Anda di halaman 1dari 3

Komplikasi Transfusi

Komplikasi terapi transfusi dapat terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah transfusi.
Komplikasi terjadi akibat adanya reaksi transfusi. Sekitar 5% dari semua transfusi mengalami
reaksi transfusi.
Ada dua jenis reaksi transfusi yaitu reaksi segera dan reaksi lambat.
1. Reaksi akut
a. Akut hemolitik
Terjadi akibat lisis eritrosit donor oleh antibodi dalam serum resipien. Reaksi ini
umumnya terjadi akibat antibodi darah ABO donor tidak dikenali oleh resipien,
kesalahan dalam penyimpanan misalnya terlalu dingin atau terlalu panas.

Tanda dan gejala


 Kecemasan, mual dan muntah, nyeri pinggang, menggigil, demam
 Tanda-tanda syok seperti pernapasan cepat, nadi cepat, tekanan darah rendah,
sianosis
 Hemoglobinemia yaitu hemoglobin yang tinggi dalam darah
 Tanda-tanda gagal ginjal seperti oliguria atau anuria

Penatalaksanaan
 Hentikan transfusi, ganti infus denga cairan NaCl fisiologis.
 Pemberian manitol atau furosemid
 Berikan oksigen atau epinefrin
 Pasang kateter untuk mengukur output cairan
 Hemodialisis jika terjadi gagal ginjal
 Penambilan darah untuk pemeriksaan Hb, bilirubin

b. Reaksi febril nonhemolitik


Reaksi ini disebabkan karena sensitivitas antigen sel darah putih, trombosit dan
plasma dari donor.

Tanda dan gejala


 Demam beberapa jam setelah diberikan transfusi
 Nyeri kepala, nyeri pinggang
 Mual dan muntah

Penatalaksanaan
 Berikan RL untuk mejaga syok dan meningkatkan diuresis
 Berikan analgesik

c. Reaksi alergi
Reaksi alergi ini biasanya dikenali adanya rash atau urtikaria dan dapat berkembang
dengan adanya edema laring dan spasme bronkhial
 Pemberian antihistamin dan antipiretik
 Terapi untuk mengatasi gangguan respirasi
d. Reaksi anapilatik
Reaksi ini jarang terjadi, disebabkan karena defisiensi IgA pada resipien, pemberian
transfusi yang cepat, khususnya pada pemberian plasma beku segar. Reaksi ini jika
terjadi pada beberapa milliliter darah.

Tanda dan gejala


 Kolaps kardiovaskuler seperti adanya hipotensi, sianosis
 Gawat napas misalnya dipnea, bronkospasma, nyeri dada, edema laring
 Gangguan gastrointestinal seperti muntah dan diare
 Tanpa febris

Penatalaksanaan
 Pertahankan jalan napas
 Berikan oksigen 100%
 Epinefrin

e. Overload sirkulasi (kelebihan muatan cairan)


Kelebihan muatan cairan dapat menimbulkan kerusakan pada jantung, paru dan
ginjal, sehingga dapat menyebabkan gagal jantung, edema paru. Kelebihan muatan
dapat disebabkan karena terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, terlalu cepat
transfusi diberikan atau atau adanya fungsi ginjal yang terganggu.

Tanda dan gejala


 Batuk
 Kesulitan bernapas
 Sianosis

Penatalaksanaan
 Pemberian digitalis untuk mencegah gagal jantung
 Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen

2. Reaksi lambat
a. Reaksi transfusi hemolitik lambat
Terjadi pada 5 sampai 10 hari pasca transfusi, terjadi karena reaksi antibodi dalam
bentuk IgG.

Tanda dan gejala


 Febris
 Anemia
 Ikterus

Penatalaksanaan
 Tidak memerlukan terapi khusus, kecuali adanya anemia atau ikterus berat
b. Penularan infeksi
Penularan infeksi dapat berupa hepatitis, malaria, sifilis atau HIV.

Evaluasi Terapi Transfusi


Keberhasilan terapi transfusi tergantung pada kondisi pasien, indikasi dan tujuan
transfusi. Beberapa kriteria keberhasilan transfusi darah diantaranya:
1. Menurunnya jumlah nadi sampai batas normal
2. Meningkatnya tekanan darah dalam batas normal
3. Hematokrit dalam batas normal
4. Kesadaran meningkat
5. Respiratori dalam keadaan normal, tidak ada sianosis, nilai analisa gas darah normal
6. Tidak ada reaksi transfusi

Anda mungkin juga menyukai