PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa.
Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan.
Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan
kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian
nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Sering timbul masalah gizi terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan
menyimpang. Pemberian makanan yang baik harus sesuai dengan jumlah, jenis dan jadwal
pada umur anak tertentu. Sarapan bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu
sekolah adalah penuh aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk
sarapan pagi harus memenuhi sebanyak 1/4 kalori sehari. ( Judarwanto, 2008 ).
Namun selain pemberian makan yang menyimpang dari orang tua, kebiasaan buruk anak
usia sekolah juga perlu diperhatikan. Dimana anak-anak suka mengkonsumsi makanan tidak
sehat yang tinggi lemak, gula, garam, randah serat yang dapat meningkatkan resiko hipertensi,
diabetes militus, obesetas dan sebagainya. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia adalah upaya pendidikan dan kesehatan, sehingga upaya ini paling
tepat dilakukan melalui institusi pendidikan. Lewat program Kantin sekolah berdasarkan
standarisasi UKS atau melalui Trias UKS yang meliputi Pendidikan Kesehatan, Pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat. Hal tersebut yang membuat penulis
tertarik untuk melakukan penelitian di SD Inpres Oeba 2.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang diatas maka disusunlah permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana status gizi dan kebutuhan energy (kalori) yang dibutuhkan oleh anak-anak
SD Inpres Oeba 2 Kupang?
2. Bagaimana pelaksanaan dan peranan UKS di SD Inpres Oeba 2 Kupang?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Status Gizi, Kebutuhan Energi dan Pelaksanaan UKS di SD Inpres
Oeba 2.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui hubungan usia, jenis kelamin dan pekerjaan orang tua dengan status
gizi.
2) Mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan Kebutuhan energi.
3) Peranan dan pengelolaan UKS SD Inpres Oeba 2 meliputi :
- Pelaksanaan Program Kerja.
- Ketersediaan sarana dan prasarana.
- Faktor penghambat dalam pelaksanaan UKS SD Inpres Oeba 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STATUS GIZI
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi di bedakab menjadi gizi kurang, baik dan lebih (Almatsier,
2002). Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk
menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur
proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai
pengertian lebih luas; disamping unutk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi
ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan
belajar, dan produktivitas kerja.
Skor Z =
b) Bila “Nilai Real” hasil pengukuran ≤ “Nilai Median” BB/U, TB/U, atau BB/TB,
maka rumusnya:
Skor Z =
3. Bayi (L + P)
= 22,1 + 31,05 W + 1,16 H
- SDA (Specifik Dinamic Action yaitu energy yang dibutuhkan untuk metabolisme
makanan. Seperti pencernaan, absorpsi, dan transportasi zat gizi di ukur berdasarkan
10% besar nya BMR.
- Aktifitas
1. Ringan = 30%
2. Ringan tapi semi sedang (penjahit, sopir, perawat) = 50%
3. sedang = 75%
4. Berat (buruh, petani, atlet) = 100%
2. Tujuan
Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pretasi belajar peserta
didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta
didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup
sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup:
Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup
sehat, serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, di
rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.
Peningkatan kesehatan peserta didik baik fisik, mental, maupun social.
Meningkatkan kecakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.
Dapat mencegah kebiasaan hidup yang tidak sehat.
3. Sasaran
Menurut tim Pembina kesehatan sekolah (2010: 9), sasaran pembinaan dan pengembangan
UKS meliputi:
1. Sasaran Primer : Peserta didik.
2. Sasaran Sekunder : guru, pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan serta
TP UKS di setiap jenjang.
3. Sasaran Tertier : Lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra-sekolah sampai pada
sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan
agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya.
Sasaran lain UKS adalah sarana dan prasarana pendidikan keseharan dan pelayanan
kesehatan serta lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat
sekitar sekolah. Sekolah sebagai lembaha pendidikan merupakan media yang penting untuk
menyalurkan segala bentuk pembaharuan tata cara dan kebiasaan hidup sehat, agar lebih
mudah tertanam pada anak-anak. Dengan demikian, akan dapat memberikan pengaruh
terhadap kehidupan keluarga, masyarakat sekitarnya, bahkan masyarakat yang lebih luas
lagi.
4. Program UKS
Ada beberapa jenis kegiatan UKS dan jenis kegiatan UKS dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan UKS dan Trias UKS. Ruang
lingkup UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam tiga program pokok usaha
kesehatan sekolah (Trias UKS), yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat. Bagian-bagian jenis kegiatan tersebut termasuk
dalam program kegiatan UKS. Bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan UKS meliputi:
1) Pembentukan Tim pelaksana UKS.
2) Keterlibatan unsure guru dan petugas.
3) Laporan pembinaan dari Puskesmas.
4) Penyuluhan tentang UKS.
5) Pelaksanaan rapat koordinasi dengan tim pelaksana program.
6) Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan.
d) Obat-obatan
Obat-obatan yang diperlukan adalah seperti obat penawar nyeri atau sakit kepala, obat
mules, obat alergi, obat merah, dan obat kulit (minyak gosok), dan lain-lain.
A. Karakteristik Wilayah
SD Inpres Oeba 2 merupakan salah satu SD di kota Kupang yang berlokasi di jl. Irian Jaya no.
2 yang dikepalai oleh Ibu Sophia Lakipera. Ada 16 kelas di sekolah ini terdiri dari kelas 1 A,1B
hingga 6A,6B. Halaman sekolah tidak begitu luas namun bersih dan sejuk karena di depan
setiap kelas tumbuh pepohonan rindang, ruang kelas SD ini tertata rapi, terdapat sebuah lemari
di sudut kelas dan tempat sampah di depan pintu masuk setiap kelas.
E. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai Status Gizi dan Kebutuhan Energi anak-anak di SD. Inpres Oeba 2
dilakukan pada Sabtu 14 Juni 2014 sekitar pukul 08.30 Wita. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian Observasional dengan rancangan Cross Sectional, populasinya anak-anak SD. Inpres
Oeba 2 dengan Sampel anak-anak kelas 1 A. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
Simple Random Sampling. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian 15 orang anak, dari
pengukuran dan perhitungan Status Gizi dan Kebutuhan Energi data yang di yang di dapat
sebagai berikut :
Tabel 1.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Gizi anak-anak kelas 1A
Jenis Status Gizi Total
Kelamin BB/U TB/U BB/TB
Gizi Krg Normal Pendek Normal Tinggi Kurus Normal
n % n % n % n % n % n % n % n %
Laki-laki 5 33.3 4 26.7 2 13.3 7 46.6 0 0 2 13.3 7 46.7 9 60
Perempuan 3 20 3 20 1 6.7 4 26.7 1 6.7 2 13.3 4 26.7 6 40
Total 8 53.3 7 46.7 3 20 11 73.3 1 6.7 4 26.6 11 73.4 15 100
Dari data diatas dapat dilihat bahwa status gizi anak laki-laki yang terdiri dari 9 anak, 5
(33.3%) anak diantaranya mengalami “Gizi Kurang” menurut BB/U, 2 (13.3%) anak memiliki
tubuh “Pendek” dan “Kurus” menurut TB/U dan BB/TB. Sedangkan Status Gizi anak
perempuan yang terdiri dari 6 anak, 3 (20%) anak diantaranya mengalami “Gizi Kurang”
menurut BB/U, 1 anak memiliki tubuh “Pendek” dan 1 anak memiliki tubuh “Tinggi”, serta 2
(13.3%) anak memiliki tubuh “Kurus”. Hal ini membuktikan bahwa Jenis Kelamin tidak
mempengaruhi status gizi anak-anak kelas 1A di SD Oeba.
Tabel 1.2 Hubungan Pekerjaan Ortu dengan Status Gizi anak-anak kelas 1A
Jenis Status Gizi Total
pekerjaan BB/U TB/U BB/TB
Gizi Krg Normal Pendek Normal Tinggi Kurus Normal
n % n % n % n % n % n % n % n %
Buruh 0 0 1 6.7 0 0 1 6.7 0 0 0 0 1 6.7 1 6.7
Swasta 1 6.7 2 13.3 1 6.7 2 13.3 0 0 1 6.7 2 13.3 3 20
Nelayan 1 6.7 2 13.3 1 6.7 1 6.7 1 6.7 1 6.7 2 13.3 3 20
Wiraswasta 4 26.6 2 13.3 1 6.7 5 33.3 0 0 1 6.7 5 33.3 6 40
PNS 1 6.7 0 0 0 0 1 6.7 0 0 0 0 1 6.7 1 6.7
Honor PU 1 6.7 0 0 0 0 1 6.7 0 0 1 6.7 0 0 1 6.7
8 53.4 7 46.6 3 20 11 73.4 1 6.7 4 26.6 11 73.4 15 100
Ket : Wiraswasta (Penjahit, Satpam, Sopir, Bengkel, Tukang Bangunan)
Dari data dapat disimpulkan bahwa Pekerjaan Orang tua berpengaruh terhadap Status
Gizi anak-anak kelas 1A SD. Oeba, Hal ini berdasarkan perhitungan terdapat 8 (53.4%) anak
dari masing-masing pekerjaan Orang Tua yang mengalami “Gizi Kurang”, 3 (20%) anak
memiliki tubuh “Pendek” dan 4 (26.6%) memiliki tubuh “Kurus”. Hal ini berdasarkan data
yang didapat dimana rata-rata pekerjaan orang tua anak-anak kelas 1A SD. Oeba adalah
Buruh, nelayan, sopir, satpam, montir, tukang bangunan dan penjahit.
Sedangkan Status Gizi menurut umur, berdasarkan data di atas dapat di simpulkan
bahwa umur anak tidak begitu berpengaruh terhadap Status Gizi anak, dimana ada 8 anak
berusia 6,8 hingga 9 tahun justru memiliki status gizi kurang baik, sedangkan seorang anak
yang baru berusia 6 tahun pas justru memiliki gizi yang baik bahkan memiliki tubuh yang
“tinggi” mencapai 125 cm dan menjadi yang tertinggi di kelas.
Metode penelitian yang digunakan adalah Observasional, instrument yang digunakan dalam
penelitian ini berupa Kuesioner dan observasi untuk mengetahui peleksanaan UKS di Sd Inpres
Oeba 2. Berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan diketahui bahwa UKS di SD. Ipres Oeba 2
sudah direncanakan sejak 10 tahun yang lalu namun baru pada tahun 2006 UKS di sekolah ini
resmi beroperasi. Berdasarkan Struktur Organisasi, Pembina UKS adalah Kepala sekolah yaitu
Ibu Sophia Lakipera, yang menjabat sebagai Ketua UKS Ibu Sulfina Bapa S.pdk, Sedangkan
sekertaris merangkap bendahara dipercayakan kepada Ibu Margaretha Mare S. Ag.
a. Sarana Prasaran
Berdasarkan hasil observasi dan data kuesioner, Sarana dan Prasarana di UKS sekolah ini
dalam factor Ruang UKS, Toilet, dan ketresediaan Obat-obatan (alat Medis) sangat Kurang baik
dimana :
Ruang UKS : Tidak adanya dipan/kasur bagi siswa/siswi, meja-kursi untuk petugas UKS,
Sekat pembatas/gorden, kotak atau lemari obat dan wastafel. Ruang UKS sendiri di
gabung dengan ruang guru sehingga ruang UKS sangat sempit dan pengap.
Toilet : dimana toilet yang ada untuk seluruh siswa hanya ada 2 dibagi untuk siswa laki-
laki dan siswa perempuan, hal ini sangat memprihatinkan dimana seharusnya dalam
sebuah sekolah menimal harus ada 4 WC untuk siswa laki-laki dan 4 WC untuk siswa
perempuan, lalu tidak tersedianya sabun untuk cuci tangan, dan kebersihan WC yang tidak
terjaga. Serta ketersediaan air bersih (air mengalir) yang belum memadai.
Ketersediaan Obat-obatan : juga sangat kurang baik bahkan bisa dibilang tidak ada dimana
yang disediakan hanya minyak gosok/urut dan obat merah serta peralatan medis biasa
seperti kapas, perban dan gunting. Hal ini dikarenakan petugas UKS di SD ini adalah guru
sehingga ada ketakutan akan pemberian obat minum yang tidak sesuai.
b. Program UKS
a) Pengelolaan UKS
Pengelolaan UKS di Sd Inpres Oeba 2 meliputi adanya pembentukan tim pelaksana
UKS, Laporan pembinaan UKS dari Puskesmas (Puskesmas Pasir Panjang), adanya
penyuluhan UKS dari puskesmas dan adanya keterlibatan guru dalam pengelolaan
UKS.
b) Trias UKS
Program Pendidikan Kesehatan
Yang dilaksanakan di SD Inpres Oeba 2 meliputi : Pend. Kesehatan
(Penjaskes), diadakannya kegiatan ekstrakurikuler seperti Lomba kebersihan
Kelas setiap 17 agustus dan penyuluhan dari Puskesmas yang dilakukan setiap
bulan.
Program Pelayanan Kesehatan Sekolah
Belum terlalu banyak pelayanan kesehatan yang dilaksanakan, dimana warung
sekolah masih belum tersedia, sehingga mengakibatkan siswa-siswi
mengkonsumsi makanan-makanan yang di beli dari kios-kios di luar
lingkungan sekolah, lalu Lingkungan sekolah yang terpelihara dimana setiap
pagi sebelum memulai pelajaran siswa-siswi biasanya membersihkan ruang
kelas dan halaman depan kelas berdasarkan piket harian yang telah dibagi.
Penyuluhan dilakukan oleh puskesmas setiap 6 bulan sekali, di antaranya
pemberian imunisasi, pengobatan sederhana dan penemuan ganguan penyakit
dini.
c. Faktor Penghambat
Yang menjadi faktor penghambat pertama pelaksanaan UKS di SD Inpres Oeba 2 adalah
ketidaktersediaan dana. Sehingga sekolah kesusahan untuk menyediakan sarana dan
prasarana yang memadai demi berjalannya Program UKS. Lalu para latar belakang petugas
UKS yang bukan berasal dari dunia kesehatan, dimana para petugas UKS adalah guru-guru di
SD tersebut sehingga ada ketakutan dari para petugas dalam penyediaan obat-obatan karena
tidak memiliki pengetahuan kesehatan. Serta kurangnya partisipasi baik dari pihak guru
maupun orang tua sehingga walaupun telah beroperasi sekian tahun namun kelengkapan
sarana dan prasarana dari UKS di SD Inpres Oeba 2 masih jauh dari standar UKS pada
umumnya.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai
berikut :
a. Jumlah subjek penelitian 15 orang anak, dengan jumlah terbanyak adalah anak laki-laki
yaitu 9 orang anak (60%), sedangkan anak perempuan berjumlah 6 orang (40%). Dari
hasil perhitungan berdasarkan Skor Z untuk BB/U, “Gizi Kurang” sebanyak 8 anak
(53,3) dan “gizi normal” sebanyak 7 anak (46,7%) u, menurut TB/U anak yang
memiliki tubuh “Pendek” sebanyak 3 anak (20%), “Tinggi” 1 anak (6,7%) dan
“Normal” sebanyak 11 anak (73,3%), serta menurut BB/TB anak yang memiliki tubuh
“kurus” sebanyak 4 (26,7%) dan anak yang memiliki berat “Normal” sebanyak 11
(73,3%).
b. Tidak ada hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan Status Gizi anak-anak kelas
1A SD Inpres Oeba 2.
c. Ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan Status Gizi anak-anak tersebut.
d. Tidak ada hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan Status Gizi anak-anak kelas
1A SD Inpres Oeba 2.
e. Sarana dan prasarana UKS di SD Inpres Oeba 2 yang masih jauh dari standar UKS pada
umumnya, meliputi Ruang kelas, Toilet dan Ketidaktersediaan Obat-obatan.
f. Program UKS yang dijalankan di SD Oeba meliputi pengelolaan UKS, yaitu
terbentuknya Tim Pembinaan. Trias UKS sendiri meliputi Pendidikan Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan Dan Lingkungan Sekolah Yang Sehat juga dijalankan dengan baik.
g. Ketidaktersediaan dana, ketiadaan petugas UKS dengan latar belakang pengetahuan
Kesehatan serta kurangnya partisipasi guru dan orang tua menjadi factor penghambat
dalam pelaksanaan UKS SD Inpres Oeba 2.
2. Saran
Pihak Puskesmas melakukan penyuluhan mengenai pemeriksaan status gizi dan
kebutuhan kalori yang diperlukan murid pada orang tua murid dan siswa itu sendiri.
Petugas UKS sebaiknya dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan.
Adanya partisipasi antara orang tua dan pihak sekolah dalam pelaksanaan UKS.
Pihak sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) juga memantau kondisi gizi
pada anak didik melalui standarisasi kantin UKS yang sesuai dengan Program Dinas
Kesehatan yaitu :
- Bersih
- Tidak lembab / cukup cahaya
- Ada air bersih
- Tidak ada makanan yang memakai zat pewarna
- Makanan harus ada tambahan kalori ( + 300 – 350 kalori )
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Makalah dengan judul “Observasi Pelaksanaan Usaha Kesehatan
Sekolah dan Perhitungan Kebutuhan Energi Anak –anak di SD Inpres OEBA 2” dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan Ujian Mata Kuliah
Gizi Anak Usia Dini, Program Studi PG.PAUD Universitas Nusa Cendana. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan Makalah ini tidak lepas dari bantuan, petunjuk dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak terkait.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam Makalah ini, sehingga penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan Makalah ini
kedepannya. Akhir kata, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak yang berkepentingan.
Kupang,…………2014
Penulis
PERANAN USUHA KESEHATAN SEKOLAH TERHADAP
STATUS GIZI DAN KEBUTUHAN ENERGI
SISWA SISWI KELAS 1A SD INPRES OEBA 2
KELOMPOK VI :
SEMESTER : II (DUA)