Tujuan audit harus mengacu pada alasan mengapa audit harus dilakukan pada objek
audit yang didasarkan pada penugasan audit. Auditor harus menggunakan keahlian
profesionalnya untuk merumuskan tujuan audit yang lebih rinci. Beberapa alasan
yang mendasari diperlukannya audit manajemen, termasuk diantaranya:
1. Terjadinya pemborosan dan ketidakefisienan pengguna sumber daya
perusahaan.
2. Tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai.
3. Adanya alternatif lain yang lebih baik dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Terjadinya penyimpangan dalam penggunaan sumber daya.
5. Adanya penyimpangan terhadap peraturan dan kebijakan perusahaan.
6. Sistem informasi dan pelaporan yang kurang baik.
Dalam merumuskan tujuan ini, auditor dapat melakukannya dengan cara sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan yang ada, yang mungkin mempunyai arti penting
pada pemberi tugas.
2. Mempertimbangkan tujuan audit yang telah ditetapkan pada masa
sebelumnya.
3. Membahas dengan pemberi tugas dan pengelola objek audit.
Dalam penentuan tujuan audit, auditor harus memperkirakan dan mengukur dengan
cermat apakah:
1. Sasaran dapat atau memungkinkan untuk diaudit.
2. Sumber daya cukup tersedia untuk melaksanakan audit.
3. Waktu pelaksanaan yang tersedia cukup untuk audit.
Dalam menentukan tujuan audit, auditor harus lebih menekankan pada aktivitas
yang memerlukan perbaikan. Penentuan tujuan audit harus memerhatikan berbagai
resiko kegagalan yang mungkin terjadi, baik resiko tidak tercapainya tujuan objek
audit itu sendiri. Beberapa hal berikut ini mengandung resiko kegagalan tinggi
terhadap keberhasilan pencapaian tujuan objek audit yang harus diperhatikan
auditor:
1. Tujuan objek audit yang beraneka ragam dan tidak konsisten.
2. Tujuan objek audit yang kurang jelas.
3. Kegiatan objek audit yang rumit dan kompleks.
4. Pengendalian yang lemah.
5. Perubahan-perubahan yang tidak terencana dan perputaran karyawan yang
tinggi.
6. Perubahan lingkungan objek audit.
RENCANA PERUSAHAAN
Dalam rangka mencapai sasaran perusahaan, rencana diimplementasikan dalam
bentuk berbagai program/aktivitas lengakap denagn anggaran yang ditetapkan
untuk setiap program/aktivitas tersebut.
Rencana biasanya disusun berdasarkan pencapaian terbaik perusahaan pada waktu
sebelumnya untuk menentukan pencapaian terbaik berikutnya. Oleh sebab itu,
penyususnan rencana harus diawali dengan adanya identifikasi terhadap
ketersediaan sumber daya, berbagai hambatan internala, peluang-peluang yang
mungkin (ingin) dicapai, dan berbagai hambatan eksternal yang mungkin dihadapi.
AUDIT LANJUTAN
Audit ini bertujuan unutk memeperoleh bukti yang cukup unutk mendukung tujuan
audit yang sesungguhnya, yang telah ditetapkan berdasarkan hasil review dan
pengujian penegndalian manajemen. Langkah-langkah audit pada tahap ini
meliputi:
1. Mengumpulkan tambahan informasi latar belakang objek audit yang
diperlukan
2. Memperoleh bukti-bukti yang relevan, material, dan kompeten.
3. Membuat ringkasan atas bukti yang telah diperoleh dan
mengelompokkannya ke dalam kelompok kriteria, penyebab, dan akibat.
4. Menyususn kesimpulan atas dasar ringkasan bukti yang telah diperoleh dan
mengidentifikasi bahwa akibat yang ditimbulakn dari ketidaksesuaian
antara kondisi dan kriteria cukup penting dan material.
MEMPEROLEH BUKTI
Dari sudut pandang auditor bukti adalah fakta dan informasi yang dapat digunakan
sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit. Bukti harus mempunyai hubungan
dengan kriteria audit, objektif, relevan, dan bermakna. Tujuan dari perolehan bukti
ini adalah unutk menentukan bahwa:
1. Kriteria atas kegiatan yang diaudit sudah sesuai dan dapat diterima.
2. Terdapat pelaksanaan yang menyimpang, (baik tidak diterapkannya
prosedur yang sudah untuk setiap program/aktivitas atau tidak dilakukannya
penegndalian/supervisiyang semestinya atas kegiatan yang diaudit)
merupakan penyebab dari timbulnya akibat yang kurang menguntungkan
bagi kegiatan yang diaudit.
3. Terdapat akibat yang cukup penting dan material dari terjadinya perbedaan
antara kondisi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Agar dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit, semua bukti
yang diperoleh dalam audit harus memenuhi kriteria :
1. Relevan: berhubunagn denagn aktivitas yang sedang diaudit.
2. Material : cukup berarti dalam memengaruhi kesimpulan yang dibuat.
3. Kompeten : diperoleh dari sumberindependen dan dapat dipercaya.
4. Cukup : memadai sebagai dasar pembuatan kesimpulan.
PELAPORAN
Bagian akhir dari proses audit manajemen adalah pelaporan hasil audit. Ada dua
cara penyajian laporan audit manajemen, yaitu :
a. Cara penyajian ayng mengikuti arus informasi yang diperoleh selama
tahapan-tahapan audit
b. Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang menitikberatkan
penyajian kepada kepentingan para pengguna laporan hasila udit ini.
TINDAK LANJUT
Implementasi tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan auditor merupakan
bentuk komitmen manajemen dalam meningkatakan proses dan kinerja perusahaan
atas beberapa kelemahan/kekurangan yang masih terjadi.
Agar menari dan dapat meningkatkan komitmen manajemen atas perbaikan proses
dan kinerjanya rekomendasi seharusnya merupakan hasil diskusi dan rumusan
bersama antara manajemen dan auditor. Rekomendasi harus menyajikan analisis
dan manfaat yang diperoleh perusahaan jika rekomendasi tersebut dilaksanakan
serta kerugian yang mungkin terjadi jika rekomendasi tidak dilaksanakan karena
tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan perusahaan.
BAB II
PELAPORAN
Kertas Kerja Audit
Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-data
yang dikumpulakan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit.
Manfaat Kertas Kerja Audit
Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksanakan tugas audit. Manfaat
utama dari KKA antara lain:
1. Merupakan dasar penyusunan laporan hasi audit,
2. Merupakan alat bagi atasan untuk me-review dan mengawasi pekerjaan para
pelaksana audit,
3. Merupakan alat pembuktian dari laporan hasil audit,
4. Menyajikan data untuk keperluan referensi,
5. Merupakan salah satu pedoman untuk tugas audit berikutnya.
Penyusunan KKA oleh auditor harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:
1. Lengkap;
2. Bebas dari kesalahan;
3. Didasarkan atas fakta dan argumentasi yang rasional;
4. Sistematis, berish, mudah dipahami, dan diatur dengan rapi
5. Memuat hal-hal penting yang relevan dengan audit
6. Mempunyai tujuan yang jelas;
7. Sedapat mungkin hindari pekerjaan menyalin ulang
8. Dalam setiap kertas kerja harus mencantumkan kesimpulan hasil audit dan
komentar atau catatan reviewer.
PELAPORAN
Penyajian Laporan Mengikuti Arus Informasi
Seorang auditor memperoleh informasi melallui tahapan-tahapan audit sebagai
berikut:
1. Pengumpulan informasi latar belakang pada tahap audit pendahuluan.
2. Menetapakan tujuan audit yang sesungguhnya (definitve audit objective)
berdasarkan hasil review dan pengujian terhadap sistem pengendalian
manajemen.
3. Pengumpulan bukti-bukti audit dan pengembangan temuan yang berkaitan
dengan tujuan audit, pada tahap audit lanjutan,
4. Menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti (temuan) audit yang berhasil
dikumpullkan.
5. Merumuskan rekomendasi.
6. Meenyataakan ruang lingkup audit yang telah dilakukan.
BAB III
Langkah-Langkah Audit
Audit atas fungsi pengadaan adalah unutk menilai apakah proses pengadaan telah
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Secara umum, proses audit
penagdaan barnag/jasa meliputi beberapa langkah yang meliputi hal-hal berikut:
1. Perencanaan audit
Audit atas fungsi penagdaan barang/jasa harus direncanakan untuk
memastikan audit berjalan dengan kualitas tinggi meilai ekonomisasi,
efisiensi, dan efektivitas pengadaan barang/jasa. Perencanaan audit
mencangkup :
a. Penialian risiko dan penentuan ruang lingkup audit.
b. Penentuan jadwal audit
c. Penetuan kebutuhan sumber daya dalam melaksanakan audit.
Dalam membuat rencana detail audit, ketua tim audit harus
mempertimbangkan beberapa hal termasuk:
a. Resiko, tingkat matrealistas dan prioritas pada setiap aktivitas audit
b. Area audit yang signifikan
2. Pengumpulan dan evaluasi temuan audit
3. Pelaporan
4. Tindak lanjut hasi audit.
Proses Pengadaan Barang/Jasa
Secar umum proses penagdaan diawali denagn perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan evalausia tas penagdaan. Setiapa aktivitas pada masing-masing
tahap tersebut dipandu oleh sistem, prosedur dan kebijakan sebagai pedoman tata
kelola pengadaan yang baik.
Perencanaan Pengadaan
Perencanaan pengadaan mencangkup penetuan kebutuhan atas barabg/jasa (input)
dalam operasioanla perusahaan, baik tingkat kualitas, kuantitas, dan penentuan
waktu kapan barang/jasa tersebut harus tersedia. Perencanaan pengadaan juga
berkaitan denagn berapa besar dana yang harus tersedia atas pengadaan tersebut
sesuai denagn jadwal penggunaan barang/jasa yang dibutuhkan.
Rencana penagdaan yang baik harus mencerminkan hubungan yang optimal
antarakeingina unutuk memenuhi kebutuhan denagn ketersediaaan sumber daya
yang dimiliki berkaitan denagn pengadaan tersebut dan pengadaan praktik
pengadaan terbaik dalam rencana tersebut untuk mendapatkan barang/jasa sesuai
denagn spesifikasi yang telah ditetapkan denagn pengorbanan yang paling rendah
(ekonomis).
Pelaksanaan Pengadaan
Aktivitas yang terlibat dalam pelaksanaan pengadaan sesuai denagn tingkat
komleksitas proses pengadaan, jenis barang/jasa yang akan dibeli, dan besarnya
anggaran yang terlibat dalam pengadaaan tersebut.
Pemilihan pemasok yang tepat tidak saja didasarkan denag perolehan harga yang
paling murah, tetapi juga penilaian atas kemapuan pemasok memenuhi spesifikasi
barang/jasa yang dibutuhkan tepat waktu dan suku cadangnya secara berkelanjutan.
BAB IV
AUDIT SUMBER DAYA MANUSIA
Fungsi SDM dalam mempersiapkan dan mengelola SDM memegang peranan yang
sangat penting dalam pencapaian keunggulan bersaing perusahaan. Dalam hal ini,
fungsi SDM memegang peranan dan tanggung jawab penting dalam memasok
SDM yang memenuhi kualifikasi (kompetensi, loyalitas, dan etos kerja yang tinggi)
sesuai dengan kebutuhan keunggulan bersaing perusahaan.
Penilaian untuk memastikan apakah fungsi ini telah mampu meberikan kontribusi
terbaiknya pada perusahaan, yang meliputi:
1. Terpenuhinya SDM yang memenuhi kualifikasi perusahaan.
2. Proses SDM telah berjalan dengan baik, wajar dan objektiv.
3. Pemberdayaan SDM menjadi bagian utama dalam pengelolaan SDM.
4. Menjadikan kepuasan kerja karyawan sebagai bagian dari keberhasilan
perusahaan.
5. Sederet permasalahan lain yang berhubungan dengan SDM.
Untuk memastikan bahwa fungsi SDM telah berjalan dan mampu memberikan
kontribusinya dengan baik dalam pencapaian keberhasilan perusahaan, harus
dilakukan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan dan pengendalian program-
program SDM yang dikembangkan pada fungsi ini dalam mencapai tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Evaluasi secara menyelluruh terhadap tujuan,
rencan dan program/aktivitas SDM dilakukan dengan melaksanakan audit atas
fungsi SDM.
Pengertian Audit SDM
Audit SDM merupakan penilaian dan analisis yang komprehensif terhadap
program-program SDM. Audit SDM menekankan penialian (evaluasi) terhadap
berbagai aktivitas SDM yang terjadi pada perusahaan dalam rangka memastikan
apakah aktivitas tersebut telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif dalam
mencapai tujuannya serta memberikan rekomendasi perbaikan atas berbagai
kekurangan yang masih terjadi pada aktivitas SDM yang diaudit untuk
meningkatkan kinerja dari program/aktivitas tersebut.
Audit SDM membantu perusahaan meningkatkan kinerja atasd pengelolaan SDM
dengan cara:
1. Menyediakan umpan balik nilai kontribusi fungsi SDM terhadap strategi
bisnis dan tujuan perusahaan,
2. Menilai kualitas praktik, kebijakan, dan pengelolaan SDM,
3. Melaporkan keberadaan saat ini dan langkah-langkah perbaikan yang
dibutuhkan,
4. Menilai biaya dan manfaat praktik-praktik SDM,
5. Menilai hubungan SDM dengan manajemen lini dan cara-cara
meningkatkannya,
6. Merancang panduan untuk menentukan standar kinerja SDM,
7. Mengidentifikasi area yang perlu diubah dan ditingkatkan dengan
rekomendasi khusus.
Kerangka Kerja Audit SDM
Kerangka kerja audit SDM menghubungkan pengelolaan SDM dengan tujuan
bisnis perusahaan secara keseluruhan. Daam hubungan ini, audit menilai dukungan
SDM terhadap pencapaian tujuan perusahaan, komitmen perusahaan dalam
memberdayakan, dan melibatkan SDM serta mengidentifikasi permasalahan yang
terjadi dalam hubungan tersebut dan merekomendasiakn langkah-langkah
perbaikan yang diperlukan.
Tujuan Audit SDM
Ada beberapa ha yang ingin dicapai melalui audit SDM yang merupakan tujuan
dari dilakukannya audit tersebut, antar lain:
1. Menilai efektivitas dari fungsi SDM,
2. Menilali apakah program/aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis,
efektif dan efisien;
3. Memastikan ketaatan berbagai program/aktivitas SDM terhadap ketentuan
hukum, peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan;
4. Mengidentifikasi berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap
aktivitas SDM dalam menunjang kontribusinya terhadap perusahaan;
5. Merumuskan beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan
ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas berbagi program/aktivitas SDM.
Manfaat Audit SDM
William B Werther, Jr. Dan Keith Davis menyebutkan beberapa manfaat dari audit
SDM antara lain :
1. Mengidentifikasi konstribusi dari departemen SDM terhadap organisasi;
2. Meningkatkan citra profesional departemen SDM;
3. Mendorng tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih tinggi karyawan
departemen SDM;
4. Memperjelas tugas-tugas dan tanggung jawab departemen SDM;
5. Mendorong terjadinya keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM;
6. Menemukan masalah-masalah kritis dalam bidang SDM;
7. Memastikan ketaatan terhadap hukum dan peratura, dalam praktik SDM;
8. Menurunkan biaya SDM melalui prosedur SDM yang lebih efektif;
9. Meningkatkan keinginan unutk berubah dalam departemen SDM;
10. Memberikan evaluasi yang cermat terhadap sistem informasi SDM.
Pendekatan Audit SDM
Ada tiga pendekatan utama dalam audit SDM yang umum digunakan, yaitu:
1. Menetukan ketaatan pada hukum dan berbagai peraturan yang berllaku;
2. Mengukur kesesuian program dengan tujuan organisasi;
3. Menilai kinerja program.
Menentukan Ketaan Pada Hukum dan Peraturan yang Berlaku
Audit menekankan penilaian bagaimana perusahaan menetapkan berbagai
peraturan dan kebijakan yang secara internal berlaku di perusahaan, apakah telah
sesuai dengan aturan dan hukum yang ditetapkan pemerintah sebagai pemegang
otoritas dan apakah setiap komponen dalam organisasi menjalankan aktivitasnya
sesuai dengan aturan dan kebijakan tersebut.
Berbagai peraturan telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dnegan ketenagakerjaan
seperti Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan berbagai
peraturan lain yang merupakan penjabaran dari undang-undang tersebut. Peraturan
ini mengatur tentang haka dan kewajiban perusahaan terhadap tenaga kerja dan
pemerintah, sebagai pihak pemberi kerja serta hak dan kewajiban tenaga kerja
terhadap perusahaan, sebagi pihak yang memberikan jasanya kepada perusahaan
dan bagaiman kedua belah pihak sama-sam menjaga hubungan yang harmonis
sehingga tujuan karyawan dan perusahaan dapat tercapai dengan baik.
Mengukur Kesesuaian Program Dengan Tujuan Organisasi
Membuat setiap orang sebagai dari setiap langkah yang diambil dan
memperbollehkannya berpendapat (memiliki peran) dalam keberhasilan
perusahaan, merupakan sumber peningkatan produktifitas yang sangat berarti bagi
perusahaan .
Adanya keselarasan tujuan akan menjadikan aktifitas organisasi berjalan seirama
dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Disamping itu, hal ini juga
dapat menghindari benturan antarbagian yang ada, yang dipicu oleh kebutuhan
jangka pendek masing-masing bagian berdasarkan ego sektoral masing-masing.
Pemberdayaan SDM dapat diwujudkan dalam berbagai program yang memberikan
kesempatan yang sebesar-besarnya bagi karyawan untuk berpartisipasi dan
mengambil peran dalam mencapai keberhasilan perusahaan. Oeh karena itu,
penilaian terhadap kesesuaian dan dukungan program/aktivitas SDM terhadap
strategi pencapian tujuan perusahaan menjadi sorotan yang penting dalam audit
SDM.