TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi kematian maternal menurut WHO (World Health Organization), ialah kematian seorang
wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas
dari tuanya usia kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diperoleh Angka
Kematian Ibu (AKI) tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). Sesuai dengan
target MDG 2015 (102 per 100.000 KH) maka pencapaian tersebut masih jauh dari target meskupun
telah mengalami penurunan jika dilihat dari angka-angka pada tahun sebelumnya. Sedangkan untuk
Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2008 sebesar 34/1000 KH, adapun target AKB pada MDG’s
2015 sebesar 17/1000 KH. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk
mencapai target tersebut (MDG’s dan Badan Pusat Statistik:2007).
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung resiko bagi ibu hamil.
Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai komplikasi lainnya pada umumnya terjadi pada masa
persalinan, setelah melahirkan dan 1 minggu setelah melahirkan.
Salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian yaitu menyediakan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas. Pelayanan kebidanan dalam hal ini memiliki peran
yang sangat penting. Pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus kepada
aspek pencegahan, promosi kesehatan dan berlandaskan kemitraan adalah hal penting yang dapat
membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kesakitan serta kematian bayi.
Pelayanan kebidanan yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses dari pelayanan itu
sendiri. Faktor input dari pelayanan meliputi kebijakan, tenaga yang melayani, sarana dan prasarana,
standar asuhan kebidanan dan standar lain atau metode yang disepakati. Sedangkan faktor proses
adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input yang ada dalam interaksi antara bidan dengan
pasien yang meliputi penampilan kerja sesuai dengan standar dan etika kebidanan.
Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di RS Universitas Mataram, maka
disusunlah Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan ini dengan harapan dapat menjadi dasar dalam
melakukan asuhan dan pelayanan kebidanan dalam rangka ikut membantu menurunkan AKI dan
AKB di Indonesia.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan di RS Universitas Mataram dalam
menentukan sikap menghadapi perkembangan pelayanan kesehatan global, nasional, maupun
regional.
2. Tujuan Khusus
a) Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan secara profesional.
b) Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan kebidanan dan organisasi profesi
bidan.
c) Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan dan asuhan kebidanan
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Poliklinik Kebidanan
a) Melaksanakan pemeriksaan kehamilan, seleksi dan pencegahan resiko tinggi.
b) Melaksanakan kegiatan penyuluhan, imunisasi dan senam hamil.
c) Melaksanakan pelayanan post partum lanjutan
d) Melakukan deteksi dini terhadap kejadian infeksi luka operasi
e) Memberikan penyuluhan Keluarga Berencana dan pelaksanaanya
f) Melakukan pemeriksaan ginekologi
2. Kamar Bersalin
a) Melayani ibu bersalin normal maupun patologis
b) Melayani ibu post partum sebelum dipindah ke rawat gabung atau rawat inap khusus
c) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
D. Batasan Operasional
1. Administrasi dan pengelolaan kebidanan
2. Sumber daya manusia, staf dan pimpinan
3. Kebijakan dan prosedur
4. Pengendalian mutu kebidanan
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor: 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-undang NOmor: 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1575/Menkes/XI/2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1457 Tahun 2003 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidan Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 836/Menkes/SK/IV/2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Kepala Ruang Kebidanan
a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Kepala Ruang Kebidanan
c. Pengertian : Tenaga Kebidanan Profesional yang bertanggung jawab
d. Pendidikan dan Kualifikasi :
1) Pendidikan Formal : D – III Kebidanan, berpengalaman 2 tahun
2) Pendidikan Non Formal :
a) Memiliki Sertifikat Manajemen Kepala Ruangan Kebidanan
b) Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
c) Memiliki Sertifikat Resusitasi Neonatus
d) Memiliki Sertifikat CTU (Contraceptive Technology Update)
e) Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
3) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin minimal 3
tahun.
4) Keterampilan : Memiliki kemampuan dan kepemimpinan.
5) Berbadan sehat jasmani dan rohani.
e. Tanggung Jawab :
1) Secara fungsional bertanggung jawab kepada Sub Bidang Pelayanan
Keperawatan/Kebidanan.
2) Secara operasional bertanggung jawab kepada Bidang Pelayanan Bidang Medik dan
Kebidanan.
f. Tugas Pokok :
Mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan pelayanan perawatan di ruang Kebidanan
g. Uraian Tugas :
1) Melaksanakan fungsi kebidanan meliputi :
a) Menyusun rencana kegiatan berdasarkan jenis, jumlah, mutu tenaga kebidanan serta
tenaga lainnya sesuai kebutuhan di Kamar Bersalin.
b) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga bidan yang berlaku setiap bulan.
c) Membagi tugas harian dengan memperhatikan jumlah dan tingkat kemampuan bidan.
d) Merencanakan jumlah dan jenis peralatan di Kamar Bersalin.
e) Menyusun program pengembangan staff di Kamar Bersalin.
f) Bersama staf menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan di ruang perawatan
Kamar Bersalin.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan pelaksanaan, meliputi :
a) Memantau seluruh staf dalam penerapan dan pelaksanaan tugas yang dibebankan.
b) Mengadakan pelatihan untuk pegawai secara berkesinambungan.
c) Memberi orientasi kepada karyawan baru.
d) Mengadakan pengadaan, pemeliharaan dan pengunaan alat – alat maupun obat –
obatan.
e) Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
f) Menilai hasil kerja pegawai dan memberikan penghargaan yang berprestasi baik,
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilain, meliputi ;
a) Mengawasi pelaksanaan tugas masing – masing pegawai.
b) Mengawasi pengunaan alat – alat agar digunakan secara tepat.
c) Mengatur supaya alat – alat tetap dalam keadaan siap pakai.
d) Mengawasi pelaksanaan inventaris secara periodik.
2. Ketua TIM (KATIM) atau Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)
a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)
c. Pengertian
Seorang bidan profesional yang biberi wewenang dan tanggung jawab dalam
mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan di Kamar Bersalin dan turut melaksanakan
pelayanan keperawatan pada satu unit ruangan perawatan pada shift sore, malam dan hari
libur.
d. Tujuan
1) Agar kegiatan pelayanan Asuhan Kebidanan dapat berjalan sesuai dengan standar
kebidanan.
2) Agar mutu pelayanan asuhan kebidanan selalu terjaga, selalu di upayakan, ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhan/tuntutan masyarakat.
e. Pendidikan dan Kualifikasi
1) Pendidikan Formal : DIII Kebidanan, berpengalaman 2 tahun.
2) Pendidikan Non Formal :
a) Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
b) Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
c) Memiliki Sertifikat Resusitasi Neonatus
3) Pengalaman kerja : mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin minimal 2
tahun.
4) Keterampilan : memiliki kemampuan kepemimpinan, berwibawa, rajin dan
jujur.
5) Berbadan sehat jasmani dan rohani.
f. Tanggung jawab
Secara organisasi bertanggung jawab langsung kepada Kepala Ruang Kebidanan.
g. Tugas Pokok :
1) Sebagai koordinator shift dinas pagi, sore malam dan hari libur sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.
2) Mempertanggungjawabkan pelaksaaan Asihan Kebidanan kepada Kepala Ruangan.
3) Bersama – sama pelaksana perawatan melakukan kegiatan pelayanan Asuhan Kebidanan.
4) Bertanggung jawab dalam kebenaran isi laporan/penulisan asuhan kebidanan.
h. Uraian Tugas Penanggung Jawab Shift :
1) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat pada shift
sore, malam dan hari libur.
2) Memberi pengarahan dan motivasi ;kepada tenaga pelaksana perawatan untuk
melaksanakan Asuhan Kebidanan sesuai ketentuan/standar yang berlaku pada shift sore,
malam dan hari libur.
3) Bertanggung jawab atas pelaksanaan inventarisasi peralatan pada shift sore, malam dan
pada hari libur.
4) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
5) Membantu melaksanakan program orientasi kepada petugas baru meliputi penjelasan
tentang rumah sakit, tata tertib dan fasilitas yang ada.
6) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan Kebidanan
secara tepat dan benar untuk tindakan kebidanan selanjutnya.
7) Memberi motivasi tenaga non perawatan dalam memelihara kebersihan ruangan dan
lingkungan pada shift sore, malam dan hari libur.
8) Meneliti pengisian formulir sesnsus harian pasien dada shift malam.
9) Memelihara buku register dan berkas catatan medik pada shift sore, malam dan hari libur.
10) Menyusun rencana Asuhan Kebidanan pada shift sore, malam dan hari libur.
