Anda di halaman 1dari 3

STEP 3

1. Apa yang terjadi pada pasien


a. Pasien pertama : Seorang wanita G1P0A0 berusia 25 tahun, hamil aterm, sedang
berteriak kesakitan mengeluh kencengkenceng teratur, dan sering. Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan: tanda vital : Tekanan Darah 110/70 mmHg, Denyut Nadi: 94 x/menit,
frekuensi nafas: 20 x/menit. Hasil pemeriksaan dalam didapatkan VT: pembukaan 3
cm, kulit ketuban utuh. Kontraksi 3 kali dalam 10 menit, reguler.
Pasien mengalami inpartu kala I fase laten. Proses membukanya serviks sebagai akibat
his dibagi dalam 2 fase, yaitu : (a) fase laten yaitu dari awal kontraksi hingga
pembukaan 3 cm, durasi 20-30 detik, tidak terlalu mules, berlangsung 7-8 jam, (b) fase
aktif yaitu pembukaan dari 4 cm hingga lengkap, penurunan bagian terbawah janin,
durasi 40 detik atau lebih dengan frekuensi 3x10 menit atau lebih dan sangat mules,
berlangsung 6 jam dengan 3 sub fase yaitu : (1) periode akselerasi berlangsung 2 jam
dan pembukaan menjadi 4 cm, (2) dilatasi maksimal berlangsung 2 jam dan pembukaan
menjadi 9 cm, (c) periode deselerasi berlangsung 2 jam dan pembukaan menjadi 10 cm
( Prawirohardjo,2005).
b. Pasien kedua : Seorang laki-laki berusia 22 tahun, beberapa menit yang lalu mengalami
kecelakaan lalu lintas. Pasien tampak bingung, pucat. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan: GCS E3V4M6, tanda vital didapatkan: tekanan darah 85/60mmHg, denyut
nadi 120x/menit dan frekuensi nafas 30x/menit. Pada regio femur didapatkan: luka
terbuka sekitar 20 cm, perdarahan aktif, bengkak dan deformitas.
Pasien mengalami fraktur terbuka pada regio femur disertai dengan syok hipovolemik.
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih
banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, dan dapat mengakibatkan penderita jatuh dalam syok
(Solomon et al., 2010).
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma
di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma
yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional,
dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus
syok hipovolemik yang paing sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga
syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat
disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organorgan tubuh atau fraktur yang yang
disertai dengan luka ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama.
c. Pasien ketiga : Seorang laki-laki berusia 38 tahun, datang dengan keluhan sesak dan
nyeri dada setelah kecelakaan lalu lintas. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: dengan
Tekanan Darah: 110/70 mmHg, denyut nadi 100x/menit, frekuensi nafas: 28 x/menit.
Regio Thoraks : jejas (-), krepitasi (-), sonor, wheezing (-), ronki (-). Pasien mengalami
trauma thorax. Secara umum trauma toraks dapat didefinisikan sebagai suatu trauma
yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul
maupun oleh sebab trauma tajam ( Mattox, et al., 2013).
d. Pasien keempat : Seorang wanita berusia 42 tahun dibawa dibawa oleh keluarganya
karena menjadi korban ledakan tabung gas di rumahnya. Kondisi umum pasien lemah,
tidak sadar, tampak lemah dan sesak nafas. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: tekanan
darah : 85/palpasi mmHg, denyut nadi : 120x/menit, frekuensi nafas 32 x/menit, suhu
38oC, akral dingin, capillary refill >4 detik. Didapatkan luka bakar derajat II-III 50%
meliputi wajah, dada, perut, dan sebagian lengan.
Pasien mengalami syok hipovolemik disertai luka bakar derajat II-III. Luka bakar
derajat II partial thickness) melibatkan semua lapisan epidermis dan sebagian dermis.
Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edem dan nyeri berat. Bila
ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan
akan meninggalkan jaringan parut. Sedangkan luka bakar derajat III (full thickness)
melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang, tendon, saraf dan jaringan
otot. Kulit akan tampak kering dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan
tampilan luka yang beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak seperti
arang. Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf pada
dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya membutuhkan
donor kulit (Barbara et al., 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. 2010. System of Orthopaedics and Fractures.
edisi ke . UK; Hodder Arnold.
Mattox KL. 1995. Double jeopardy: Thoracoabdominal injuries requiring surgical
intervention in both chest and abdomen. J Trauma.
Barbara AB, Glen G, Marjorie S. 2013. Willard and Spackman's Occupational Therapy
(12th Ed). Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai