Anda di halaman 1dari 10

Geologi Pulau Kalimantan

Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara dibatasi
oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan di
bagian selatan oleh Laut Jawa.
Geologi Pulau Kalimantan dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:

a. Bagian utara

1. Komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur Kapur dan Eosen-Miosen.


2. Cekungan Melawi-Ketungai.
3. Cekungan Kutai.
4. Zona ofiolit-melange Lupar-Lubok Antu dan Boyan.

b. Bagian selatan

1. Schwanner Mountain berumur Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit
yang menerobos batuan metamorf regional derajat rendah.
2. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan
3. Cekungan Barito
4. Cekungan Asem-asem

Tinggian Meratus merupakan sekuens ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan
Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.

Gambar tatanan tektonik pulau kalimantan (Andang Bachtiar , 2006)


GEOMORFOLOGI PULAU KALIMANTAN

1. Morfologi Kalimantan dibedakan menjadi 3 yaitu : Pegunungan, Dataran, dan Rawa.

Karakteristik Tanah
Secara umum karakteristik tanah di Pulau Kalimantan adalah berkisar dari ultisol
masam yang sangat lauk dan inceptisol muda. Di bagian selatan dataran aluvial dan tanah
gambut yang sangat luas. Sebagian besar tanah telah di berkembang pada dataran
bergelombang dan pegunungan yang tertoreh diatas batuan sedimen dan batuan beku tua.
Karakteristik Batuan
Di Kalimantan terdapat empat unit geologi utama, yaitu batuan yang dihubungkan
dengan pinggir lempeng, batuan dasar, batuan muda yang mengeras dan tidak mengeras, dan
batuan aluvial serta endapan muda yang dangkal.
1) Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis dan gneis yang tercampur dengan
granit dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir membentuk daerah kristal yang sangat luas.
2) Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup opiolit (kerak
samudera) dan melange.
3) Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras, termasuk batuan
kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan meratus, batuan vulkanik dan
endapan tersier. Kalimantan tidak memiliki gunung api yang aktif seperti yang terdapat di
Sumatera dan Jawa, tetapi memiliki daerah batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat
daya dan bagian timur Kalimantan.
4) Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan tersusun dari
batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi yang lebih tua di
Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan mencakup batu bara dan
batuan yang mengandung minyak bumi. Bagian selatan Kalimantan terutama tersusun dari
pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang sering dilapisi oleh timbunan gambut muda
yang dangkal dan kipas aluvial yang tertimbun karena luapan sungai.

Formasi batuan di Kalimantan, terdapat banyak patahan di Kalimantan Timur dan


Barat, sedikit di Kalimantan Selatan dan sangat sedikit di Kalimantan Barat. Sebaran patahan
yang paling sedikit berada di bagian selatan sampai barat dari Pulau Kalimantan. Batuan
Pulau Kalimantan miskin kandungan logam dan tanah Kalimantan umumnya kurang subur
dibandingkan dengan tanah vulkanik yang subur di Jawa.
Keberadaan air
Kondisi air dan perairan di pulau Kalimantan meliputi perairan umum (sungai, danau,
dan lain-lain) dan perairan laut. Persediaan air tanah di Kalimantan cukup tinggi dengan
turunnya hujan sepanjang tahun dan keadaan dalam yang berupa hutan.
Kalimantan merupakan pulau yang memiliki lahan gambut yang sangat luas, kondisi
hidrologi Kalimantan umumnya sangat dipengaruhi oleh lahan gambut, karena hutan rawa
gambut dalam kondisi murni air tawar memiliki karakteristik kimiawi yang khas. Airnya
sangat asam (pH 3,0-4,5) dan unsur hara yang sangat rendah, karena tidak ada nutrisi atau
komponen penyangga yang dapat mengalir masuk dari luar area gambut tersebut. Tanah
gambut dalam kondisi yang tak terganggu itu mengandung 80-90 persen air. Karena
kemampuannya untuk menyimpan air dalam jumlah besar itu, hutan rawa gambut berperan
penting dalam mengurangi banjir dan menjamin pasokan air yang berkelanjutan.
Besarnya pengaruh pasang dan curah hujan yang tinggi terutama terjadi pada daerah-
daerah pinggiran sungai. Besarnya pengaruh pasang surut ini berkisar antara 1-2 meter.

