Chapter 2
Chapter 2
Stainless steel merupakan salah satu logam ferro dari klasifikasi logam baja
(Fe3C) dan dari klasifikasi logam baja paduan tinggi (high alloy) yang unsur paduan
diatas 8-10%. Sedangkan stainless steel memiliki unsur paduan utamanya adalah
sebagian Chromium (Cr) dan Nickel (Ni). Meskipun semua stainless steel tergantung
pada presentase unsur Chrome dan Nikel, elemen paduan lainnya juga sering
ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat stainless steel tersebut menjadi lebih
baik lagi. (Seitovirta, 2013)
Salah satu aplikasi logam ini pada dunia kedokteran dapat dilihat pada Gambar 1.
Logam SS 316-L merupakan baja tipe austenitik yang memiliki ketahanan korosi
yang tinggi sehingga banyak digunakan pada dunia kedokteran untuk menyambung
tulang yang patah pada tubuh manusia atau yang lebih dikenal dengan bone plate I
atau pen. (Javidi et al. 2008)
Penggunaan SS 316L sebagai penyambung atau pengganti tulang masih
belum sempurna. Material ini masih belum memiliki biokampatibilitas yang tinggi
dengan tubuh khususnya daging manusia sehingga penggunanya masih dalam waktu
pendek atau sementara. (Javidi et al. 2008)
Tabel 1. Komposisi Kimia Stainless Steel 316-L
Manganese(Mn) 2,00
Phosphorus(P) 0,045
Sulfur(S) 0,03
Silicon(Si) 0,75
Chromium(Cr) 16,00
Nickel(Ni) 10,00
Molybdenum(Mo) 2,00
N2 0,10
Iron(Fe) 69,045
Fasa Austenit ini disebut gamma (γ) dan merupakan larutan padat interstisi karbon
dengan sel satuan berupa kubik pemusatan sisi. Ruang antar atomnya lebih besar
dibandingkan ferit dan fasa ini stabil pada temperatur tinggi, yaitu antara 912°C,
pada besi murni. Kadar karbon maksimum gamma sebesar 2,14% pada temperatur
1147°C. Pada temperatur stabil austenit bersifat lunak dan liat sehingga mudah
dibentuk. Austenit merupakan fasa penting sebagai dasar pembentuk fasa-fasa
lainnya dalam proses perlakuan panas termasuk perlakuan panas pada permukaan
baja. (Seitovirta, 2013)
Ini terbukti dengan tingginya harga APF (Callister,1994). Harga APF dari sel satuan
FCC yaitu 74% dibandingkan dengan APF sel satuan BCC. Sel satuan FCC
mempunyai 8 x 1/8 (pada sudut kubus) + 6 x ½ ( pada pusat sisi kubus) = 4 atom per
sel satuan.
Gambar 3. Struktur Kristal FCC a) Penggambaran Satu Unit Sel Bola Pejal, b)
Gambar Unit Sel dengan Ukuran Bola Pejal yang Sudah Diperkecil, c) Kumpulan
dari Banyak Atom (Callister,2003)
Pada kristal FCC ini terdapat 8 atom yang menempati posisi titik sudut, dan 6
atom yang menempati posisi permukaan namun di antara atom yang terletak di sudut
tidak ada yang bersinggungan. Hubungan antara panjang sisi kubus a, dengan jari-
jari R dapat ditentukan dengan menggunkan formula :
4𝑅
2 a = 4R atau a = (2.1)
2
α = β = 90°; - Simple
Heksagonal a=b≠c γ = 120°
- Simple
Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90° - Body centered
- Simple
Ortorombik a≠b≠c - Face centered
α = β = γ = 90 - Body centered
- Base centered
Monoklinik a≠b≠c α = γ = 90° ≠ β - Simple
- Base centered
Triklinik a≠b≠c α ≠ β ≠ γ = 90° - Simple
berlainan, dinyatakan dengan kelompok arah 111 . Konstanta kisi berlaku untuk
analisa struktur guna menentukan orientasi bidang. Untuk perpotongan pada titik tak
hingga, nilai indeks yang dimiliki adalah 0.
Untuk menentukan suatu sistem bidang kristal, harus dicari dulu perpotongan
terhadap sumbu x,y,z kemudian diambil kebalikannya lalu disamakan penyebutnya.
Untuk bidang yang memotong sumbu negatif, indeksnya adalah negatif dengan
mencantumkan garis datar di atas angka bidang yang memotong sumbu negatif.
Gambar 7 menerangkan tentang indeks Miller.
2.6 Tekstur
Tekstur adalah keadaan yang dicapai oleh bahan polikristal yang sebagian
besar memiliki butir(grain) dengan orientasi kristal yang tidak acak tetapi mengarah
ke suatu orientasi tertentu. Tekstur juga disebut sebagai preferred orientation atau
orientasi pilihan. (Cullity,1976)
Tekstur kristalografi dapat ditentukan secara kuantitatif dengan koefisien
tekstur. Koefisien tekstur didefinisikan sebagai perbandingan antara harga dari
bidang-bidang yang bertekstur dengan bidang-bidang refleksi yang dianggap tidak
bertekstur atau sampel random dari bahan yang sama. (Winegar,1977).
