A:
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang sering digunakan untuk mengamati hukum mekanika pada gerak
yang dipercepat secara beraturan.
Sederhananya pesawat atwood tersusun atas 2 benda yang terhubung dengan seutas kawat/tali.
Bila kedua benda massanya sama, keduanya akan diam. Tapi bila salah satu lebih besar (misal m1>m2). Maka
kedua benda akan bergerak ke arah m1 dengan dipercepat.
Gaya penariknya sesungguhnya adalah berat benda 1. Namun karena banda 2 juga ditarik ke bawah (oleh gravitasi),
maka gaya penarik resultannya adalah berat benda 1 dikurangi berat benda 2.
Sehingga, percepatan kedua benda adalah resultan gaya tersebut dibagi jumlah massa kedua benda.
Untuk mencari tegangan tali kita lihat benda 1. Gaya yang bekerja padanya adalah m1.g dan tegangan tali T.
m1.g-T = m1.a
PESAWAT ATWOOD
(E-1)
III. TUJUAN PERCOBAAN
☼ Menentukan percepatan katrol.
☼ Menentukan kecepatan.
V. TINJAUAN PUSTAKA
Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia menyimpulkan dari
pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda-benda berat jatuh dengan cara yang sama
dengan benda-benda ringan. Tiga puluh tahun kemudian, Robert Boyle, dalam sederetan eksperimen
yang dimungkinkan oleh pompa vakum barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini tepat benar untuk
benda-benda jatuh tanpa adanya hambatan dari gesekan udara. Galileo mengetahui bahwa ada
pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi pernyataannya walaupun mengabaikan hambatan
udara, masih cukup sesuai dengan hasil pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan yang
dipercayai orangpada saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu kesimpulan Aristoteles yang
menyatakan bahwa,” Benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan sampai ke tanah sepersepuluh
waktu dari waktu benda yang lebih ringan”.
Selain itu Hukum Newton I menyatakan bahwa,” Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu sistem sama
dengan nol, maka sistem dalam keadaan setimbang”.
ΣF = 0
Hukum Newton II berbunyi :” Bila gaya resultan F yang bekerja pada suatu benda dengan massa m tidak
sama dengan nol, maka benda tersebut mengalami percepatan ke arah yang sama dengan gaya”.
Percepatan a berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda.
a = F atau F = m.a
m
Untuk percepatan yang konstan maka berlaku persamaan Gerak yang disebut Gerak Lurus Berubah
Beraturan. Bila sebuah benda berputar melalui porosnya, maka gerak melingkar ini berlaku persamaan-
persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan-persamaan gerak linier. Dalam hal ini besaran fisis
momen inersia (I) yang ekivalen dengan besaran fisis massa (m) pada gerak linier. Momen inersia suatu
benda terhadap poros tertentu harganya sebanding dengan massa benda tersebut dan sebanding
dengan kuadrat dan ukuran atau jarak benda pangkat dua terhadap poros.
I~m
I ~ r2
Untuk katrol dengan beban maka berlaku persamaan :
a = (m+m1) – m2 . g
m + m1 + m2 + I/ r2
dengan
a = percepatan gerak
m = massa beban
I = momen inersia katrol
r = jari-jari katrol
g = percepatan gravitasi
Udara akan memberikan hambatan udara atau gesekan udara terhadap benda yang jatuh. Besarnya
gaya gesekan udara yang akan gerak jatuh benda berbanding lurus dengan luas permukaan benda.
Makin besar luas permukaan benda, makin besar gaya gesekan udara yang bekerja pada benda tersebut.
Gaya ini tentu saja akan memperlambat gerak jatuh benda. Untuk lebih memahami secara kualitatif
tentang hambatan udara pada gerak jatuh, kita dapat mengamati gerak penerjun payung. Penerjun
mula-mula terjun dari pesawat tanpa membuka parasutnya. Gaya hambatan udara yang bekerja pada
penerjun tidak begitu besar, dan jika parasutnya terus tidak tidak terbuka, penerjun akan mencapai
kecepatan akhir kira-kira 50 m/s ketika sampai di tanah. Kecepatan itu kira-kira sama dengan kecepatan
mobil balap yang melaju sangat cepat. Sebagai akibatnya, penerjun akan tewas ketika sampai di tanah.
Dengan mengembangkan parasutnya, luas permukaan menjadi cukup besar, sehingga gaya hambatan
udara yang bekerja papa penerjun cukup basar untuk memperlambat kelajuan terjun. Berdasarkan hasil
demonstrasi ini dapatlah ditarik kesimpulan sementara bahwa jika hambatan udara dapat diabaikan
maka setiap benda yang jatuh akan mendapatkan percepatan tetap yang sama tanpa bergantung pada
bentuk dan massa benda. Percepatan yang tetap ini disebabkan oleh medan gravitasi bumi yang disebut
percepatan gravitasi (g). Di bumi percepatan gravitasi bernilai kira-kira 9,80 m/s2. untuk mempermudah
dalam soal sering dibulatkan menjadi 10 m/s2.
