Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Penelitian

4.1.1. Lokasi dan waktu

Penelitian dilakukan di Puskesmas Hamadi, waktu peengambilan

data rekam medik dilakukan pada tanggal 29 November 2017.

4.2. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian didapatkan 83 penderita kusta di Puskesmas Hamadi

pada periode Januari 2016-Desember 2016. Data yang diperoleh dari

penelitian kemudian dideskripsikan dalam bentuk tabel.

4.2.1. Berdasarkan kelompok usia

Tabel 4.1 Distribusi penderita kusta berdasarkan usia di Puskesmas

Hamadi periode Januari- Desember 2016.

Usia Frekuensi Persentase


0-4 tahun 0 0
5-9 tahun 12 14.46
10-14 tahun 11 13.25
15-24 tahun 21 25.30
25-34 tahun 22 26.51
35-44 tahun 6 7.23

45-54 tahun 8 9.64

55-64 tahun 3 3.61


>65 tahun 0 0
Total 83 100

26
27

Dari tabel 4.1 karakteristik penderita kusta berdasarkan usia

didapatkan hasil penderita kusta termuda yaitu usia 5 tahun, penderita

tertua yaitu usia >64 tahun dan kelompok usia terbanyak yaitu

kelompok usia 25- 34 tahun berjumlah 22 penderita (26.51%).

4.2.2. Berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Distribusi penderita kusta berdasarkan jenis kelamin di

Puskesmas Hamadi periode Januari– Desember 2016.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 43 51.81

Perempuan 40 48.19

Total 83 100

Dari tabel 4.2 karakteristik penderita kusta berdasarkan jenis

kelamin didapatkan hasil penderita kusta terbanyak yaitu pada jenis

kelamin laki-laki berjumlah 43 penderita (51.81%), sedangkan yang

berjenis kelamin perempuan berjumlah 40 penderita (48.19%).

4.2.3. Berdasarkan derajat kusta

Tabel 4.3 Distribusi penderita kusta berdasarkan derajat kusta di

Puskesmas Hamadi periode Januari – Desember 2016.

Derajat kecacatan Frekuensi Persentase

Tidak ada reaksi 76 91.57


derajat 1 3 3.61
derajat 2 4 4.82
Total 83 100
28

Dari tabel 4.3. karakteristik penderita kusta berdasarkan derajat

kusta didapatkan hasil terbanyak yaitu pada derajat 0 berjumlah 76

penderita (91.57%) sedangkan, penderita kusta dengan kecacatan

derajat 1 berjumlah 3 penderita (3.61%) dan derajat 2 berjumlah 4

penderita (4.82%).

4.2.4. Berdasarkan jenis kusta

Tabel 4.4 Distribusi penderita kusta berdasarkan jenis kusta di

Puskesmas Hamadi periode Januari – Desember 2016.

Jenis Kusta Frekuensi Persentase

Multibasiler (MB) 60 72.29


Pausibasiler (PB) 23 27.71
Total 83 100

Dari tabel 4.4. karakteristik penderita kusta di Puskesmas Hamadi

berdasarkan jenis kusta didapatkan hasil terbanyak adalah kusta jenis

multibasilar, yaitu berjumlah 60 penderita (72.29%) sedangkan kusta

jenis pausibasilar berjumlah 23 penderita (27.71%).

4.2.5 Berdasarkan keberhasilan dan kegagalan pengobatan

Tabel 4.5 Distribusi penderita kusta berdasarkan keberhasilan dan

kegagalan pengobata kusta di Puskesmas Hamadi periode

Januari-Desember 2016.

Pengobatan Frekuensi Persentase

Berhasil 43 51.81
Gagal 40 48.19
Total 83 100
29

Dari tabel 4.5 karakteristik penderita kusta berdasarkan

keberhasilan dan kegagalan pengobatan kusta di Puskesmas Hamadi

didapatkan hasil sebanyak 43 penderita (51.81%) selesai dengan

pengobatan kusta dan penderita kusta yang gagal dengan pengobatan

kusta berjumlah 40 penderita (48.19%).

4.2.6 Berdasarkan penderita kusta yang berobat kembali, ganti klasifikasi,

relaps dan kusta kasus baru.

Tabel 4.6 Distribusi penderita kusta berdasarkan penderita kusta yang

berobat kembali, ganti klasifikasi, relaps dan kusta kasus

baru di Puskesmas Hamadi periode Januari-Desember 2016.

penderita kusta Frekuensi Persentase

berobat kembali 11 13.25

ganti klasifikasi 4 4.82

Relaps 1 1.20

kasus baru 67 80.72

Total 83 100

Dari tabel 4.6 karakteristik penderita kusta berdasarkan penderita

kusta yang berobat kembali di Puskesmas Hamadi periode Januari

2016 – Desember 2016 berjumlah 11 penderita (13.25%), penderita

kusta yang ganti klasifikasi berjumlah 4 penderita (4.82%),

penderita yang relaps berjumlah 1 penderita (1.20%), dan penderita

kusta kasus baru berjumlah 67 penderita (80.72%).


30

4.3. Pembahasan

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data

rekam medik atau data sekunder penderita yang telah didiagnosis kusta di

Puskesmas Hamadi. Penelitian tentang karakteristik penderita kusta di

Puskesmas Hamadi didapatkan sebanyak 83 penderita kusta yang menderita

kusta melalui pemeriksaan bakterioskopi, cardinal sign dan skin smear.

4.3.1. Kelompok usia

Diagram penderita kusta berdasarkan usia


30
26.51%
25.30%
25
22
21
Jumlah Penderita

20
14.46%
15 13.25%
12
11 9.64%
10 7.23% 8
6
5 3.61%
3
0 0 0 0
0
0-4 5-9 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 >65
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Series1 Series2
(Gambar 4.6 : Diagram batang penderita kusta berdasarkan usia).

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Hamadi, diperoleh

hasil penderita kusta termuda usia 5 tahun dan penderita tertua usia

>65 tahun. penderita kusta terbanyak adalah usia dewasa dengan

rentang usia 25 tahun - 34 tahun berjumlah 22 penderita (26.51%)

dan usia 15 tahun - 24 tahun berjumlah 21 penderita (25.30%),

sedangkan penderita kusta yang paling sedikit adalah usia 55 tahun -

64 tahun berjumlah 3 penderita (3.61%).

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penderita

kusta usia dewasa lebih banyak daripada usia anak-anak. Hasil


31

tersebut sesuai dengan 2 penelitian kusta oleh Retno dan Darmaputra

di RS Dr. soetomo dalam 2 kurun waktu yang berbeda, dimana

penderita kusta usia dewasa lebih banyak daripada penderita usia

anak-anak dengan persentase lebih dari 90% jumlah total penderita

baru (Darmaputra, 2009: 9-17).

Menurut Kumar, insiden kusta meningkat sesuai dengan

peningkatan usia. Hal tersebut disebabkan oleh masa inkubasi kusta

yang sangat lama dan gambaran klinis dari kusta muncul terlambat

(Nabila, 2010: 74).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Hamadi, penderita usia dewasa lebih banyak dari pada penderita usia

anak-anak. Hal ini disebabkan karena masa inkubasi Mycobacerium

leprae yang membutuhkan waktu lama sekitar 40 hari sampai 40

tahun, sehingga gambaran klinis muncul pada usia dewasa.

4.3.2. Jenis kelamin

Diagram penderita kusta berdasarkan jenis kelamin


60 51.81% 48.19%
Jumlah Penderita

50 43 40
40
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan

Frekuensi Persentase
(Gambar 4.7 : Diagram batang penderita kusta berdasarkan jenis kelamin).

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Hamadi, diperoleh

hasil penderita kusta berjenis kelamin laki-laki berjumlah 43


32

penderita (51.81%), sedangkan berjenis kelamin perempuan

berjumlah 40 penderita (48.19%).

Adanya kecenderungan tidak memakai pakaian di kehidupan

sehari-hari pada laki-laki, diyakini meningkatkan kemungkinan

risiko tertular kusta melalui kontak kulit. Pada penelitian lain

disebutkan, laki-laki lebih banyak menderita kusta karena laki-laki

kurang memperhatikan kebersihan diri dibandingkan dengan

perempuan (Varkevisser, 2009: 65-75).

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Hamadi, jenis kelamin

laki-laki lebih banyak menderita kusta 50.75%. Hal ini kemungkinan

karena laki-laki lebih sering bekerja di luar rumah dari pada wanita,

sehingga meningkatkan resiko tertular kusta.

4.3.3. Derajat kusta

Diagram penderita kusta berdasarkan derajat kusta


100
91.57%
90
80 76
70
Jenis Penderita

60
50
40
30
20
10 3
3.61% 4 4.82%
0
Tidak ada reaksi derajat 1 derajat 2

Frekuensi Persentase
(Gambar 4.8 : Diagram batang penderita kusta berdasarkan derajat kusta).

Dari hasil penelitian diperoleh 76 penderita (91.57%) tidak

mengalami reaksi kusta, 3 Penderita (3.61%) mengalami derajat 1


33

dan 4 Penderita (4.82%) mengalami derajat 2. Reaksi kusta muncul

selama masa pengobatan atau setelah pengobatan. Penderita dengan

reaksi kusta biasanya merupakan penderita rujukan yang mengalami

reaksi setelah mendapatkan pengobatan dari puskesmas atau rumah

sakit lain (Depkes, 2007).

Berdasarkan data hasil penelitian, derjat kusta yang dialami pada

penderita kusta dapat terjadi karena penderita kusta di Puskesmas

Hamadi belum pernah mendapatkan pengobatan.

4.3.4. Jenis kusta

Diagram penderita kusta berdasarkan jenis kusta


80
72.29%
70
60
60
Jumlah Penderita

50

40
27.71%
30 23
20

10

0
Multibasiler (MB) Pausibasiler (PB)

Frekuensi Persentase
(Gambar 4.9 : Diagram batang penderita kusta berdasarkan jenis kusta).

Dari hasil penelitian diperoleh data jenis kusta terbanyak adalah

kusta jenis Multibasilar (MB) yaitu berjumlah 60 penderita

(72.29%), sedangkan kusta jenis Pausibasilar (PB) berjumlah 23

penderita (27.71%). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Muchtar

di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr. Wahidin Sudirohusodo


34

Makassar periode 2002-2003 didapatkan persentase kusta jenis

Multibasilar (MB) yaitu sebesar 91.7%, sedangkan kusta jenis

Pausibasilar (PB) yaitu sebesar 8.3%.

Pada penelitian di RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2004-

2006 didapatkan hasil yaitu kusta jenis Multibasilar (MB) sebesar

81.4% dan kusta jenis Pausibasilar (PB) sebesar 18.6%. Kusta jenis

Multibasilar (MB) lebih banyak dibandingkan kusta jenis

Pausibasilar (PB), karena kusta jenis Multibasilar (MB) merupakan

jenis kusta yang lebih mudah menular dibandingkan kusta jenis

Pausibasilar (PB) (Darmaputra, 2009: 9-17).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Hamadi menunjukkan bahwa kusta jenis Multibasilar (MB) lebih

banyak. Hal ini dapat terjadi karena kusta jenis Multibasilar (MB)

mudah menular melalui kontak kulit maupun inhalasi.

4.3.5 Keberhasilan dan kegagalan pengobatan

Diagram penderita kusta berdasarkan keberhasilan


dan kegagalan pengobatan
60 51.81% 48.19%
Jumlah Penderita

43 40
40

20

0
RFT OOC
frekuensi persentase

(Gambar 4.10 : Diagram batang penderita kusta berdasarkan pengobatan).


35

Dari hasil penelitian diperoleh data keberhasilan pengobatan

penyakit kusta berjumlah 43 pasien (51.81%) sedangkan, kegagalan

pengobatan pasien kusta berjumlah 40 pasien (48.19%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Hamadi

menunjukkan hasil keberhasilan pengobatan kusta lebih banyak

dibanding dengan hasil kegagalan pengobatan kusta. Hal tersebut

dipengaruhi oleh karena kepatuhan penderita dalam melakukan

pengobatan dan kekhawatiran seseorang untuk kehilangan aggota

geraknya sehingga berpengaruh pada kepatuhan dalam pengobatan.

4.3.6 Penderita yang berobat kembali, ganti klasifikasi, relaps dan kusta

kasus baru

Diagram penderita kusta yang berobat kembali, ganti


klasifikasi, relaps dan kusta kasus baru
120
100%
Jumlah Penderita

100
80.72% 83
80 67
60
40
20 13.25%
11
4 4.82% 1
1.20%
0
berobat ganti relaps kasus baru total
kembali klasifikasi
Frekuensi Persentase

(Gambar 4.11 : Diagram batang penderita kusta berdasarkan penderita yang


berobat kembali, ganti klasifikasi, relaps dan kusta kasus baru).

Dari hasil penelitian diperoleh data penderita kusta yang berobat

kembali berjumlah 11 penderita (13.25%), penderita yang berobat

kembali dikarenakan pasien tersebut tanpa kejelasan berhenti untuk


36

minum obat atau berobat dan setelah beberapa bulan datang

kembali untuk berobat kembali. Penderita kusta yang ganti

klasifikasi berjumlah 4 penderita (4.82%), penderita yang ganti

klasifikasi adalah penderita yang sebelumnya menderita tipe kusta

jenis pausibasilar yang setelah meminum obat berubah klasifikasi

menjadi kusta jenis multibasilar. Penderita kusta yang relaps

berjumlah 1 penderita (1.20%). Penderita kusta yang relaps adalah

penderita sudah pernah mendapat pengobatan kusta sebelumnya

dan sudah dinyatakan sembuh tapi lesinya kembali timbul.

Anda mungkin juga menyukai