Gambar 8. Contoh Tekstur (a) Halus (b) Kasar (c) Teratur (d) Tak Teratur
Pengukuran tekstur dibagi menjadi dua kelompok yaitu pengukuran
makrotekstur dan pengukuran mikrotekstur. Pengukuran makrotekstur menggunakan
metode difraksi neutron dan metode difraksi sinar-X mempunyai perbedaan ditinjau
dari sifat interaksi materi dengan berkas neutron dan berkas sinar-X. (Engler, 2010)
Gambar 9. Pole Figure tembaga dalam bentuk batang. (Tri Hardi, 2007)
Dari gambar 9, pole figure terlihat ke arah kristalografi dan diorientasikan
sejajar dengan sumbu rod (wire axis) berada pada arah <110>, sedangkan arah fiber
texture berada disekitar sumbu ini yaitu pada arah <111> dan <100> .
Fungsi distribusi orientasi f(g)merepresentasikan kerapatan volume dari
kristalit yang terorientasi (dg) yang diukur dalam satuan m.r.d (multiple of a random
distribution) . Normalisasi nilai f(g) =1m.r.d adalah untuk cuplikan tanpa preferred
orientation. Nilai ini disebut kerapatan distribusi orientasi, dan nilai f(g) mempunyai
nilai dari 0 (tanpa orientasi kristalit dalam dg disekitar g) ke tak berhingga.
Gambar 11. Jaringan Wullf (dari jaringan yang disiapakan pada tahun 1888 oleh
Admiral C.D sigsbee, seizing Hydrographic Dept., US navy
Dalam pembuatan stereogram baku untuk kristal sebaiknya diperhatikan
dahulu unsur-unsur simetri dalam strukturnya. Sebagai contoh, pada kristal kubus
yang mempunyai tiga belas sumbu, sembilan bidang dan sebuah pusat simetri, serta
bahwa ketiga belas sumbu simetri terbentuk dari 3 sumbu lipatan-empat(tetrad axes),
4 sumbu lipatan-tiga (triad axes), dan 6 sumbu lipatan-ganda (diad axes). Sumbu
simetri lipatan-n berfungsi sedemikian rupa sehingga sesudah rotasi dengan sudut 2π
kristal akan menempati posisi identik atau sama dengan posisi semula dalam ruang.
Jadi, sumbu tetrad melalui pusat setiap muka kubus sejajar dengan salah satu
rusuk dan rotasi 90° ke arah manapun terhadap salah satu sumbu ini akan membuat
kubus menempati posisi baru yang secara kristalografik tidak dapat di bedakan dari
posisi lama. Dalam proyeksi stereogram kedalam 24 segitiga bola yang sama, biasa
disebut segitiga unit. Unsur-unsur simetri ini mudah terlihat dalam proyeksi sferik
kristal kubus dalam Gambar 12.
Gambar 12. Proyeksi bidang dalam kristal kubik, proyeksi sferek dan proyeksi
stereografik
Simetri lipatan-dua, simetri lipatan-tiga dan simetri lipatan-empat terhadap
kutub-kutub {110}, {111} dan {110}, juga mudah dilihat. Akhirnya, pembuatan
stereogram menunjukan berlakunya aturan vektor yang menyatakan bahwa indeks
suatu bidang dapat ditentukan cukup dengan menambahkan hasil kali-hasil kali
bidang lain yang terletak dalam zona sama. Sebagai contoh, dari Gambar 12 dapat
dilihat bidang (011) terletak antara bidang (001) dan (010) dan di sini jelas bahwa
001 = 001 + 010. (Bisbop,1999)
Dengan bantuan unsur-unsur simetri itu, jelas pula bahwa bidang {011} harus
ada 12 sebab simetri terhadap sumbu-sumbu {111} dan {100} berturut-turut
merupakan sumbu-sumbu lipatan-tiga dan lipatan-empat. Dalam contoh lain, bahwa
bidang (112) terletak antara bidang (111) dan (001) karena 112 = 111 + 011 dan
bahwa nimpunan bidang {112} harus terdiri atas 24 bidang, juga disebut
icositerahedron. Bidang (123) adalah contoh bidang kristal paling umum dalam
system kubus karena indeks-indeksnya, yaitu h, k, dan l, semua berbeda. Bidang ini
terletak antara (112) dan (011), dan ke- 48 bidang angota himpunan {123}.
Ketika sebuah proyeksi di siapkan dengan bidang hkl seperti bidang proyeksi
ini disebut proyeksi standar (hkl). Banyak proyeksi yang bisa di gambarkan dengan
perhitungan sudut antara dua bidang atau arah yang digunakan pada persamaan dan
melukan plot terhadap pole dengan menggunakan jala Wulff (Wulff net). Karena
indeks pada bidang dan normal adalah sama dalam sistem kubik, proyeksi bidang
dan arah pole adalah identik. (Cullity,1976)
Proyeksi standar kubik memiliki bidang (001), (011), (111), dan (112) tetapi
ini adalah konstanta yang dibutuhkan untuk proyeksi yang lain. Proyeksi standar
untuk nilai hkl yang lain bisa dipermudah dengan menyiapkan dua metode yang
dijelaskan dibawah ini atau dengan menggunakan program komputer.
(1) Menggunakan metode sudut yang ada pada tabel 3 atau dengan
menggunakan perhitungan dari persamaan:
(ℎ 1 ℎ 2 +𝑘 1 𝑘 2 +𝑙 1 𝑙 2 )
cosϕ = (2)
2
ℎ 1 +𝑘 1 2 +𝑙 1 2 (ℎ 2 2 +𝑘2 2 +𝑙 2 2 )
dimana ϕ adalah sudut antara dua bidang h1k1l1 dan h2k2l2 dalam sistem kubik.
Dengan menggunakan stereografik bisa digambarkan pole yang bermacam-macam
untuk mengetahui gambar yan diinginkan.
(2) Hukum zona: jika hu + kv + lw = 0, maka bidang (hkl) berisi garis [uvw].
Semua bidang berbeda yang berisi [uvw] disebut membentuk sebuah zona dengan
[uvw] sebagai sumbu zona (analog dengan lembar-lembar buku terhadap lipatannya.
Kutub bidang berisi [uvw] harus terletak 90° terhadap bidang bersangkutan. Tempat
kedudukan semua kutub seperti itu disebut lingkaran zona.
Hubungan antara lingkaran zona terhadap bidang sama dengan hubungan
antara bidang terhadap kutub. Dalam sistem kubus, lingkaran-lingkaran zona dan
tempat-tempat kedudukan bidang dengan indeks sama saling bertumpuk. Tidak
demikian halnya pada sistem kristal lain.
Bila sebuah zona berisi (h1k1l1) dan (h2k2l2) maka zona tersebut juga berisi
setiap kombinasi linier bidang-bidang itu, misalnya m(h1k1l1) + n(h2k2l2). Sebagai
contoh, zona [111] + berisi [110] dan [011], dan karena itu juga harus berisi [110] +
[011] = [011], [110] + 2[011] = [112 ], dsb. Hal yang sama berlaku untuk semua
arah-arah berbeda dalam bidang yang sama. Menurut hukum penambahan vector,
[u1v1w1] + [u2v2w2] terletak antara [u1v1w1] dan [u2v2w2]. (Mangonon, 1999)
2.9.Pengukuran Tekstur
2.9.1 Metode Difraksi Neutron
Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932 (Beiser,1983). Setelah
ditemukan, neutron telah menunjukkan sebagai partikel yang serba guna. Karena
tidak bermuatan, neutron mudah menembus kedalam bahan sampai kepada inti
atomnya. Neutron merupakan partikel elementer memiliki muatan kurang dari
10−18 e (muatan elektron) dengan massa sebesar 1.675 × 10−27 kg (2000 kali massa
elektron). Neutron yang berjari-jari 1,5 fermi (10−15 m) itu sangatlah kecil
dibandingkan dengan jari-jari awan elektron dari sebuah atom ~10−10 m .
Tahun 1936, Mitchell dan Powers berhasil mengamati peristiwa difraksi
neutron dan meyakinkan bahwa neutron memiliki sifat gelombang sesuai dengan
prinsip de Broglie. Kemudian, 12 tahun berikutnya (1948) Shull dan Wollan berhasil
mewujudkan teknik difraksi neutron setelah reaktor nuklir menjadi kenyataan.
Teknik difraksi ini selanjutnya dikembangkan untuk penelitian struktur kristal
sebagai komplemen dari teknik difraksi sinar-X. (M.Shibayama,1992)
Metode difraksi dipakai secara luas untuk menganalisis bahan-bahan seperti
biji besi, tanah lempung, logam, logam paduan, refractories, corrosion product, wear
product, debu industri dan seterusnya. Dibandingkan dengan analisis kimia, metode
difraksi memiliki beberapa keuntungan, yakni, lebih cepat,membutuhkan cuplikan
yang sangat kecil (sedikit), dan tidak merusak.
Selain digunakan untuk analisis kualitatif, teknik difraksi juga dimanfaatkan
untuk analisis kuantitatif fasa bahan di dalam bahan kristalin disamping itu pula
teknik difraksi dapat digunakan untuk menentukan ukuran kristalit, regangan dan
tegangan sisa pada bahan industri, bahan struktur reaktor nuklir dan bahan bakar
nuklir. (Engkir, 1991)
Karena di dalam kristal yang sempurna, titik-titik penghambur inti tersusun
secara periodik, maka sinar-sinar yang di hamburkan memiliki hubungan fasa
tertentu satu dengan yang lain sehingga dalam arah tertentu terjadi interferensi yang
selalu menguatkan dan dalam arah yang lain terjadi interferensi yang saling
melemahkan. Berkas radiasi yang di susun oleh sinar-sinar hambur yang saling
menguatkan menghasilkan puncak difraksi (Engkir,1991). Berdasarkan hukum Bragg
dapat di turunkan sebagai berikut.