Untuk membuktikan pernyataan diatas bahwa jika hambatan udara dihilangkan, setiap benda jatuh akan
mendapat percepatan tetap yang sama tanpa bergantung pada benda dan massa benda, di dalam
laboratorium biasanya dilakukan percobaan menjatuhkan dua benda yang massa dan bentuknya sangat
berbeda di dalam ruang vakum.
Sehubungan dengan hal di atas, Gerak Jatuh Bebas adalah gerak suatu benda dijatuhkan dari suatu
ketinggian tanpa kecepatan awal dan selama geraknya mengalami percepatan tetap yaitu percepatan
gravitasi, sehingga gerak jatuh bebas termasuk dalam gerak lurus berubah beraturan. Perhatikan karena
dalam gerak jatuh bebas, benda selalu bergerak ke bawah maka unutk mempermudah perhitungan, kita
tetapkan arah ke bawah sebagai arah positif. Persamaan-persamaan yang digunakan dalam gerak jatuh
bebas adalah :
vo = 0 dan a = g
keterangan :
a1, a2 : silinder beban
a3 : beban
b : katrol yang dapat bergerak bebas
c : tali penggantung
d : penyangkut beban
e : penghenti silinder
f : tiang penggantung
g : penjepit silinder
Jika pada sistem pesawat dilepaskan penjepitnya, maka sistem akan bergerak dengan percepatan tetap.
Besarnya percepatan a berbanding lurus dengan gayanya. Untuk gaya yang konstan, maka percepatan
tetap sehingga berlaku persamaan gerak lurus berubah beraturan :
xt = ½ at2
dimana:
t = waktu tempuh
a = percepatan sistem
xt = jarak setelah t detik
Setelah beban mb ditahan oleh pengangkut beban, silinder a1 dan a2 tetap melanjutkan gerakannya
dengan kecepatan konstan. Dalam keadaan ini resultan gaya yang bekerja pada sistem sama dengan nol
(sesuai dengan hukum Newton I ). Sehingga jarak tempuh silinder a1 dan a2 setelah beban tersangkut,
dapat dinyatakan sebagai berikut :
xt = v.t
Gerak Rotasi
Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku
persamaan gerak yang ekuivalen dengan persamaan gerak linier.
Apabila torsi bekerja padabenda yang momen inersianya I, maka dalam benda ditimbulkan percepatan
sudut yaitu :
Τ = I.α
T1 T2
Bila beban diputar dan katrol pun dapat berputar pula maka geraknya dapat dianalisis sebagai berikut :
T1 T2
T1 T2
m2
m1 m
Στ = Iα
T1.r + T2.r = Iα
Percepatannya adalah : a = (m+m1) – m2 . g
m + m1 + m2 + I/ r2
Percobaan II :
1. Menyiapkan percobaan seperti prosedur 1-3 pada percobaan I. Buat jarak PB 40 cm dan atur
penyangga silinder di titik C sehingga BC = 20 cm
2. Membebaskan silinder a1 dari penjepit. Tepat pada saat piringan beban tersangkut pada penyangkut
beban, hidupkan stopwatch. Silinder a2 akan terus melanjutkan geraknya ke titik C dengan kecepatan
yang bisa dikatakan konstan.
3. Tepat pada saat a2 mencapai titik C, matikan stopwatch. Mencatat waktu yang ditunjukan stopwatch.
Ulangi percobaan di atas dua kali lagi.
4. Mengulangi prosedur 1-3 untuk BC yang lain. (BC = 25 cm, 30 cm, 35 cm, 40 cm, 45 cm, 50 cm, 55 cm
dan 60 cm).
m + m1 + m2
2. Jika massa katrol m dan jari-jai katrol R; turunkanlah rumus momen inersia katrol !
Jawab: I = ∫ r2 .dm
r = r cos î + r sin ĵ
dm = ρ.dA
m = ρπ r2
ρ=m
π r2
dm = ρ . r . dr . dθ
I = ∫∫ r2 . ρ . r . dr . dθ
= m . ∫ r3 . dr . ∫ dθ
π r2
= m . ¼ r4 ] . θ]
π r2
I = ½ mr2
3. Jika pengaruh momen inersia katrol diperhitungkan, hitunglah percepatan a dan tegangan tali T pada
masing-masing segmen tali.
Jawab: Στ = Iα
T1.r + T2.r = Iα
a1 = a2 = a
α=a
r
T2 - m2.g = m2.a ...........(i)
(m-m1).g - T1 = (m1+m).a ............(ii)
(T2-T1).r = I. a ............(iii)
r
(T2-T1) = I. a ............(iv)
r2
m + m1 + m2 + I/r2
DAFTAR PUSTAKA
Momen inersia (Satuan SI : kg m2) adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya.