rangkap diantara atom-atom karbonnya .Benzena adalah senyawa organik dengan rumus
molekul C6H6. Benzena tersusun atas 6 buah atom karbon yang bergabung membentuk
sebuah cincin, dengan satu atom hidrogen yang terikat pada masing-masing atom. Karena
hanya terdiri dari atom karbon dan hidrogen, senyawa benzena dapat dikategorikan ke dalam
hidrokarbon.
Persyaratan Senyawa Aromatik
1. Molekul harus siklik dan datar
2. memiliki orbital p yang tegak lurus pada bidang cincin
(memungkinkan terjadinya delokalisasi elektron pi)
3. Memiliki elektron pi = 4n + 2 (aturan Huckle) ;
n = bilangan bulat
Senyawa aromatik dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Heterosiklik
2. Polisiklik
\
Senyawa Aromatik Polisiklik
dicirikan oleh cincin-cincin yang memakai atom-atom karbon tertentu secara
bersama-sama oleh pi aromatik biasa
Sebagian derivatnya berbentuk zat padat
4n + 2 = 6 4n + 2 = 10 4n = 8
n=1 n=2 non aromatik
aromatik aromatik
Senyawa Polisiklik lebih reaktif terhadap oksidasi, reduksi dan substitusi elektrofilik
daripada benzena. Reaktivitas yang lebih besar ini disebabkan oleh dapatnya senyawa
polisiklik bereaksi pada satu cincin dan masih tetap mempunyai satu cincin benzena atau
lebih yang masih utuh dalam zat antara dan dalam produk. Benzena tidak mudah dioksidasi,
namun naftalena dapat dioksidasi produk-produk dalam mana sebagian besar aromatisitas
dipertahankan, anhidrida asam ftalat dibuat secara komersial dengan cara mengoksidasi
naftalena.
1,4-naftakuinon dapat diisolasi dari suatu oksidasi naftalena
Bila dibandingkan dengan benzena, maka zat antara pada substitusi elektrofilik
naftalena lebih disukai atau berenergi lebih rendah, karena masih mempunyai struktur cincin
benzena yang utuh. Untuk mengubah benzena menjadi ion benzenium yang merupakan zat
antara substitusi elektrofilik benzena, diperlukan energi sebesar 36 kkal/mol untuk merusak
kearomatisan benzena. Tetapi untuk naftalena dibutuhkan kurang lebih 25 kkal/mol sehingga
energi aktivasi yang dibutuhkan pun lebih rendah. Selain itu posisi karena posisi tersebut
menunjukkan dua penyumbang utama dalam cincin benzen yang utuh. Zat antara pada posisi
hanya mempunyai satu struktur resonansi penyumbang cincin benzenoisnya yang utuh
karena itu posisi ini kurang terstabilkan resonansi.
Terdapat lima struktur resonansi zat antara yang menghasilkan substitusi pada posisi
, jumlah yang sama ditunjukkan pula bila substitusi berlangsung pada posisi . Walaupun
demikian, pada struktur-struktur resonansi zat antara yang menghasilkan substitusi pada
posisi terdapat dua struktur yang bersifat benzenoid (yaitu, struktur yang masih
mempertahankan cincin benzena). Struktur benzenoid masih mempertahankan sebagian sifat
aromatis, sehingga menjadi penyumbang utama terhadap kestabilan zat antara.
Berbeda halnya jika substitusi berlangsung pada posisi , hanya terdapat satu
struktur resonansi yang bersifat benzenoid. Dengan demikian, struktur zat antara substitusi
lebih stabil dari substitusi . Oleh karena itu, dapat dimengerti bila substitusi naftalena pada
posisi lebih disukai dari substitusi pada posisi . Hal ini berlaku pula pada reaksi
halogenasi dan nitrasi.
Hal menarik terjadi pada reaksi sulfonasi naftalena. Pada temperatur tinggi (160oC),
naftalena dapat disulfonasi pada posisi , sedangkan pada temperatur rendah, naftalena
tersulfonasi pada posisi .
Ketergantungan reaksi sulfonasi naftalena pada temperatur menunjukkan bahwa reaksi
tersebut bersifat reversibel. Bila reaksi dikendalikan oleh faktor kinetika atau faktor cepat-
lambatnya reaksi, maka reaksi akan lebih memilih yang berlangsung melalui jalur berenergi
aktivasi lebih rendah. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, zat antara yang menghasilkan
produk substitusi berenergi lebih rendah, sehingga berenergi aktivasi lebih rendah pula.
Dengan demikian, produk substitusi yaitu asam 1-naftalenasulfonat akan merupakan
produk utama bila reaksi dilakukan pada suhu rendah atau dikendalikan oleh faktor kinetika.
Akan tetapi, bila reaksi dilakukan pada temperatur yang mencukupi, reaksi akan lebih
memilih untuk berlangsung melalui jalur yang menghasilkan produk yang lebih stabil
sekalipun jalur tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih tinggi. hal ini yang terjadi,
maka dikatakan reaksi dikendalikan oleh faktor termodinamika, yaitu faktor kestabilan
produk yang diperoleh.
Dari sudut pandang kestabilan, asam 1-naftalensulfonat lebih stabil dari asam 2-
naftalensulfonat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari sudut pandang energi. Berdasarkan
perhitungan dan pengukuran, ΔG lebih negatif dari ΔG , menunjukkan bahwa asam 2-
naftalensulfonat lebih stabil dari asam 1-naftalen-sulfonat. Hal ini dapat dimengerti, karena
pada asam 1-naftalensulfonat gugus sulfonat yang berukuran besar berada pada posisi lebih
sesak, dibandingkan dengan pada posisi (Gambar).
Gambar. Struktur asam 1-naftalensulfonat dan asam 2-naftalensulfonat
G G
Koordinat reaksi
N
Struktur Piridina
Tatanama heterosiklik:
Nama trivial biasanya diletakkan sebelum nama struktur. Nama trivial cincin
heterosiklik diberikan berdasarkan karakteristik senyawa tersebut atau dari
mana senyawa tersebut diperoleh. Misalnya: Picoline, Furfurol, Pyrrole.
Penomoran dimulai dari gugus selain karbon pada cincin heterosiklik.
4
5
3
6 2
N
1
Penamaan dapat menggunakan huruf yunani untuk menandai posisi cincin.
N
Untuk heteromonosiklik yang jenuh sebagian, digunakan awalan ‘dihydro’,
‘tetrahydro’.
Ketika ada dua atau lebih heteroatom yang sama, maka digunakan awalan, di-,
tri- yang ditempatkan sebelum awalan yang digunakan untuk heteroatom
tersebut.
Ketika ada dua atau lebih heteroatom berbeda pada cincin yang sama, awalan
dari heteroaton digabungkan secara berurutan.
Tabel. Senyawa aromatik heterosiklik
G. Piridina
Senyawa heterosiklik dengan enam anggota yang paling umum adalah piridina.
Piridina memiliki struktur sama dengan benzena, berupa cincin datar dengan lima atom
karbon dan satu atom nitrogen. Setiap atom dalam cincin terhibridisasi secara sp2. Oleh
karena piridina memiliki satu atom nitrogen yang bersifat elektronegatif maka senyawa
piridina bersifat polar, sedangkan benzena bersifat nonpolar. Ikatan dalam piridin, yang
menunjukkan persamaan dengan ikatan yang terdapat dalam benzene. Akan tetapi, ada
suatu perbedaan yaitu sifat elektronegatif nitrogen dari piridin akan mengurangi sejumlah
electron dari cincin yang menyebabkan cincin karbon kurang negatif. Oleh karena kurang
electron dalam cincin karbonnya, piridin tidak mudah mengalami reaksi subtitusi
aromatic elektrofil.
N -
Perbedaan lain antara piridin dan benzene adalah nitrogen dalam piridin mengandung
pasangan electron sunyi piridin, seperti amina alifatik, Piridina tidak dapat dialkilasi atau
diasilasi seperti pada benzena melalui reaksi Friedel-crafts. Piridina dapat disubstitusi
oleh bromin hanya pada suhu tinggi dalam fasa uap sehingga diduga reaksi berlangsung
melalui pembentukan radikal bebas. Reaksi substitusi terjadi pada posisi karbon nomor 3.
Kesamaan lain antara piridina dan benzene adalah keduanya tahan terhadap
serangan oksidasi. Reaksi oksidasi dapat terjadi pada gugus samping, sedangkan
cincinnya tetap utuh
Reaksi sunstitusi nukleofilik ini terjadi karena sifat cincin piridina yang bersifat lebih
parsial positif sehingga memungkinkan nukleofilik untuk menyerang cincin. Substitusi ini
akan berlangsung sangat mudah pada posisi 2 dan 4, dikarenakan pada posisi 2 zat antara
yang bertindak sebagai penentu laju reaksi terstabilkan resonansi begitupun dengan posisi
4. Lain hal nya denga posisi 3 dimana nitrogen tidak dapat membantu menstabilkan
muatan negatif pada cincin sehingga energi yang dibutuhkan untuk bereaksi sangat tinggi
dan laju reaksi akan lambat.
Pada posisi 2:
NH3
heat
N Br N NH 2
2-bromopiridina 2-aminopiridina
NH3
heat
N N
4-kloropiridina 4-aminopiridina
7 2
N N
8 1 kuinolina
5 4
6 3
7 N2 N
8 1
isokuinolina
1) Sifat Kuinolina dan Isokuinolina
HNO3
+
H2SO4
N 0o N N
kuinolina 5-nitrokuinolina NO2
(52%)
8-nitrokuinolina
(48%)
NO2
HNO3
+
N H2SO4 N N
0o
NO2
isokuinolina
5-nitroisokuinolina 8-nitroisokuinolina
(90%)A (10%)
Selain itu keduanya juga dapat menjalani reaksi nukleofilik dimana posisi
serangannya yaitu posisi a terhadap cincin yang mengandung nitrogen.
1) NH2-
2) H2O
N N NH 2
kuinolina 2-aminokuinolina
1) CH3Li
2) H2O N
N
isokuinolina CH3
1-metilisokuinolina
SENYAWA HETEROSIKLIS :
Misalnya : atom N, O, S
Agar suatu sistem cincin bersifat aromatik, terdapat tiga kriteria yang harus
dipenuhi :
N O S
H Furan Tiofen
Pirol
5 4 5 4
6 3 6 3
N
7
N
2 7 N2
8 1 8 1
Kuinolin Isokuinolin
N N
piridine pirazine
4 N3
4 5 4 5 4
4 N3 3
5 3 5 2 6 6 3
6 5 2 N1 2 N2
2 7 7
N S N
1 1
H 8 1 8 1
N
N H
Piridin Pirol
N O S
H Furan Tiofen
Pirol
Penjelasan Struktur berdasarkan Teori Ikatan Valensi
A. Senyawa Pirol
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 2 1s2 2s1 2p 3
6 C : 1s
11 11 1 1 111
1 11 1 1 1
sp 2
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari nitrogen
+
_ _ +
H
+ N H
_
_
H
_
B. Senyawa Furan
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 3 1s2 2s1 2p 4
7 N : 1s
11 11 1 1 1 111
1 11 1 1 11
sp 3
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari oksigen
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H Tiofen
C. Senyawa + O dari oksigen
_
_
Konfigurasi elektron H
keadaan dasar : _ keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 4 1s2 2s1 2p 5
8 O : 1s
11 11 11 1 1 111
1 11 1 11 11
sp 3
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari sulfur
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H
+ S dari sulfur
_
_
H
_
Pirol Furan
_ _ _ _
+ + + +
N N N O O O
H H H
_ _
_ _
+
+ +
+
N N O O
H H
Tiofen
_ _
+ +
S S S
_
_
+ +
S S
Makin besar jarak pemisahan muatan positif dengan negatif pada struktur
hibrid menyebabkan keadaan semakin kurang stabil. Kerapatan elektron pada
atom C nomor 2 dan nomor 5 lebih besar dari kerapatan elektron pada atom C
nomor 3 dan 4. Kemungkinan terjadinya substitusi elektrofilik yang paling
besar berada pada atom C nomor 2 dan 5.
Sifat Karakteristik Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima
A. Senyawa Pirol
N
H
Pirol
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
N +
H
Tidak seperti piridin dan amina, pirol (pKb = 14) tidak bersifat basa.
B. Senyawa Furan
O
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
O+
Berbeda dengan pirol, puran menunjukkan sifat basa yang amat lemah.
C. Senyawa Tiofen
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
S +
Berbeda dengan pirol, tiofen juga menunjukkan sifat basa yang amat lemah.
Reaksi-reaksi pada Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima
KOH
_ + H2 O
N N
+
H K
+
CH3 I N
CH3
N SO
3
sulfopiridin
SO3
N 90 o N
H H
asam-2-pirolsulfonat
_
+
+ Cl N N NO2
N N N NO2 + HCl
N
H H
2-piroldiazonium klorida
1. HCN, HCl
2. H2 O O
N N CH NH N C
H
H H H
2-pirol karbokaldehida
5. Asilasi Friedel-Craft
O
CH3 C
O
CH3 C
O O
O + CH3 C
N AlCl 3 , 250 o C N C OH
CH3
H H
• Mengalami reaksi halogenasi (brominasi)
Br Br
Br2
C2 H5 OH
N Br Br
N
H H
2,3,4,5-tetrabromopirol
H2 , Ni / Pt
200 - 250 o
N
N
H H
pirol pirolidin
Kb = 2,5 x 10 -14 Kb = 10 -3
Zn , HCl
N
H
3-pirolin
Reaksi-reaksi Furan
1. Reaksi reduksi
Sifat aromatis furan dapat dihilangkan dengan mereduksi furan menjadi tetra
hidro furan
H2 , Ni / Pd
50 o C 90 -93 %
O O
furan tetra hidro furan
td 31 o td 65 o
Makin berkurang sifat aromatisnya makin tinggi titik didihnya, karena makin
banyak dapat membentuk ikatan hidrogen.
_H O
2
CH2 CH CH CH2
O 1,3-butadiena
+ NH3
O N
tetra hidro furan H
pirolidin
2. Reaksi halogenasi
Senyawa turunan furan (asam furoat) dapat bereaksi dengan halogen, dan
setelah dipanaskan terbentuklah 2-bromo furan.
O Br2 O
+ CO2
O C Br O C Br O
OH OH
asam furoat bromo furan
Dari reaksi ini, juga dapat diturunkan senyawa furan yang tersubstitusi dengan
gugus asetil.
O O
O HgCl R C O C
Cl R
2-asetil furan
Tetapi umumnya, 2-asetil furan dibuat dengan larutan asam asetat anhidrid
yang diri garam boron triflourida eterat.
O BF3
CH3 C C2 H5 O C2 H5
+ O O
O HgCl CH3 C O C
O CH3
2-asetil furan
O
O + CH3 C
O CH3 C O NO2 OH
ONO2
furan 2-nitro furan
2. Reaksi Sulfonasi
+ NSO3
O O SO3 H
furan
2-furan sulfonat
Kesimpulan
Piridin
atau
N N
Piridin Piridin
Masing-masing atom penyusun cincin, terhibridisasi sp2 dan mempunyai satu
elektron dalam orbital p yang disumbangkan ke awan elektron aromatik.
+ +
_ _ +
+
_ N
+ + _
_ _
Perhatikan perbedaan antara benzena dan piridin
+
N
-
+
N+
_
FeBr3
Cincin piridin mempunyai kereaktivan rendah terhadap substitusi elektrofilik
dibandingkan dengan benzena. Piridin tidak mengalami alkilasi atau asilasi
Friedel-Crafts maupun kopling garam diazonium. Brominasi berlangsung
hanya pada temperatur tinggi dalam fase uap dan agaknya berlangsung dengan
jalan radikal bebas. Bila terjadi substitusi, akan berlangsung pada posisi 3.
Br Br Br
Br2
300o +
N N N
3-bromopiridin 3,5-dibromopiridin
Perbedaan lainnya, nitrogen dalam piridin mengandung sepasang elektron
mandiri dalam orbital sp2. Pasangan elektron ini dapat disumbangkan ke suatu
ion hidrogen, sehingga piridin bersifat basa. Kebasaan piridin (pKb = 8,75)
jauh dari kebasaan amina alifatik (pKb = 4), tetapi piridin menjalani banyak
reaksi khas amina
+
HC l
N H Cl-
piridinium klorida
N
CH 3 I
+
piridin NCH3 I-
N-metilpiridinium iodida
KMnO4, H2O, H+
CH3 COOH
CH3 COOH
KMnO4, H2O, H+
N N
3-metilpiridin asam 3-piridinakarboksilat
(asam nikotinat)
Bila suatu cincin benzena disubstitusi dengan gugus penarik elektron, seperti –
NO2 maka substitusi nukleofilik aromatik sangat dimungkinkan.
NO2 NO2
NH3
O2N Cl O2N NH2
Nitrogen dalam piridin menarik rapatan elektron dari bagian lain cincin itu,
sehingga piridin juga mengalami substitusi nukleofilik. Substitusi berlangsung
paling mudah pada posisi 2, diikuti oleh posisi 4, tetapi tidak pada posisi 3.
NH3
N Br kalor
N NH2
2-bromopiridin 2-aminopiridin
Cl NH2
NH3
N kalor
N
4-kloropiridin 4-aminopiridin
Posisi 2 (disukai)
NH3
N Br penyumbang utama
N NH2
_ _
-H+ - Br-
NH2 NH2 NH2
N Br N Br N Br
_
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
Zat antara pada substitusi C-2, terstabilkan oleh sumbangan struktur resonansi
dalam mana nitrogen mengemban muatan negatif.
Substitusi pada posisi C-3 berlangsung lewat zat antara dalam mana nitrogen
tak dapat membantu menstabilkan muatan negatif, sehingga memiliki energi
yang lebih tinggi yang menyebabkan laju reaksi lebih lambat.
Benzena tanpa subtituen, tidak mengalami substitusi nukleofilik.
_
100o
+ NH2 tidak ada reaksi
Piridin mengalami substitusi nukleofilik, jika digunakan basa yang sangat kuat,
seperti reagensia litium atau ion amida.
_
100o
+ NH2 - H2 _ H2O + OH-
N N NH N NH2
2-aminopiridin
o
+ Li 100 + LiH
N N
2-fenilpiridin
Dalam reaksi antara piridin dengan ion amida (NH2-), produk awal terbentuk
adalah anion dari 2-aminopiridin, yang kemudian diolah dengan air, sehingga
menghasilkan amina bebas.
N _
NH2
_ _
H H - H-
H
N
_ N N
NH2 NH2 NH2
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
_
+ H
_ + H2
N N H N NH
H anion dari 2-aminopiridin
Tahap 2 (pengolahan dengan air)
_
_ + H 2O + OH
N NH N NH2
2-aminopiridin
NO2
HNO3
H2 SO4 +
N 0o N N
Kuinolin 5-nitrokuinolin NO2
(52% )
8-nitrokuinolin
(48% )
NO2
HNO3
H2 SO4 +
N N N
0o
Isokuinolin 5-nitroisokuinolin
NO2
(90% )
8-nitroisokuinolin
(10% )
Seperti piridin, cincin kuinolin dan isokuinolin yang mengandung nitrogen
dapat menjalani substitusi nukleofilik.
(1) NH2 -
(2) H2 O
N N NH2
Kuinolin 2-aminokuinolin
(1) CH3 Li
N (2) H2 O N
Isokuinolin
CH3
1-metilisokuinolin
Posisi serangan adalah terhadap nitrogen dalam kedua sistem cincin itu,
tepat sama seperti di dalam piridin.
Porfirin
Sistem cincin porfirin terdiri dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh
gugus =C-.
N
H
N N
H
N
Porfirin
Sistem cincin porfirin merupakan satuan yang secara biologis sangat penting
khususnya dalam : heme, komponen hemoglobinoksigen.
CH3 CH=CH2
CH3 N CH3
N Mg N
C20H39O2CCH2CH2 N CH2-CH3
CH3O2C
CH
3
O
Klorofil-a
Sitokrom, senyawa yang terlibat dalam pemanfaatan O2 oleh hewan.
CH3
HO2CCH2CH2
HO2CCH2CH2 N CH3
N Fe N
CO
CH3 N CHSCH2CH
CO CH3 NH
CHCH2S CH3
NH
Sitokrom c
J. Alkaloid
B. Klasifikasi Alkaloida
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal
molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic
pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari
sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama
senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen
(karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh:
alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama
tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu
dikaji, penggolongan sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu,
biasanya mengambil nama amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam
proses sintesisnya.
Golongan Indola: