Anda di halaman 1dari 18

TUGAS RESPONSI

OLEH :

NAMA : Selistiani

NIM : J014171030

DOSEN RESPONSI : drg. Dwi Putri Wulansari

BAGIAN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
1. Jelaskan prosedur teknik foto intra dan ekstra oral!
1. Foto intraoral
a) Foto Periapikal : diindikasikan untuk mendeteksi infeksi atau inflamasi pada
bagian apikal, memeriksa keadaan periodontal, mengetahui posisi dari gigi yang
tidak erupsi, digunakan dalam perawatan endodontik, sebagai langkah
pemeriksaan preoperatif dan postoperatif dari bedah periapikal, untuk melihat
secara mendetail mengenai kista periapikal dan lesi yang berhubungan dengan
tulang alveolar, dan untuk mengevaluasi pemasangan implan.2
- Teknik Paralel : 1,2
 Film dan film holder dipilih terlebih dahulu sesuai dengan gigi yang
akan difoto. Untuk gigi I, C RA dan RB menggunakan anterior holder
dan film yang digunakan berukuran 22x35 mm yang peletakannya
sejajar dengan sumbu vertikal aksis gigi sedangkan untuk gigi P,M RA
dan RB, menggunkan posterior holder dan film yang berukuran
31x41 mm dan peletakan film sejajar dengan sumbu horizontal aksis
gigi.

 Posisi pasien tegak dengan bidang oklusal yang horizontal atau sejajar
dengan lantai.
 Sinar sentral x-ray diarahkan tegak lurus terhadap panjang axis gigi
dan film.
- Teknik Bisecting Angle : 1,2
 Film diletakkan pada bagian palatal atau lingual gigi yang akan difoto.
 Film dan panjang aksis gigi membentuk suatu sudut dimana bagian ujung
film berkontak dengan bagian insisal gigi.
 Posisi pasien yaitu tegak lurus terhadap bidang sagital vertikal dan bidang
oklusal horizontal. Ketika gigi RB yang akan difoto maka kepala pasien
mendongak untuk mengkompensasi perubahan dari bidang oklusal pada
saat mulut dibuka.

 Sinar sentral diarahkan tegak lurus terhadap film dan panjang axis gigi
b) Radiografi Bitewing
Radiografi bitewing diiindikasikan untuk mendeteksi karies interproksimal pada
tahap awal sebelum memberikan tampakan klinis, mendeteksi karies sekunder,
untuk mengevaluasi kondisi jaringan periodontal. Adapun prosedur pengambilan
foto bitewing yaitu :1,2
- Pemilihan film yang sesuai misalnya film berukuran besar (31x41 mm) untuk
orang dewasa, film berukuran kecil (22x35mm) untuk anak-anak dibawah usia
12 tahun, namun ketika gigi M2 sudah erupsi maka film yang digunakan yaitu
film yang berukuran besar.
- Posisi pasien tegak lurus dimana posisi dataran oklusal sejajar dengan lantai.
- Film diletakkan pada bagian palatal atau lingual dari gigi yang akan difoto.

- Pasien diinstruksikan untuk menggigit pegangan film/holder.


- Pada saat pasien menggigit holder, operator menarik tab secara perlahan untuk
memastikan film berkontak dengan gigi yang akan difoto.
- Sinar sentral x-ray kemudian diarahkan pada daerah gigi yang akan difoto.
c) Foto Oklusal
Radiografi oklusal diindikasikan untuk melihat keadaan periapikal dari gigi
anterior rahang atas khususnya pada pasien anak-anak maupun dewasa yang tidak
toleran terhadap prosedur foto periapial, untuk mendeteksi gigi kaninus yang
tidak erupsi, untuk mengevaluasi ukuran dan perluasan lesi misalnya kista atau
tumor pada bagian anterior maksila, mendeteksi fraktur yang terdapat pada gigi
anterior ataupun pada tulang alveolar. 1,2
1) Maxillary occlusal projections
- Standard Occlusal 1
 Posisi kepala pasien dan dataran horizontal oklusal sejajar dengan lantai
 Film diletakkan pada bagian oklusal gigi rahang bawah dan pasien
diinstruksikan untuk menggigit film
 Tubehead dari sinar x-ray diletakkan diatas midline pasien atau berada di
tengah hidung dan membentuk sudut 65°-70° terhadap film.
- Oblique Occlusal 1
 Posisi kepala pasien dan dataran horizontal oklusal sejajar dengan
lantai
 Film diletakkan pada bagian oklusal gigi rahang bawah dan pasien
diinstruksikan untuk menggigit film
 Tubehead dari sinar x-ray diletakkan di bagian lateral wajah pasien
atau berada di tengah hidung dan membentuk sudut 65°-70° terhadap
film.

- Vertex Occlusal1
 Posisi kepala pasien dan dataran horizontal oklusal sejajar dengan
lantai
 Intraoral cassette yang terbungkus dalam plastik kecil dan dimasukkan
dalam mulut pasien untuk mencegah kontaminasi saliva dan infeksi
silang.
 Film diletakkan pada bagian oklusal gigi rahang bawah dan pasien
diinstruksikan untuk menggigit film
 Tubehead dari sinar x-ray diletakkan di bagian atas kepala pasien dan
sinar sentral x-ray diarahkan terhadap panjang aksis gigi dari gigi
insisivus rahang atas.

2) Mandibular occlusal projections


- True occlusal1
 Film diletakkan pada bagian median rongga mulut, permukaan oklusal
gigi rahang bawah dan pasien diinstruksikan untuk menggigit film.
 Pasien kemudian diinstruksikan untuk sedikit mendongakkan kepala.
 X-ray tubehead diletakkan dibawah dagu pasien kemudian sinar x-ray
diarahkan ke mandibula dan membentuk sudut 90° terhadap film.

- Standard occlusal1
 Posisi kepala pasien dan dataran horizontal oklusal sejajar dengan
lantai
 Film diletakkan pada bagian oklusal gigi rahang bawah dan pasien
diinstruksikan untuk menggigit film

 X-ray tubehead diletakkan dibawah dagu pasien kemudian sinar x-ray


diarahkan ke mandibula dan membentuk sudut 45° terhadap film.
- Oblique occlusal1
 Film diletakkan pada bagian oklusal gigi rahang bawah dan
dimiringkan ke arah gigi yang akan difoto kemudian pasien
diinstruksikan untuk menggigit film.
 Posisi kepala pasien agak dimiringkan untuk menyesuaikan posisi dari
X-ray tubehead.
 X-ray tubehead diletakkan dibelakang bagian angulus mandibula dan
sejajar terhadap bagian lingual mandibula.

2. Foto ekstraoral
a. Foto Panoramik1
- Pasien diinstruksikan untuk melepas perhiasannya terlebih dahulu seperti
anting, hiasan rambut
- Posisi kepala pasien harus tepat, tidak boleh terlalu ke depan atau terlalu
kebelakang karena dapat memengaruhi hasil foto misalnya pada hasil foto,
gigi menjadi terlalu lebar.
- Pasien kemudian diinstruksikan untuk mengangkat lidah, berkontak terhadap
palatum durum dan tidak menggerakkan lidah pada saat proses pengeksposan
sinar yaitu selama 18 detik.
- Proses pengeksposan sebaiknya dilakukan pada range 70-100 kV dan 4-12
mA.
b. Foto Sefalometri1
- Posisi kepala pasien diatur oleh cephalostat dan jarak antara x-ray tubehead
dengan cephalostat yaitu 2m.

- Plastic ear rod dimasukkan ke dalam meatus external auditory dan aluminium
wedge diletakkan untuk menutup bagian anterior film
- Bidang sagital kepala sejajar dengan film dan sinar x-ray sentral horizontal
diarahkan terhadap bidang sagital kepala dan film.

2. Jelaskan posisi pasien :


a. Foto intraoral RA dan RB
 Foto intraoral RA
- Foto periapikal : Posisi pasien tegak dengan bidang oklusal yang horizontal
atau sejajar dengan lantai.2
- Foto bitewing : Posisi pasien tegak lurus dimana posisi dataran oklusal
sejajar dengan lantai.2
- Foto Oklusal : Posisi kepala pasien dan dataran horizontal oklusal sejajar
dengan lantai.2

 Foto intraoral RB
- Foto periapikal : Posisi pasien tegak dengan bidang oklusal yang horizontal
atau sejajar dengan lantai. 2
- Foto bitewing : Posisi pasien tegak lurus dimana posisi dataran oklusal
sejajar dengan lantai.2
- Foto Oklusal : Posisi kepala pasien mendongak ke atas.2

b. Foto panoramik : Posisi kepala pasien harus tepat, tidak boleh terlalu ke depan atau
terlalu kebelakang karena dapat memengaruhi hasil foto. Posisi kepala pasien diatur
oleh bite-peg, chin dan forehead/temporal supports yang terdapat pada x-ray
tubehead.1
c. Foto sefalometri : Posisi kepala pasien diatur oleh cephalostat dan jarak antara x-ray
tubehead dengan cephalostat yaitu 2m.1

3. Kapan suatu hasil radiografi layak diintepretasi?


- Hasil foto radiografi dapat menampilkan dengan jelas kondisi patologis yang terdapat
pada gigi atau jaringan disekitarnya.2
- Hasil foto radiografi harusnya hanya memiliki sedikit distorsi. Distorsi biasanya
disebabkan oleh angulasi sinar sentral x-ray dan penempatan film yang tidak tepat.2
- Hasil radiografi memiliki densitas dan kontras yang optimal sehingga dapat
diinterpretasi.2
4. Sebutkan dan jelaskan masing masing kesalahan dalam pengerjaan dan processing film.
a. Hasil foto yang terlalu terang 2
- Kesalahan pada saat pemrosesan film : underdevelopment (suhu terlalu rendah,
proses pengangkatan film dari larutan developer terlalu cepat, dan penggunaan
thermometer yang tidak akurat), larutan developer yang terlalu encer, larutan
developer yang terkontaminasi, dan fiksasi yang berlebihan.
- Underexposure : pengeksposan yang terlalu singkat, jarak antara gigi dan film
terlalu jauh, film yang diletakkan terlalu ke belakang pada mulut pasien
b. Hasil foto yang gelap 2
- Kesalahan pada saat pemrosesan film : overdevelopment (suhu yang terlalu tinggi
dan proses pengangkatan film yang terlalu lama), konsenstrasi larutan developer
terlalu tinggi, fiksasi yang tidak adekuat, film terpapar oleh cahaya.
- Overexposure : waktu pengeksposan yang terlalu lama, jarak antara gigi dan film
dengan gigi terlalu dekat.
c. Kontras film yang tidak adekuat 2
- Underdevelopment, underexposure, excessive peak kilovoltages, excessive film
fog.
d. Film fog/film tidak menampilkan struktur gigi secara jelas 2
- Larutan developer yang terkontaminasi
- Film diletakkan pada tempat dengan suhu dan kelembapan yang tinggi, terekspos
oleh sinar radiasi
e. Adanya titik atau garis hitam pada film 2
- Film terkontaminasi dengan developer sebelum pemrosesan/processing
f. Adanya titik atau garis putih pada film 2
- Film terkontaminasi dengan fixer sebelum processing
- Film berkontak dengan tank atau film lain selama proses development
g. Hasil film yang blur 2
- Adanya pergerakan dari pasien pada saat pengambilan foto, adanya pergerakan
dari x-ray tube head
- Proses exposure yang berulang
5. Gambarkan anatomi melintang gigi beserta bagiannya
6. Tuliskan interpretasi foto radiografi :
a. Abses periapikal

(Sumber: Siqueira JF, Isabela NR. Microbiology and treatment of acute apical abscesses. Clinical
Microbiology Reviews. P.256)

Abses periapikal merupakan inflamasi dalam jaringan periapikal yang ditandai


dengan akumulasi eksudat di dalam jaringan tersebut. Abses periapikal disebabkan
oleh infeksi yang berasal dari pulpa atau perawatan endodontik yang tidak adekuat.
Secara klinis, abses periapikal menyebabkan timbulnya bengkak dan keluhan rasa
sakit.3 Adapun gambaran radiografi dari abses periapikal yaitu adanya gambaran
radiolusen pada bagian apikal berbatas tidak tegas.

b. Abses periodontal

(Sumber: Patel PV, Sheela KG, Amrita P. Periodontal abscess: a review. Journal of Clinical and Diagnostic
Research. P.405)

Abses periodontal merupakan infeksi akut terlokasir yang terjadi pada jaringan
periodontal. Tanda klinis dari abses periodontal yaitu adanya akumulasi pus pada gingiva,
adanya poket periodontal, gingiva terlihat kemerahan dan licin, gigi yang mobile.4
Adapun gambaran radiografi dari abses periodontal yaitu terlihat gambaran radiolusen
pada lateral gigi dengan batas yang tidak jelas, penurunan crest alveolar akibrat resorpsi
tulang pada bagian interdental dan terdapat peleberan ligamentum periodontal.

c. Kista periapikal

(Sumber: Grover Neeraj. Radicular cyst of permanen


incisors and its management: a case report.
Annals of Dental Specialty. P.79-80)
Kista periapikal merupakan kumpulan
sel-sel epitel Malassez pada
ligamentum periodontal yang
merupakan hasil inflamasi akibat
nekrosis pulpa ataupun trauma. Kista
periapikal biasanya bersifat asimptomatik kecuali kista yang terinfeksi dan secara
klinis menunjukkan adanya pembesaran pada bagian palatal atau lingual di maksila
dan pada bagian bukal di mandibula. Pada tahap awal, pembesaran yang terjadi tidak
memengaruhi kepadatan tulang alveolar, namun seiring terjadinya pembesaran ukuran
kista, tulang menjadi menipis dan bersifat fluktuatif. 5
Adapun gambaran radiografi dari kista periapikal yaitu radiolusensi pada bagian
apikal gigi yang bersifat unilokuler dan berbentuk bulat yang dikelilingi oleh garis
radiopak.
d. Kista dentigerous

(Sumber: Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. P.242)


Kista dentigerous merupakan kista yang terbentuk akibat iritasi pada saat proses
erupsi gigi M3. Kista dentigerous biasanya menutupi seluruh mahkota gigi yang
belum erupsi atau hanya sebagian atau hanya meliputi bagian cementoenamel
junction.6 Adapun gambaran radiografinya yaitu terlihat gambaran radiolusen
unilokuler yang menutupi mahkota gigi dengan tepi sklerotik yang berbatas tegas.
e. Periodontitis

(Sumber: Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. P. 197)


Periodontitis merupakan inflamasi yang terjadi pada jaringan periodontal yang
ditandai dengan adanya hyperemia gingiva, penurunan tulang alveolar, resesi gingiva
dan perdarahan dan kedalaman pada saat dilakukan probing.6 Adapun gambaran
radiografi dari periodontitis yaitu terlihat gambaran radiolusen pada bagian apikal
yang berbatas tidak jelas dan kehilangan tulang alveolar secara horizontal.
f. Granuloma

(Sumber: Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. P.191)

Granuloma merupakan massa yang bersifat non neoplastik dan biasanya dialami
oleh pasien yang berusia dewasa muda dan dewasa. 6 Gambaran radiografi dari
granuloma yaitu terlihat gambaran radiolusen pada bagian apikal gig yang berbatas
tegas dan berbentuk tidak beraturan.
g. Osteomyelitis

(Sumber: Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. P.199)

Osteomyelitis merupakan infeksi yang terjadi pada tulang rahang yang disebabkan
oleh infeksi periapikal, lesi akut periodontal, ekstraksi, ataupun trauma. Osteomyelitis
ditandai dengan adanya demam, parestesia pda nervus alveolaris inferior dan mobilitas
gigi.6 Adapun gambaran radiografi dari osteomyelitis yaitu gambaran radiolusen yang
berbatas tidak jelas pada daerah mandibula.
h. Ameloblastoma

(Sumber: Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. P. 254)