11) Bersama – sama pelaksana perawat lainnya, melaksanakan Asuhan Kebidanan kepada
pasien pada shift sore, malam dan hari libur.
12) Membuat laporan pada shift sore, malam dan hari libur.
13) Melaksanakan serah terima tugas kepada penangung jawab shift berikutnya secara lisan
maupun tertulis pada saat penggantian dinas.
14) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruang.
3. Bidan Pelaksana Kamar Bersalin
a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Bidan Pelaksana Kamar Bersalin
c. Pengertian
Seorang bidan profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan di kamar bersalin.
d. Pendidikan dan kualifikasi :
1) Berijazah Kebidanan dari semua jenjang yang disahkan oleh pemerintah atau yang
berwenang.
2) Pendidikan Non Formal :
a) Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
b) Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
3) Pengalaman Kerja : mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin.
4) Keterampilan : memiliki bakat dan minhat serta berdedikasi tinggi,
berkepribadian mantap dan emosional yang stabil.
5) Berbadan sehat jasmani dan rohani.
e. Tanggung Jawab
1) Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada kepala ruanga Kamar
Bersalin.
2) Secara teknis medis operasional bertanggung jawab kepada Dokter Jaga/kamar Bersalin.
f. Tugas Pokok : Melaksanakan Asuhan Kebidanan di Kamar Bersalin.
g. Uraian Tugas
1) Menyiapkan fasilitas dan lingkungan Kamar Bersalin untuk kelancaran pelayan.
2) Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat secara tepat dan
cepat.
3) Meberikan asyuhan kebidana kepada pasien gawat darurat dan melaksanakan evaluasi
tindakan perawatan yang telah dilakukan.
4) Menerima pasien baru sesuai den gan prosedur dan ketentuan yang beralku serta
melaksanakan orientasi kepada pasien.
5) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan anggota tim
(dokter, ahli gizi, analis, pekarya, pekarya rumah tangga).
6) Melaksanakan tugas jaga sore, malam dan hari libur secara bergiliran sesuai dengan
jadwal dinas.
7) Mengikuti pertemuan ilmiah dan penataran untuk meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan.
8) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter.
9) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang tepat dan benar.
10) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan/tertulis pada saat
pergantian dinas.
11) Menyiapkan pasien yang akan pulang lengkap dengan administrasinya.
12) Memberuikan health ecucation kepada penderita dan keluarga.
13) Memantau dan menilai kondisis pasien selanjutntya melakukan tindakan yang tepat
berdasarkan hasil pemantauan.
14) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara pasien, keluarga dan dokter
serta sesama tenaga medis
h. Uraian Wewenang
1) Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan
2) Memberikan asuhan kebidanan pada pasien sesuai kemampuan dan batas
kewenangannya.
B. Distribusi Ketenagaan
Kebutuhan tenaga bidan dihitung dengan menentukan :
