Anda di halaman 1dari 26

Thermocouple

Oleh:
Akhsan Nawawi (01)

Angga Dwi Pranata (02)

Ari Yuda Permana (03)

Corel Harnowo (04)

Imam Arifin (05)

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa
berkembang pesat terutama dibidang otomtisasi. Perkembangan ini tampak
jelas terutama di industri manufaktur, dimana sebelumnya banyak pekerjaan
menggunakan tangan manusia, kemudian beralih menggunakan mesin,
berikutnya dengan electro-mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah
menggunakan robotic (full automatic).

Model apapun yang digunakan dalam sistem otomatisasi industri


sangat tergantung kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil
penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kendali yang dipakai akan
sangat tergantung kepada sensor dan transduser yang digunakan.

Sensor dan transudser merupakan peralatan atau komponen yang


mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis.
Bisanya besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali bukan merupakan
besaran listrik.Umumnya besaran tersebut adalah besaran fisik, kimia,
mekanis dan sebagainya. Untuk merubah ke dalam besaran listrik pada
sistem, biasanya besaran-besaran tersebut diubah terlebih dahulu menjadi
suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut sensor dan transduser.

Salah satu sensor yang umum digunakan adalah sensor suhu. Sensor
ini sangat sering digunakan dalam proses manufaktur terutama yang berkaitan
dengan proses pemanasan maupun pendinginan. Sensor tersebut bertugas
untuk mengetahui kondisi lingkungan atau sebuah sistem yang digunakan
sebagai input agar dapat ditindaklanjuti dalam sebuah proses atau
pengendalian sistem. Beberapa sensor suhu yang umum digunakan antara lain
termokopel.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih memahami
tentang sensor termokopel, konstruksi sensor termokopel, operasi sensor
temokopel dan aplikasi dari sensor termokopel

1.3 MANFAAT PENULISAN


 Sebagai Pembelajaran tentang thermocouple bagi mahasiswa
 Mengetahui komponen dan bagian dari thermocouple
 Memahami prinsip kerja thermocouple
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar dan Elemen Penyusun Thermocouple

Berasal dari kata “Thermo” yang berarti energi panas dan “Couple”yang
berarti pertemuan dari dua buah benda. Termokopel adalah perangkat yang terdiri
dari dua konduktor yang berbeda, biasanya paduan-paduan logam (metal alloys)
yang menghasilkan tegangan yang berbanding lurus dengan perbedaan suhu
antara kedua ujung pasangan konduktor.

Pada.dunia elektronika, termokopel adalah sensor suhu.yang.banyak.digun


akan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan
listrik (voltase). Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis
konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan
suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukurankurang dari 1 °C.

Gambar 2.1 Diagram skematik thermocouple

Dua termoelemen A dan B dihubungkan dan jika temperatur antara junction


pertama (cold junction) dan kedua (hot junction) berbeda maka akan timbul arus
akibat gaya gerak listrik (EMF).
Gambar 2.4.Pengukuran EMF

Jika cold junction open circuit dan dihubungkan dengan voltmeter dengan
impedansi yang tak terhingga (besar sekali), seperti yang terlihat pada gambar 2,4
maka akan terbaca tegangan pada voltmeter, tegangan tersebut dikenal sebagai
tegangan Seebeck. Jika thermocouple digunakan untuk mengukur temperatur hot
junction maka tegangan Seebeck pada cold junction, hot junction serta temperatur
cold junction harus diketahui terlebih dahulu.

EMF, sebenarnya timbul karena gradien temperatur sepanjang kawat yang


menghubungkan hot junction dan cold junction. Dengan mengasumsikan kawat
thermocouple homogen maka EMF didapat akibat perbedaan temperatur hot
junction dan cold junction.

Hubungan tegangan antara termo elemen A dan B dengan perbedaan


temperatur adalah:

�𝐴�� = �𝐴�� Δ�

Dimana :

EAB(T) adalah tegangan Seebeck

S(T) adalah koefisien Seebeck,

ΔT adalah perbedaan temperatur antara hot junction dengan cold


junction.
BAB III

METODE PENGUKURAN

3.1 Prinsip Kerja Termokopel dan Elemen Penyusun

Termokopel adalah sebuah alat yang dibuat dari dua jenis kawat dari
logam yang berbeda dan disatukan pada salah satu ujungnya. Ujung ini disebut
dengan istilah ‘junction end’ atau ujung sambungan dan dapat disebut juga ujung
pengukuran (T2). Dua kawat tersebut disebut thermoelement yang merupakan
kaki-kaki dari termokopel. Keduanya dibedakan menjadi kaki positif dan kaki
negatif. Kemudian, ujung laun dari masing-masing kawat disebut dengan ‘tail
end’ (ujung ekor) atau ‘reference end’ (T1).