Ameloblastoma adalah suatu massa yang disebabkan oleh gangguan interaksi
antara sel-sel epitel (ameloblas, epitel dental lamina, epitel squamosa), sel-sel
ektomesenkimal (odontoblas dan sementoblas), mesenkim, sel-sel neuroektodermal
(neuroblas, sel Schwann dan melanosit) pada proses odontogenesis yang
menyebabkan terjadinya malformasi dan neoplasia dan bermanifestasi sebagai tumor
jinak odontogenik.6 Adapun gambaran radiografinya yaitu terlihat gambaran
radiolusen yang meluas dengan berbatas tegas dan unikistik.

i. Ameloblastoma multicystic

(Sumber: Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. P. 254)


Ameloblastoma adalah suatu massa yang disebabkan oleh gangguan interaksi
antara sel-sel epitel (ameloblas, epitel dental lamina, epitel squamosa), sel-sel
ektomesenkimal (odontoblas dan sementoblas), mesenkim, sel-sel neuroektodermal
(neuroblas, sel Schwann dan melanosit) pada proses odontogenesis yang
menyebabkan terjadinya malformasi dan neoplasia dan bermanifestasi sebagai tumor
jinak odontogenik.6 Adapun gambaran radiografinya yaitu terlihat gambaran
radiolusen yang meluas dengan berbatas tegas dan multikistik.
j. Odontoma kompleks

(Sumber: Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. P. 266)


Odontoma kompleks adalah suatu lesi tumor jinak yang terdiri atas suatu massa
yang mengandung elemen-elemen dasar pembentuk gigi dan biasanya muncul pada
bagian angulus mandibula dan daerah tuberositas. Odontoma kompleks biasanya
dihubungkan dengan impaksinya gigi M3.6 Adapun gambaran radiografinya yaitu
terlihat gambaran radiopak yang dikelilingi dengan garis yang radiolusen dan
berbatas jelas pada bagian angulus mandibula dan menutupi mahkota gigi M3 rahang
bawah.
k. Odontoma compound

(Sumber: Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. P. 266)

Odontoma compound adalah suatu lesi tumor jinak yang terdiri atas suatu massa
yang mengandung elemen-elemen dasar pembentuk gigi yang sering ditemukan pada
regio anterior mandibula dan maksila dan tepatnya berada pada bagian lateral dari
mahkota gigi yang telah terbentuk sempurna.6 Adapun gambaran radiografinya yaitu
terlihat gambaran radioopak yang dikelilingi dengan garis tipis yang radiolusen dan
berbatas tidak jelas pada bagian lateral dari apikal gigi.

l. Fibrous dysplasia
(Sumber: Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. P. 274)

Fibrous dysplasia adalah lesi yang menyerupai tumor yang biasanya muncul pada
mandibula dan dalam bentuk monokistik (terbatas pada satu tulang rahang). Fibrous
dysplasia biasanya bersifat asimptomatik dan adapun tanda klinisnya yaitu adanya
ketidaksimetrisan wajah. 6 Adapun gambaran radiografinya yaitu gambaran radiolusen
yang meluas dan berbentuk bulat pada bagian simfisis mandibula dengan tepi yang
tidak jelas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Whaites E. Essentials of dental radiography and radiology. London: Elsevier;
2003. P. 77-9,101,109-116,147,166-7
2. White SC, Michael JP. Oral Radiology, Principles and Interpretation. Missouri:
Elsevier; 2004. P.117,121,126-7,141,148,150
3. Siqueira JF, Isabela NR. Microbiology and treatment of acute apical abscesses.
Clinical Microbiology Reviews. P.256
4. Patel PV, Sheela KG, Amrita P. Periodontal abscess: a review. Journal of Clinical
and Diagnostic Research 2011;5(2):405
5. Grover Neeraj. Radicular cyst of permanen incisors and its management: a case
report. Annals of Dental Specialty 2014;2(2):79-80
6. Pasler FA, Heiko V. Pocket Atlas of Dental Radiology. Stuttgart: Thieme; 2007.
191, 197, 199, 242, 254, 266, 274

Anda mungkin juga menyukai