1. Jumlah hari kerja efektif selama 1 tahun.
2. Jumlah hari tidak kerja (hari non efektif) dalam 1 tahun.
3. Jumlah jam perawatan setiap pasien dalam 24 jam/tingkat ketergantungan pasien.
4. Jumlah jam kerja perawata tiap shift.
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
Standar alat kebidanan di ruang kebidanan/kamr bersalin dengan kapasitas persalinan 10
orang/hari
NO NAMA BARANG RATIO
1 Partus set 70 % x persalinan/hari
2 50 % x persalinan/hari
Hecting set
30 % x persalinan
3 Perdarahan Partus set /hari
1 set
4 Alat vacuum
1 set
5 Alat forceps
2 set
6 Alat kuret
2 set
7 Alat resusitasi ibu dan bayi
6 set
8 Infus set
1 set
9 Perlengkapan bayi baru lahir
Bengkok Sesuai kebutuhan
10
22. Perforator 1
23. Steples 1
24. Pensil 2
a) Menerima pasien baru dan melakukan serah terima dengan perawat/bidan dari ruangan
sebelumnya
c) Menambahkan gelang pasien dengan tanda alergi atau resiko tinggi sesuai dengan ketentuan
f) Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
pasien
g) Melaporkan hasil pengkajian kepada dokter penanggung jawab dan melakukan tindakan
sesuai instruksi dokter
h) Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan
a) Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
pasien
b) Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan
c) Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan
Penerimaan dan Perawatan Pasien Rawat Inap Sehari (One Day Care)
c) Bidan kamar bersalin melaporkan ke dokter operator dan dokter anestesi bahwa pasien sudah
di kamar bersalin
d) Bidan kamar bersalin melakukan persiapan tindakan seperti mengganti baju pasien, meminta
pasien untuk membersihkan riasan dan melepas perhiasan,, observasi tanda-tanda vital,
anjurkan pasien untuk buang air kecil terlebih dahulu dan lain-lain
e) Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan tanda-tanda vitalnya
f) Jika keadaan umum pasien baik, maka bidan memberitahu keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi
g) Bidan menjelaskan pada keluarga pasien mengenai perawatan paska tindakan di rumah,
menyerahkan obat pulang fan kartu kontrol dengan menggunakan formulir resume medis
h) Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh petugas kesehatan yang melakukan tindakan
a) Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
pasien
b) Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan
e) Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien dan ditandatangani
Prosedur:
a) Memastikan bahwa pasien telah mendapatkan penjelasan dari dokter penanggung jawab dan
dokter anestesi mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan
b) Meminta pasien atau keluarga mengisi formulir surat persetujuan tindakan sectio cesarea dan
surat persetujuan anestesi
d) Siapkan pasien,puasa, cukur daerah operasi, persiapkan darah bila diperlukan, melepas
protese dan lain-lain
e) Lengkapi formulir check list pre operasi yang terdapat di dalam pendokumentasian
f) Menghubungi dokter spesialis anak untuk memberitahukan pasien siap diantar ke ruang
operasi
j) Mencatat tindakan yang telah dilakukan pada rekam medis pasien dan ditandatangani oleh
bidan yang melakukan tindakan
a) Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
pasien
b) Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan
e) Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan
Prosedur:
a) Kontrol his, monitor denyut jantung dan perhatikan keadaan umum pasien
b) Mengkaji adanya faktor resiko pada ibu dan janin sebelum proses persalinan, laporkan pada
dokter penanggung jawab
h) Mencatat tindakan yang telah dilakukan pada rekam medis dan ditandatangani oleh bidan
yang melakukan tindakan
a) Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
pasien
b) Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah tindakan
c) Melakukan tindakan pertolongan persalinan
f) Mencatat tindakan yang telah dilakukan pada rekam medis dan ditandatangani
Prosedur :
a) Memastikan pasien telah mendapatkan penjelasan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
operator
b) Mempersiapkan informed consent tindakan curetage dan informed consent tindakan anestesi
yang ditandatangani oleh pasien dan keluarga pasien
c) Persiapkan pasien seperti puasa, pemasangan infuse, pakaian pasien, kosongkan kandung
kemih, dan lain-lain
d) Masukkan jaringan ke dalam plastik berisi formalin 10% dan diberi identitas pasien untuk
jaringan yang akan dilakukan tindakan pemeriksaan patologi anatomi (PA)
e) Masukkan jaringan ke dalam plastik tanpa formalin dan diberikan kepada keluarga (dicek
apakah jaringan yang sudah diambil tidak dilakukan pemeriksaan PA)
f) Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan sampai dengan 3-4 jam
pasca tindakan curetage
g) Jika keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital normal, tidak ada perdarahan dan keluhan,
pasien diperbolehkan pulang setelah menunjukkan surat izin pulang
a) Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
Pasien
b) Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan.
f) Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan
BAB V
LOGISTIK
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni proses mengenai perencanaan dan
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan materi
atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan bagian dari instansi yang bertugas menyediakan bahan atau
barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas dan pada waktu
yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin.
Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur manajemen diproses melalui fungsi manajemen
dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi logistik.
Rumah sakit merupakan usaha yang melakukan produksi jasa sehingga logistik dalam rumah
sakit bukan logistik pendistribusian barang, tetapi hanya menyangkut manajemen persediaan bahan
barang serta peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi jasa tersebut.
Logistik dalam rumah sakit bermula dari perolehan (procurement) dan berakhir dengan
dokumen penuh dari usaha pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit adalah suatu proses pengolahan secara strtegis
terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pemantauan persediaan barang ( stock,
material, supplies, inventory, etc)yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di rumah sakit dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam proses pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu komponen utama pendapatan rumah sakit.
Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di rumah sakit secara baik tergolong tinggi. Berbagai
pihak terlibat dalam logistik obat di rumah sakit.
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Masalah utama yang sering terjadi adalah manajemen inventaris yang
kurang baik, sehingga mengakibatkan alat kesehatan yang disimpan berlebihan.
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan pelayanan gizi, baik untuk pasien atau untuk karyawan
rumah sakit. Masalah yang sering muncul adalah barang hilang atau berkurang dan mutu proses yang
bervariasi.
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan barang kelengkapan administrasi rumah sakit. Masalah
yang sering terjadi adalah sediaan barang kuasi ynag terlalu banyak.
5. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non medis yang digunakan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Masalah yang sering dihadapi adalah penyimpanan alat dan
persediaan suku cadang.
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan sarana dan prasarana gedung rumah sakit. Nilai sarana
dan prasarana gedung rumah sakit dapat mencapai sekitar 40% dari nilai aset total rumah sakit.
Masalah yang sering muncul :
b) Pemeliharaan saran dan prasarana yang tidak sesuai standar yang tidak ditentukan.
7. Logistik Linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen. Masalah yang dihadapi adalah
sediaan yang berlebihan dan proses yang bervariasi.
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan sebagai bahan habis
pakai. Masalah yang paling sering dihadapi adalah sediaan bahan habis pakai yang berlebihan, Bahan
Habis Pakai (BHP) di Ruang Kebidanan di amprah ke bagian logistik RS Universitas Mataram
sebelum habis. Jika BHP yang digunakan sehari-hari cepat habis, maka amprah dilakukan
setiap 1 minggu sekali dan untuk BHP yang tidak cepat habis akan diamprah 1 bulan sekali.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Assesmen resiko
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Hak pasien
Adverse event : Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil suatu tindakan yang seharusnya
diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
Unpreventable adverse event : Suatu kejadian tidak diharapkan akibat komplikasi yang tidak
dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.
Near miss : Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat menciderai pasien tetapi cedera serius tidak
terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat) karena pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan) atau peringanan (suatu obat dengan
overdosis lethal diberikan tetapi diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
H. Kesalahan Medis
Medical errors : Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu
rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya, dapat merupakan
akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
Patient safety incident : Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
J. Kejadian Sentinel
Sentinel event : Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera serius.
Biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang
terjadi sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
K. Tata Laksana Kerja Untuk Keselamatan Pasien
1. Semua Pasien yang datang baik dalam kondisi inpartu maupun observasi kebidanan harus
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
3. Memastikan pasien telah mendapatkan informed consent dari dokter penanggung jawab pasien
atau dokter konsulen sebelum pasien mendapatkan penatalaksanaan medis
4. Seluruh persalinan normal wajib ditolong oleh dokter spesialis kebidanan, bidan boleh menolong
persalinan dalam kondisi emergensi, disaat tidak ada dokter atau dokter spesialis kebidanan
5. Pemeriksaan pervaginam dalam proses persalinan dilakukan setiap 4 jam sekali atau bila ada
indikasi
6. Observasi pasien ODC dilakukan selama 3-4 jam pasca tindakan, pasien baru
diperbolehkan pulang setelah sadar penuh dan keadaan umumnya baik
7. Seluruh pemeriksaan penunjang medis harus disertai dengan identitas pasien yang lengkap,
benar dan jelas
8. Setiap bayi yang lahir, langsung dilakukan pemeriksaan fisik, dicap kaki dan diberikan peneng
untuk identitas
9. Penghalang tempat tidur pasien selalu dalam keadaan terpasang bila ada pasien di atas tempat
tidur
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman tersebut menjadi lebih tinggi dan
berbahaya karena penderita HIV/AIDS tidak menampakan gejala dan yang lebih
mengkhawatirkan hal tersebut banyak terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara memadai.
Penderita penyakit HIV/AIDS terus meningkat sejalan dengan semakin tingginya potensi
penularan dimasyarakat. Hal ini di tunjang dengan perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik
dan penggunaan bersama peralatan yang menembus kulit, tato, tindik dan lain-lain.
Selain HIV/AIDS, juga wajib diwaspadai Penyakit Hepatitis B dan C yang keduanya
potensial menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
terkenali secara klinis karena tidak menampakan gejala.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan kontak 24 jam dengan pasien
mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan dapat melindungi dirinya sendiri, pasien,dan masyarakat dari penularan infeksi
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
3. tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengurangi resiko terpajan atau terinfeksi penyakit
menular.
Ada beberapa hal yang dapat membuat seseorang tenaga kesehatan dapat terpajan dengan
infeksi menular yaitu:
Prinsip utama dari prosedur universal precaution dalam kaitannya dengan keselamatan kerja
khususnya di Instalasi Kamar Bersalin adalah menjaga higine sanitasi individu, higine dan
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
2. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) yaitu pelindung kaki/sandal sepatu khusus kamar
bersalin, apron/gaun pelindung, topi, masker, goggle/kaca mata dan sarung tangan.
Sebagai petugas kesehatan wajib mengetahui hal-hal yang harus dilakukan jika
terpajan/terpapar dengan infeksi menular sehingga dapat ditanggulangi dengan tepat dan cepat.
6. Tindakan pasca tertusuk jarum bekas pakai atau benda tajam bekas pakai lainnya
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu pelayanan kebidanan yang digunakan di Rumah Sakit Universitas Mataram diambil
dari Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 129/ Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit, yaitu:
a) Perdarahan ≤ 1 %
c) Sepsis ≤ 0,2 %
c) Bidan
6. Keluarga berencana :
a) Persentase keluarga berencana vasektomi dan tubektomi yang dilakukan oleh tenaga
kompeten dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah umum, dokter spesialis urologi
dan dokter umum terlatih 100%
Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian mutu pelayanan berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan, dapat dilakukan dengan cara :
1. Audit pelayanan Kebidanan
2. Audit pendokumentasian
LOGISTIK LOGISTIK
UMUM FARMASI
KAMAR
ADMISSION
BERSALIN OPERATOR
UMUM/
UMUM/
TEKHNIS
SUPIR
1. Logistik Farmasi
Kebutuhan obat dan alat medis di Kamar bersalin, diperoleh dari bagian logistik farmasi dengan
prosedur permintaan sesuai SPO terlampir.
2. Logistik Umum
Kebutuhan alat-alat rumah tangga dan alat tulis kantor di Kamar Bersalin, diperoleh dari logistik
umum dengan prosedur permintaan sesuai dengan SPO.
Pasien Kamar Bersalin yang memerlukan tindakan operasi, akan dibuatkan surat pengantar
operasi oleh dokter, kemudian penanggung jawab/keluarga pasien dianjurkan ke bagian
admission untuk dijelaskan biaya operasi serta perawat Kamar Bersalin memberitahu bagian OK
tentang rencana operasi (bila keluarga/penanggung jawab sudah setuju). (prosedur pasien Kamar
Bersalin yang akan operasi sesuai dengan SPO terlampir).
4. Laboratorium
5. Umum/Tehnisi
Kerusakan alat medis dan non medis di Kamar Bersalin akan dilaporkan dan diajukan perbaikan
ke bagian umum dengan prosedur permintaan perbaikan sesuai dengan SPO yang berlaku.
6. Rekam Medis
Pasien yang berobat di Kamar Bersalin ke RS Graha Husadaakan diberikan nomor rekam medis
dan status medis pasien, dan yang sudah selesai berobat disimpan di bagian rekam medis serta
bila pasien berobat kembali, status medis pasien diminta kembali ke bagian rekam medis oleh
petugas admission (prosedur permintaan dan penyerahan status ke bagian rekam medis sesuai
dengan SPO terlampir).
7. Admission
Setiap pasien yang berobat ke Kamar Bersalin selalu didaftarkan ke bagian admission, dari bagian
admisson disiapkan status dan slip pembayaran pasien, kemudian status dan slip
pembayaran diantarkan oleh petugas admission ke K amar Bersalin (pendaftaran pasien
kebagian admission sesuai dengan SPO terlampir).
8. Radiologi
Pasien Kamar bersalin yang membutuhkan pemeriksaan radiologi, akan dibuatkan formulir
permintaan pemeriksaan radiologi oleh dokter, dan formulir diserahkan ke petugas radiologi oleh
bidan Kamar Bersalin (prosedur pemeriksaan radiologi pasien Kamar Bersalin sesuai SPO
terlampir).
9. Operator
10. Kasir
Pasien yang telah selesai berobat ke Kamar Bersalin akan diantar ke bagian kasir oleh perawat
Kamar Bersalin untuk menyelesaikan administrasi.
11. IRNA
Pasien Kebidanan yang akan dirawat, dibuatkan surat pengantar rawat oleh dokter Obgyn,
penanggung jawab/keluarga pasien dianjurkan ke bagian admission untuk memilih kamar
perawatan bila pasien dengan status Umum, Jika pasien BPJS kamar sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Setelah penanggung jawab/keluarga pasien menandatangani surat persetujuan
rawat inap, maka pasien diantar oleh bidan Kamar Bersalin ke bagian IRNA.(Prosedur pasien
Kamar Bersalin yang akan rawat inap sesuai dengan SPO terlampir).
12. Gizi
a) Pasien Kebidanan yang memerlukan kebutuhan nutrisi segera, akan dimintakan langsung ke
bagian gizi melalui telephone dengan memberitahukan nama pasien dan
makanan/minuman (teh manis) yang diperlukan.
b) Dokter Obgyn yang praktek akan mendapat snack dan makan malam dari bagian gizi sesuai
dengan jadwal jaga dokter Jaga yang diserahkan ke bagian gizi.
Apabila ada pasien dari Kamar Bersalin yang memerlukan perawatan intensif, maka pasien akan
dibuatkan surat Rujukan ICU oleh dokter ke RS lain yang memiliki fasilitas ICU, penanggung
jawab/keluarga pasien di informed consen untuk memilih RS sesuai dengan peraturan, setelah
penanggung jawab/keluaraga pasien menyetujui , maka pasien diantar oleh bidan Kamar Bersalin
ke RS lain yang memiliki fasilitas ICU dengan diantar oleh Ambulance.
Pasien Kebidanan yang memerlukan tindakan lanjut/konsul ke dokter spesialis pada jam kerja,
perawat akan menghubungai dokter konsulen dan bila kondisi pasien memungkinkan untuk
tindak lanjut di poliklinik, maka pasien diantar oleh bidan jaga ke bagian IRJ, ( Prosedur konsul
pasien Kamar Bersalin ke dokter spesialis yang sedang praktek sesuai SPO terlampir).
15. Umum/Supir
Bila ada pasien Kebidanan yang meninggal, maka setelah jenazah dirapikan akan diantar ke
kamar jenazah dengan terlebih dahulu menginformasikan kebagian Umum/Keamanan (prosedur
pasien meninggal sesuai SPO terlampir)
BAB IX
PENUTUP
Rumah sakit merupakan sistem pelayanan yang komplek, terdiri dari beberapa profesional
pemberi pelayanan, sehingga diperlukan peran, fungsi, dan tugas yang jelas untuk masing masing profesi,
namun diperlukan kerjasama yang kohesif antar profesi pemberi pelayanan.
Pelayanan kebidanan adalah salah satu pelayanan di rumah sakit yang diberikan oleh dokter
spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan tenaga lain di kamar bersalin.
Keberhasilan pelayanan kebidanan tergantung pada kesiapan ruangan, alat dan SDM. Untuk
pelayanan rujukan kebidanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh keberadaan dan kesiapan tenaga
pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang pro aktif dan kompeten dalam penanganan pertama sebelum
kedatangan dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Pedoman standar pelayanan kebidanan di
kamar bersalin ini diharapkan dapat mendukung keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan
kebidanan di kamar bersalin. Standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang actual dapat
dikembangkan di masing-masing rumah sakit dengan kondisi dan kebutuhan masing masing daerah.
Disamping itu diperlukan juga dedikasi serta rasa tanggung jawab yang tinggi dari setiap tenaga
pelayanan kebidanan di kamar bersalin untuk menyebar-luaskan informasi tentang pedoman standar
pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini serta melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah
diuraiakan dalam buku ini.
Harapan dan tujuan penyusunan buku ini dapat terwujud dalam rangka membangun sistem
pelayanan kebidanan dan perinatal risiko tinggi melalui penerapan standar dan pembinaan tenaga
pelayanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan. Jakarta; 2001.
Juni, Tri, Angkasawati, dkk. Kajian Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Alat Kesehatan di Rumah
Sakit dan Puskesmas. Web Page [Online] 2006. Dari http://www.p3skk.litbang.depkes.go.id [diakses
SDKI. 2012. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia. Diakses tanggal 15 September 2016.