Kondisi Iklim
Kalimantan terletak di katulistiwa dan memiliki iklim tropis dengan suhu yang relatif
konstan sepanjang tahun, yaitu antara 250 -350 C di dataran rendah. Tipe vegetasi tidak
hanya ditentukan oleh jumlah curah hujan tahunan juga oleh distribusi curah hujan sepanjang
tahun. Dataran rendah di sepanjang garis katulistiwa yang mendapat curah hujan minimum
60 mm setiap bulan dapat mendukung hutan yang selalu hijau. Semua bagian Borneo terletak
di daerah yang selalu basah sepanjang tahun.

Penggunaan Lahan
Untuk penggunaan tanah lahan pertanian yang berkelanjutan, banyak tanah-tanah di
Kalimantan memerlukan tindakan-tindakan konservasi terutama untuk lapisan tanah atas dan
pengendalian erosi, penggunaan pupuk yang seimbang serta pengelolaan yang baik.
Pulau Kalimantan sebagian besar merupakan daerah pegunungan atau perbukitan
(39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai atau pasang surut (11,73 %) dataran
aluvial (12,47 %), dan lain lain (0,93 %).Karena sebagian besar pegunungan, maka di
Kalimantan terdapat potensi beberapa taman nasional sebagai konservasi flora dan fauna dan
hutan di pegunungan Muller serta sebagian di Schawner yang ditetapkan sebagai world
heritage forest dan merupakan cadangan air seluruh Kalimantan sebanyak sekitar 35 % yang
tidak akan habis di masa yang akan datang dengan syarat tidak teganggu dan tercemar serta
perlu dilindungi sebagai suatu ekosistem.
Berbeda dengan pulau pulau lain, Kalimantan tidak mempunyai gunung api aktif,
kecuali pegunungan Apokayam pada perbatasan dengan Malaysia Timur. Oleh karena itu
peremajaan tanah oleh bahan vulkanik tidak terjadi. Hal ini tampak bila tanah di Kalimantan
mulai di buka (digarap) tanahnya tidak subur (kecuali diberi pupuk dan dijaga humusnya).
Walaupun di Kalimantan terbebas dari bahaya gunung berapi, patahan atau sesar dan
gempa bumi, namun masih mungkin terjadi beberapa potensi bahaya lingkungan.
Berdasarkan kajian Banter (1993) kemungkinan sering terjadi erosi pada lereng barat laut
pegunungan Schwener dan Gunung Benturan, serta di beberapa tempat lainnya di bagian
tengan dan hulu sungai besar di Kalimantan. Erosi sabagai akibat aberasi pantai terjadi di
pantai barat, selatan dan timur. Bahaya lingkungan lainnya adalah kebakaran hutan pada
musim kemarau sebagai akibat panas alam yang membakar batu bara yang berada di bawah
hutan tropisini. Bahaya lingkungan ini harus menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan
dalam pengaturan ruang wilayah.

Karakteristik geosfer Pegunungan


Pegunungan di Kalimantan berpusat di tengah tengah pulau. Gunung yang tertinggi
di Kalimantan adalah Kongkemul (2053 m), yang lebih tinggi di Kalimantan Utara (Malaysia
Timur) seperti Gunung Kinibalu (4175 m), Limbakauh (2300 m), Murud (2260 m) dan
Gunung Mulu (3000 m). Batas antara Kalimantan Indonesia dengan Malaysia Timur dan
Pegunungan Kapuas Hulu dengan Pegunungan Muller terbentang dataran rendah Kapuas
yang semakin meluas ke arah pantai. Di antara Pegunungan Muller dan Schwaner dengan
Pegunungan Meratus terbentang dataran rendah sungai sungai yang mengalir ke selatan.
Akhirnya di sebelah Timur terdapat dataran rendah Sungai Mahakam.
Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis di Kalimantan adalah Pegunungan
Muller, Schwaner, Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan Pegunungan
Meratus.
· Batuan
Pegunungan yang membujur dari barat daya ke timur laut di bagian utara, dan berawal di
Meratus di bagian selatan, terdiri dari batuan Pretertier dan berhubungan dengan
antiklinorium Samarinda. Rangkaian pegunungan Pegunungan Kapuas Hulu dan Iran
tersusun dari batuan marin Pre Tertier dan Tertier Bawah yang terlipat secara intensif serta
menekan ke arah barat laut. Pegunungan Muller terdiri atas Basin Melawi dengan fasies air
payau Tertier Bawah.
· Tanah
Di pegunungan Maratus, terdapat tanah yang paling lapuk yaitu exisol, didominasi oleh liat
yang mempunyai sedikit mineral yang terdapat lapuk dan menghasilkan sedikit hara tanaman.
Jenis tanah ini terdapat diatas batuan ulta basa.
· Air
Keberadaan air di pegunungan sangat banyak, karena banyak tersimpan pada hutan-hutan
yang terdapat di pegunungan. Selian itu, air tersimpan pada kedalaman yang relatif dangkal
sehingga mudah untuk dimanfaatkan untuk segala kebutuhan.
· Penggunaan lahan
Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di bagaian tengah dan
hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah emas, mangan, bauksit, pasir
kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan gas alam cair terdapat di dataran
rendah, pantai, dan lepas pantai.
Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran rendah.
Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah : sawit, kelapa, karet, tebu dan perkebunan
tanaman pangan.

Karakteristik geosfer Dataran


· Batuan
Kondisi batuan di dataran yang meliputi kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan
selatan Kalimantan tersusun dari batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain
formasi yang lebih tua di Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan
mencakup batu bara dan batuan yang mengandung minyak bumi. Bagian selatan Kalimantan
terutama tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang sering dilapisi oleh
timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial yang tertimbun karena luapan sungai.
· Tanah
Tanah-tanah di Kalimantan adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar
dikembangkan untuk pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi yang sangat luas
karena terdiri dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan yang
memiliki kelerengan curam. Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas
ekologis yang agak ketat dan dengan kewaspadaan tinggi.
Tanah di atas bagian utama Kalimantan tengah dan Kalimantan timur laut adalah ultasol
(acrisol). Tanah yang mengalami pelapukan sangat berat ini membentuk jenis tanah podsolik
merah-kuning di sebagian besar daratan Kalimantan yang bergelombang. Tanah histosol,
nonmineral atau tanah yang terutama tersusun atas bahan organik disebut gambut, mencakup
daerah yang luas di dataran rendah Kalimantan. Tanah ini semula berupa dataran aluvial
berbatu di rawa.
Jenis tanah entisol berasal dari batuan yang lebih muda dan kurang berkembang. Fluvent dan
aquents (tanah aluvial) terdapat di dataran-dataran banjir pada lembah-lembah sungai dan di
dataran pantai, yang menerima endapan baru dari lembah-lembah sungai dan di dataran
pantai, yang menerima endapan baru dari tanah aluvial secara berkala. Tanah aluvial yang
lebih baru ini umumnya lebih subur dari pada lereng-lereng sekitarnya, tetapi tidak sesubur
tanah aluvial laut atau abu vulkanik. Tanah-tanah aluvial di dataran tepi sungai di Kalimantan
adalah tanah- tanah yang paling subur dan merupakan habitat yang mudah dikelola.
· Air
Ketersediaan air di Kalimantan cukup banyak. Hal itu karena Klimantan berada di garis
Khatulistiwa dengan hujan yang turun sepanjang tahun, dan kawasan hutan yang masih luas
sehingga ketersediaan air tetap terjaga. Di dataran, air mudah diambil karena kondisinya yang
relatif dangkal dan banyak terdapai sungai, danau dan rawa.
· Penggunaan lahan
Penggunaan lahan di dataran banyak digunakan untuk kawasan hutan, baik hutan lindung
ataupun hutan produksi, dan perkebunan. Selain itu, beberapa lahan kering di manfaatkan
utuk pertanian.

Karakteristik geosfer Rawa


Kawasan lahan rawa di Kalimantan umumnya dipengaruhi oleh sungai-sungai baik sungai
ukuran besar dan panjang maupun sungai ukuran kecil. Kalimantan Timur umumnya
dipengaruhi oleh sungai Mahakam yang bermuara langsung ke laut, dan jangkauan sungai ini
sangat luas, dan untuk ke wilayah lainnya dihubungkan oleh sungai-sungai yang lebih kecil
maupun anak sungai. Kalimantan Selatan kawasan lahan rawanya umumnya dipengaruhi oleh
sungai Barito yang juga bermuara ke laut, sedangkan sungai-sungai ukuran kecil lainnya
yang bermuara ke sungai Barito, sedangkan Kalimantan Tengah oleh sungai Kahayan,
Kapuas, Murung dan sungai-sungai lainnya.

· Tanah
Tanah hydraquents terdapat di rawa pasang surut Kalimantan dengan ciri tanah ini muda,
lunak, berlumpur dan belum berkembang. Tanah sulfaquents umumnya terdapat bersama-
sama dengan hydraquents. Tanah-tanah yang tersalir buruk ini sangat terbatas untuk tanah
pertanian, karena mengandung pirit, yang jika dikeringkan akan menimbulkan kondisi yang
sangat masam dengan kadar besi dan aluminium sulfat yang cukup tinggi, sehingga bersifat
beracun. Tanah asam sulfat ini terdapat di daerah Pulau Petak, Kalimantan Selatan.
· Air
Kondisi air di daerah rawa dalam kondisi murni air tawar memiliki karakteristik kimiawi
yang khas yaitu airnya sangat asam (pH 3,0-4,5). Keberadaan air di daerah rawa dipengaruhi
oleh sungai-sungai di sekitarnya. Lahan gambut ini mampu menyerap air dan menyimpannya
dalam jumlah yang banyak sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya banjir.
· Penggunaan lahan
Penggunaan lahan lahan di daerah rawa apabila musim kemaran/kering di jadikan sebagai
pertanian, yaitu untuk menanam padi jenis tertentu yang memiliki daya toleran terhadap
lahan gambut. Selain itu, di daerah rawa banyak ditanami mohon bakau untuk mencegah
terjadinya banjir.

Pulau Kalimantan banyak terdapat sungai, berikut ini peta sebaran sungai di Kalimantan
Borneo merupakan daratan dengan sungai-sungai besar: Sungai Kapuas, Sungai
Barito, Sungai Kahayan, Sungai Kayan, dan Sungai Mahakam di wilayah Kalimantan.
Sungai-sungai ini merupakan jalur masuk utama ke pedalaman pulau dan daerah pegunungan
tengah. Semakin ke hulu, sungai lebih sempit. Sungai tersebut mengalir melalui hutan-hutan
perbukitan, berarus deras, dan airnya jernih.
Kebanyakan sungai-sungai utama di Kalimantan terdapat di jajaran pegunungan
tengah. Pola aliran sungainya secara umum adalah radial sentrifugal, atau menjauhi titik pusat
yaitu berasal dari rangkaian pegunungan bagian tengah Kalimantan ke arah laut. Tetapi pada
percabangannya pola aliran sungainya adalah dendritik. Pola itu terjadi karena Kalimantan
memiliki topografi yang relatif datar, dikarenakan mempunyai pesisir yang rendah dan
memanjang serta dataran sungai, terutama disebelah selatan dan barat. Lebih dari setengah
pulau ini berada di ketinggian di bawah 150 m dpl dan air pasang dapat mencapai 100 km ke
arah pedalaman. Kalimantan tidak memiliki pegunungan berapi namun jajaran pegunungan
utamanya semula merupakan gunung berapi. Sungai-sungai itu semakin lebar dan semakin
besar volumenya menuju ke laut, karena ada tambahan air dari anak-anak sungainya, yang
membentuk sungai utama yang mengalirkan air dari daerah aliran sungai yang luas. Debit air
bervariasi menurut musim. Kecepatan arus, kedalaman air, dan komposisi substrat bervariasi
menurut panjang aliran dan lebar sungai, dan ini mempengaruhi biota yang dapat hidup di
dalamnya.
Kalimantan dilalui oleh sungai-sungai besar yang mengalir dari bagian tengah pulau
ke pesisir. Kalimantan memiliki tiga sungai terpanjang yang menjadi kebanggaan Indonesia.
Sungai Kapuas (1.143 km), Sungai Barito (900 km) dan Sungai Mahakam (775 m). Sungai
Kapuas mengalir dari kaki Gunung Cemaru ke barat, mengaliri sebagian besar Kalimantan
Barat. Sungai Barito yang besar mata airnya berasal dari pegunungan Muller dan mengalir ke
selatan dan bertemu dengan Sungai Negara yang berasal dari Pegunungan Meratus bermuara
dekat Banjarmasin. Sungai Kahayan dan Sungai Mahakam mengalir dari pegunungan di
pedalaman ke pesisir timur. Sejumlah sistem sungai yang berukuran besar mempunyai anak-
anak sungai yang sangat luas di daerah alirannya di pedalaman dam pantai-pantainya di
dataran rendah. Sungai Mahakam, Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Kapuas dan Sungai
Baram (serawak) semuanya mempunyai danau tapal kuda dan anak sungai musiman pada
dataran banjir.
Puncak pegunungan di Kalimantan rendah, dan bentuknya tumpul. Keadaan ini
menyebabkan sungai sungai di Kalimantan tidak begitu deras alirannya (gradien tingginya
kecil), sehingga sangat baik untuk pelayaran. Hal ini membantu bagi sistem lalulintas di
daratan bagi daerah pedalaman yang sulit terjangkau transportasi darat.
Aliran Sungai di Kalimantan Tengah memiliki fungsi yang penting dalam
mendukung perkembangan perekonomian. Sebagian besar daerah-daerah di Kalimantan
Tengah dihubungkan oleh sungai, sehingga dimanfaatkan untuk sarana transportasi dan
distribusi barang. Selain penumpang, barang-barang yang didistribusikan terutama adalah
barang kebutuhan pokok, komoditas hasil perkebunan pertambangan dan indusri. Hal ini
ditujukan untuk meningkatkan distribusi pendapatan masyarakat perkotaan dan pedesaan agar
lebih merata. Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang
menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah dan
eksport-import. Seperti misalnya aliran sungai yang berada di wilayah Kalimantan Tengah
yang meliputi Sungai Barito dengan panjang mencapai 900 Km, Sungai Katingan sepanjang
650 Km, Sungai Kahayan dan Kapuas masing-masing sepanjang ± 600 Km, Sungai Mentaya
400 Km dan yang terpendek Sungai Seruyan.
Secara umum sungai-sungai di Kalimantan berfungsi sebagai sarana transportasi.
Transportasi air menjadi pilihan utama di Kalimantan karena sungai-sungai di Kalimantan
besar-besar dan alirannya tenang. Selain itu, dengan transportasi sungai dapat menjangkau
tempat-tempat di pedalaman yang sulit untuk dijangkau dengan transportasi darat.
Permasalahan yang muncul saat ini adalah mulai terjadi pendangkalan sungai. Hal itu juga
membuat penyempitan badan sungai. Pendangkalan terjadi akibat sedimentasi yang dibawa
sungai yang berasal dari erosi di deretan pegunungan bagian tengah Kalimantan, dan
maraknya pembuangan sampah di sungai.
GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA
PULAU BALI
1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah
Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang Selatan dan
114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Pulau Bali merupakan daerah kepulauan nusantara
bagian tengah dan dikelilingi oleh laut. Relief dan topografi Pulau Bali di tengah-tengah
terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Provinsi Bali terletak di antara
Pulau Jawa dan Pulau Lombok.
Utara : Laut Bali Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat) Selatan :
Samudera Indonesia Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur) Secara administrasi, Provinsi
Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan,
Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga
merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau
kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di wilayah
Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di
Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 ha dengan panjang
pantai mencapai 529 km.
BATAS FISIK PULAU BALI

Provinsi Bali merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang meliputi sebagian besar
wilayah. Relief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan yang memanjang dari barat ke
timur. Di antara pegunungan itu terdapat gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung
Agung (3.142 m) dan Gunung Batur (1.717 m). Beberapa gunung yang tidak aktif lainnya
mencapai ketinggian antara 1.000 - 2.000 m.
2. Topografi
Rantai pegunungan yang membentang di bagian tengah Pulau Bali menyebabkan wilayah ini
secara geografis terbagi menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu Bali Utara dengan dataran
rendah yang sempit dari kaki perbukitan dan pegunungan dan Bali Selatan dengan dataran
rendah yang luas dan landai. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, Pulau Bali sebagian besar
terdiri atas lahan dengan kemiringan antara 0 - 2 % sampai dengan 15 - 40 %. Selebihnya
adalah lahan dengan kemiringan di atas 40 %.
Ditinjau dari ketinggian tempat, Pulau Bali terdiri dari kelompok lahan sebagai berikut: 1.
Lahan dengan ketinggian 0 - 50 m di atas permukaan laut mempunyai permukaan yang cukup
landai meliputi areal seluas 77.321,38 ha. 2. Lahan dengan ketinggian 50 - 100 m di atas
permukaan laut mempunyai permukaan berombak sampai bergelombang dengan luas
60.620,34 ha. 3. Lahan dengan ketinggian 100 - 500 m di seluas 211.923,85 ha didominasi
oleh keadaan permukaan bergelombang sampai berbukit. 4. Lahan dengan ketinggian 500 -
1.000 m di atas permukaan laut seluas 145.188,61 ha. 5. Lahan dengan ketinggian di atas
1.000 m di atas permukaan laut seluas 68.231,90 ha.
4. Morfologi
Morfologi wilayah Provinsi Bali terdiri dari daerah dataran rendah pantai, sungai, rawa,
danau, dataran vulkanik, serta dataran sendimen yang berbentuk landai dengan kemiringan 0
- 5 % dan ketinggian berkisar 0 - 25 m di atas permukaan laut. Kondisi morfologi ini
mempunyai tingkat erosi permukaan yang kecil, dan beberapa tempat merupakan daerah
abrasi serta proses pengendapan aktif, terutama di daerah Teluk Benoa, Singaraja, dan
Gilimanuk.
Karst : 90 % Marin : 6 % Vulkanik : 1 % Daratan : 2 %
Daerah perbukitan dengan relief halus hingga kasar dengan kemiringan landai hingga terjal (2
- 70 %) pada ketinggian 0 - 1.380 meter di atas permukaan laut, terutama pada tebingtebing
sungai yang memiliki kemiringan yang terjal (>70 %). Batuannya terdiri dari batuan sedimen
(pasir kompak dan konglomerat) dan batuan vulkanik tua yang terdiri dari breksi gunung api,
lava, tufa yang bersifat keras dan kompak. Tingkat erosi permukaan kecil sampai besar. Pada
daerah berrelief sedang, abrasi cukup kuat dengan beberapa tempat merupakan daerah
berkemungkinan longsor terutama pada batuan dasar konglomerat dan pada tebing-tebing
yang terjal.
Pegunungan berelief halus sampai kasar, batuannya terdiri dari endapan vulkanik dari
Gunung Buyan - Beratan dan Gunung Batur berupa lahar yang bersifat agak kompak dan
batuan vulkanik dari Gunung Agung berupa tufa dan lahar yang bersifat agak lepas. Daerah
ini mempunyai kemiringan antara 0 - 70 % dan beberapa tempat memiliki kemiringan terjal,
terutama pada tebing sungai. Daerah ini terletak pada ketinggian antara 200 - 300 meter di
atas permukaan laut. Tingkat erosi permukaan tergolong kecil sampai besar, sedangkan abrasi
masih aktif untuk pegunungan berelief halus hingga sedang
7. Keadaan Alam dan Penduduk
Keadaan alam Pulau Bali memanjang dari barat ke timur yang dikelilingi oleh lautan. Pantai-
pantai di Bali merupakan dataran rendah yang sempit, kecuali bagian selatan. Pantai-pantai
yang terkenal antara lain: Pantai Sanur, Pantai Kuta, Bedugul, Tanjung Benoa, dan lain-lain.
Pegunungan di Bali membentang dari barat ke timur, di antaranya: Gunung Merbuk, Gunung
Patas, Gunung Batur, Gunung Abang, Gunung Bratan, dan Gunung Agung. sekitar 70%
penduduk di Bali Selatan bekerja dengan bercocok tanam. Sebaliknya, di Bali Utara lahan
pertaniannya sempit, sehingga penduduk Bali Utara lebih banyak menanam tanaman
perkebunan, di antaranya: kopi, teh, tebu, dan kelapa.

KEPULAUAN NUSA TENGGARA


Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan
busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau
Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo,
Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau Timor,
Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal tersebut bercabang di daerah Sawu.
Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan
Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain merupakan
rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat Sunda.

Daratan : 10 % Vulkanik : 36 % Karst : 6 % Struktural : 45 % Laut, Sungai, Danau : 3


%
a. Palung Belakang Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan.
Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu:
1) Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal, yang
menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda. 2) Basin Flores Tengah,
berbentuk segitiga dengan puncak terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang
berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara
Flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140). 3) Laut Flores Timur terdiri dari
punggungan dan palung diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan
punggungan bawah laut Batu Tara.

b) Busur Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda.
Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat
dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur.
Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal menjadi
beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari
laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak
geantiklinal.
c) Palung Antara dengan Sumba
Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar
laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke
arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabangcabang ini
merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores
timur dan Roti.
d) Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti,
Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah
permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut
sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau
Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
e) Palung Depan
Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di
Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut
sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap
palung Timor.

Anda mungkin juga menyukai