Junction end adalah ujung yang digunakan untuk mengukur panas dari
media yang hendak diukur, misalkan ruangan tungku atau oven dengan suhu
200°C sedangkan tail end adalah ujung yang kita sambungkan dengan rangkaian
elektronika dan berada pada suhu ruang, katakanlah 28°C. Tail end mempunyai
dua kutub untuk pengukuran, yaitu positif dan negatif. T1 dan T2 adalah suhu
masing-masing pada posisi tail end dan junction end.

Perbedaan suhu antara T1 dan T2 tersebut dapat diukur pada kedua kutup
positif dan negatif. Oleh karena itu termokopel adalah termasuk temperature-
voltage transducer. Termokopel adalah penghasil tegangan yang dapat diukur pada
kedua kutub tail end yang terjadi akibat perbedaan suhu pada T1 dan T2. Jadi
tinggal diukurdengan voltmeter digital.

Besarnya tegangan keluaran pada termokopel ditentukan dengan rumus:

Vout = Vh - Vc

Keterangan :
Vnet = tegangan keluaran thermokopel

Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi

Vc = tegangan referensi

Tegangannya terlalu kecil sehingga harus diamplify terlebih dulu. Selain


itu nilai yang terbaca oleh voltmeter juga bukan merupakan ekspresi langsung dari
temperature dan masih diperlukan konversi.

Untuk mempermudah konversi maka dapat menggunakan table hubungan


tegangan dengan temperature, sebagai berikut :

Gambar 2.Tabel referensi tegangan ke temperature

Dalam pengukuran tegangan pada termokopel ada beberapa syarat yang


harus terpenuhi agar tegangan yang didapat tidak nol. Adapun syarat-syaratnya
sebagai berikut :

1. Jika kedua kawat atau thermoelement terbuat dari material yang sama
sehingga menyebabkan tidak ada perbedaan suhu diantara kedua ujung
kawat.
2. Suhu T1 sama dengan T2 sehingga menyebabkan termokopel tidak dapat
mengukur suhu ruang karena kedua ujungnya ada pada temperatur yang
relatif sama, yaitu berada pada suhu ruang. Oleh karena itu, kita tiba pada
kondisi ‘tidak mudahnya’ karena pada dasarnya temperatur pada reference
end atau tail end haruslah relatif tetap. Hal yang tidak mungkin tentunya
sehingga ada istilah cold junction compensation untuk menkompensasi
kondisi ini. Sebuah IC seperti misalnya MAX667 bisa dipergunakan untuk
kompensator.

Konstruksi Termokopel

Untuk skonstruksi sederhana termokopel diperlihatkan oleh gamabar dibawah


ini :

Gambar 2.Sirkuit sederhana termokopel


Gambar 2.11 kontruksi dalam Termokopel

Pada konstruksi termokopel terdapat dua buah kawat yang terbuat dari
materail yang berbeda, salah satunya digunakan sebagai measuring junction (hot)
dan reference junction (cold). Pada kawat rerference junction tidak akan
mengalami perubahan dan akan tetap pada suhu reference. Pada pengukuran
perbedaan potensial dari kedua kawat akan menggunakan voltmeter dan
sebelumnya akan di amplify dahulu agar dapat terbaca oleh voltmeter karena
tegangan yang dihasilkan terlalu kecil. Pengukuran panas saluran Thermokopel
menghasilkan tegangan yang lebih besar dari tegangan saluran referensi.
Perbedaan antara dua tegangan itu sebanding dengan perbedaan suhu.

2.4.1 Beberapa jenis thermocouple berdasarkan aplikasi penggunaannya


1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy)
Thermocouple untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk
rentang suhu −200 °C hingga +1200 °C.
Gambar 2.2 NiCr - NiSi (Tipe K)

2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))


Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok
digunakan pada temperature rendah. Properti lainnya tipe E adalah
tipe non magnetik.

Gambar 2.3 NiCr – CuNi (Tipe E)

3. Tipe J (Iron / Constantan)


Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang
popular disbanding tipe K. Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52
µV/°C.
Gambar 2.4 Fe - CuNi (Tipe J)

4. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))


Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N
cocok untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat
mengukur suhu di atas 1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada
900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K.

