Anda di halaman 1dari 8

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No.

1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL DAUNKELOR


(Moringa oleifera Lamk.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

Fitriyanti Djumaati1), Paulina V. Y. Yamlean1), Widya Astuty Lolo1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Moringa leaf (Moringa oleifera Lamk.) contains flavonoids, alkaloids and phenols which
are capable of providing antibacterial effects. The objective of this study was to formulate the extract
of Moringa leaf, to test the quality according to the requirements and to test its antibacterial activity
against Staphylococcus aureus bacteria by observing the formation of inhibiting zone of
concentration of 5%, 10% and 15%. The method used is laboratory experimental. The results showed
that the leaves of Moringacan be formulated as ointment preparation and meet the requirements of
ointment test quality, such as organoleptic test, homogeneity test, pH test and spreading test. The
results of the antibacterial activity test showed that the ointment preparation from the ethanol extracts
of leaves of Moringawith concentration of 5%, 10% and 15% could inhibit the growth of bactery with
the best inhibitory concentration at 15% with an average diameter of inhibition of 22.5 mm.

Keywords:Moringa (Moringa oleifera Lamk.), antibacterial ointment, Staphylococcus aureus.

ABSTRAK

Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) mengandung flavonoid, alkaloid dan fenol yang
mampu memberikan efek antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi sediaan salep
ekstrak daun Kelor, menguji mutu sesuai dengan persyaratan dan menguji aktivitas antibakterinya
terhadap bakteri Staphylococcus aureusdengan mengamati terbentuknya zona hambat konsentrasi 5%,
10% dan 15%. Metode yang digunakan ialah eksperimental laboratorium. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa daun Kelor dapat diformulasikan sebagai sediaan salep dan memenuhi
persyaratan uji mutu sediaan salep, diantaranya uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH dan uji daya
sebar. Hasil Uji aktivitas antibakterinya menunjukkan bahwa sediaan salep ekstrak etanol daun Kelor
dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% dapat menghambat pertumbuhan bakeri dan daya hambat yang
paling baik yaitu pada konsentrasi 15% dengan diameter rata-rata 22,5 mm.

Kata kunci: Kelor (Moringa oleifera Lamk.), Salep antibakteri, Staphylococcus aureus

22
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN antibakteri terkecil, dan konsentrasi 80%


mempunyai daya antibakteri yang kuat.
Penyakit infeksi merupakan Berdasarkan latar belakang
penyebab paling utama tingginya angka tersebut, diketahui bahwa daun Kelor
kesakitan (mordibity) dan angka kematian berpotensi sebagai antibakteri. Oleh karena
(mortality) terutama pada negara - negara itu,dalam penelitian ini akan
berkembang seperti halnya Indonesia. dikembangkan lebih lanjut mengenai
Salah satu penyebab penyakit infeksi potensi ekstrak daun Kelor dengan
adalah bakteri (Radji, 2011). Bakteri yang memformulasikan dalam bentuk sediaan
dapat menyebabkan terjadinya infeksi salep dan menguji aktivitas antibakterinya
contohnya Staphylococcus aureus. terhadap bakteriStaphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus merupakan Sediaan salep dipilih karena merupakan
flora normal pada kulit, saluran sediaan dengan konsistensi yang cocok
pernafasan, dan saluran pencernaan untuk terapi kulit yang disebabkan oleh
makanan pada manusia. Flora normal bakteri.
adalah sekumpulan mikroorganisme yang
hidup pada kulit dan selaput lendir/mukosa METODE PENELITIAN
manusia yang sehat maupun sakit. Adanya
Alat dan Bahan
flora normal pada bagian tubuh tidak
Alat yang digunakan yaitu blender,
selalu menguntungkan, dalam kondisi
batang pengaduk, erlenmeyer (Pyrex),
tertentu flora normal dapat menimbulkan
gelas ukur (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex),
penyakit, misalnya bila terjadi perubahan
rak tabung reaksi, pipet tetes, pot salep,
substrat atau berpindah dari habitat yang
corong, cawan porselen, ayakan mesh 200,
semestinya ( Jawetz, 2005 ).
timbangan analitik (aeADAM(R)), sarung
Indonesia memiliki
tangan, kamera, hot plate(NESCO®Lab),
beranekaragaman jenis tanaman yang
cawan petri(Pyrex), autoklaf
dapat digunakan sebagai bahan obat.
(ALP),Laminar Air Flow(N-Bioteck),
Terdapat berbagai produk sediaan farmasi
sudip, beker gelas(Pyrex), pH meter
menggunakan bahan alam sebagai bahan
(Elmetron), oven (Ecocell), pencadang,
baku obatnya. Salah satu bahan alam yang
jarum Öse, pinset, mikro pipet
telah diuji daya anti bakterinya ialah daun
(EcopipetteTM by C PP),mistar berskala
Kelor (Moringa oleifera Lamk.).
(Combo ®),aluminium foil, kertas saring,
Daun Kelor mengandung
kertas label dan spiritus.
antioksidan tinggi dan antimikrobia. Hal
Bahan yang digunakan ialah Daun
ini disebabkan oleh adanya senyawa
Kelor, bakteri uji (Staphylococcus
metabolit sekunder seperti flavonoid,
aureusATCC 2592), adeps lanae, vaselin
alkaloid, fenol yang juga dapat
album, Carboxy Methyl Cellulose (CMC),
menghambat aktivitas bakteri (Pandey,
aquadest, etanol 96%, gentamicin sulfat
dkk.2012). Berdasarkan penelitian yang
(PT. First Medipharma), Nutrient Agar
dilakukan oleh Lusi, (2016). Pengujian
(NA), larutan Mc. Farland dan NaCl 0,9%.
aktivitas antibakteri ekstrak daun
Kelorterhadap bakteri Escherichia coli dan
Pengambilan Sampel
Staphylococcus aureus, dengan
konsentrasi 5% mempunyai daya

23
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

Sampel daun Kelor diambil sebanyak 1000 mL dengan perbandingan


didaerah Teling Kecamatan Wanea, Kota 1:5, selanjutnya ditutup dengan penutup
Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Sampel wadah selama 5 hari sambil sesekali
yang diambil yaitu bagian daun yang diaduk. Sampel yang direndam tersebut
berwarna hijau dan tidak layu. disaring menggunakan kertas saring dan
menghasilkan filtrat 1 dan residu 1. Residu
Persiapan Sampel yang ada kemudian ditambahkan dengan
Pada tahap awal dilakukan larutan etanol 96% sebanyak 500 mL
pengumpulan sampel daun Kelor, dengan perbandingan 1:2, kemudian
kemudian ditimbang dengan berat daun ditutup dengan penutup wadah dan
segar 2 kg. Sampel disortasi dengan tujuan dibiarkan selama 2 hari sambil sesekali
untuk memisahkan kotoran- kotoran atau diaduk. Setelah 2 hari, dilakukan
bahan-bahan asing lainnya dari bahan penyaringan dengan menggunakan kertas
simplisia. Selanjutnya dicuci dengan air saring. Hasil dari penyaringan kedua ini
mengalir dengan tujuan menghilangkan menghasilkan filtrat 2 dan residu 2. Filtrat
pengotor. Sampel kemudian dirajang untuk 1 dan 2 dicampurkan menjadi satu dan
mempermudah proses pengeringan. dimasukkan dalam oven dengan suhu 400C
Pengeringan sampel dilakukan dengan selama 4 hari, sehingga diperoleh ekstrak
dimasukkan kedalam oven selama 3 hari kental. Ekstrak kemudian ditimbang dan
dengan suhu 400C. Sampel yang sudah diperoleh sebanyak 18,2 gram ekstrak
kering kemudian diblender sampai menjadi kental. Ekstrak kental kemudian disimpan
serbuk dan ditimbang. Serbuk yang didalam eksikator untuk manjaga
dihasilkan diayak dengan ayakan mesh kestabilan ekstrak.
200, hingga diperoleh serbuk yang halus
dan homogen. Serbuk halus daun Kelor Formulasi Salep
diperoleh yaitu sebanyak 200g. Pada penelitian ini akan dibuat
Pembuatan Ekstrak sediaan salep ekstrak etanol daun Kelor
Proses ekstraksi daun Kelor dengan variasi konsentrasi, yaitu 5%, 10%
dilakukan dengan metode maserasi yaitu dan 15%.Berdasarkan standar salep di atas
sebanyak 200 gram serbuk simplisia maka akan dibuat formulasi 20 g salep
dimasukkan kedalam wadah, kemudian dengan tiga variasi konsentrasi sebagai
direndam dengan larutan etanol 96% berikut :
Tabel 1. Perbandingan jumlah basis dan ekstrak daun Kelor dari masing- masing konsentrasi

Formulasi Konsentrasi
Basis 5% 10% 15%
Ekstrak Daun Kelor 0g 1g 2g 3g
Adeps Lanae 7,5 g 2,85 g 2,7 g 2,55 g
Vaselin Album 42,5 g 16,15 g 15,3 g 14,45g
m.f unguenta 50 g 20 g 20 g 20 g

