Anda di halaman 1dari 19

TETANUS

Ns. EVA ALAWIYAH, S.Kep


DEFINISI

• Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme), tanpa disertai
gangguan kesadaran. Bukan disebabkan kuman secara langsung tetapi sbagai dampak
eksotoksin yang dihasilkan oleh kuman pada sinap ganglion sambungan sum-sum tulang
belakang, sambungan neuromuskular dan saraf autonom (Nurarif & Kusuma, 2016).

• Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
Clostiridium tetani, yang bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksismal dan
diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot
masester dan otot rangka
PATOFISOLOGI

 Clostridium tetani harus bersimbiosis dengan organisme piogenik. Basil tetanus tetap
berada didaerah luka dan berkembang biak sedangkan eksotoksinnya beredar mengikuti
sirkulasi darah sehnggga terjadi toksemia ( toksemia murni tanpa disertai bakterimia
maupun sepsis).
 Toksin masuk dan diserap oleh ujung saraf motorik dan mencapai sel-sel kornu anterior
medula spinalis, melalui axis silinder (kemudian menyebabkan kegiatan motorik seperti
kejang) → Kedua toksin diangkut oleh alran darah ke SSP → Aliran eferen yang tak
terkendali akan menyebabkan proses inflamasi dijaringan otak dan perubahan tingkat
kesadaran. Terdapat trias klinis berupa spasme otot, disfungsi otonomik, rigiditas
ETIOLOGI

 Disebabkan oleh tetanoplasmin yang dihasilkan oleh clostridium tetani.


 Kuman ini mengeluarkan toxin yang bersifat neurotoksik ( tetanospasmin) yang
menyebabkan kejang otot dan syaraf sektempat
 Bakteri gram positif berbentuk batang
 Penyakit tetanus banyak terdapat pada luka dalam, luka tusuk, luka dengan jaringan
mati (corpus alienum) karena merupakan kondisi yang baik untuk proliferasi kuman
anaerob
MANISFESTASI KLINIS

 Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala


pertama) rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari
 Onset ( rentang waktu antara gejala pertama dengan spasme
pertama ) antar 1-7 hari.
 Minggu pertama ; rigiditas, spasme otot, gangguan ototnomik
sampai 1-2 minggu
 pemulihan bisa memerlukan 4 minggu.
TETANUS DIBAGI MENJADI ;

 Tetanus general : merupakan bentuk paling sering, spasme otot, kaku kuduk, nyeri
tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci ( trismus), disfagia. pada mulanya
spasme terjadi beberapa detik sampai menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
 Tetanus neonatorum : merupakan tetanus yang fatal bila tidak ditangani, terjadi pada
anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang imunisasinya tidak lengkap, rigiditas, sulit menelan
ASI, iritabilitas dan spasme.
 Tetanus lokal : ditandai dengan otot yang terasa sakit lalu timbul rigiditas dan spasme pada
bagian paroksimal luar. gejala ini dapat menetap dalam beberapa minggu dan menghilang.
 Tetanus Sefalik : masa inkubasi terjadi 1-2 hari seudah otitis media atau luka kepala dan
muka. paling menonjol adalah disfungsi syaraf ke III,IV,VII, IX yang di ikuti tetanus umum
DERAJAT TETANUS

1. Derajat I (ringan) : trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai sedang,


spastisitas genaral,tanpa gangguan pernapasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa
disfagia.
2. Derajat II ( sedang) : trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme singkat,
ringan sampai sedang, gangguan pernapasan ≥ 30x/menit, disfagia ringan.
3. Derajat III (berat) : trismus berat, spasitas generalisata, spasme refleks
berkepanjangan, RR ≥ 40X/mnt, serangan apnea, disfagia berat, takikardia ≥
120x/mnt
4. Derajat IV (sangat berat) : derajat III dengan gangguan otomik berat
melibatkan sistem kardiovaskuler, hipotensi berat dan takikardi, dan komplikasi lain
yan menetap.
Tolak Ukur Nilai
Masa Inkubasi • < 48 jam 5
• 2-5 hari 4
• 6-10 hari 3
• 11-14 hari 2
• > 14 hari 1 Grade
Lokasi Infeksi • Internal / umbilical 5
• Leher, kepala, dinding tubuh 4
• Eksremitas Proksimal 3 1. Ringan : 3-7
• Eksremitas Distal 2
• Tidak diketahui 1 2. Sedang : 8-12
Imunisasi • Tidak ada 10
• Mungkin ada / ibu mendapat 8 3. Berat > 12
• > 10 tahun yang lalu 4
• < 10 tahun yang lalu 2
• Proteksi lengkap 0
Faktor yang • Penyakit/trauma yg membahayakan jiwa 10
memperberat • keadaan tidak langsung membahayakn jiwa 8
• keadaan yg tdk membahayakan jiwa 4
• tarauma / penyakit jiwa 2
• A.S.A ** derajat 0
KOMPLIKASI

SISTEM KOMPLIKASI
Jalan Nafas Aspirasi, laringospasme/ obstruksi
Respirasi Apnea, hipoksia, gagal nafas tipe 1(atelektasis, apnea,
pneumnia), gagal nafas tipe II (spasme laryngeal, spasme
trunkal berkepanjangan), ARDS,pneumonia

kardiovaskuler Takikardia, hipotensi, iskemia, bradikardia,


takiritmia,bradiritmia, asistol, gagal jantung

Ginjal gagal ginjal curah tinggi, gagal ginjal oliguria


Gastrointestinal Stasis Gaster, ileus, diare dan perdarahan
lain-lain penurunan berat badan, tromboembolus, sepsis, ruptur
tendon akibat spasme
PENATALAKSANAAN

1. Umum
Tujuan untuk mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin,
mencegah spasme otot dan memberikanbantuan pernafasan sampai pulih
 Bersihkan luka sebaik-baiknya, irigasi luka dan debridemen
 Diet cukup kalori dan protein
 Isolasi untuk menghindari rangsangan luar
 mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
 Berikan oksigen
LANJUTAN....
2. Obat-obatan
 Imunisasi aktif dengan pemberian DPT, booster dose (untuk balita) jika
terjadi luka lagi, dilakukan booster ulang
 Diberikan parenteral penniciline 1,2 juta unit / hari selama 10 hari, IM.
Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan penicilin dosis 50.000 unit
/ KgBB / 12 jam secara IM diberikan selama 7-10 hari.
 Bila sensitif terhadap peniciline, dapat diganti dengan tetrasiklin dosis
30-40 mg/kgBB/24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan
dalam dosis terbagi (4 dosis). Antibioika ini hanya bertujuan membunuh
bentuk vegetative dari C. tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya
 Antitoksin
 Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Imunoglobulin (TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu
kali pemberian saja, secara IM, tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung
anti complementary aggregates of globulin, yang mana ini dapat mencetuskan reaksi alergi yang
serius.
 Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan,
dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin intravena,
pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa
(20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada sebelah luar.
 Tetanus Toksoid
 Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin
tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara IM.
Pemberian TT harus dilakukan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
KONSEP ASKEP TETANUS

1. Pengkajian :
 Identitas Klien, Riwayat Kesehatan (Riwayat Kesehatan Dahulu, Riwayat
Kesehatan Sekarang, riwayat Kesehatan Keluarga, Riwayat pertumbuhan dan
perkembangan, Riwayat imunisasi anak dan kesehatan keluarga, riwayat
pengobatan, Riwayat Psikososial )
 Pemeriksaan Fisik : Head to toe ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, AuskultAsi )
Sistem persarafan
 Saraf I. Biasanya biasanya normal, Saraf II Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
 Saraf III, IV, dan Dengan alasan yang tidak diketahui, klien tetanus mengeluh mengalami fotofobia atau
sensitif yang berlebihan terhadap cahaya. Respons kejang umum akibat stimulus rangsang cahaya perlu
diperhatikan perawat untuk memberikan intervensi menurunkan stimulasi cahaya tersebut. Saraf V.
Refleks masester meningkat. Mulut-mencucu seperti mulut ikan (ini adalah gejala khas dari tetanus).
 Saraf VII. Persepsi pengecapan normal, Saraf VIII Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
 Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut (trismus).
 Saraf XI Didapatkan kaku kuduk. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak).
 Saraf XII Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efectif b/d Spasme jalan nafas
• Observasi TT
• Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha bernafas)
• Auskultasi suara nafas, catat tehadap adanya suara tambahan
• Posisikan pasien untuk maksimalkan ventilasi
• Keluarkan secret dengan batuk bila perlu lakukan suction
• Beriakn O2 sesuai kebutuhan
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi
• Kolaborasi butuh tidaknya bronkodilator
2. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori, intake kalori dan kualitas konsumsi makanan
 Identifikasi akan perlunya pemasangan nasogastrik
 Berikan porsi kecil dan makanan lunak/lembek.
 Berikan makan sesuai dengan selera dan suhu yang sesuai
 berikan makanan tingg kalori dan tinggi protein
 Timbang BB tiap hari
 Ajarkan diet yang diprogram
3. Nyeri akut b/d proses inflamasi.
 Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, frekuensi,
kualitas, keparahan nyari dan factor pencetus nyeri, skala nyeri
 Observasi ketidaknyamanan non verbal
 Lakukan perawatan luka
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Ajarkan untuk menggunakan teknik non farmakologi misal relaksasi, guided
imageri, terapi musik dan distraksi
 Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai