Anda di halaman 1dari 35

KEBIJAKAN DAN PRAKTIK YANG SEHAT

Untuk mendukung praktik yang sehat, berbagai kebijakan yang dibuat perusahaan
harus dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang berkepentingan agar terjadi
komunikasi timbal balik antar kedua kelompok kepentingan utama yaitu pihak
perusahaan yang diwakili oleh manajemen (direksi) dan karyawan.
Seperangkat kebijakan biasanya dikomunikasikan dalam bentuk buku pedoman
kebijakan dan praktik-praktik yang sehat dikomunikasikan dalam bentuk buku
pedoman prosedur operasional. Dalam menguji kebijakan yang dibuat oleh
perusahaan, auditor harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah kebijakan dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tertulis dan
sitematis serta dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan manajemen dan
karyawan secara sistematis dan tepat waktu.
2. Apakah kebijakan yang dibuat telah sesuai denagn peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku dan dilakukan peninjauan serta revisi
secara berkala.
3. Apakah kebijakan yang dibuat telah mengakomodasi kepentingan berbagai
pihak dalam perusahaan dan secara tegas mengatur tentang hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
4. Apakah kebijakan telah dibuat untuk melaksanakan kegiatan/aktivitas
secara hemat efisien dan efektif.
5. Apakah ada kebijakan khusus bagi setiap pengendalian manajemen lain
yang relevan dengan pelaksanaan setiap kegiatan termasuk sanksi-sanksi
terhadap pelanggaran kebijakan berdasarkan peraturan yang berlaku.

SISTEM REVIEW YANG EFEKTIF


Dalam sistem riview yang baik, pelaksanaan supervisi harus dilaksanakan secara
memadai. Supervisor harus mampu mengarahkan pelaksanaan prosedur berjalan
secara ekonomis, efektif, dan efisien serta sesuai dengan kebijakan yang telah
ditentukan.
Dalam hal ini auditor harus melakukan pengamatan langsung terhadap kekuatan
maupun kelemahan sistem pengendalian manajemen yang dimiliki perusahaan.
Elemen sistem review yang lain yang harus ada dalam sistem pengendalian
manajemen yang baik adalah adanya fungsi pelaporan internal dan fungsi audit
internal.
Efektivitas sistem pelaporan internal perusahaan dapat dinilai dari hal-hal sebagai
berikut:
1. Apakah sistem pelaporan yang dimiliki dapat memberikan informasi
mutakhir yang dibutuhkan oleh pejabat-pejabat yang bertanggung jawab,
unutk kepentingan tindakan manajemen (perencanaan, pengendalian, dan
evaluasi)?
2. Apakah ada keharusan dari setiap pelaksana untuk melaporkan secara
tertulis setiap hasil kerja/aktivitas yang dilakukan?
3. Apakah laporan disusun berdasarkan data dan informasi yang benar dan
tepat waktu?
Sedangkan efektivitas audit internal dapat dinilai dari hal-hal:
1. Apakah ada petugas auditor internal dan telah ditempatkan pada posisi yang
benar dalam organisasi?
2. Apakah ruang lingkup auditnya ditetapkan denagn jelas dan audit internal
tersebut telah memenuhi syarat kompetensi, dapat diandalkan dan tepat
waktu?
3. Apakah audit ditekankan pada perbaikan organisasi dan adakah prosedur
yang mengatur tindak lanjut atas hasil auditnya?
Kesimpulan hasil review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen dapat
memberikan gambaran kepada auditor tentang:
1. Keandalan sistem pengendalian manajemen perusahaan dalam memandu
operasional yang berlangsung pada perusahaan tersebut dan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dokumentasi, pengukuran, dan
penilaian terhadap aktivitas yang dilaksanakan.
2. Apakah tersedia cukup bukti yang dibutuhakan dalam pengembangan
tujuan audit sementara menjadi tujuan audit yang sesungguhnya, sehingga
dapat dipergunakan sebagai tujuan audit selanjutnya, atau tidak tersedia
cukup bukti sehingga pengembangan tujuan audit sementara ini tidak perlu
dilanjutkan.
3. Langkah kerja yang dilaksanakan pada tahap berikutnya untuk
memudahkan program kerja audit lanjutan guna mengetahui:
a. Apakah ruang lingkup kegiatan audit telah ditetapkan dengan jelas dan
pekerjaan audit internal perusahaan telah memenuhi syarat kompetensi,
dapat diandalkan dan tepat waktu?
b. Menentukan tujuan audit bersama penanggung jawab mengenai audit
lanjutan?
Ada tujuh langkah kunci yang harus diperhatikan auditor dalam melakukan review
dan pengujian terhadap pengendalian manajemen perusahaan, yaitu:
1. Menetapkan tingkat penting dan pekanya hal-hal pokok dari
program/aktivitas yang audit.
2. Meniali tingkat kerentanan program/aktivitas tersebut terhadap
penyalahgunaan sumber daya, kegagalan pencapaian sasaran dan
ketidaktaatan terhadap ketentuan, peraturan dan kebijakan yang ditetapkan
perusahaan.
3. Mengidentifikasi dan memahami pengendalian manajemen yang relevan.
4. Menetapkan apa yang sudah diketahui tentang efektivitas pengendalian.
5. Menilai kecukupan desain pengendalian.
6. Menetapkan melalui pengujian apakah pengendalian-pengendalian yang
ada sudah cukup efektif.
7. Melaporkan hasil-hasil penilaian manajemen dan mendiskusikan tindakan-
tindakan perbaikan yang diperlukan.

AUDIT LANJUTAN
Audit ini bertujuan unutk memeperoleh bukti yang cukup unutk mendukung tujuan
audit yang sesungguhnya, yang telah ditetapkan berdasarkan hasil review dan
pengujian penegndalian manajemen. Langkah-langkah audit pada tahap ini
meliputi:
1. Mengumpulkan tambahan informasi latar belakang objek audit yang
diperlukan
2. Memperoleh bukti-bukti yang relevan, material, dan kompeten.
3. Membuat ringkasan atas bukti yang telah diperoleh dan
mengelompokkannya ke dalam kelompok kriteria, penyebab, dan akibat.
4. Menyususn kesimpulan atas dasar ringkasan bukti yang telah diperoleh dan
mengidentifikasi bahwa akibat yang ditimbulakn dari ketidaksesuaian
antara kondisi dan kriteria cukup penting dan material.

MENGUMPULKAN TAMBAHAN INFORMASI LATAR BELAKANG


Langkah ini menekankan pada usaha untuk mendapatkan data yang lebih lengkap
dalam menganalisis aktivitas yang diaudit sebagai dasar pembuatan kesimpulan
audit.

MEMPEROLEH BUKTI
Dari sudut pandang auditor bukti adalah fakta dan informasi yang dapat digunakan
sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit. Bukti harus mempunyai hubungan
dengan kriteria audit, objektif, relevan, dan bermakna. Tujuan dari perolehan bukti
ini adalah unutk menentukan bahwa:
1. Kriteria atas kegiatan yang diaudit sudah sesuai dan dapat diterima.
2. Terdapat pelaksanaan yang menyimpang, (baik tidak diterapkannya
prosedur yang sudah untuk setiap program/aktivitas atau tidak dilakukannya
penegndalian/supervisiyang semestinya atas kegiatan yang diaudit)
merupakan penyebab dari timbulnya akibat yang kurang menguntungkan
bagi kegiatan yang diaudit.
3. Terdapat akibat yang cukup penting dan material dari terjadinya perbedaan
antara kondisi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Agar dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit, semua bukti
yang diperoleh dalam audit harus memenuhi kriteria :
1. Relevan: berhubunagn denagn aktivitas yang sedang diaudit.
2. Material : cukup berarti dalam memengaruhi kesimpulan yang dibuat.
3. Kompeten : diperoleh dari sumberindependen dan dapat dipercaya.
4. Cukup : memadai sebagai dasar pembuatan kesimpulan.
MEMBUAT RINGKASAN DAN MENGELOMPOKKAN BUKTI

Bukti-bukti yang telah diperoleh dalam audit kemudian diringkas dan


dikelompokkan sesuai dengan elemen tujuan audit yang meliputi : kriteria,
penyebeb dan akibat. Bukti-bukti yang masuk dalam kelompok kriteria adalah
keseluruhan temuan audit yang berkaitan dengan norma/standar yang ditetapkan
perusahaan (dirumuskan bersama dangan auditor) yang menjadia dasar bagi setiap
komponen dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
Bukti-bukti yang termasuk dalam kelompok penyebab biasanya berupa berbagai
tindakan menyimpang atau tindakan positif yang tidak dilakukan yang merupakan
sumber terjadinya ketidakekonomisa, ketidakefisienan operasi, dan
ketidakefektifan pencapaian tujuan.
Bukti-bukti yang merupakan kelompok akibat adalah bukti-bukti yang biasanya
ditemukan terlebih dahulu. Bukti-bukti ini adalah hasil pengukuran antara
penyebab yang terjadi dengan kriteria yang berhubungan dnegan penyebab
tersebut.

PENGEMBANGAN TEMUAN DALAM AUDIT LANJUTAN


Pengembangan temuan merupakan pengumpulan dana dan sintesa khusus yang
bersangkutan dengan program/aktivitas yang diaudit, dievaluasi dan yang dianalisis
karena diperkirakan akan menjadi perhatian dan berguna bagi pengguna laporan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan auditor dalam pengembangan temuan adalah:
1. Pertimbangan harus ditekankan pada situasi dan kondisi pada saat
program/aktivitas tersebut berlangsung, bukan pada saat diaudit.
2. Pertimbangan atas kompleksitas dan besarnya sumber daya yang terlibat
dalam program/aktivitas yang diaudit.
3. Auditor harus secara jujur dan objektif berdasarkan pertimbangan
profesionalnya melakukan analisis terhadap temuan-temuan yang diperoleh
pada saat audit dan menghindari pengungkapan kelemahan-kelemahan yang
terjadi secara tidak logis.
4. Pengembangan temuan harus dilakukan secara luas dan teliti sehingga bisa
menjadi dasar bagi pembuatan kesimpulan dan rekomendasi secara jelas dan
tepat kepada pihak yang diaudit.
Beberapa langkah dalam pengembangan temuan meliputi:
1. Mengenali batas-batas wewenang dan tanggung jawab pejabat yang terlibat
dalam pelaksanaan program/aktivitas yang diaudit.
2. Memahami secara seksama sebab-sebab terjadinya kelemahan pada
program/aktivitas yang diaudit.
3. Tentukan apakah kelemahan tersebut merupakan kelemahan yang berdiri
sendiri atau tersebar luas pada berbagai program/aktivitas yang lain.
4. Menentukan akibat atau arti penting dari kelemahan tersebut.
5. Menentukan rekomendasi/saran-saran untuk perbaikan.

PERUBAHAN LUAS DAN ARAH PENEGMBANGAN TEMUAN


Untuk mengetahui perlunya perubahan tersebut, auditor harus mengawasi secara
seksama terhadap perkembangan hal-hak yang mungkin merupakan temuan.
Perubahan lain yang mungkin terjadi dalam pengembangan temuan adalah
menyangkut perlunya mengembangkan informasi pada semua lokasi yang dipilih
pada saat perencanaan audit. Jika hal ini terjadi maka auditor harus dengan segera
menyampaikan hal ini kepada pihak yang diaudit.

PELAPORAN
Bagian akhir dari proses audit manajemen adalah pelaporan hasil audit. Ada dua
cara penyajian laporan audit manajemen, yaitu :
a. Cara penyajian ayng mengikuti arus informasi yang diperoleh selama
tahapan-tahapan audit
b. Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang menitikberatkan
penyajian kepada kepentingan para pengguna laporan hasila udit ini.
TINDAK LANJUT
Implementasi tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan auditor merupakan
bentuk komitmen manajemen dalam meningkatakan proses dan kinerja perusahaan
atas beberapa kelemahan/kekurangan yang masih terjadi.
Agar menari dan dapat meningkatkan komitmen manajemen atas perbaikan proses
dan kinerjanya rekomendasi seharusnya merupakan hasil diskusi dan rumusan
bersama antara manajemen dan auditor. Rekomendasi harus menyajikan analisis
dan manfaat yang diperoleh perusahaan jika rekomendasi tersebut dilaksanakan
serta kerugian yang mungkin terjadi jika rekomendasi tidak dilaksanakan karena
tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan perusahaan.
BAB II
PELAPORAN
Kertas Kerja Audit
Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-data
yang dikumpulakan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit.
Manfaat Kertas Kerja Audit
Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksanakan tugas audit. Manfaat
utama dari KKA antara lain:
1. Merupakan dasar penyusunan laporan hasi audit,
2. Merupakan alat bagi atasan untuk me-review dan mengawasi pekerjaan para
pelaksana audit,
3. Merupakan alat pembuktian dari laporan hasil audit,
4. Menyajikan data untuk keperluan referensi,
5. Merupakan salah satu pedoman untuk tugas audit berikutnya.
Penyusunan KKA oleh auditor harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:
1. Lengkap;
2. Bebas dari kesalahan;
3. Didasarkan atas fakta dan argumentasi yang rasional;
4. Sistematis, berish, mudah dipahami, dan diatur dengan rapi
5. Memuat hal-hal penting yang relevan dengan audit
6. Mempunyai tujuan yang jelas;
7. Sedapat mungkin hindari pekerjaan menyalin ulang
8. Dalam setiap kertas kerja harus mencantumkan kesimpulan hasil audit dan
komentar atau catatan reviewer.

BENTUK DAN ISI KERTAS KERJA AUDIT


Bentuk KKA pada audit manenjemen menekankan kepada bagaiman menyiapakan
temuan-temuan audit untuk digunakan dalm penyusunan laporan audit. Bentuk
KKA pada audit manajemen adalah sebagi berikut:
1. Pada sampul KKA ditulis “Kertas Kerja Audit” kemudian mengikuti
dibawahnya:
Nama objek audit : tulis nama perusahaan atau unit yang diaudit
Program/aktivitas yang diaudit : tulis program/aktivitas yang diaudit
Periode audit : tulis periode program/aktivitas yang diaudit
2. Halaman pertama KKA adalah daftar isi dari KKA tersebut
3. Halaman berikutnya secara berurutan adalah:
a. Daftar simbol audit (tick mark) disertai penjelasannya
b. Tembusan surat tugas
c. Program kerja audit
d. Kelompok-kelompok kertas kerja
Isi dan pengelempokan kertas kerja disusun sebagai berikut:
Kelompok I – AUDIT PENDAHULUAN, meliputi:
Subkelompok 1 : program kerja audit pendahuluan
Subkelompok 2 : hasil audit pendahulaun, meliputi:
i. Informasi umum tentang program/aktivitas yang diaudit
ii. Penelahaan berbagai peraturan dan kebijakan yang berkaitan dnegan
program/aktivitas yang diaudit
iii. Ikhtisar hasil temuan audit pendahuluan
Kelompok II – REVIEW DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN MANAJEMEN,
meliputi :
Subkelompok 1 : program kerja audit atas review dan pengujian pengendalian
manajemen termasuk Internal Control Questionnaire (ICQ) yang digunakan
Subkelompok 2 : hasila audit atas review dan pengujian pengendalian
manajemen, meliputi:
i. Penelaahan terhadap bebragai peraturan dan kebujakan yang berlaku
pada obyek audit
ii. Ikhtisar hasil temuan audit atas review dan pengujian pengendalian
manajemen
Kelompok III : AUDIT LANJUTAN, meliputi:
Subkelompok 1 : programkerja udit lanjutan
Subkelompok 2 : hasil audit lanjutan, terdiri atas:
i. Pengembangan temuan
ii. Daftar temuan dan rekomendasi
Kelompok IV : LAPORAN HASIL AUDIT,meliputi:
Konsep laporan hasil audit dan tembusan laporan hasil audit.

PENGORGANISASIAN KERTAS KERJA AUDIT


Pengorganisasian KKA harus selalu dikaitkan dengan tujuan audit utama (primary
audit objective) atau sub-sub tujuan yang ditetapkan auditor. Pengelompokkan
KKA harus didasarkan pada sasaran utama atau sub-sub tujuan audit yang telah
ditetapkan.
KKA pada audit manajemen mengelompokkan bukti-bukti yang diperoleh sesuai
dengan tujaun elemen audit. Jadi dengan demikian setiap KKA akn menyajikan
temuan kelompok kriteria, penyebab, dan akibat, baik dalam bentuk yang bersifat
rinci maupun kesimpulan untuk masing-masing elemen tujuan audit tersebut.

PROGRAM KERJA AUDIT


Program kerja audit merupakan rencana dan langkah kerja yang harus dilakukan
selama audit, yang didasarkan atas tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta
informasi yang ada tentang program/aktivitas yang diaudit. Ada beberapa manfaat
dari penyusunan program kerja audit, antara lain:
1. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahp kegiatan ayng
bisa dikomunikasikan kepada semua tim audit.
2. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas kepad para
auditor dan supervisornya.
3. Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaan kegiatan dnegan rencana
yang telah disetujui dan dengan standar serta persyaratan yang telah
ditetapkan.
4. Dapat membantu para auditor yang belum berpengalaman dan
membiasakan mereka dengan ruang lingkup, tujuan serta langkah-langkah
audit.
5. Dapat membantu auditor untuk mengenali sifat pekerjaan yang telah
dikerjakan sebelumnya.
6. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan langsung oleh supervisor.
Setiap program kerja audit biasanya mengandung empat hal pokok, yaitu:
1. Informasi pendahuluan, yang memuat:
 Informasi latar belakang mengenai program/aktivitas yang diaudit
yang berguna bagi para auditor dalam memahami dan
melaksanakan program kerja auditnya.
 Komentar berbagai pihak yang berkompeten yang berkaitan dengan
tujuan audit, termasuk komentar auditor sendiri.
2. Pernyataan tujuan audit, menyajikan tentang:
 Tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi dan perbaikan yang diharapkan dapat tercapai.
 Cara pendekatan audit yang dipilih.
 Pola pelaporan yang dikehendaki.
3. Instruksi-instruksi khusus.
4. Langkah-langkah kerja.
Langkah-langkah kerja memuat tentang pengarahan khusus pelaksanaan tugas
audit, sesuaai denagn tahapan auditnya, yaitu:
1. Audit pendahulaun meliputi:
a. Pembicaraan pendahuluan dengan objek yang diaudit.
b. Pengumpulan informasi umum, penelaahan peraturan, evaluasi prosedur
kerja, dan sistem operasional.
c. Tes pendahuluan atas informasi yang diperoleh guna mengindetifikasi
tujaun audit sementara.
d. Pembuatan ikhtisar hasil audit pendahuluan.
2. Review dan pengujian pengendalian manajemen, meliputi:
a. Pengujian pengendalian manajemen
b. Pembuatan ikhtisar hasil temuan pengujian pengendalian manajemen.
3. Audit lanjutan, meliputi:
a. Pengembangan temuan hasil pengujian pengendalian manajemen
b. Penyajian hasil audit lanjutan (daftar temuan)
c. Pembahasan temuan dengan penanggung jawab audit
d. Pembahasan hasil audit lanjutan dengan objek audit
e. Penyususnan rekomendasi.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalm menyusun program kerja audit:
1. Tujuan audit harus dinaytakan secara jelas dan harus dapat dicapai atas
dasar pekerjaan yang direncanakan dalam program kerja audit.
2. Program kerja audit harus disusun sesuai dengan penugasan ayng
bersangkutan.
3. Setiap langkah kerja harus berbentuk instruksi-instruksi mengenai
pekerjaan yang harus dilakukan.
4. Setiap langkah kerja harus merinci pekerjaan yang harus dilakukan disertai
alasan-alasannya.
5. Program kerja audit harus menggambarkan urutan prioritas langkah-
langkah kerja yang harus dilaksanakan.
6. Program keraj audit harus fleksibel dan setiap perubahan yang dilakukan
harus denagn persetujuan atasan auditor.
7. Program kerja audit hendaknya berisi informasi yang perlu untuk
melaksanakan audit dan evaluasi secara tepat.
8. Program kerja audit tidak boleh memuat perintah untuk memperoleh
informasi yang telah ada dalam permanent file.
9. Program kerja audit harus menyertakan taksiran-taksiran waktu ayng
diperlukan sesuai denagn rencana kerja audit untuk melaksanakan kegiatan
yang bersangkutan.
10. Program kerja audit disiapkan oleh ketua tim audit dan harus dibahas
bersama-sama dengan pengawas dan seluruh anggota tim audit.

PELAPORAN
Penyajian Laporan Mengikuti Arus Informasi
Seorang auditor memperoleh informasi melallui tahapan-tahapan audit sebagai
berikut:
1. Pengumpulan informasi latar belakang pada tahap audit pendahuluan.
2. Menetapakan tujuan audit yang sesungguhnya (definitve audit objective)
berdasarkan hasil review dan pengujian terhadap sistem pengendalian
manajemen.
3. Pengumpulan bukti-bukti audit dan pengembangan temuan yang berkaitan
dengan tujuan audit, pada tahap audit lanjutan,
4. Menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti (temuan) audit yang berhasil
dikumpullkan.
5. Merumuskan rekomendasi.
6. Meenyataakan ruang lingkup audit yang telah dilakukan.

Penyajian Laporan yang Menitikberatkan pada Kepentingan Pengguna


Penyajian dengan menggunakan cara ini menitikberatkan pada kepentingan
pengguna laporan hasil audit. Dalam penyajian ini, auditor mengikuti format
sebagai berikut:
1. Informasi latar belakang
2. Kesimpulan audit disertai dengan bukti-bukti yang cukup untuk mendukung
kesimpulan audit.
3. Rumusan rekomendasi.
4. Ruang lingkup audit.
Tujuan audit manajemen adalah untuk menemukan kekurangan/kelemahan dalam
pengelolaan berbagi program/aktivitas dalam perusahaan, biasanya pengguna
laporan lebih berkepentingan pada hasil audit (temuan audit) yang merupakan
indikasi terjadinya berbagai kekurangan/kelemahan dalam pengelolaan
program/aktivitas dalam perusahaan.

Informasi Latar Belakang


Informasi latar belakang merupakan informasi umum tentang perusahaan dan
program/aktivitas yang diaudit. Pada bagian ini auditor harus mampu memberikan
gambaran umum tentang tujuan dan karakteristik perusahaan serta
program/aktivitas yang diaudit, sifat, ukuran program, serta organisasi
manajemennya.

Kesimpulan dan Temuan Audit


Dalam menyajikan temuan audit, auditor harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Judul bab harus mengidentifikasikan pokok persoalan dan sedapat mungkin
juga arah dari temuan.
2. Pokok-pokok setiap temuan harus diikhtisarkan secara singkat dan harus
mengungkapkan kepada pengguna akan adanya uraian yang mendukung
dan menjelaskan pokok-pokok temuan tersebut.
3. Auditor harus menggambarkan kepada pengguna laporan tentang hal-hal
yang ditemukan, baik bersifat positif maupun negatif, apa penyebab dan
akibat dari temuan tersebut.
4. Dalam penyajian temuan ini auditor juga harus mempertimbangkan dan
mengevaluasi komentar para pihak yang berkaitan dengan
program/aktivitas yang diaudit.
5. Semua penyajian temuan harus diakhiri dengan suatu pernyataan yang
menjelaskan sikap akhir auditor atas dasar pertimbangan yang matang
terhadap informasi yang diperoleh.

Rumusan Rekomendasi
Rekomendasi merupakan saran perbaikan yang diberikan auditor atas berbagai
kekurangan/kelemahan yang terjadi pada program/aktivitas yang diaudit. Setiap
rekomendasi yang diajukan olleh auditor harus dilengkapi dengan analisi yang
menyangkut adanya peningkatan ekonomisasi, efisiensi, atau efektivitas yang akan
dicapai pada pelaksanaan program/aktivitas serupa di masa depan atau juga
termasuk berbagi kemungkinan kerugian yang akan terjadi pada perusahaan jika
rekomendasi tersebut tidak dilaksanakan.

Ruang Lingkup Audit


Ruang lingkup audit menunjukan berbagi aspek dari program/aktivitas yang diaudit
oleh auditor. Pada bagian ini juga harus disajikan seberapa mendalam audit tersebut
dilakukan.

Contoh Laporan Audit Manajemen


Makasar, 01 Agustus 2014
No : 025/KAP.IV/2014
Lampiran : 3 eksemplar
Perihal : Laporan Hasil Audit Manajemen
Kepada
Yth, Direktur RS. Anugrah Surya
di Makasar
Kami telah melakukan audit atas Pengelolaan Piutang pada Rumah Sakit
Anugrah Surya untuk periode tahun 2012/2013. Audit kami tidak dimaksudkan
untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan dan oleh
karenanya kami tidak memberikan pendpat atas laporan keuangan tersebut. Audit
kami hanya mencangkup bidang Pengelolaan Piutang yang dimiliki (terjadi pada)
Rumah Sakit. Audit tersebut dimaksudkan untuk menilai ekonomisasi, efisiensi,
dan efektivitas. Pengelolaan Piutang yang dilakukan untuk memberikan saran
perbaikan atas kelemahan pelayanan yang ditemukan selama audit, sehingga
diharapkan di masa yang akan datang dapat dicapai perbaikan atas kekurangan
tersebut dan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih ekonomis, efisien, dan lebih
efektif dalam mencapai tujuannya.
Hasil audit kami sajikan dalam bentuk laporan audit yang meliputi :
BAB I : Informasi Latar Belakang
BAB II : Kesimpulan Audit yang Didukung dengan Temuan Audit
BAB III : Rekomendasi
BAB IV : Ruang Lingup Audit
Dalam melaksanakan audit, kami telah memperoleh banyak bantuan,
dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak baik jajaran direksi maupun staf yang
berhubungan dengan pelaksanaan audit ini. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih atas kerja sama yang telah terjalin dengan baik ini.
Kantor Akuntan Publik
Rawiatmaja dan Rekan

IBEKA. RAWIATMAJA, S.E., M.M., Ak., BAP.


BAB I
Informasi Latar Belakang
PT Rumah Sakit Anugrah Surya (selanjutnya disebut ‘Perusahaan’) berlokasi di JL.
Amerta No. 7-9 Makasar, didirikan tanggal 10 November 1995 oleh para pendiri
yang terdiri atas :
1. Dr. Surya
2. Dr. Saleh Syahreza
3. Surtini
4. Dr. Ageng Saputra
5. Dr. Annisa Oktaviani
Tujuan didirikannya Perusahaan adalah untuk memberikan jasa pelayanan
kesehatan, dengan pelayanan yang akurat, tepat waktu, dan penuh cinta kasih.
Secara keseluruhan jasa pelayanan yang diberikan dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu:
1. Jasa pelayanan medis dan penunjang medis, yang meliputi:
a. Rawat Inap
b. Rawat Jalan
c. Instalasi Rawat Darurat
d. Laboratorium
e.

CARI DI INTERNET AJA

BAB III
AUDIT ATAS FUNGSI PENGADAAN
Fungsi pengadaan merupakan fungsi yang paling depan dalam penentuan
ekonomisasi suatu organisasi. Kemampuan memperoleh input dengan pengorbanan
terkecil dari berbagai alternatif yang ada tanpa mengabaikan standar kualitas yang
telah ditetapkan, mencerminkan inovasi perusahaan dalam proses pengadaan. Tiga
tahapan penting dalam proses pengadaan meliputi perencanaan pengadaan,
pelaksanaan pengadaan, dan tahap penangan atas barang/jasa yang diterima.
Pada tahap proses pengadaan, pengendalian berfungsi untuk memastikan bahwa
proses pengadaan barang/jasa tersebut telah berjalan dengan transparan. Sementara
pada tahap penerimaan barang, pengendalian memastikan bahwa barang/jasa
yangditerima telah sesuai denagn pesanan, baik spesifikasi, kualitas maupun
kuantitasnya.

Tujuan dan Manfaat Audit


Sesuai dengan tujuan penagadaan, yaitu untuk mendapatkan barang/jasa sesuai
dengan kebutuhannya dengan pengerbonan yang minimal (ekonomis), tujuan audit
atas fungsi iniadalah untuk melakukan penilaian secara menyeluruh mengenai
apakah pengadaan tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan akan barang/jasa
perusahaan dengan pengorbanan minimal, sesuai denagn ketentuan peraturan yang
berlaku. Secara umum, tujuan dari audit pengadaan ini dapat meliputi :
1. Untuk mencapai tujuan, sesuai denagn visi dan misi organisasi.
2. Meniali ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas pengadaan; serta melindungi
aset (dana) perusahaan dari pemborosan, kesalahan pengelolaan,
penyalahgunaan dan berbagi bentuk penyimpangan lainnya.
3. Mendorong pengembangan dan pemeliharaan manajemen informasi
pengadaan yang dapat daindalakan serta pengungkapan informasi tersebut
dalam laporan periodik, termasuk pemenuhan kewajiban akuntabilitas.
4. Memastikan bahwa aktivitas pengadaan telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.

Ruang Lingkup Audit


Secara terperinci ruang lingkupa audit fungsi pengadaan meliputi:
1. Organisasi pengadaan,
2. Proses penagdaan yang terdiri atas:
a. Perencanaan penagdaan
b. Pelaksanaan pengadaan, dan
c. Pemabyaran dan pelaporan.
Ruang lingkup ini dapat bervariasi, tergantung dari strategi dan kompleksitas sistem
pengadaan di masing-masing organisasi.

Langkah-Langkah Audit
Audit atas fungsi pengadaan adalah unutk menilai apakah proses pengadaan telah
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Secara umum, proses audit
penagdaan barnag/jasa meliputi beberapa langkah yang meliputi hal-hal berikut:
1. Perencanaan audit
Audit atas fungsi penagdaan barang/jasa harus direncanakan untuk
memastikan audit berjalan dengan kualitas tinggi meilai ekonomisasi,
efisiensi, dan efektivitas pengadaan barang/jasa. Perencanaan audit
mencangkup :
a. Penialian risiko dan penentuan ruang lingkup audit.
b. Penentuan jadwal audit
c. Penetuan kebutuhan sumber daya dalam melaksanakan audit.
Dalam membuat rencana detail audit, ketua tim audit harus
mempertimbangkan beberapa hal termasuk:
a. Resiko, tingkat matrealistas dan prioritas pada setiap aktivitas audit
b. Area audit yang signifikan
2. Pengumpulan dan evaluasi temuan audit
3. Pelaporan
4. Tindak lanjut hasi audit.
Proses Pengadaan Barang/Jasa
Secar umum proses penagdaan diawali denagn perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan evalausia tas penagdaan. Setiapa aktivitas pada masing-masing
tahap tersebut dipandu oleh sistem, prosedur dan kebijakan sebagai pedoman tata
kelola pengadaan yang baik.

Perencanaan Pengadaan
Perencanaan pengadaan mencangkup penetuan kebutuhan atas barabg/jasa (input)
dalam operasioanla perusahaan, baik tingkat kualitas, kuantitas, dan penentuan
waktu kapan barang/jasa tersebut harus tersedia. Perencanaan pengadaan juga
berkaitan denagn berapa besar dana yang harus tersedia atas pengadaan tersebut
sesuai denagn jadwal penggunaan barang/jasa yang dibutuhkan.
Rencana penagdaan yang baik harus mencerminkan hubungan yang optimal
antarakeingina unutuk memenuhi kebutuhan denagn ketersediaaan sumber daya
yang dimiliki berkaitan denagn pengadaan tersebut dan pengadaan praktik
pengadaan terbaik dalam rencana tersebut untuk mendapatkan barang/jasa sesuai
denagn spesifikasi yang telah ditetapkan denagn pengorbanan yang paling rendah
(ekonomis).

Pelaksanaan Pengadaan
Aktivitas yang terlibat dalam pelaksanaan pengadaan sesuai denagn tingkat
komleksitas proses pengadaan, jenis barang/jasa yang akan dibeli, dan besarnya
anggaran yang terlibat dalam pengadaaan tersebut.
Pemilihan pemasok yang tepat tidak saja didasarkan denag perolehan harga yang
paling murah, tetapi juga penilaian atas kemapuan pemasok memenuhi spesifikasi
barang/jasa yang dibutuhkan tepat waktu dan suku cadangnya secara berkelanjutan.

Pelaksanaan Kontrak Penyerahan Barang


Berita acara serah terima barang yang dibuat atas barang/jasa yang diterima harus
secara jelas menguraikan bahwa barang yang diterima telah memenuhi semua
ketentuan kontrak, termasuk yang paling penting adallah kemampuan untuk
memenuhi spesifikasi barang/jasa dalam kontrak tersebut. Untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kousi, berita acara harus disertai dengan laporan dan bukti
pemeriksaan/pengujian yang dilakukan oleh bagian penerimaan barang pada saat
serah terima barang terjadi.
Pembayaran dan Pelaporan
Pembayaran baru bisa dilakukan jika serah terima atas barang/jasa tersebut telah
dinyatakan tidak mengandung masalah (clear) dan telah disahkan oleh pihak-pihak
berwenang. Setiap pembayaran harus didukung bukti tagihan dan dokumen
pendukung yang lengakap dan tagihan telah jatuh tempo.
Pelaporan atas pengadaan barang/jasa harus segera dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam pedoman pengadaan. Dalam laporan tersebut,
pengadaan harus menyajikan tentang kemampuan panitia ini mendapatkan
barang/jasa sesuai dengan spesifikasinya, masalah-masalah yang dihadapi atau
peluang penghematan yang belum bisa dilakukan karena terbentur dengan
peraturan yang digunakan dalam pengadaan tersebut.

Kecurangan dalam Pengadaan


Fungsi pembelian merupakan area yang sensitif dan menjadi sorotan banayak pihak
dikarenakan beberapa aktivitas pada fungsi ini. Pihak pemasok berkepentingan
dengan penjualan produknya dan mengharapkan keuntungan dari penjualan
tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai perilaku menyimpang berikut
ini mungkin dilakukan.
1. Berkolusi dengan pihak pembeli dalam menentukan harga penawaran.
2. Secara diskriminatif meningkatkan standar teknis, sehingga pemasok lain
sulit untuk memenuhinya.
3. Mencampuri secara tidak beretika pekerjaan evaluator baik dalam proses
tender maupun dalalm serah terima barang/jasa.
4. Memberikan sogokan.
Berbagai godaan, baik yang timbul dari perilaku buruknya maupun yang datang
dari pemasok, mendorong pihak pembeli terjebak pada perilaku menyimpang
seperti :
1. Menentukan spesifikasi yang menguntungkan pemasok tertentu.
2. Membatasi penyebaran informasi berkaitan dengan kesempatan melakukan
tender.
3. Berdalih pada kepentingan yang mendesak untuk melakukan penunjukan
terhadap pemasok tertentu tanpa melalui tendeer untuk pengadaan yang
seharusnya melalui tender.
4. Melanggar kerahasian penawaran pemasok.
5. Mendiskualifikasi pemasok potensial melalui prakualifikasi yang tidak
benar.
6. Menerima sogokan
7. Gagal dalam memenuhi standar kualitas, kauntitas, dan standar kinerja
pengadaan lainnya
8. Menaglihkan pengiriman abrang untuk dijuall kembali atau digunakan
secara pribadi.
9. Meminta keuntungan pribadi dari pemasok
10. Memalsukan kualitas atau standar sertifikasi
11. Meningkatakan atau menurunkan nilai faktur.
Berbagai penyimapangan lain yang mungkin terjadi dalam pengadaan dapat berupa:
1. Pengadaan barang fiktif
2. Harga pengadaan barang di-mark-up
3. Pajak/PNBP sehubungan dnagn pengadaan barang tidak dipungut dan/atau
tidak disetorkan
4. Kuantitas/volume hasil pengadaan abrang dikurangi
5. Kualitas hasil pengadaan barang direndahkan
6. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan pengadaan barang
7. Hasill pengadaan barang tidak bermanfaat/tidak dimanfaatkan (misalnya
berlebihan, tidak sesuai kebutuhan, kualitas rendah, rusak)
8. Pelanggaran ketentuan/peraturan pengadaan barang yang berindikasi
praktik KKN.
Untuk mencegah adanya kesempatan penyimpangan (korupsi) dalam pengadaan
ini, sistem pengadaan yang dibuat perusahaan harus transparan dan efisien
berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan berikut ini:
1. Nilai uang
Pengadaan harus mendapatkan barang/jasa sesuai spesifikasi dengan harga
terendah (memaksimalakn nilai uang)
2. Kejujuran dan keadilan
Panitia pengadaan harus berlaku jujur dan adil kepada seluruh pemasok
yang memenuhi syarat untuk mengikuti kompetisi dalam pengadaan
tersebut.
3. Akuntabel dan transparan
Proses pengadaan harus berjalan secara terbuka dan bisa dinilai oleh pihak-
pihak yang berkepentingan. Petugas pengadaan tidak boleh terlibat dalam
konflik kepentingan dan mampu menjaga kerahasiaan informasi-informasi
detail yang berkaitan dengan pengadaan tersebut.
4. Efisiensi
Proses pengadaan harus berjalan secara efisien (optimalisasi penggunaan
sumber daya dalam pengadaan)
5. Kompetensi dan integritas
Petugas pengadaan (pejabat dan pelaksana) harus memiliki kompetensi
yang memadai (ditunjukkan dengan sertifikat yang harus dimilki) dan
berinttegrasi tinggi dalam menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya.

Audit atas Organisasi Pengadaan


Organisasi pengadaan menyangkut penempatan fungsi pengadaan yang strategis
pada struktur organisasi perusahaan. Efektivitas penempatan fungsi dalam struktur
organisasi dapat dinilai dari keleluasaan fungsi tersebut dalam penagmbilan
keputusan sesuai dengan kewenangan yang diberikan, maksimalnya peran yang
bisa dijalankan sesuai denagn alokasi sumber daya yang diterima dan besarnya
kontribusi yang dapata diberikan pada keberhasilan perusahaan dalam membangun
kinerja terbaiknya.
Organisasi pengadaan memegang fungsi perencanaan pemenuhan kebutuhan
barang/jasa, mengelola proses pengadaannya, menilai ketepatan spesifikasi
barang/jasa yang diterima sesuai dengan kebutuhan penggunanya, mengotorisasi
pembayarannya, dan mempertanggungjawabkan pengadaan tersebut kepada
organisasi di atasnya.
Untuk pengadaan barang/jasa pemerintah, Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012
menetapkan beberapa tingkatan jabatan yang harus bertanggung jawab dalam
pengelolaan dan pengendalian pengadaan barang/jasa pemerintah. Tingkatan
jabatan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pengguna anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat pemegang
kewenangan pengguna anggaran kementrian/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah atau pejabat yang disamakan pada institusi pengguna
APBN/APBD.
2. Kuasa pengguna anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat
yang ditetapkan oleh PA menggunakan APBN atau ditetapkan oleh kepala
daerah untuk menggunakan APBD.
3. Pejabat pembuat komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
4. Unit layanan pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit
organisasi kementrian lembaga/pemerintah daerah/institusi yang berfungsi
melaksanakan pengadaan langsung.
5. Pejabat pengadaan adalah personel yang ditunjuk untuk melaksanakan
pengadaan langsung.
6. Panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan adalah panitia/pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan.
7. Aparat pengawas intern pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain
yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan
melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasn lain
terhadap penyelenggaran tugas dan fungsi organisasi.
Dalam menjalankan aktivitasnya, fungsi pengadaan harus dilengkapi dengan
panduan/pedoman pengadaan (procurement manual) yang merupakan seperangkat
peraturan, kebijakan, kewenangan tugas dan tanggung jawab yang menjadi
pedoman dalam semua aktivitas pengadaan. Pada audit ini, auditor menilai
ketepatan :
1. Penempatan organisasi pengadaan dalam struktur organisasi perusahaan.
2. Luas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki fungsi pengadaan dalam
memenuhi kebutuhan barang/jasa secara efektif dan efisien.
3. Kompetensi personalia yang menangani dan bertanggung jawab terhadap
pengadaan barang/jasa.
4. Kecukupan prosedur pengadaan dalam memandu proses pengadaan dalam
kerangka tata kelola pengadaan barang/jasa yang baik.

Audit atas Proses Pengadaan


Proses pengadaan dimulai dri perencanaan pengadaan, survvei harga dan pemasok,
pemilihan pemasok/pelaksanaan tender, penandatanganan kontrak dengan pemasok
(pemenang tender) dan penanganan atas serah terima barang/jasa sesuai dengan
kontrak pengadaan. Pengadaan bisa dilakukan melalui penunjukkan langsung dan
tender terbatas.

Audit atas Perencanaan Pengadaan


Perencanaan pengadaan dimulai dari identifikasi kebutuhan setiap unit pengguna
atas barang/jasa. Perusahaan harus memiliki daftar kebutuhan barang/jasa yang
memuat tentang spsifikasi, kuantitas kebutuhan, standar kualitas, dan waktu
penggunaannya.
Dengan daftar ini, perusahaan dapat terhindar dari beberapa kondisi seperti :
1. Pembelian yang berlebihan
2. Kelebihan/kekurangan stok
3. Dana terikat pada barang/jasa yang belum dibutuhkan
4. Pembelian barang/jasa yang tidak sesuai dengan standar kualitas.
Penelusuran terhadap pedoman, rencana (anggaran, spesifikasi barang, dan waktu
penggunaan) serta risalah rapat perencanaan pengadaan memungkinkan auditor
dapat mendeteksi kecurangan/penyimpangan yang mungkin terjadi pada
perencanaan pengadaan. Pada audit ini, auditor menekankan penilaiannya terhadap
ketepatan hubungan antara rencana pembelian (spesifikasi, kuantitas, waktu)
dengan rencana penggunaan barang/jasa pada masing-masing unit pengguna.

Audit atas Pelaksanaan Pengadaan


Kompetisi adalah dasar dari pengadaan yang memastikan bahwa perusahaan
mendapatkan barang/jasa terbaik melalui persaingan dalam tender. Perkembangan
teknologi tellah banyak mendukung proses pengadaan barang/jasa melalui
penerapan teknologi dan komunikasi dan informasi yang lebih dikenal sebagai
electronic procurement (e-Procurement). Pengguna metode ini memungkinkan
untuk menjadikan proses pengadaan berjalan lebih cepat, transparan, dan akuntabel.
Metode pengadaan ini dapat mencegah terjadinya kolusi, dan berbagai perilaku
menyimpang lainnya dalam proses pengadaan dengan terbatasnya pertemuan
secara fisik antara panitia pengadaan dan pemasok.
Pada pengadaan barang/jasa yang tidak bersifat rutin atau merupakan investasi dan
melibatkan sumber daya keuangan yang besar, perusahaan mungkin melakukannya
melalui tender terbatas atau tender terbuka, sesuai dengan besarnya nilai pengadaan
dan spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan.
Untuk pengadaan barang/jasa pemerintah (dananya bersumber dari APBN/APBD),
Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
telah memberikan panduan bagaimana pengadaan barang/jasa tersebut dilakukan
dan batas-batas kewenangan dari pejabat/petugas yang menangani pengadaan
barang/jasa tersebut. Peraturan Presiden ini juga memberikan definisi beberapa
metode pengadaan dan batasan-batasan nillainya, sebagai berikut:
1. Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi
syarat.
2. Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diayakini
terbats dan untuk pekerjaan yang kompleks.
3. Pelelangan sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp 5.000.000,000,00
(lima miliar rupiah)
4. Pemilihan langsung adalah metode pemilihan pekerjaan konstruksi untuk
pekerjaan yang bernillai paling tinggi Rp 5.000.000,000,00 (lima miliar
rupiah)
5. Seleksi umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultasi untuk
pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa konsultasi yang
memenuhi syarat.
6. Seleksi sederhana adalah metode pemilihan penyedia konsultasi untuk jasa
konsultasi yang bernilai paling tinggi Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah)
7. Sayemabara adalah metode pemilihan penyedia jasa yang
memperlombakan gagasan orisinal, kreativitas, dan inovasi tertentu yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
8. Kontes adalah metode pemilihan penyedia barang yang memperlombakan
barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
9. Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia barang/jasa.
10. Pengadaan langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada
penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan
langsung.
Secara umum, pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui tender, baik terbuka
maupun terbatas, melibatkan (walaupun tidak terbatas pada) aktivitas-aktivitas
berikut.
1. Pembentukan panitia pengadaan/pejabat (panitia Pokja) pengadaan/unit
layanan pengadaan. Panitia pengadaan dapat dibuat untuk setiap pengadaan
atau dibuat untuk beberapa kali pengadaan dalam waktu tertentu (panitia
tetap dengan masa kerja 1 tahun/lebih).
2. Penyusunan dan pengesahan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
3. Penyusunan dan pengesahan dokumen pemilih penyedia barang
4. Pengumuman pelelangan/seleksi/pengadaan.
5. Prakualifikasi/pascakualifikasi penyedia barang.
6. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilih penyedia barang.
7. Penjelasan (aanwijzing)
8. Pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran.
9. Evaluasi penawaran
10. Pengumuman penangan
11. Sanggahan peserta lelang.
12. Penunjukan pemenang lelang.
13. Penandatangan kontrak.
Elemen kunci transparansi dan keadilan pelaksanaan tender adalah kerahasiaan
informasi tender. Panitia tender harus mampu menjaga kerahasiaan informasi dari
peserta tender dan memastikan bahwa informasi tersebut tidak bocor, tidak tertukar,
dan tidak dimanipulasi untuk kepentingan peserta tender tertentu. Nilai evaluasi
penawaran terbaik adalah penawaran yang paling responsif dengan bobot skor
tertinggi.

Audit atas Inspeksi dan Penerimaan Barang/Jasa


Pengendalian yang tidak memadai pada tahap ini dapat berakibat pada:
1. Kegagalan dalam memenuhi standar kuantitas dan kualitas atau standar
pelaksanaan lainnya;
2. Pengalihan barang untuk dijual kembali atau digunakan secara pribadi oleh
pihak tertentu;
3. Adanya praktik pemberian gratifikasi;
4. Pemalsuan kualitas atau sertifikat standar;
5. Penyajian fraktur yang lebih besar atau lebih kecil.
Ketentuan penerimaan barang seperti yang tercantum dalam pedoman pengadaan
barang/jasa adalah panduan utama bagi petugas inspeksi dalam melakukan tugas
wewenang dan tanggung jawabnya. Titik kritis pada tahap ini adalah kecermatan
dari petugas penerima dan penilai dalam memastikan bahwa barang/jasa yang
diterima telah memenuhi seluruh spesifikasi dan waktu penyerahan yang
dipersyaratkan.
Beberapa kecurangan yang mungkin terjadi pada tahap inspeksi dan penerimaan
barang atau jasa:
a. Kuantitas/volume pekerja/barang yang diserahkan tidak sesuai dengan
kontrak.
b. Kualitas pekerja yang diserahkan lebih rendah dari ketentuan dalam
spesifikasi teknis/kontrak
c. Keterlambatan penyerahan barang.
d. Perintah perubahan volume (contract change order) dalam rangka KKN.
e. Kriteria penerimaan barng yang bias.
f. Jaminan pancajual yang palsu.
g. Data lapangan yang dipalsukan.

Audit atas Pembayaran dan Pelaporan


Tahap ini menyangkut penyelesaian kewajiban organisasi kepada pihak pemasok
dan pertanggung jawaban komite pengadaan atas tugas, wewenang, dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
Kewajiban terakhir dari panitia pengadaan adalah pembuatan laporan pengadaan,
yang melaporkan pelaksanaan pengadaan, kemampuan memperoleh barang/jasa
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan besarnya dana yang terserap
dalam pengadaan tersebut.
Penyimpangan yang mungkin terjadi pada tahap pembayaran dan pelaporan :
a. Pembayaran yang tidak sesuai dengan kemajuan fisik.
b. Pembayaran fiktif.
c. Kekurangan pemungutan penyetoran pajak/PNBP.
d. Pelaporan yang tidak dilaksanakan.
e. Pelaporan yang tidak sesuai keadaan.
f. Pelaporan yang tidak lengkap.
g. Pelaporan yang tidak sesuai peraturan.
h. Tidak dibuat berita acara (BA) pembayaran.

BAB IV
AUDIT SUMBER DAYA MANUSIA
Fungsi SDM dalam mempersiapkan dan mengelola SDM memegang peranan yang
sangat penting dalam pencapaian keunggulan bersaing perusahaan. Dalam hal ini,
fungsi SDM memegang peranan dan tanggung jawab penting dalam memasok
SDM yang memenuhi kualifikasi (kompetensi, loyalitas, dan etos kerja yang tinggi)
sesuai dengan kebutuhan keunggulan bersaing perusahaan.
Penilaian untuk memastikan apakah fungsi ini telah mampu meberikan kontribusi
terbaiknya pada perusahaan, yang meliputi:
1. Terpenuhinya SDM yang memenuhi kualifikasi perusahaan.
2. Proses SDM telah berjalan dengan baik, wajar dan objektiv.
3. Pemberdayaan SDM menjadi bagian utama dalam pengelolaan SDM.
4. Menjadikan kepuasan kerja karyawan sebagai bagian dari keberhasilan
perusahaan.
5. Sederet permasalahan lain yang berhubungan dengan SDM.
Untuk memastikan bahwa fungsi SDM telah berjalan dan mampu memberikan
kontribusinya dengan baik dalam pencapaian keberhasilan perusahaan, harus
dilakukan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan dan pengendalian program-
program SDM yang dikembangkan pada fungsi ini dalam mencapai tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Evaluasi secara menyelluruh terhadap tujuan,
rencan dan program/aktivitas SDM dilakukan dengan melaksanakan audit atas
fungsi SDM.
Pengertian Audit SDM
Audit SDM merupakan penilaian dan analisis yang komprehensif terhadap
program-program SDM. Audit SDM menekankan penialian (evaluasi) terhadap
berbagai aktivitas SDM yang terjadi pada perusahaan dalam rangka memastikan
apakah aktivitas tersebut telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif dalam
mencapai tujuannya serta memberikan rekomendasi perbaikan atas berbagai
kekurangan yang masih terjadi pada aktivitas SDM yang diaudit untuk
meningkatkan kinerja dari program/aktivitas tersebut.
Audit SDM membantu perusahaan meningkatkan kinerja atasd pengelolaan SDM
dengan cara:
1. Menyediakan umpan balik nilai kontribusi fungsi SDM terhadap strategi
bisnis dan tujuan perusahaan,
2. Menilai kualitas praktik, kebijakan, dan pengelolaan SDM,
3. Melaporkan keberadaan saat ini dan langkah-langkah perbaikan yang
dibutuhkan,
4. Menilai biaya dan manfaat praktik-praktik SDM,
5. Menilai hubungan SDM dengan manajemen lini dan cara-cara
meningkatkannya,
6. Merancang panduan untuk menentukan standar kinerja SDM,
7. Mengidentifikasi area yang perlu diubah dan ditingkatkan dengan
rekomendasi khusus.
Kerangka Kerja Audit SDM
Kerangka kerja audit SDM menghubungkan pengelolaan SDM dengan tujuan
bisnis perusahaan secara keseluruhan. Daam hubungan ini, audit menilai dukungan
SDM terhadap pencapaian tujuan perusahaan, komitmen perusahaan dalam
memberdayakan, dan melibatkan SDM serta mengidentifikasi permasalahan yang
terjadi dalam hubungan tersebut dan merekomendasiakn langkah-langkah
perbaikan yang diperlukan.
Tujuan Audit SDM
Ada beberapa ha yang ingin dicapai melalui audit SDM yang merupakan tujuan
dari dilakukannya audit tersebut, antar lain:
1. Menilai efektivitas dari fungsi SDM,
2. Menilali apakah program/aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis,
efektif dan efisien;
3. Memastikan ketaatan berbagai program/aktivitas SDM terhadap ketentuan
hukum, peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan;
4. Mengidentifikasi berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap
aktivitas SDM dalam menunjang kontribusinya terhadap perusahaan;
5. Merumuskan beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan
ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas berbagi program/aktivitas SDM.
Manfaat Audit SDM
William B Werther, Jr. Dan Keith Davis menyebutkan beberapa manfaat dari audit
SDM antara lain :
1. Mengidentifikasi konstribusi dari departemen SDM terhadap organisasi;
2. Meningkatkan citra profesional departemen SDM;
3. Mendorng tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih tinggi karyawan
departemen SDM;
4. Memperjelas tugas-tugas dan tanggung jawab departemen SDM;
5. Mendorong terjadinya keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM;
6. Menemukan masalah-masalah kritis dalam bidang SDM;
7. Memastikan ketaatan terhadap hukum dan peratura, dalam praktik SDM;
8. Menurunkan biaya SDM melalui prosedur SDM yang lebih efektif;
9. Meningkatkan keinginan unutk berubah dalam departemen SDM;
10. Memberikan evaluasi yang cermat terhadap sistem informasi SDM.
Pendekatan Audit SDM
Ada tiga pendekatan utama dalam audit SDM yang umum digunakan, yaitu:
1. Menetukan ketaatan pada hukum dan berbagai peraturan yang berllaku;
2. Mengukur kesesuian program dengan tujuan organisasi;
3. Menilai kinerja program.
Menentukan Ketaan Pada Hukum dan Peraturan yang Berlaku
Audit menekankan penilaian bagaimana perusahaan menetapkan berbagai
peraturan dan kebijakan yang secara internal berlaku di perusahaan, apakah telah
sesuai dengan aturan dan hukum yang ditetapkan pemerintah sebagai pemegang
otoritas dan apakah setiap komponen dalam organisasi menjalankan aktivitasnya
sesuai dengan aturan dan kebijakan tersebut.
Berbagai peraturan telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dnegan ketenagakerjaan
seperti Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan berbagai
peraturan lain yang merupakan penjabaran dari undang-undang tersebut. Peraturan
ini mengatur tentang haka dan kewajiban perusahaan terhadap tenaga kerja dan
pemerintah, sebagai pihak pemberi kerja serta hak dan kewajiban tenaga kerja
terhadap perusahaan, sebagi pihak yang memberikan jasanya kepada perusahaan
dan bagaiman kedua belah pihak sama-sam menjaga hubungan yang harmonis
sehingga tujuan karyawan dan perusahaan dapat tercapai dengan baik.
Mengukur Kesesuaian Program Dengan Tujuan Organisasi
Membuat setiap orang sebagai dari setiap langkah yang diambil dan
memperbollehkannya berpendapat (memiliki peran) dalam keberhasilan
perusahaan, merupakan sumber peningkatan produktifitas yang sangat berarti bagi
perusahaan .
Adanya keselarasan tujuan akan menjadikan aktifitas organisasi berjalan seirama
dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Disamping itu, hal ini juga
dapat menghindari benturan antarbagian yang ada, yang dipicu oleh kebutuhan
jangka pendek masing-masing bagian berdasarkan ego sektoral masing-masing.
Pemberdayaan SDM dapat diwujudkan dalam berbagai program yang memberikan
kesempatan yang sebesar-besarnya bagi karyawan untuk berpartisipasi dan
mengambil peran dalam mencapai keberhasilan perusahaan. Oeh karena itu,
penilaian terhadap kesesuaian dan dukungan program/aktivitas SDM terhadap
strategi pencapian tujuan perusahaan menjadi sorotan yang penting dalam audit
SDM.

Mengukur Kinerja Program


Mengukur kinerja program berati menghuubungkan aktivitas aktuall program SDM
yang diaudit dengan ukuran-ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Disamping ukuran-ukuran keberhasilan, penilian kinerja program juga
dihubungkan dengan strategi dan rencana yang telah ditetpkan.
Penilaian ditekankan pada ekonomisasi, efisiensi, dan efektifitas program dalam
mencapai tujuannya. Dari hasil audit akan diketahui apakah beberapa program
masih mungkin untuk ditingkatkan kinerjanya, atau memang program tersebut
beum berjalan secara maksimal karena dihadapkan pada suatu kondisi diluar
kemampuan manajemen untuk mengendalikannya (uncontrollable) dan bagaimana
tindak lanjut (rencana perbaikan) yang mungkin dilakukan untuk memperbaiki
kekurangan yang masih terjadi pad program-program SDM tersebut.
Langkah-langkah Audit
Secara umum ada lima tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen dan
audit SDM mengacu pada tahapan ini dalam pelaksanaannya. Langkah (tahapan)
tersebut melipuuti :
1. Audit pendahuluan,
2. Review dan pengujian pengendalian manajemen atas program-program
SDM,
3. Audit lanjutan,
4. Pelaporan,
5. Tindak lanjut.

Audit Pendahuluan
Dalam usulan pemeriksaan salah satu point penting yang mutlak perlu
dikemukakan adalah penentuan aktivitas atau organisasi yang akan diperiksa.
Untuk dapat melakukan penetapan/penetuan aktivitas atau organisasi mana yang
akan diperiksa, si pemeriksa perlu mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini:
a. Peraturan perundang-undangan atau kebijaksanaan tertentu yang
mewajibkan diadakannya pemeriksaan terhadap aktivitas atau organisasi
tertentu.
b. Permintaan pemeriksaan dari badadn legislatif, komite pemeriksaan atau
dewan eksekutif.
c. Arti penting tidaknya suatu program atau aktivitas atau organisasi terentu
ditinjau dari ukuran jumlah penegluaran, investasi dalam aktiva dan jumlah
penghasilan.
d. Pengetahuan yang dimiliki oleh sipemeriksa dan kompleksitas sistem
pengendalian intern maupun sistem pengendalian manajemen.
e. Ada tidaknya program baru ataupun organisasi baru ayng memerlukan
perhatian khusus.
f. Ada tidaknya permintaan usulan pemeriksaan atas aktivitas atau fungsi
tertentu.

Ada 3 (tiga) elemen pokok dalm tujuan audit:


1. Kriteria (criteria)
Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap
individu/kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
2. Penyebab (cause)
Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh setiap
individu/kelompok di dalam perusahaan, dapat bersifat positif,
program/aktivitas berjalan dengan tingkat dan efisiensi yamg tinggi dan
begitu juga sebaliknya.

3. Akibat (effect)
Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang
berhubungan dengan penyebab tersebut.
Tahap pemeriksaan pendahulaun bagi pemeriksa adalah untuk memperoleh
informasi umum dan informasi latar belakang dalam waktu yang relatif singkat
mengenai semua aspek yang berhubungan denagn organisasi, aktivitas, program
atau sistem dari entitas yang diperiksa.
Pada tahapan ini semua informasi yang diperoleh bukanlah merupakan bukti
(evidence) melaikan hanyalah merupakan deskripsi yang mana umumnya dapat
dikelompokkan dalam beberapa hal, yaitu:
1. Hal yang berkenaan dengan organisasi
a. Lokasinya
b. Susunan manajemennya
c. Sejarah pendiriannya
d. Jumlah tenaga kerja yang terlibat di dalamnya
e. Jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan
f. Kebijakan-kebijakan organisasinya
g. Kewajiban-kewajiban hukum yang melekat
h. Akte dan perubahan akte yang berhubungan dengan organisasi.
2. Hal yang berkenaan dengan aktivitas
a. Jenis aktivitas
b. Personalia yang bertanggung jawab atas pelaksanaan aktivitas
c. Kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas
d. Prosedur khusus yang diupayakan untuk mensukseskan pelaksanaan
aktivitas.
3. Hal yang berkenaan dengan program
a. Maksud dan tujuan program
b. Keterkaitan antar unit organisasi yang dijalankan dalam upaya
pencapaian tujuan program
c. Kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan
program
d. Peraturan administratif yang berhubungan dengan program.
Pemeriksa pada akhir tahapan pemeriksaan pendahuluan diharapkan dapat
menetapkan sasaran pemeriksaan meskipun masih merupakan sasran pemeriksaan
sementara (tentative audit objective). Lebih lanjut pemeriksa perlu memperoleh
bukti-bukti yang relevan yang berkaitan dengan sasaran pemeriksaan sementara
yang telah ditentukan sebelumnya meskipun bukti yang diperoleh pada tahap ini
tidaklah perlu banyak jumlahnya ataupun material nilainya ataupun bukti yang
kompeten akan tetapi cukup bukti yang relevan dengan sasaran pemeriksaan
sementaranya.
Pemeriksa perlu menentukan suatu area pemeriksaan yang spesifik yang mana
merupakan area yang akan diperiksa dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Jumlah dana yang dikeluarkan
Semakin besar dana yang tertanam dan dikeluarkan semakin besar pula
kebutuhan adanya peningkatan pada cara penanganan dan penggunaan
dana.
2. Perhatian dan peersepsi pejabat (executive in terest)
Dalam banyak hal seringkali perhatian dan pandangan pejabat yang
bertanggung jawab atas aktivitas memiliki ketajaman penelaahan yang lebih
baik dibandingkan pemeriksa sendiri.

Anda mungkin juga menyukai