Pembuatan sediaan salep ekstrak 10% dan 15%. Setelah masing-masing


daun Kelor dibuat formulasi sebanyak 20 g bahan ditimbang sesuai dengan
pada masing-masing konsentrasi yaitu 5%, perhitungan diatas. Masing-masing bahan

24
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

dimasukan kedalam cawan porselin HASIL DAN PEMBAHASAN


dileburkan diatas hot plate dengan suhu Ekstraksi Daun Kelor
600C dan diaduk dengan kecepatan Sampel basa daun Kelor diperoleh
konstan. Selanjutnya diangkat dan diaduk sebanyak 2 kg, dikeringkan dan diblender
sampai terbentuk massa salep. menghasilkan serbuk simplisia daun Kelor
sebanyak 200 g selanjutnya diekstraksi
Sediaan Salep antibakteri
dengan metode maserasi menggunakan
selanjutnya dievaluasi untuk penjaminan
1500 mL pelarut etanol 96% menghasilkan
mutu salep tersebut. Beberapa uji yang
ekstrak kental sebanyak 18,2 g dan
dilakukan pada salep yaitu uji
diperoleh randemen sebanyak 9,1%.
organoleptik, uji homogenitas, uji pH, dan
Evaluasi Sediaan
uji daya sebar. Sediaan salep juga diuji
Uji Organoleptik
aktivitas antibakterinya terhadap bakteri
Staphylocococcus aureus dengan
menggunakan metode difusi sumuran.
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Salep Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor
Formulasi Bentuk Warna Bau

Basis Setengah padat Putih kekuningan Bau khas salep


FI Setengah padat Hijau kehitaman Bau khas ekstrak
FII Setengah padat Hijau kehitaman Bau khas ekstrak
FIII Setengah padat Hijau kehitaman Bau khas ekstrak

Uji Homogenitas

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Salep Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor
Formulasi Homogenitas

Basis Tidak homogen

FI Tidak homogen
FII Tidak homogen

FIII Tidak homogen

Uji pH

Tabel 4. Hasil Uji pH Salep Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor


Formulasi pH
Basis 5
FI 5
FII 5
FIII 5

25
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

Uji Daya Sebar

Tabel 5. Hasil Uji Daya Sebar Salep Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor
Formulasi Daya Sebar (cm)
K (-) 5,1
FI 5,5
FII 5,1
FIII 5

Pengujian Aktivitas Antibakteri

Tabel 6 . Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Salep Ekstrak Etanol Daun Kelor

Formulasi Diameter Zona Bening (mm)


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata
Basis 0 0 0 0
FI 20 19,5 21,5 20,3
FII 18 19 19 18,6
FIII 23 21 23,5 22,5
Gentamicin 13 15,5 17,5 15,3
Sulfate
kemudian diayak untuk memperoleh
serbuk yang halus dan seragam. Proses
PEMBAHASAN penghalusan simplisia kering menjadi
Penelitian ini dilakukan dengan serbuk dilakukan karena semakin
memformulasi sediaan salep antibakteri meningkatkan luas permukaan dari
dengan menggunakan bahan aktif yang simplisia bersentuhan dengan pelarut maka
berasal dari daun Kelor. Sampel disortasi proses pelarutan senyawa aktif yang
dengan tujuan untuk memisahkan kotoran terkandung dalam simplisia lebih optimal
kemudian sampel dicuci dengan air (Voigt, 1984). Selanjutnya serbuk yang
mengalir. Pencucian ini dilakukan untuk diperoleh dilakukan proses ekstraksi
menghilangkan pengotor lain yang melekat dengan metode maserasi bertujuan untuk
pada sampel. Setelah dicuci kemudian menarik zat-zat yang berkhasiat yang tidak
dilakukan perajangan untuk tahan panas yang terkandung dalam
mempermudah pengeringan. Proses sampel (Harborne, 1996).
pengeringan dilakukan dengan cara sampel Pelarut yang digunakan pada
dikeringkan didalam oven dengan suhu proses ekstraksi yaitu etanol 96% yang
400C selama 3 hari. Proses pengeringan dapat menarik zat aktif pada daun Kelor
dilakukan dengan tujuan untuk mencegah yang bersifat polar hal ini dikarenakan
bertumbuhnya kapang dan jamur sehingga etanol mempunyai dua gugus yang
diperoleh simplisia yang awet dan dapat berbeda kepolarannya, yaitu gugus
disimpan dalam jangka waktu yang lama. hidroksil yang bersifat polar dan gugus
Simplisia kering yang diperoleh diblender alkil yang bersifat nonpolar sehingga dapat

26
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

mengekstraksi senyawa polar maupun organoleptik agar dapat mengetahui


nonpolar (Harborne 1987). Pelarut etanol bentuk, warna dan bau, uji homogenitas
96% juga dapat memberikan perlindungan dilakukan dengan tujuan untuk melihat
terhadap kontaminasi dari mikroba selama bahan-bahan dari sediaan salep tercampur
proses pembuatan ekstrak karena dan tersebar menjadi homogen. Uji pH
kandungan air nya sedikit. Filtrat yang dimaksudkan untuk mengetahui sifat dari
diperoleh kemudian dipekatkan untuk salep dalam pengunaannya pada kulit.
mengetahui persen rendemen sekaligus sehingga aman untuk digunakan, karena
mencegah kemungkinan terjadinya pH yang terlalu asam dapat mengiritasi
kerusakan komponen yang terkandung kulit sedangkan pH yang terlalu basa dapat
dalam ekstrak dan mempermudah dalam membuat kulit bersisik (Tranggono dan
hal penyimpanannya bila dibandingkan Latifa, 2007). Pengujian daya sebar untuk
dalam keadaan ekstrak yang masih setiap sediaan salep dilakukan untuk
terkandung pelarut (Yulia, 2006). melihat kemampuan sediaan menyebar
pada kulit, dimana suatu dasar salep
Ekstrak etanol yang diperoleh sebaiknnya memiliki daya sebar yang baik
dibuat formulasi sediaan salep untuk menjamin pemberian bahan obat
menggunakan basis salep lemak yang memuaskan. Perbedaan daya sebar
(hidrokarbon) yaitu vaselin album, dan sangat berpengaruh pada kecepatan difusi
basis salep absorpsi yaitu adeps lanae. zat aktif dalam melewati membran.
Pemilihan kedua basis ini karena sifat dari Semakin luas membran tempat sediaan
kedua bahan tersebut dimana vaselin menyebar maka koefisien difusi makin
album merupakan jenis bahan dasar salep besar yang mengakibatkan difusi obat pun
yang ketika diaplikasikan pada kulit dapat semakin meningkat, sehingga semakin
menjaga kelembapan kulit sehingga dapat besar daya sebar suatu sediaan maka
menjaga kulit dari kontaminasi organisme makin baik (Hasyim dkk, 2012).
asing. Selain itu, vaselin album juga sukar Uji antibakteri sediaan salep
dicuci dengan air memberikan manfaat ekstrak etanol daun kelor dilakukan
ketika salep diaplikasikan pada kulit yang dengan menggunakan media Nutrient Agar
luka atau mengalami kerusakan dapat yang bertujuan untuk menumbuhkan
menjaga kestabilan bahan aktif dan bentuk bakteri S.aureus karena media ini
sediaan setelah digunakan (Ansel, 1989). berfungsi sebagai sumber nitrogen, sumber
Sedangkan adeps lanae merupakan bahan karbon, sumber vitamin bagi
dasar salep absorpsi yang penggunaannya pertumbuhannya. Sampel uji kontrol
ditujukan agar selama proses positif, kontrol negatif, F1 (5%), F2 (10%)
penyembuhan luka terinfeksi, dasar salep dan F3 (15%) dilakukan dengan cara
ini dapat membantu dalam menyerap perbandingan 1:1 yaitu 0,1 g sampel dalam
cairan dalam luka. Dasar salep ini juga 0,1 mL larutan CMC dan dimasukkan
berfungsi sebagai emolien walaupun tidak kedalam sumuran pada setiap cawan petri.
menyediakan derajat penutupan seperti Tujuan digunakan larutan CMC yaitu
yang dihasilkan dasar salep berlemak sebagai suspensi karena basis yang
(Ansel, 1989). digunakan berlemak dan media pengujinya
Sediaan salep yang dibuat cenderung mengandung banyak air
dilakukan uji mutu sediaan yaitu uji sehingga sediaan salep yang dibuat sukar

27
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

berdifusi atau melepaskan suatu zat aktif KESIMPULAN


atau pelepasan zat aktifnya kurang
maksimal. Kontrol negatif yang digunakan Berdasarkan hasil penelitian dapat
ialah basis salep karena sebagai disimpulkan bahwa :
pembanding dengan salep yang 1. Ekstrak etanol daun Kelor dapat
ditambahkan ekstrak etanol daun kelor. diformulasikan sebagai sediaan salep
Sedangkan untuk kontrol positif digunakan antibakteri.
gentamicin sulfate 0,1%, karena 2. Sediaan salep ekstrak daun Kelor untuk
mekanisme kerja dari gentamicin sulfate uji organoleptik, uji pH dan uji daya
yaitu menghambat sintesis protein dan sebar sudah memenuhi persyaratan uji
menyebabkan kesalahan translokasi kode mutu sediaan sedangkan uji
genetik sampai interaksi kodon-antikodon homogenitas belum memenuhi
yang tidak tepat dan menyebabkan persyaratan.
terjadinya pemecahan polisom menjadi 3. Sediaan salep ekstrak etanol daun Kelor
monosom nonfungsional yang konsentrasi 5%, 10% dan 15%
mengakibatkan kematian sel memberikan efek antibakteri terhadap
(Hardjasaputra dkk, 2002). bakteri Staphylococcus aureus.

Hasil pengujian aktivitas SARAN


antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus untuk kontro Perlu dilakukan penelitian lebih
positif dan konsentrasi 10% diameter rata- lanjut tentang potensi dari ekstrak daun
ratanya yaitu 15,3 mm dan 18,6 mm Kelor dengan formulasi antibakteri dalam
dikategorikan dalam respon penghambatan bentuk sediaan lain.
kuat sedangkan aktivitas terhadap bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi DAFTAR PUSTAKA
5,% dan 15% diameter rata-ratanya yaitu
Ansel,H.C., 1989. Pengatar Bentuk
20,3 mm, dan 22,5 mm dikategorikan
sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press,
dalam respon hambatan pertumbuhan
Jakarta.
mikroba yang sangat kuat menurut Davis
and Stout, (1971). Davis, W.W., Stout, T.R., 1971. Disc Plate
Kemampuan ekstrak etanol daun Methods of Microbiological
kelor dalam penghambatan terhadap Antibiotic
bakteri Staphylococcus aureus semakin Assay.Microbiology.22(4):659-
tinggi konsentrasi ekstrak dalam suatu 665.
sediaan salep tidak berbanding lurus
dengan hasil pengukuran diameter zona Dwijoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar
hambat. Hal ini disebabkan karena terdapat Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
berbagai senyawa fitokimia dalam daun
kelor dengan mekanisme kerja yang Harbone, J.B.1996. Metode Fitokimia.
berbeda-beda (Dwidjoseputro,2005 ). Terbitan II. a.b. Kosasih
Padmawinata. ITB, Bandung.

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia


Penuntun Cara Modern

28
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

Menganalisis Tumbuhan. Edisi Pandey,AR.D.Pandey.,P.Tripathi.,P.P.Gup


kedua. Diterjemahkan oleh taJ.Haider.,S.BhattandA.VSingh.
Kosashi Padmawinata dan Iwang 2012. Moringa Oleifera Lam.
Soedira. ITB Press, Bandung. (Sahijan) -A Plant with a Plethora
of Diverse Therapeutic Benefits:
Hardjasaputra P, Budipornoto G, An Updated Retrospection.
Sembiring, Kamil I. 2002. Data Pandeyetal. Medicinal Aromatic
Obat di Indonesia Edisi 10. Plants.
Grafidian Medipress, Jakarta.
Radji, M., 2011. Buku Ajar Mikrobiologi
Hasyim, N.,K.L. Pare, I. Junaid, A. Panduan Mahasiswa Farmasi
Kurniati. 2012. Formulasi dan Uji dan Kedokteran. Buku
Efektivitas Gel Luka Bakar Kedokteran EGC,Jakarta.
Ekstrak Daun Cocor Bebek
(Kalanchoe Pinnata L.) pada Tilong AD. 2012. Ternyata, Kelor
Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Penakluk Diabetes. DIVA Press,
Majalah Farmasi dan Yogyakarta.
Farmakologi. 16 (2): 89-94.
Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi
Jawetz, E, J. Melnick., Adelberg E. 2005. Farmasi. Diterjemahkan oleh
Mikrobiologi Kedokteran. EGC, Soendani Noeroto S. UGM Press,
Jakarta. Yogyakarta.

Lusi L.R.H Dima, Fatimawali dan Widya Yulia R. 2006. Kandungan Tanin dan
Astuty Lolo. 2016. Uji Aktivitas Potensi Anti Streptococcus
Antibakteri Ekstrak Daun Kelor MutansDaun The Var. Assamica
(Moringa Oleifera L.) Terhadap Pada Berbagai Tahap
Bakteri Escherichia Coli Dan Pengolahan. Institut Pertanian
Staphylococcus aureus.Majalah Bogor, Bogor.
Farmasi dan Farmakologi.
Vol(5): 282-289.

29

Anda mungkin juga menyukai