 0,2” (g/cm ).
adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu beban terhadap beban standar
a) CBR Lapangan
CBR lapangan disebut juga CBR inplace atau field CBR dengan
kondisi kadar air tanah tinggi (musim penghujan) atau dalam kondisi
tanah dasar tidak dalam keadaan jenuh air. Metode ini biasanya
daerah yang badan jalannya sering terendam air pada musim hujan
diinginkan. Mold berisi contoh tanah dikeluarkan dan direndam dalam air
besarnya CBR.
CBR rencana titik biasanya disebut juga CBR laboratorium atau design
dasar jalan raya baru yang berasal dari tanah asli, tanah timbunan, atau
Berarti nilai CBR rencana titik adalah nilai CBR yang diperoleh dari
Hal yang membedakan pada dua macam metode tersebut adalah contoh
penambahan air pada tanah yang t elah berkurang airnya, sehingga akan
dalam air sehingga air dapat meresap dari atas maupun dari bawah
Alat yang digunakan untuk menentukan besarnya CBR berupa alat yang
beban yang dibutuhkan pada penetrasi tertentu yang diukur dengan arloji
A
Nilai CBR pada penetrsai 0,1” = 3000 x 100%
40
B
Nilai CBR pada penetrsai 0,2” = 4500 x 100%
Dimana :
Nilai CBR yang didapat adalah nilai yang terkecil diantara hasil
bahan aditif yang digunakan, akan tetapi ada pula penggunaan bahan aditif
yang berbeda dan variasi campuran serta waktu pemeraman yang berbeda,
antara lain :
Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Widodo (Dosen Jurusan Teknik Sipil
Stabilisasi Semen Tanah Berbutir Halus. Pada penelitian ini sampel tanah
1. Dengan penambahan bahan campuran berupa abu ampas tebu dan kapur
Nilai batas cair mengalami penurunan dibandingkan dengan tanah asli dari
104% menjadi 60,71% dengan tambahan kadar abu ampas tebu 8% dan
Untuk nilai batas plastis dan batas susut tanah mengalami peningkatan
kadar kapur 4% untuk batas plastis dan 47,74% pada campuran dengan
dibandingkan tanah asli, yaitu sebesar 9,99% pada campuran dengan kadar
kapur 4%.
pemadatan.
42
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian pada jurnal teknik oleh Teguh
peningkatan nilai UCS seperti pada Tabel dibawah ini : Tabel 7. Peningkatan
2
0 2,4 kg/cm
2
4 9,47 kg/cm
2
8 13,58 kg/cm
2
12 17,25 kg/cm
Dan grafik perbandingan nilai UCS tanah semen dan tanah semen yang
telah distabilisasi dengan Matos dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
UGM, 2010 didapat hasil peningkatan nilai CBR setiap penambahan kadar
campuran PC terhadap tanah asli yang berasal dari Desa Jering, Godean,
Dan grafik perbandingan nilai CBR tanah tanah asli yang berasal dari Desa
Matos, berdasarkan variasi campuran semen dan masa perawatan benda uji
akan meningkatkan nilai kekuatan atau daya dukung tanah baik dari uji
UCS maupun uji CBR, demikian hal nya setiap peningkatan durasi
atau daya dukung tanah tersebut jika ditinjau terhadap nilai uji CBR dan
UCS.
III. METODE PENELITIAN
A. Pengambilan Sampel
tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak
terganggu (undistrub soil). Akan tetapi dalam penelitian ini cukup dengan
pengambilan sampel dengan cara disturb soil (tanah terganggu) yaitu pada
Bumi Ratu Nuban, lampung tengan – provinsi Lampung Sampel tanah diambil
di beberapa titik pada lokasi pengambilan sampel, hal ini dilakukan agar
sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di
Sampel tanah yang diambil tidak perlu adanya usaha yang dilakukan untuk
melindungi sifat dari tanah tersebut. Sampel tanah tersebut digunakan untuk
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji analisis
saringan, uji berat jenis, uji kadar air, uji batas-batas konsistensi, uji proctor
modified, uji CBR dan peralatan lainnya yang ada di Laboratorium Mekanika
Tanah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung yang telah sesuai dengan
C. Benda Uji
1. Sampel tanah yang di uji pada penelitian ini yaitu tanah lunak dengan
Lampung.
2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Lampung.
3. Abu ampas tebu (bagasse ash) yang didapat dari PTP Nusantara 7 bunga
D. Data Penelitian
Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data 1(Sekunder)
Data 1 merupakan data tanah asli yang digunakan pada penelitian ini berupa :
2. Data 2 (Primer)
antara tanah lempung + bagasse ash + Matos dan air pada kadar air optimum.
1. Abu amps tebu dicampur dengan sampel tanah yang telah ditumbuk (butir
aslinya tidak pecah) dan lolos saringan No. 4 (4,75 mm) dengan persentase
2. Matos dilarutkan dengan air pada kadar air optimum lalu dicampur pada
3
tanah + abu ampas tebu dengan kadar campuran Matos 1 kg untuk 1m tanah
asli.
3. Tanah + abu ampas tebu yang sudah tercampur Matos dipadatkan lalu
diperam selama 1 hari lalu dilakukan pengujian CBR, dan seterusnya berturut
F. Pelaksanaan Pengujian
bagian pengujian yaitu pengujian untuk tanah tanpa tambahan zat additive (data 1)
dan tanah yang telah ditambahkan zat additive atau yang telah distabilisasi (data
2), adapun pengujian untuk tanah yang ditambahkan zat additive tersebut adalah
uji CBR.
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu
perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini
a. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji kedalam
selama 24 jam.
Perhitungan :
W
c) Kadar air (ω) = w x100%
Ws
Dimana :
Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah melalui satu
set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui prosentase ukuran butir
sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-422,
sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.
kira-kira 15 menit.
atasnya.
Perhitungan :
saringan (Wbi)
d) Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Wai Wtot)
Pi Wbi Wci x100%
W
total
f) Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :
qi 100% pi%
Dimana :
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah
pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini
3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40, kemudian diberi
air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian dimasukkan
pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk
benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga
Perhitungan :
pukulan.
Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan
menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos saringan No. 40.
Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji
hydrometer, maka tanah harus lolos saringan # 200 (diameter = 0.074 mm). Uji
f. Memasukkan sampel tanah kedalam labu ukur dan menambahkan air suling
Perhitungan :
W2 W1
Gs (W W ) (W W )
4 1 3 2
53
Dimana :
Gs = Berat jenis
tumbukan yaitu dengan mengetahui hubungan antara kadar air dengan kepadatan
a. Penambahan air
dijemur.
tangan.
6. Mengambil tanah seberat 2.5 kg, menambahkan air sedikit demi sedikit
sambil diaduk dengan tanah sampai merata. Bila tanah yang diaduk telah
7. Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam plastik dapat dihitung
dengan rumus :
Wwb = wb . W
1+ wb
Dimana :
W = Berat tanah
b. Pemadatan tanah
3. Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air sesuai dengan
penambahannya.
Mold).
7. Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil bagian tanah (alas
air (ω).
8. Mengulangi langkah kerja b.2 sampai b.7 untuk sampel tanah lainnya,
Perhitungan :
Kadar air :
Berat isi :
3
d) Volume mold = V (cm )
3
e) Berat volume = W/V (gr/cm )
hambatan campuran tanah dengan Matos terhadap penetrasi kadar air optimum.
c. Menambahkan air yang didapat dari perhitungan di atas dengan sampel tanah
lalu diaduk hingga merata. Setelah itu melakukan pemeraman selama 24 jam.
d. Menambahkan abu ampas tebu dengan tanah yang telah diperam selama 24
jam.
57
e. Mencampur serbuk Matos yang telah dilarutkan oleh air pada kadar air
g. Melepaskan collar dan meratakan sampel dengan mold lalu menimbang mold
h. Mengambil sebagian sampel yang tidak terpakai untuk memeriksa kadar air.
CBR. Perhitungan :
4. Volume mold = V
3
5. Berat Volume = Ws / V (gr/cm )
6. Kadar air = ω
3
= 1 x 100 % (gr/cm )
8. Harga CBR :
9. Dari ketiga sampel didapat nilai CBR yaitu untuk penumbukan 10 kali,
1. Dari hasil pengujian percobaan analisis saringan dan batas atterberg untuk
tanah AASHTO.
2. Dari data hasil pengujian pemadatan tanah untuk sampel tanah asli grafik
hubungan berat volume kering dan kadar air untuk mendapatkan nilai kadar
air kondisi optimum yang akan digunakan untuk membuat sampel pada uji
CBR.
perlakuan.
penentuan CBR.
Matos = 1 kg/m3 ;
59
= 0,00347222 kg
= 3.5817 gr
j) Menyiapkan sampel tanah yang akan distabilisasi dan sampel tanah yang
k) Bawa sampel yang akan distabilisasi untuk OMC menggunakan air bersih
l) Tambahkan kadar abu ampas tebu dan aplikasikan pada sampel, lalu matos
larutkan ke dalam air pada kadar air optimum dan aplikasikan pada sampel,
lalu tempatkan tanah perlakuan matos dalam kantong plastik dalam kondisi
Tabel 10. Kode pada mold untuk kadar abu ampas tebu dan matos pada
n) Padatkan sampel tanah yang telah mengalami perlakuan dalam cetakan CBR
o) Lakukan uji CBR pada pemeraman selama 7, 14, 21 dan 28 hari guna
Semua hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian akan ditampilkan dalam
1. Hasil dari pengujian sampel tanah asli yang didapat, ditampilkan dalam
hasil pengujian sampel tanah asli, didapatkan data pengujian seperti : uji
analisis saringan, uji berat jenis, uji kadar air, uji batas atterberg, uji
pemadatan tanah, uji CBR serta kadar air optimum untuk selanjutnya
dilakukan pencampuran.
2. Dari hasil pengujian CBR terhadap campuran kadar matos 3,5817 gr pada
selama 7, 14, 21 dan 28 hari ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
3. Hasil pengujian parameter CBR, nilai kekuatan daya dukung campuran akan
dan 28 hari. Dari tabel dan grafik nilai CBR tersebut maka akan didapatkan
4. Dari hasil pengujian berat jenis didapatkan hasil pengujian yang ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik. Dari tabel dan grafik nilai berat jenis tersebut
maka akan didapatkan penjelasan perbandingan antara berat jenis tanah asli
dan tanah yang telah dicampur oleh abu ampas tebu dan distabilisasi dengan
matos.
yang terdiri dari 3 parameter yaitu batas plastis (PL), batas cair (LL) dan
indeks plastisitas (PI), yang kemudian dipaparkan hasilnya bentuk tabel dan
grafik. Dari tabel dan grafik nilai batas cair dan batas plastis tersebut maka
akan didapatkan penjelasan perbandingan antara tanah asli dan tanah yang
telah dicampur oleh abu ampas tebu dan distabilisasi dengan matos dengan
6. Dari seluruh analisis hasil penelitian tersebut, maka akan dapat ditarik
kesimpulan berdasarkan tabel dan grafik yang telah ada terhadap hasil
Mulai
Pengambilan Sampel
Tanah Asli
Pengujian Sampel
Tanah Asli
Analisa Saringan
Kadar Air
Berat Jenis
Uji Kepadatan tanah
CBR
Uji CBR
Analisis Hasil
Kesimpulan
Selesai
A. Kesimpulan
1. Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang berasal
dari daerah Desa Sukajawa, kecamatan Bumi Ratu Nuban, lampung tengah –
klasifikasi A-7 pada kelompok tanah A-7-5 (tanah berlempung) dan jika
lempung plastisitas tinggi yang berasal dari daerah Desa Sukajawa, kelurahan
Lampung.
78
pemeraman.
yang lebih baik dari 2 bahan stabilisasi tanah lainnya yaitu ISS 2500 dan TX-
300 dilihat dari daya dukung tanah melalui peningkatan dan nilai CBR
unsoaked.
6. pada pemakaian campuran abu ampas tebu 6%, 9%, dan 12% yang paling
efektif dan paling baik dalam peningkatan CBR adalah pada campuran abu
B. Saran
1. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya campuran Matos perlu diteliti lebih
lanjut untuk tanah dari daerah yang lain dengan menggunakan campuran yang
sama dengan periode durasi waktu yang sama, sehingga akan diketahui nilai
nyata terjadinya perubahan akibat pengaruh Matos pada jenis tanah lain.
79
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai CBR optimum yang
didapat pada jenis tanah dan daerah yang sama dengan penambahan durasi
waktu pemeraman.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan nilai minimum CBR dan
yang lebih bervariasi dan akurat sesuai dengan kondisi perlakuan stabilisasi
tanah di lapangan.
Matos, karena kandungan zat ini sangat dirahasiakan oleh produsen. Guna
Bowless. J. E. 1989. Sifat – sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah. Edisi Kedua.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
PT. Watukali Capita Ciptama. Matos Book. PT. Watukali Capita Ciptama.
Yogyakarta.
PT. Watukali Capita Ciptama. http://matos.co.id/IN/
Revando, A. 2012 . Study daya dukung tanah lempung lunak menggunakan matos.
Skripsi Universitas Lampung.Lampung
Smith, M. J. 1992. Mekanika Tanah. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Lampung. Lampung.
PT. Watukali Capita Ciptama. Matos Book. PT. Watukali Capita Ciptama.
Yogyakarta.