Gambar 2.5 Nicrosil - Nisil (Tipe N)

5. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output
yang sams pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di
bawah suhu 50 °C.
Gambar 2.6 Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)

6. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)


Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. Sensitivitas rendah (10
µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk
tujuan umum.

Gambar 2.7 Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)

7. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)


Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. Sensitivitas rendah (10
µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk
tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi. Tipe S digunakan untuk
standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).

Gambar 2.8 Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)

8. Type T (Copper / Constantan)


Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif
terbuat dari tembaga, dan yang negative terbuat dari constantan. Sering
dipakai sebagai alat pengukur alternative sejak penelitian kawat tembaga.
Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C.

Gambar 2.9 Type T (Copper / Constantan)

BAB IV
Analisis

4.1 Adapun kelebihan dan kekurangan dari termokopel adalah sebagai berikut :

kelebihan dari termokopel adalah:

a. Mudah dibaca, karena memiliki layar yang tidak mudah keruh dan skala
yang jelas
b. Respon cepat untuk setiap adanya perubahan suhu
c. Akurasi yang tepat dalam pengukuran suhu
d. Baik digunakan untuk pengukuran variasi suhu dengan jarak kurang dari
1 cm
e. Termokopel tidak mudah rusak dan tahan lama

Sementara itu, termokopel juga memiliki kekurangan dalam pemakaiannya, yakni:

a. Kalibrasi yang sulit, saat termokopel dinyalakan, suhu yang tertera adalah
suhu pada ruangan tersebut
b. Hanya dapat digunakan untuk mengukur perbedaan suhu
c. Termokopel membutuhkan perlengkapan tambahan yang harganya
biasanya cukup mahal

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


5.1 KESIMPULAN

1. Termokopel suhu paling ekonomis alat ukur yang tersedia dan juga
menyediakan pengukuran suhu tertinggi. Ggl yang mereka hasilkan
adalah independen dari panjang kawat dan diameter, namun kebisingan
dapat menjadi faktor. Termokopel menyediakan jangkauan macam
pengukuran temperatur namun tidak dianjurkan untuk rentang suhu yang
sempit atau pengukuran perbedaan kecil.
2. Untuk pengukuran temperatur kritis, suhu referensi akurat persimpangan
perlu diukur dan kompensasi. Hal ini mungkin mengharuskan
penggunaan suatu RTD.
3. Jika proses pengukuran dapat dilakukan dengan perangkat lain selain
termokopel, maka yang harus dipertimbangkan. Termokopel biaya
rendah dan cocok untuk aplikasi yang memerlukan jangkauan suhu yang
besar.
4. Sensor termokopel dapat digunakan sebagai pengukur suhu
5. Sensor termokopel bekerja dengan membandingkan perbedaan
potensial yang terjadi di kedua ujung termoelemen akibat perbedaan
panas dikedua ujungnya.
6. Terdapat beberapa jenis termokopel diantara

a. Tipe E (kromel-konstantan)

b. Tipe J (besi-konstantan)

c. Tipe K (kromel-alumel)

d. Tipe R-S (platinum-platinum rhodium)

e. Tipe T (tembaga-konstantan)

7. Hubungan tegangan antara termoelemen A dan B dengan perbedaan


temperatur adalah:
�𝐴�� = �𝐴�� Δ�
5. Termokopel cocok untuk mengukur rentang suhu yang besar, sampai
2300°C. Mereka kurang cocok untuk aplikasi di mana perbedaan suhu
lebih kecil harus diukur dengan akurasi yang tinggi, misalnya rentang 0 -
100°C dengan 0,1°C akurasi.

5.2 SARAN

Penggunaan termokopel dalam pengukuran suhu yang tinggi sudah


sangat mampu didalam hal instrumentasi terlihat daribanyaknya kelebihan
dari sensor tersebut.

Namun ada pula kekurangan dari termokopel yaitu kalibrasi yang


sulit dan perlengkapan tambahan yang harganya cukup mahal.
DAFTAR PUSTAKA

http://koponkworld.wordpress.com/2010/10/09/prinsip-kerja-termokopel/

http://angahazhari.blogspot.com/2011/10/termokopel.html

http://baskarapunya.blogspot.com/2011/04/instrumentasi-bab-4-
temperature.html#ixzz2vAs9TDKp

http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-suhu-rtd-

http://www.momentous-inst.com/news-detail/kelebihan-dan-kekurangan-dari-
termokopel

http://onnyapriyahanda.com/prinsip-kerja-thermocouple/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18446/3/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28656/3/Chapter%20II.pdf
LAMPIRAN

TABEL TYPE THERMOCOUPLE

Anda mungkin juga menyukai