YES
YES
Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara dibatasi
oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan di
bagian selatan oleh Laut Jawa.
Geologi Pulau Kalimantan dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:
a. Bagian utara
b. Bagian selatan
1. Schwanner Mountain berumur Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit
yang menerobos batuan metamorf regional derajat rendah.
2. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan
3. Cekungan Barito
4. Cekungan Asem-asem
Tinggian Meratus merupakan sekuens ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan
Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.
Karakteristik Tanah
Secara umum karakteristik tanah di Pulau Kalimantan adalah berkisar dari ultisol
masam yang sangat lauk dan inceptisol muda. Di bagian selatan dataran aluvial dan tanah
gambut yang sangat luas. Sebagian besar tanah telah di berkembang pada dataran
bergelombang dan pegunungan yang tertoreh diatas batuan sedimen dan batuan beku tua.
Karakteristik Batuan
Di Kalimantan terdapat empat unit geologi utama, yaitu batuan yang dihubungkan
dengan pinggir lempeng, batuan dasar, batuan muda yang mengeras dan tidak mengeras, dan
batuan aluvial serta endapan muda yang dangkal.
1) Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis dan gneis yang tercampur dengan
granit dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir membentuk daerah kristal yang sangat luas.
2) Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup opiolit (kerak
samudera) dan melange.
3) Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras, termasuk batuan
kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan meratus, batuan vulkanik dan
endapan tersier. Kalimantan tidak memiliki gunung api yang aktif seperti yang terdapat di
Sumatera dan Jawa, tetapi memiliki daerah batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat
daya dan bagian timur Kalimantan.
4) Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan tersusun dari
batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi yang lebih tua di
Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan mencakup batu bara dan
batuan yang mengandung minyak bumi. Bagian selatan Kalimantan terutama tersusun dari
pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang sering dilapisi oleh timbunan gambut muda
yang dangkal dan kipas aluvial yang tertimbun karena luapan sungai.
Kondisi Iklim
Kalimantan terletak di katulistiwa dan memiliki iklim tropis dengan suhu yang relatif
konstan sepanjang tahun, yaitu antara 250 -350 C di dataran rendah. Tipe vegetasi tidak
hanya ditentukan oleh jumlah curah hujan tahunan juga oleh distribusi curah hujan sepanjang
tahun. Dataran rendah di sepanjang garis katulistiwa yang mendapat curah hujan minimum
60 mm setiap bulan dapat mendukung hutan yang selalu hijau. Semua bagian Borneo terletak
di daerah yang selalu basah sepanjang tahun.
Penggunaan Lahan
Untuk penggunaan tanah lahan pertanian yang berkelanjutan, banyak tanah-tanah di
Kalimantan memerlukan tindakan-tindakan konservasi terutama untuk lapisan tanah atas dan
pengendalian erosi, penggunaan pupuk yang seimbang serta pengelolaan yang baik.
Pulau Kalimantan sebagian besar merupakan daerah pegunungan atau perbukitan
(39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai atau pasang surut (11,73 %) dataran
aluvial (12,47 %), dan lain lain (0,93 %).Karena sebagian besar pegunungan, maka di
Kalimantan terdapat potensi beberapa taman nasional sebagai konservasi flora dan fauna dan
hutan di pegunungan Muller serta sebagian di Schawner yang ditetapkan sebagai world
heritage forest dan merupakan cadangan air seluruh Kalimantan sebanyak sekitar 35 % yang
tidak akan habis di masa yang akan datang dengan syarat tidak teganggu dan tercemar serta
perlu dilindungi sebagai suatu ekosistem.
Berbeda dengan pulau pulau lain, Kalimantan tidak mempunyai gunung api aktif,
kecuali pegunungan Apokayam pada perbatasan dengan Malaysia Timur. Oleh karena itu
peremajaan tanah oleh bahan vulkanik tidak terjadi. Hal ini tampak bila tanah di Kalimantan
mulai di buka (digarap) tanahnya tidak subur (kecuali diberi pupuk dan dijaga humusnya).
Walaupun di Kalimantan terbebas dari bahaya gunung berapi, patahan atau sesar dan
gempa bumi, namun masih mungkin terjadi beberapa potensi bahaya lingkungan.
Berdasarkan kajian Banter (1993) kemungkinan sering terjadi erosi pada lereng barat laut
pegunungan Schwener dan Gunung Benturan, serta di beberapa tempat lainnya di bagian
tengan dan hulu sungai besar di Kalimantan. Erosi sabagai akibat aberasi pantai terjadi di
pantai barat, selatan dan timur. Bahaya lingkungan lainnya adalah kebakaran hutan pada
musim kemarau sebagai akibat panas alam yang membakar batu bara yang berada di bawah
hutan tropisini. Bahaya lingkungan ini harus menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan
dalam pengaturan ruang wilayah.
· Tanah
Tanah hydraquents terdapat di rawa pasang surut Kalimantan dengan ciri tanah ini muda,
lunak, berlumpur dan belum berkembang. Tanah sulfaquents umumnya terdapat bersama-
sama dengan hydraquents. Tanah-tanah yang tersalir buruk ini sangat terbatas untuk tanah
pertanian, karena mengandung pirit, yang jika dikeringkan akan menimbulkan kondisi yang
sangat masam dengan kadar besi dan aluminium sulfat yang cukup tinggi, sehingga bersifat
beracun. Tanah asam sulfat ini terdapat di daerah Pulau Petak, Kalimantan Selatan.
· Air
Kondisi air di daerah rawa dalam kondisi murni air tawar memiliki karakteristik kimiawi
yang khas yaitu airnya sangat asam (pH 3,0-4,5). Keberadaan air di daerah rawa dipengaruhi
oleh sungai-sungai di sekitarnya. Lahan gambut ini mampu menyerap air dan menyimpannya
dalam jumlah yang banyak sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya banjir.
· Penggunaan lahan
Penggunaan lahan lahan di daerah rawa apabila musim kemaran/kering di jadikan sebagai
pertanian, yaitu untuk menanam padi jenis tertentu yang memiliki daya toleran terhadap
lahan gambut. Selain itu, di daerah rawa banyak ditanami mohon bakau untuk mencegah
terjadinya banjir.
Pulau Kalimantan banyak terdapat sungai, berikut ini peta sebaran sungai di Kalimantan
Borneo merupakan daratan dengan sungai-sungai besar: Sungai Kapuas, Sungai
Barito, Sungai Kahayan, Sungai Kayan, dan Sungai Mahakam di wilayah Kalimantan.
Sungai-sungai ini merupakan jalur masuk utama ke pedalaman pulau dan daerah pegunungan
tengah. Semakin ke hulu, sungai lebih sempit. Sungai tersebut mengalir melalui hutan-hutan
perbukitan, berarus deras, dan airnya jernih.
Kebanyakan sungai-sungai utama di Kalimantan terdapat di jajaran pegunungan
tengah. Pola aliran sungainya secara umum adalah radial sentrifugal, atau menjauhi titik pusat
yaitu berasal dari rangkaian pegunungan bagian tengah Kalimantan ke arah laut. Tetapi pada
percabangannya pola aliran sungainya adalah dendritik. Pola itu terjadi karena Kalimantan
memiliki topografi yang relatif datar, dikarenakan mempunyai pesisir yang rendah dan
memanjang serta dataran sungai, terutama disebelah selatan dan barat. Lebih dari setengah
pulau ini berada di ketinggian di bawah 150 m dpl dan air pasang dapat mencapai 100 km ke
arah pedalaman. Kalimantan tidak memiliki pegunungan berapi namun jajaran pegunungan
utamanya semula merupakan gunung berapi. Sungai-sungai itu semakin lebar dan semakin
besar volumenya menuju ke laut, karena ada tambahan air dari anak-anak sungainya, yang
membentuk sungai utama yang mengalirkan air dari daerah aliran sungai yang luas. Debit air
bervariasi menurut musim. Kecepatan arus, kedalaman air, dan komposisi substrat bervariasi
menurut panjang aliran dan lebar sungai, dan ini mempengaruhi biota yang dapat hidup di
dalamnya.
Kalimantan dilalui oleh sungai-sungai besar yang mengalir dari bagian tengah pulau
ke pesisir. Kalimantan memiliki tiga sungai terpanjang yang menjadi kebanggaan Indonesia.
Sungai Kapuas (1.143 km), Sungai Barito (900 km) dan Sungai Mahakam (775 m). Sungai
Kapuas mengalir dari kaki Gunung Cemaru ke barat, mengaliri sebagian besar Kalimantan
Barat. Sungai Barito yang besar mata airnya berasal dari pegunungan Muller dan mengalir ke
selatan dan bertemu dengan Sungai Negara yang berasal dari Pegunungan Meratus bermuara
dekat Banjarmasin. Sungai Kahayan dan Sungai Mahakam mengalir dari pegunungan di
pedalaman ke pesisir timur. Sejumlah sistem sungai yang berukuran besar mempunyai anak-
anak sungai yang sangat luas di daerah alirannya di pedalaman dam pantai-pantainya di
dataran rendah. Sungai Mahakam, Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Kapuas dan Sungai
Baram (serawak) semuanya mempunyai danau tapal kuda dan anak sungai musiman pada
dataran banjir.
Puncak pegunungan di Kalimantan rendah, dan bentuknya tumpul. Keadaan ini
menyebabkan sungai sungai di Kalimantan tidak begitu deras alirannya (gradien tingginya
kecil), sehingga sangat baik untuk pelayaran. Hal ini membantu bagi sistem lalulintas di
daratan bagi daerah pedalaman yang sulit terjangkau transportasi darat.
Aliran Sungai di Kalimantan Tengah memiliki fungsi yang penting dalam
mendukung perkembangan perekonomian. Sebagian besar daerah-daerah di Kalimantan
Tengah dihubungkan oleh sungai, sehingga dimanfaatkan untuk sarana transportasi dan
distribusi barang. Selain penumpang, barang-barang yang didistribusikan terutama adalah
barang kebutuhan pokok, komoditas hasil perkebunan pertambangan dan indusri. Hal ini
ditujukan untuk meningkatkan distribusi pendapatan masyarakat perkotaan dan pedesaan agar
lebih merata. Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang
menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah dan
eksport-import. Seperti misalnya aliran sungai yang berada di wilayah Kalimantan Tengah
yang meliputi Sungai Barito dengan panjang mencapai 900 Km, Sungai Katingan sepanjang
650 Km, Sungai Kahayan dan Kapuas masing-masing sepanjang ± 600 Km, Sungai Mentaya
400 Km dan yang terpendek Sungai Seruyan.
Secara umum sungai-sungai di Kalimantan berfungsi sebagai sarana transportasi.
Transportasi air menjadi pilihan utama di Kalimantan karena sungai-sungai di Kalimantan
besar-besar dan alirannya tenang. Selain itu, dengan transportasi sungai dapat menjangkau
tempat-tempat di pedalaman yang sulit untuk dijangkau dengan transportasi darat.
Permasalahan yang muncul saat ini adalah mulai terjadi pendangkalan sungai. Hal itu juga
membuat penyempitan badan sungai. Pendangkalan terjadi akibat sedimentasi yang dibawa
sungai yang berasal dari erosi di deretan pegunungan bagian tengah Kalimantan, dan
maraknya pembuangan sampah di sungai.
GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA
PULAU BALI
1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah
Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang Selatan dan
114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Pulau Bali merupakan daerah kepulauan nusantara
bagian tengah dan dikelilingi oleh laut. Relief dan topografi Pulau Bali di tengah-tengah
terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Provinsi Bali terletak di antara
Pulau Jawa dan Pulau Lombok.
Utara : Laut Bali Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat) Selatan :
Samudera Indonesia Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur) Secara administrasi, Provinsi
Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan,
Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga
merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau
kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di wilayah
Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di
Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 ha dengan panjang
pantai mencapai 529 km.
BATAS FISIK PULAU BALI
Provinsi Bali merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang meliputi sebagian besar
wilayah. Relief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan yang memanjang dari barat ke
timur. Di antara pegunungan itu terdapat gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung
Agung (3.142 m) dan Gunung Batur (1.717 m). Beberapa gunung yang tidak aktif lainnya
mencapai ketinggian antara 1.000 - 2.000 m.
2. Topografi
Rantai pegunungan yang membentang di bagian tengah Pulau Bali menyebabkan wilayah ini
secara geografis terbagi menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu Bali Utara dengan dataran
rendah yang sempit dari kaki perbukitan dan pegunungan dan Bali Selatan dengan dataran
rendah yang luas dan landai. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, Pulau Bali sebagian besar
terdiri atas lahan dengan kemiringan antara 0 - 2 % sampai dengan 15 - 40 %. Selebihnya
adalah lahan dengan kemiringan di atas 40 %.
Ditinjau dari ketinggian tempat, Pulau Bali terdiri dari kelompok lahan sebagai berikut: 1.
Lahan dengan ketinggian 0 - 50 m di atas permukaan laut mempunyai permukaan yang cukup
landai meliputi areal seluas 77.321,38 ha. 2. Lahan dengan ketinggian 50 - 100 m di atas
permukaan laut mempunyai permukaan berombak sampai bergelombang dengan luas
60.620,34 ha. 3. Lahan dengan ketinggian 100 - 500 m di seluas 211.923,85 ha didominasi
oleh keadaan permukaan bergelombang sampai berbukit. 4. Lahan dengan ketinggian 500 -
1.000 m di atas permukaan laut seluas 145.188,61 ha. 5. Lahan dengan ketinggian di atas
1.000 m di atas permukaan laut seluas 68.231,90 ha.
4. Morfologi
Morfologi wilayah Provinsi Bali terdiri dari daerah dataran rendah pantai, sungai, rawa,
danau, dataran vulkanik, serta dataran sendimen yang berbentuk landai dengan kemiringan 0
- 5 % dan ketinggian berkisar 0 - 25 m di atas permukaan laut. Kondisi morfologi ini
mempunyai tingkat erosi permukaan yang kecil, dan beberapa tempat merupakan daerah
abrasi serta proses pengendapan aktif, terutama di daerah Teluk Benoa, Singaraja, dan
Gilimanuk.
Karst : 90 % Marin : 6 % Vulkanik : 1 % Daratan : 2 %
Daerah perbukitan dengan relief halus hingga kasar dengan kemiringan landai hingga terjal (2
- 70 %) pada ketinggian 0 - 1.380 meter di atas permukaan laut, terutama pada tebingtebing
sungai yang memiliki kemiringan yang terjal (>70 %). Batuannya terdiri dari batuan sedimen
(pasir kompak dan konglomerat) dan batuan vulkanik tua yang terdiri dari breksi gunung api,
lava, tufa yang bersifat keras dan kompak. Tingkat erosi permukaan kecil sampai besar. Pada
daerah berrelief sedang, abrasi cukup kuat dengan beberapa tempat merupakan daerah
berkemungkinan longsor terutama pada batuan dasar konglomerat dan pada tebing-tebing
yang terjal.
Pegunungan berelief halus sampai kasar, batuannya terdiri dari endapan vulkanik dari
Gunung Buyan - Beratan dan Gunung Batur berupa lahar yang bersifat agak kompak dan
batuan vulkanik dari Gunung Agung berupa tufa dan lahar yang bersifat agak lepas. Daerah
ini mempunyai kemiringan antara 0 - 70 % dan beberapa tempat memiliki kemiringan terjal,
terutama pada tebing sungai. Daerah ini terletak pada ketinggian antara 200 - 300 meter di
atas permukaan laut. Tingkat erosi permukaan tergolong kecil sampai besar, sedangkan abrasi
masih aktif untuk pegunungan berelief halus hingga sedang
7. Keadaan Alam dan Penduduk
Keadaan alam Pulau Bali memanjang dari barat ke timur yang dikelilingi oleh lautan. Pantai-
pantai di Bali merupakan dataran rendah yang sempit, kecuali bagian selatan. Pantai-pantai
yang terkenal antara lain: Pantai Sanur, Pantai Kuta, Bedugul, Tanjung Benoa, dan lain-lain.
Pegunungan di Bali membentang dari barat ke timur, di antaranya: Gunung Merbuk, Gunung
Patas, Gunung Batur, Gunung Abang, Gunung Bratan, dan Gunung Agung. sekitar 70%
penduduk di Bali Selatan bekerja dengan bercocok tanam. Sebaliknya, di Bali Utara lahan
pertaniannya sempit, sehingga penduduk Bali Utara lebih banyak menanam tanaman
perkebunan, di antaranya: kopi, teh, tebu, dan kelapa.
b) Busur Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda.
Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat
dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur.
Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal menjadi
beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari
laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak
geantiklinal.
c) Palung Antara dengan Sumba
Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar
laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke
arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabangcabang ini
merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores
timur dan Roti.
d) Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti,
Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah
permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut
sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau
Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
e) Palung Depan
Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di
Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut
sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap
palung Timor.