Anda di halaman 1dari 34

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Pembelajaran PKn

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Terdapat berbagai macam pendapat mengenai strategi pembelajaran.

Salah satu pendapat dikemukakan oleh Yatim Riyanto (2010: 132) yang

menyebutkan bahwa strategi pembelajaran yaitu siasat guru dalam

mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi

antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut

Murdiono (2012: 28) strategi pembelajaran merupakan rencana dan cara-

cara melaksanakan kegiatan pembelajaran agar prinsip dasar pembelajaran

dapat terlaksana dan tujuan pembelajaran bisa dicapai secara efektif.

Strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh Yatim Riyanto dan Murdiono

disini hampir sama yaitu lebih menekankan pada strategi pembelajaran yang

dipilih oleh guru dalam kegiatan pembelajaran supaya yang menjadi tujuan

pembelajaran tercapai.

Selain itu, Darmasyah (2010: 17) mengemukakan bahwa strategi

pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian

pelajaran dan pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

berbagai sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru guna menunjang

terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini berarti

bahwa strategi pembelajaran menggunakan berbagai sumber belajar yang

11
digunakan oleh guru seperti menggunakan alat peraga, buku teks, dan kartu

indeks dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar di kelas

sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

strategi pembelajaran merupakan suatu rencana atau cara-cara yang

digunakan oleh guru dengan menggunakan segala sumber belajar yang ada

dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif

dan efisien. Dalam menggunakan strategi pembelajaran guru harus mampu

memilah dan memilih strategi pembelajaran yang cocok digunakan dalam

proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di sini peran

guru dalam merancang strategi pembelajaran sangat penting karena guru

sebagai pendidik dituntut untuk mampu menggunakan strategi pembelajaran

yang menarik minat peserta didik agar proses pembelajaran berlangsung

secara efektif dan efisien sehingga nantinya tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

2. Pengertian Pembelajaran

Dalam arti sempit pembelajaran itu merupakan suatu proses atau

cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Kata

pembelajaran itu sendiri lebih menekankan pada kegiatan belajar siswa

dengan sunguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional dan

sosial. Dalam arti luas pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang

sistematis dan sistematik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara

pendidik dengan siswa dikelas, dihadiri secara fisik oleh guru atau tidak

12
untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan (Zaenal Arifin, 2009:

10). Pembelajaran adalah suatu kegiatan guru secara terprogram dalam

desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009:

297).

Selain itu, pembelajaran merupakan proses dan cara menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitias,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran (Oemar Hamalik, 2005: 57).

Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan kegiatan yang disusun secara sisematik dan

terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara

aktif. Kegiatan pembelajaran tersebut berupa interaksi dan komunikasi

antara siswa dengan guru.

3. Pemilihan Strategi Pembelajaran

Banyak faktor yang menjadi dasar pemilihan dalam strategi

pembelajaran. Menurut Abdul Gafur (2007: 21) faktor yang mempengaruhi

dasar pemilihan strategi pembelajaran adalah kompetensi atau tujuan

pembelajaran khusus, faktor belajar, lingkungan belajar, besar kecilnya

kelompok belajar.

Dari aspek kompetensi atau tujuan pembelajaran khusus menjadi

dasar pemilihan strategi pembelajaran karena strategi itu dipilih untuk

13
membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Maksudnya, dalam

menentukan strategi pembelajaran, media dan sumber belajar harus selalu

berorientasi pada Kompetensi Dasar. Dari aspek faktor belajar yang perlu

diperhatikan dalam memilih strategi pembelajaran meliputi rangsang atau

stimulus, reaksi atau respon dan umpan balik. Jadi, dalam pemilihan strategi

pembelajaran sebelumnya harus dianalisis terlebih dahulu jenis rangsangan,

reaksi dan umpan balik yang harus dipelajari siswa.

Dari aspek Lingkungan belajar mempengaruhi dalam pemilihan

strategi pembelajaran karena dengan mengetahui lingkungan belajarnya

maka dapat ditentukan pemilihan strategi pembelajarannya apakah di dalam

ruangan, laboratorium atau di luar ruangan. Dari aspek besar kecilnya

kelompok belajar dapat diketahui jika materi pelajaran lebih berhasil

dipelajari dalam berkelompok, maka strategi pembelajaran yang digunakan

adalah dengan menggunakan kelompok. Tetapi jika pelajaran lebih baik

dipelajari secara sendiri-sendiri maka strategi pembelajaran individual lebih

tepat.

Menurut Yatim Riyanto (2010: 134) ada beberapa hal- hal yang

perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran.

Hal- hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

a. Kesesuaian dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai.


b. Kesesuaian dengan bahan bidang studi yang terdiri dari aspek-aspek
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai.
c. Strategi pembelajaran itu mengandung seperangkat kegiatan
pembelajaran yang mungkin mencakup penggunaan beberapa
metode pengajaran yang relevan dengan tujuan dan materi pelajaran.
d. Kesesuaian dengan kemampuan profesional guru bersangkutan
terutama dalam rangka pelaksanaannya di kelas.

14
e. Cukup waktu yang tersedia, karena erat kaitannya dengan waktu
belajar dan banyaknya bahan yang harus disampaikan.
f. Kesediaan unsur penunjang, khususnya media instruksional yang
relevan dan peralatan yang memadai.
g. Suasana lingkungan dalam kelas dan lembaga pendidikan secara
keseluruhan.
h. Jenis-jenis kegiatan yang serasi dengan kebutuhan dan minat siswa,
karena erat kaitannya dengan tingkat motivasi belajar untuk
mencapai tujuan instruksional.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa sebelum

melakukan pemilihan strategi pembelajaran apa yang akan dipakai, ada

faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih strategi pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu tujuan pembelajaran, lingkungan

belajar, kemampuan profesional guru, karakteristik siswa, serta sarana dan

prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Jika

kesemua faktor tersebut sudah dipenuhi dalam memilih dan menetapkan

strategi pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran akan berlangsung sesuai

keinginan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Strategi Pembelajaran PKn

Sejak jaman dulu, strategi mengajar PKn dikenal hanya ceramah dan

berisi indoktrinasi saja. Hal ini senada dengan pernyataan Numan Somantri

(2001: 304) yang menyatakan bahwa metode mengajar PKn yang dulu

bernama civic masih menggunakan teknik mengajar yang tradisional yaitu

menggunakan metode ceramah dan indoktrinasi. Dalam kurikulum SD-

SMP-SMA 1968, masalah berpikir kritis, kreatif dan partisipasi dan

pemecahan masalah sudah ditetapkan untuk digunakan oleh guru dalam

proses pembelajaran PKn di persekolahan. Walaupun sudah ditetapkan,

15
metode tradisional dengan ceramah masih diterapkan. Banyak faktor yang

menyebabkan masih dipertahankannya metode ceramah tersebut,

diantaranya adalah ujian yang biasanya hafalan menyebabkan sulitnya

pelaksanaan pemecahan masalah karena memang bahan PKn itu sendiri

seperti yang termuat dalam kurikulum 1968 untuk SMP 30% berisi sejarah

kebangsaan dan 70% mengenai kenegaraan, sedangkan untuk SMA 100%

mengenai Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Wahab dan Sapriya (2011: 303) ada beberapa kajian ulang

terhadap relevansi materi PKn di masa lalu karena beberapa alasan,

diantaranya adalah : Pertama, banyak penerjemahan PKn kedalam

kurikulum yang diwarnai oleh perspektif dan kepentingan pemerintah

dengan mengatasnamakan perspektif dan kepentingan negara.

Kedua, topik-topik tertentu lebih banyak diangkat yang bertujuan

menguatkan kedudukan pemerintah yang berkuasa. Topik-topik lain seperti

HAM, demokrasi politik, demokrasi ekonomi, kebebasan berpendapat

kurang disampaikan secara proporsional. Ketiga, PKn merupakan sarana

pendidikan politik. Namun pendidikan politik yang dimaksud selama ini

cenderung seihak dan monolog yakni mendukung kelenggengan kekuasaan

orde yang berkuasa. Akibatnya siswa tidak disiapkan untuk berpikir secara

dewasa, bertanggung jawab dan jujur bahkan terhadap dirinya sendiri.

Keempat, pada kenyataannya apa yang diajarkan di sekolah berbeda dengan

kenyataannya. Akibat selanjutnya adalah secara tidak disadari kita

menyiapkan generasi yang memiliki kepribadian terpecah.

16
Berdasarkan beberapa alasan di atas, maka perlu kiranya ada kajian

ulang dan peninjauan kembali terhadap materi dan metodologi PKn,

sehingga menjadikan PKn sebagai mata pelajaran yang membentuk warga

negara menjadi warga negara yang demokratis. Selain itu juga agar setiap

warga negara menjadi cerdas, dapat berpikir kritis dan kreatif.

Saat ini, prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam pelajaran

PKn sudah bergeser dari pendekatan faculty psychology menjadi field

psychology dimana strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan sesuai

pendekatan field psychology adalah strategi pembelajaran kontinum atau

pembelajaran yang mengkombinasikan antara sudut ekstrem inkuiri dan

sudut ekstrem ekspositori. Dengan demikian, pembelajaran lebih bersifat

humanis karena memperhatikan aspek-aspek sifat manusia yang pada

hakikatnya sejak lahir sudah memiliki potensi untuk berkembang (Wahab

dan Sapriya, 2011: 343).

Menurut Murdiono (2012:37) strategi yang perlu dikembangkan

dalam pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang lebih bersifat

dialog kritis, pengalaman langsung, kolaboratif, kooperatif, dan

pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran ini menekankan pada tiga ranah

pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Strategi yang tergolong baru dalam pembelajaran PKn adalah

strategi pembelajarn aktif. Strategi ini dikembangkan oleh Melvin L.

Silberman. Menurut Melvin Silberman (2009: 9) pembelajaran aktif

membutuhkan kerja sama dimana dengan menempatkan peserta didik

17
kedalam kelompok dan memberinya tugas maka pada saat kegiatan

pembelajaran aktif berlangsung peserta didik melakukan sebagian besar

kegiatan belajar mereka, sehingga mereka dapat mempelajari hal yang beru,

memecahkan masalah dan menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Salah satu dari pembelajaran aktif yang bisa diterapkan dalam proses

pembelajaran PKn adalah melalui strategi pembelajaran aktif model college

ball. Strategi ini masih jarang digunakan dalam kegiatan pembelajaran PKn.

Strategi model college ball itu sendiri menurut Melvin L. Silberman (2009:

251) yaitu strategi pembelajaran yang digunakan untuk menguatkan

kembali, mengklarifikasi dan meringkas poin-poin kunci pembelajaran di

kelas. Melalui strategi pembelajaran aktif model college ball ini siswa dapat

memahami dan menyimpan materi pembelajaran PKn yang berisi banyak

hafalan dengan baik.

5. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori. Menurut Wina

Sanjaya (2010: 147) metode ceramah merupakan cara menyajikan pelajaran

melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok

siswa. Ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh

guru. Biasanya guru menggunakan teknik ceramah bila memiliki tujuan agar

siswa mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu

(Roestiyah, 2008 : 137). Metode ceramah juga dianggap sebagai metode

pembelajaran yang murah dan efektif karena tidak memerlukan untuk

18
pembuatan suatu media dan langsung bisa diterapkan dalam proses

pembelajaran tanpa perlu persiapan kusus. Berdasarkan pemaparan diatas,

maka dapat dinyatakan bahwa metode ceramah merupakan metode

pembelajaran yang menyajikan pelajarannya melalui penuturan lisan dan

ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh guru

karena ceramah merupakan metode yang mudah, murah dan efektif.

Dalam melaksanakan metode ceramah, ada beberapa hal yang harus

dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.

Menurut Wina Sanjaya (2010: 149-152) langkah-langkah menggunakan

metode ceramah ada dua yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

Tahap persiapan meliputi merumuskan tujuan yang ingin dicapai,

menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan, dan

mempersiapkan alat bantu. Yang kedua tahap pelaksanaan yaitu meliputi

pembukaan, penyajian, dan mengakhiri atau menutup ceramah.

6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Setiap metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan

kekurangan, demikian juga metode ceramah. Menurut Mulyono (2011: 83)

Kelebihan Metode ceramah meliputi : Pertama, ceramah merupakan metode

yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah maksudnya, ceramah tidak

memerlukan biaya untuk kegiatan pembelajaran, karena tidak menggunakan

media dan peralatan-peralatan. Sedangkan mudah maksudnya metode

ceramah hanya menggunakan suara guru sehingga tidak perlu persiapan

yang matang.

19
Kedua, ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.

Maksudnya, materi yang banyak dapat dirangkum dan dapat dijelaskan

dalam waktu yang singkat. Ketiga, ceramah dapat memberikan pokok-

pokok materi yang dapat ditonjolkan. Maksudnya, guru dapat mengatur

pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan untuk siswa.

Keempat, ceramah dapat membuat guru mengontrol keadaan kelas karena

sepenuhnya kelas menjadi tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.

Dan yang terakhir, Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat

diatur menjadi sederhana. Maksudnya, guru tidak perlu mengatur tempat

duduk lagi untuk siswa. Siswa tinggal menempati tempat duduknya saja

maka ceramah bisa langsung dilakukan.

Kelebihan–kelebihan ceramah yang dikemukakan oleh Mulyono

diatas dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan seorang guru untuk

memilih metode ceramah sebagai metode pembelajaran yang digunakan

dalam mengajar di kelas. Kelebihan-kelebihan dari metode ceramah lebih

banyak mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

karena kegiatan banyak terpusat di guru dan metode ceramah juga

merupakan metode pembelajaran yang mudah, murah dan praktis karena

dapat langsung dipraktekan tanpa ada persiapan yang lebih matang

sebelumnya.

Di samping beberapa kelebihan ceramah di atas, ceramah juga

memiliki berbagai kelemahan. Menurut Wina Sanjaya (2010: 148-149)

Kelemahan dari metode ceramah di antaranya adalah pertama, materi yang

20
dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang

dikuasai guru. Kedua, ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat

mengakibatkan terjadinya verbalisme. Ketiga, guru yang kurang memiliki

kemampuan yang bertutur baik, ceramah sering dianggap sebagai metode

yang membosankan. Keempat, melalui ceramah sangat sulit untuk

mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau

belum.

Berdasarkan kelemahan dari metode ceramah diatas maka dapat

disimpulkan bahwa kelemahan dari metode ceramah lebih banyak pada

kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini

mengakibatkan siswa menjadi pasif, ketersampaian pelajaran kepada siswa

tidak diketahui apakah siswa sudah memahami materi pelajaran yang

disampaikan atau belum dan membuat siswa lebih bosan karena hanya

mendengarkan guru berceramah saja.

B. Strategi Pembelajaran Model College Ball

1. Pengertian Pembelajaran Aktif

Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari strategi

pembelajaran dan merupakan salah satu komponen utama dalam

menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.

Dengan model pembelajaran yang menyenangkan, maka proses kegiatan

belajar mengajar akan berjalan dengan baik. Siswa akan senang dan antusias

dalam mengikuti pelajaran. Menurut Agus Suprijono (2011: 45-46) model

pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran yang dirancang

21
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya

pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat digunakan

untuk memberi petunjuk pada guru di kelas. Rusman (2011: 133)

mengemukakan bahwa guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai

dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya karena model

pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan.

Dalam menggunakan model atau strategi pembelajaran seorang

guru harus benar-benar memperhatikan apakah model atau strategi

pembelajaran tersebut tepat digunakan sebagai landasan praktik

pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai,

sehingga siswa mampu menyerap pelajaran dengan baik.

Salah satu strategi pembelajaran yang bisa seorang guru gunakan

adalah strategi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah penggunaan

otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang

mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan

penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka,

bergerak leluasa dan berfikir keras (Melvin L. Siberman, 2009: 9).

Pendapat lain dikemukakan oleh Muhibbin Syah dan Rahayu

Kariadinata (2009: 14) yang menyebutkan pembelajaran aktif merupakan

pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara

fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,

membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan

22
pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam

membangun pengetahuannya sendiri.

Menurut Bermawi Munthe (2009: 54) pembelajaran aktif

merupakan suatu alternatif yang memungkinkan untuk melakukan

kontekstualisasi guna menciptakan partisipasi aktif siswa dalam proses

pembelajaran. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa active learning atau pembelajaran aktif merupakan proses

pembelajaran dimana siswa dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam

kegiatan pembelajaran di kelas, semua daya yang dimiliki siswa harus

digunakan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat

memecahkan masalahnya sendiri dan menerapkan apa yang mereka pelajari

sendiri.

Menurut Melvin L. Silberman (2009: xxvii) dalam pembelajaran

aktif terdapat berbagai macam-macam metode pembelajaran yang

digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang antara lain adalah

bagian yang berisi cara-cara menyimpulkan suatu kelas sehingga peserta

didik merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan mempertimbangkan

bagaimana mereka menerapkan di masa yang akan datang. Fokus dari

proses pembelajaran ini adalah agar peserta didik belajar supaya mudah

mengingat suatu mata pelajaran dan agar tidak lupa di kemudian hari.

Metode – metode tersebut antara lain adalah review (pengulangan), self

assessment (Penilaian diri sendiri), dan expression of final sentimens

(Pengungkapan sentimen-sentimen akhir).

23
Review itu sendiri mengingatkan dan merangkum apa yang telah

dipelajari. Pada bagian ini, membantu peserta didik untuk mengingat ulang

apa yang telah dipelajari, mengetes pengetahuan dan kemampuan sekarang.

Review akan membantu peserta didik untuk mampu menyimpan dan

memahami pelajaran yang telah mereka peroleh.

Self assessment (Penilaian diri sendiri) Mengevaluasi perubahan-

perubahan dalam hal pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, atau perilaku-

perilaku. Bagian ini berkaitan dengan cara-cara membantu peserta didik

menilai apa yang sekarang mereka ketahui, apa yang dapat mereka lakukan

sekarang, dan sikap apa yang seharusnya mereka pegangi. Bagian ini

membantu peserta didik mengevaluasi kemajuan mereka sendiri.

Dan yang terakhir expression of final sentimens (Pengungkapan

sentimen-sentimen akhir) Mengkomunikasikan pikiran-pikiran, perasaan-

perasaan, dan perhatian-perhatian siswa-siswa yang mereka miliki pada

akhir kelas. Pada bagian ini membantu peserta didik untuk mengenang

pengalamannya dan mengapresiasi kegiatan mereka selama proses belajar

mengajar berlangsung.

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diketahui

bahwa model pembelajaran college ball masuk ke dalam bagian review

karena dalam model pembelajaran model college ball adalah untuk

mengingat materi yang sudah dipelajari dan meringkas poin-poin kunci

materi pelajaran yang nantinya berguna agar peserta didik mudah mengingat

dan memahami materi pelajaran.

24
2. Strategi Pembelajaran Model College Ball

College Ball atau permainan bola guling merupakan suatu teknik

strategi belajar mengajar yang dikembangkan oleh Melvin L. Silberman

sebagai cabang dari pembelajaran Active Learning. Hisyam (2008: xvi-xvii)

menjelaskan pembelajaran Active Learning mengajak siswa terlibat secara

aktif dalam proses pembelajaran, metode ini merupakan upaya untuk

memicu adanya motivasi dan semangat belajar dan pemahaman siswa

terhadap pengetahuan yang telah dipelajari dan pembelajaran yang telah

diajarkan di dalam kelas. Metode ini digunakan untuk menguatkan kembali,

mengklarifikasi dan meringkas poin-poin kunci pembelajaran di kelas.

Langkah-langkah dalam pembelajaran College Ball menurut Melvin

L. Silberman (2009: 251) adalah sebagai berikut : Pertama, Kelompokkan

peserta didik ke dalam tim yang terdiri atas tiga atau empat anggota.

Masing-masing tim dimohon memilih nama sebuah lembaga (atau tim olah

raga, perusahaan, mobil dan lain–lain ) yang mereka wakili. Kedua, Berilah

setiap peserta didik kartu indeks. Peserta didik akan memegang kartumya

untuk menunjukkan bahwa mereka menginginkan kesempatan untuk

menyampaikan pertanyaan. Format pertanyaan adalah undian: setiap kali

anda menyampaikan pertanyaan, setiap anggota tim dapat menunjukkan

keinginannya untuk menjawab. Ketiga, Jelaskan aturan-aturan berikut ini :

Untuk menjawab pertanyaan angkat kartumu; Kamu dapat mengangkat

kartumu sebelum pertanyaan secara penuh disampaikan jika kamu merasa

mengetahui jawabannya. Segera setelah anda menginterupsi, pertanyaan

25
dihentikan; Tim memberikan skor satu point untuk setiap respons anggota

yang benar; Ketika seseorang menjawab dengan salah, tim yang lain

menjawab (mereka dapat mendengarkan seluruh pertanyaan jika tim yang

lain meginterupsi bacaan); Setelah semua pertanyaan dilontarkan, hitunglah

skor keseluruhan dan umumkan pemenangnya; Berdasarkan respons atas

permainan, lakukan peninjauan ulang materi yang tidak jelas atau yang

memerlukan penguatan kembali.

Variasi dalam langkah-langkah pembelajarannya bisa juga dengan

menggunakan alternatif pertanyaan pada setiap tim sebagai ganti

menggunakan format undian. Ada juga yang menggunakan permainan untuk

mengetes apakah peserta didik dapat melaksanakan keterampilan secara

benar daripada menjawab pertanyaan pengetahuan.

3. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Collage Ball

Sama halnya dengan metode ceramah, model pembelajaran college

ball memiliki juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Mel

Silberman (2009: 11-13) kelebihan dari belajar aktif adalah sebagai berikut :

Siswa menjadi aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran, siswa menjadi

ingat dan paham akan materi yang diajarkan karena pembelajaran college

ball menekankan pada belajar agar siswa tidak lupa, siswa dapat

mengembangkan kemampuan menguji ide dan pemahamannya sendiri,

dapat membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, dapat

membantu siswa untuk lebih menghargai pendapat orang lain, proses

26
pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak monoton, metode ini bisa

digunakan pada semua kelas.

Disamping kelebihan, model pembelajaran college ball juga

mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan dari model pembelajaran ini

antara lain membutuhkan waktu yang lama, siswa dalam dikelompokkan

cenderung bicara sendiri, dan memerlukan persiapan yang cukup matang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui jika model

pembelajaran college ball lebih mempunyai kelebihan daripada kelemahan,

sehingga model pembelajaran ini dirasa cocok untuk diterapkan dalam

memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan di kelas agar kegiatan

belajar di kelas lebih menyenangkan dan siswa pun ikut terlibat secara aktif

dalam kegiatan pembelajaran.

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Aktif pada saat-

saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan/mendesak (Sardiman, 2010: 73). Motivasi belajar merupakan

daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan

kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman (Martinis Yamin,

2007: 219).

27
Menurut Agus Suprijono (2009:163) motivasi belajar adalah proses

yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,

perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan

tahan lama. Pendapat lain dikemukakan oleh Hamzah (2008: 3) yang

mengartikan motivasi sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu,

yang menyebabkan individu itu bertindak atau berbuat. Sedangkan menurut

Dimyati dan Mudjiono (2009:80) motivasi belajar adalah kekuatan mental

berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita–cita. Menurut Mc Donald

dalam Oemar Hamalik (2005: 158). “motivation is an energy change within

the person characterized by effective arousal and antycipatory goal

reaction”. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang

yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan interaksi untuk mencapai

tujuan.

Berdasarkan definisi dari beberapa ahli mengenai motivasi belajar,

maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan

atau daya penggerak dalam diri seseorang yang memberikan semangat,

kemauan dan keinginan untuk belajar guna untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Sehingga motivasi belajar untuk siswa sangatlah penting karena

sebagai pendorong siswa untuk giat belajar agar memperoleh tujuan yang

dikehendakinya dalam belajar yaitu prestasi yang bagus.

28
2. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat

menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

Fungsi motivasi menurut Sardiman (2010: 85) yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi disini diartikan sebagai


penggerak dari setiap kegiatan yang akan dilakukan manusia.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi

motivasi dalam belajar yaitu antara lain sebagai pendorong seseorang untuk

belajar, mengarahkan tujuan apa yang ingin dicapai dan menentukan atau

meyeleksi perbuatan-perbuatan apa saja yang harus dilakukan dalam belajar

sehingga diharapkan hasil belajar yang dicapai siswa maksimal. Dalam

penelitian ini, motivasi berfungsi untuk mendorong siswa agar lebih baik

dalam hal mencapai prestasi belajar yang maksimal.

3. Ciri – ciri Motivasi Belajar

Seseorang yang mempunyai motivasi belajar pasti mempunyai ciri-

ciri tersendiri, beda dengan orang yang tidak mempunyai motivasi dalam

belajar. Ciri-ciri motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2008: 23) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : Adanya hasrat dan keinginan berhasil,

adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita

masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif.

29
Lain halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman

(2010: 83) ciri-ciri orang yang termotivasi adalah sebagai berikut : Tekun

menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap

bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada

tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah

melepaskan hal yang diyakini itu, senang memecahkan masalah soal-soal.

Berdasarkan ciri-ciri orang yang termotivasi menurut Hamzah B.

Uno dan Sardiman, maka dapat disimpulkan bahwa orang yang termotivasi

dalam kegiatan belajarnya maka hasil yang diperoleh akan menunjukkan

hasil yang maksimal dalam kegiatan sehari-harinya. Dimana jika dalam

penelitian ini, siswa yang mempunyai motivasi belajar maka dia pasti juga

akan menunjukkan hasil yang baik dalam belajarnya antara lain tekun

menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap

bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada

tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah

melepaskan hal yang diyakini itu, dan senang memecahkan masalah soal-

soal.

4. Bentuk Motivasi

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam

rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas. Bentuk–bentuk motivasi

menurut (Sardiman, 2010: 92-95) adalah sebagai berikut : memberi angka,

hadiah, saingan atau kompetisi, ego-Involvement, memberi ulangan,

30
mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan

yang diakui.

Penjelasan masing-masing bentuk motivasi diatas adalah sebagai

berikut : Pertama, memberi angka. Angka yang dimaksud adalah sebagai

simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka atau nilai

yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi

kepada anak didik lainnya karena apabila anak didik mendapat angka yang

baik, maka motivasi siswa akan meningkat.

Kedua, hadiah. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang

berprestasi, rangking satu, dua atau tiga dari anak didik lainnya. Dalam

pendidikan modern, anak didik yang berprestasi tinggi memperoleh predikat

sebagai anak didik teladan dan untuk perguruan tinggi disebut sebagai

mahasiswa teladan.

Ketiga, Saingan atau kompetisi ini dapat digunakan sebagai alat

motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar.

Apabila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka setiap anak didik

terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

Keempat, menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertahankan harga diri, adalah sebagai salah satu

bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan

segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga

dirinya.

31
Kelima, dengan memberikan ulangan bisa dijadikan sebagai

motivasi, anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh

hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan

strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat

belajar.

Keenam, dengan siswa mengetahui hasil belajar bisa dijadikan

sebagai alat motivasi. Bagi anak didik yang menyadari betapa besarnya

sebuah nilai prestasi belajar akan meningkatkan intensitas belajarnya guna

mendapatkan prestasi belajar yang melebihi prestasi belajar yang diketahui

sebelumnya.

Ketujuh, pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat

dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian merupakan motivasi yang baik. Guru

bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam

mengerjakan pekerjaan sekolah. Kedelapan, pemberian hukuman

merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan

karena dendam. Pendekatan edukatif yang dimaksud disini sebagai

hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap perbuatan anak

didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu

anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran.

Kesembilan, hasrat untuk belajar merupakan gejala psikologis yang

tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk

mengetahui sesuatu dari objek yang akan dipelajarinya. Kesepuluh, minat

sangat erat kaitannya dengan motivasi sehingga apabila dalam diri siswa

32
terdapat minat dalam suatu hal, maka hal ini akan dapat menumbuhkan

motivasi yang tinggi. Dan yang terakhir rumusan tujuan yang diakui

merupakan alat motivasi yang sangat penting. Dengan mengetahui tujuan

yang harus dicapai, maka akan timbul keinginan dan semangat untuk

mencapai tujuan tersebut.

Bentuk-bentuk motivasi yang dikemukakan oleh Sardiman di atas

menunjukkan bahwa banyak sekali bentuk-bentuk motivasi yang bisa

diberikan seseorang untuk memotivasi siswa agar mengarahkan siswa

tersebut untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Agar termotivasi,

maka guru atau orang tua memberikan salah satu dari bentuk motivasi di

atas.

D. Tinjauan Prestasi Belajar PKn

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib

diajarkan di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Hal ini

mengindikasikan bahwa mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran

yang penting dalam sistem kurikulum di Indonesia. Untuk mengetahui apa

itu mata pelajaran PKn secara jelas. Berikut beberapa pengertian dari mata

pelajaran PKn yang terlampir dalam Permendiknas dan pendapat beberapa

ahli. Menurut Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan

bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan :

Mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang


beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku
bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil,
dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.

33
Lain halnya dengan pemikiran Numan Somantri (2001: 299) yang

mendefinisikan Pendidikan Kewarganegaraan adalah :

Program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas


dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh
positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang
kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan
hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Sementara itu, Cogan dan Derricott dalam Wahab (2011: 32)

menyatakan bahwa “Citizenship education the underlying focal point of a

study, was defined as ‘the contribution of education to the development of

those characteristics of a citizen’.” Dari pengertian tersebut maka diketahui

bahw peran citizenship education dalam mendidik warga negara menjadi

warga negara yang baik yang mampu melaksanakan kewajiban-

kewajibannya sebagai warga masyarakat.

Dari berbagai pengertian mengenai Pendidikan Kewarganegaraan

diatas, maka dapat dinyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan mata pelajaran yang berintikan demokrasi politik yang bertujuan

untuk membentuk karakter warga negara agar menjadi warga negara yang

cerdas, terampil, kritis dan kreatif yang berlandaskan pada Pancasila dan

UUD 1945. Sehingga melalui mata pelajaran PKn diharapkan Warga

Negara Indonesia menjadi warga negara yang berkarakter dan cerdas yang

mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai yang diamanatkan

Pancasila dan UUD 1945.

34
2. Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Pkn

Setiap mata pelajaran pasti mempunyai suatu tujuan yang ingin

dicapai. Begitu juga dengan mata pelajaran PKn. Tujuan mata pelajaran

PKn menurut Lampiran Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.

Dari uraian di atas diketahui bahwa tujuan PKn adalah untuk

menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang mampu berpikir

secara kritis, berpartisipasi aktif, berkembang secara positif dan demokratis

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Serta mampu berinteraksi

dengan bangsa lain dalam pergaulan internasional.

Selain itu, Numan Somantri (2001: 279) mengemukakan bahwa

tujuan umum PKn adalah untuk mendidik warga negara agar menjadi warga

negara yang baik, yang bisa digambarkan dengan warga negara yang

berjiwa patriotik, mempunyai rasa toleransi yang tinggi, setia terhadap

bangsa dan negara, beragama, demokratis dan berjiwa Pancasilais.

Sementara itu, tujuan PKn menurut Ruud Veldhuis dalam Samsuri (2011:

77) adalah :

35
untuk merangsang partisipasi aktif warga negara dalam masyarakat
sipil (civil society) dan dalam pembuatan keputusan politik di dalam
suatu (sistem) demokrasi konstitusional. Menurut Veldhuis untuk
menjadi demokrat sejati, warga negara yang aktif dan terintegrasi
secara sosial tidaklah dilahirkan, tetapi ia diciptakan (direproduksi)
dalam suatu proses sosialisasi.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa tujuan

mata pelajaran PKn itu adalah untuk menjadikan warga negaranya menjadi

warga negara yang baik yang mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, dan

berjiwa pancasila yang bertindak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk

membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia

kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam

kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat pancasila dan UUD

1945 (Sunarso dkk, 2006: 5).

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaaraan

Mata pelajaran PKn mempunyai substansi kajian berupa aspek

politik, hukum dan moral. Substansi kajian mata pelajaran PKn menurut

Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi meliputi :

persatuan dan kesatuan bangsa; norma, hukum, dan peraturan; Hak Asasi

Manusia; kebutuhan warga negara; konstitusi negara; kekuasaan dan politik;

pancasila; dan globalisasi.

Sesuai dengan substansi kajian mata pelajaran PKn di atas dapat

diketahui bahwa kajian mata pelajaran PKn sebagian besar berisi tentang

pengetahuan politik, hukum dan moral. Materi – materi yang ada di PKn

36
mencakup dimensi pengetahuan (civic knowledge), ketrampilan (civic skill),

dan karakter kewarganegaraan.

4. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran selalu terdapat kegiatan penilaian

diakhir pembelajaran. Kegiatan penilaian ini dilakukan untuk mengukur

keberhasilan seorang siswa dalam memahami suatu mata pelajaran tertentu.

Prestasi belajar seorang siswa sering dijadikan sebagai indikator

ketercapaian seorang siswa dalam proses belajar mengajar.

Menurut KBBI prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya

ditunjukkan oleh nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (KBBI,

2008:895). Jadi, prestasi belajar diukur dengan nilai tes yang diberikan guru

kepada siswanya. Menurut Muhibin Syah (2003: 141) prestasi belajar

merupakan tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam sebuah program. Hal ini berarti, seorang siswa dikatakan

mempunyai prestasi belajar jika berhasil mencapai apa yang yang telah

ditetapkan oleh program yang ada, sebagai contoh suatu sekolah

menetapkan tujuan keberhasilan seorang siswa jika siswa tersebut mampu

mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah.

Lain halnya pendapat dari Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) yang

mengemukakan prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tidak mengajar diakhiri dengan

37
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar.

Prestasi belajar atau achievement merupakan realita atau pemekaran

dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Penguasaan prestasi belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya,

baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir

maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau

perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan prestasi belajar. Di

sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata

pelajaran yang ditempuh (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003: 102-103).

Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah hasil keberhasilan belajar siswa dalam menguasai

pengetahuan atau ketrampilan yang telah dipelajari selama proses belajar

dimana prestasi belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka

yang diberikan oleh guru.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal,maka seorang siswa

harus giat dan tekun dalam belajar. Dalam usaha untuk mencapai hasil

belajar yang maksimal tersebut pasti ada beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Menurut M. Dalyono (2005: 55-60) faktor–faktor yang

mempengaruhi pencapaian hasil belajar seseorang ada dua yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor Internal meliputi : kesehatan,

intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar. Faktor internal

38
yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar seseorang dapat diuraikan

secara sistematis sebagai berikut.

Pertama, kesehatan. Apabila kesehatan fisik seseorang selalu tidak

sehat, dapat tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula apabila kesehatan

rohani (jiwa) kurang baik, dapat mengganggu atau mengurangi semangat

untuk belajar. Kedua, Intelegensi dan bakat. Seseorang yang mempunyai

intelegensi tinggi, pada umumnya lebih mudah belajar dan hasilnya

cenderung lebih baik dibanding orang yang memiliki intelegensi rendah,

cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga

prestasi belajarnya rendah. Apabila seseorang mempunyai intelegensi tinggi

dan memiliki bakat dalam bidang yang dipelajarinya, maka proses

belajarnya akan lebih lancar dan sukses dibanding dengan orang yang

mempunyai bakat saja tetapi intelegensinya rendah.

Ketiga, minat dan motivasi. Minat yang besar yang dimiliki oleh

seseorang pada umumnya cenderung menghasilkan prestasi belajar yang

lebih baik dibanding dengan orang yang mempunyai minat yang kurang.

Keempat, cara belajar. Cara belajar seseorang juga mempengaruhi

pencapaian hasil belajarnya. Seseorang yang belajar perlu memperhatikan

teknik, faktor fisiologis, psikologi, dan ilmu kesehatan agar memperoleh

hasil yang memuaskan.

Faktor eksternal meliputi : keluarga, sekolah, masyarakat, dan

lingkungan sekitar. Masing–masing faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut. Pertama, keluarga. Pencapaian hasil belajar seseorang dipengaruhi

39
oleh pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan orang tua, perhatian

dan bimbingan orang tua, rukun tidaknya kedua orang tua, keakraban

hubungan anak dengan kedua orang tua, keadaan dan situasi dalam rumah

serta ada tidaknya media belajar.

Kedua, sekolah. Meliputi kualitas guru, metode mengajar guru,

kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau

perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas dan

sebagainya. Ketiga, masyarakat. Apabila disekitar tempat tinggal terdiri dari

orang-orang yang berpendidikan dan mempunyai moral yang baik, maka hal

ini akan mendorong motivasi anak untuk giat belajar. Keempat, lingkungan

sekitar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu

lintas, iklim turut mempengaruhi prestasi belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang meliputi dua fakor

yaitu faktor dari dalam diri seseorang tersebut yang juga disebut sebagai

faktor internal dan faktor dari luar diri yang disebut juga sebagai faktor

eksternal. Faktor internal sendiri meliputi kesehatan, intelegensi, minat atau

motivasi, dan cara belajar, sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga,

sekolah, lingkungan dan masyarakat.

E. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pertama,

Jurnal Penelitian dari Ririn Dwiyantari dan Barkah Lestari, M.Pd (2013)

mahasiswa dan dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

40
yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran College Ball untuk

Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi

belajar siswa dengan model pembelajaran college ball. Kesamaan penelitian

ini mengacu pada model pembelajaran yang digunakan yaitu model college

ball. Perbedaaannya terletak pada jenis penelitian yang digunakan. Dalam

penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelian tindakan

kelas sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan

metode kuasi eksperimen.

Kedua, Jurnal Penelitian dari Rachmad Sigit Setiaji dan Joko (2013)

mahasiswa prodi Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya

yang berjudul “Pengaruh model Pembelajaran Kooperatif Tipe Giving

Question and Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Siswa dan

Ketrampilan Sosial Siswa pada Standar Kompetensi Memahami Dasar-

Dasar Elektronika Di SMK N 2 Surabaya”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran GQGA lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar yang

menggunakan model MPK, dan ketrampilan sosial siswa yang

menggunakan model pembelajaran GQGA juga lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil belajar yang menggunakan model MPK. Persamaan penelitian

ini dengan penelitian yang diteliti penulis adalah pada variabelnya yang

memakai tiga variabel yaitu satu variabel bebas dan dua variabel terikat

serta metode penelitian yang digunakan yaitu quasi experimental.

41
Perbedaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan, dimana

penelitian ini menggunakan model Getting Question and Getting Answer

sedangkan peneliti dalam penelitiannya menggunakan model pembelajaran

aktif college ball.

F. Kerangka Berfikir

Motivasi belajar siswa kelas VIII SMP N 5 Sleman terhadap mata

pelajaran PKn masih sangat rendah. Hal ini terlihat saat kegiatan observasi

berlangsung nampak bahwa siswa meremehkan mata pelajaran PKn, saat

proses pembelajaran berlangsung banyak siswa yang ramai sendiri, pasif,

diam, dan hanya mendengarkan guru yang menerangkan. Mereka tidak ada

timbal balik dan malah cenderung hanya sebagai objek dalam kegiatan

pembelajaran. Peran guru masih sangat dominan dalam proses

pembelajaran, esensinya sekarang guru hanya sebagai fasilitator saja,

siswalah yang seharusnya aktif di dalam kegiatan pembelajaran.

Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn salah

satunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain yaitu ketersediaan

media pembelajaran, sumber belajar seperti buku, dan strategi pembelajaran

yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Di SMP N 5

Sleman faktor strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap motivasi

belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn. Di SMP N 5 Sleman, guru

masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional yaitu

ceramah. Metode yang dianggap paling mudah dalam menyampaikan materi

42
pembelajaran ini membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik dalam

mengikuti pelajaran PKn. Padahal, PKn merupakan mata pelajaran yang

sebagian besar materinya mengandung pemahaman dan hafalan. Jika proses

pembelajaran menggunakan metode ceramah yang tidak melibatkan siswa

secara aktif ikut dalam kegiatan pembelajaran, maka siswa akan mudah

lupa dan pemahamannya akan mata pelajaran PKn juga sedikit. Hal ini

berpengaruh pada hasil prestasi belajar mereka yang rendah. Metode

ceramah dirasakan kurang efektif diterapkan dalam mata pelajaran PKn.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran PKn maka

guru perlu mengubah cara penyampaian materi pelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran yang inovatif sehingga siswa senang

mengikuti pelajaran PKn. Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah

strategi pembelajaran model college ball yaitu strategi pembelajaran aktif

yang mengajak siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,

metode ini merupakan upaya untuk memicu adanya motivasi dan semangat

belajar dan pemahaman siswa terhadap pengetahuan yang telah dipelajari

dan pembelajaran yang telah diajarkan di dalam kelas. Metode ini

digunakan untuk menguatkan kembali, mengklarifikasi dan meringkas poin-

poin kunci pembelajaran di kelas. Sehingga melalui metode pembelajaran

ini siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan

strategi pembelajaran ini siswa akan mudah mengingat, memahami dan

menguasai mata pelajaran PKn secara utuh. Hal inilah yang tidak

didapatkan dalam strategi pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru

43
yaitu ceramah. Dengan strategi ini ternyata dapat meningkatkan motivasi

dan prestasi belajar siswa mata pelajaran PKn.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran college ball terhadap

motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP N 5 Sleman.

2. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran college ball terhadap

prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP N 5 Sleman.

44

Anda mungkin juga menyukai