Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan II
Disusun Oleh:
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ”ILMU
KEPERAWATAN II : ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKTRIN “ .
Makalah ini berisi tentang Asuhan Keperawatan Sistem Endoktrin. Penyusun juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen IK 2 yaitu Bapak Yunus,
S.Kep.,Ners.,M.Kep yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti
tentang bagaimana cara menyusun makalah yang baik sesuai kaidah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
1. HIPERTIROID ........................................................................................
A. Definisi ..............................................................................................
B. Etiologi ..............................................................................................
C. Epidemiologi .....................................................................................
D. Patofisiologi ......................................................................................
E. Tanda Dan Gejala ..............................................................................
F. Penatalaksanaan ................................................................................
G. Faktor Resiko ....................................................................................
H. Manifestasi Klinis .............................................................................
I. Prognesis ...........................................................................................
J. Diagnosis ...........................................................................................
K. Klasifikasi .........................................................................................
L. Patogenesis ........................................................................................
ii
E. Patofisiologi ......................................................................................
F. Tanda Dan Gejala ..............................................................................
G. Diagnosis ...........................................................................................
H. Penatalaksanaan ................................................................................
I. Komplikasi ........................................................................................
1. HIPERTIROID ........................................................................................
A. Anamnesa ..........................................................................................
B. Pemeriksaan Fisik .............................................................................
C. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................
D. Diagnosa Keperawatan......................................................................
E. Perencanaan Keperawatan ................................................................
F. Tindakan Keperawatan......................................................................
G. Evaluasi Keperawatan .......................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran
klinis akibat produksi hormone tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiriod
yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium,
maka lodium radiaktif dalam dosisi kecil dapat di gunakan untuk mengobati
( mengurangi intensitas fungsinmya ).
Cushing Syndrome adalah hiperaktivitas atau hiperfungsi kelenjar adrenal
sehingga mengakibatkan hipersekresi hormon glukokortikoid (kortisol).
Bentuk gangguan ini relatif jarang dijumpai. Sindrom cushing adalah
keadaan glukokortikoid yang tinggi dan mencakup kelebihan
glukokortikoid yang disebabkan oleh pemberian terapeutik kortikosteroid.
Sindrom cushing merupakan pola khas obesitas yang disertai dengan
hipertensi, akibat dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal
karena hiperfungsi korteks adrenal
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil kasus yang telah
ditetapkan untuk membahas asuhan keperawatan pada sistem endoktrin.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu hipertiroid dan sindrom cushing?
2. Bagaimana etiologi hipertiroid dan sindrom cushing?
3. Bagaimana epidemiologi hipertiroid dan sindrom cushing?
4. Bagaimana patofisiologi hipertiroid dan sindrom cushing?
5. Bagaimana tanda dan gejala hipertiroid dan sindrom cushing?
6. Bagaimana penatalaksaan hipertiroid dan sindrom cushing?
7. Apa saja faktor risiko hipertiroid dan sindrom cushing?
8. Bagaimana manifestasi klinis hipertiroid dan sindrom cushing?
9. Bagaimana prognosis hipertiroid dan sindrom cushing?
10. Apa saja diagnosis pemeriksaan hipertiroid dan sindrom cushing?
11. Apa saja komplikasi dari penyakit hipertiroid dan sindrom cushing?
12. Bagaimana pathogenesis hipertiroid dan sindrom cushing?
13. Apa saja anamnesa hipertiroid dan sindrom cushing?
1
14. Bagaimana pemeriksaan fisik pada klien hipertiroid dan sindrom
cushing?
15. Apa saja pemeriksaan diagnostik hipertiroid dan sindrom cushing?
16. Apa saja diagnosa keperawatan pada hipertiroid dan sindrom cushing?
17. Bagaimana perencanaan keperawatan hipertiroid dan sindrom cushing?
18. Apa saja tindakan keperawatan hipertiroid dan sindrom cushing?
19. Bagaimana evaluasi keperawatan hipertiroid dan sindrom cushing?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas makalah ini mahasiswa dapat menguasai
materi tentang asuhan keperawatan sistem endoktrin.
2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan tugas makalah ini mahasiswa dapat :
a. Untuk mengetahui hipertiroid dan sindrom cushing
2
m. Untuk mengetahui anamnesa hipertiroid dan sindrom cushing
n. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik hipertiroid dan sindrom
cushing
o. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hipertiroid dan sindrom
cushing
p. Untuk mengetahui perencanaan hipertiroid dan sindrom cushing
q. Untuk mengetahui tindakan hipertiroid dan sindrom cushing
r. Untuk mengetahui hasil evaluasi hipertiroid dan sindrom cushing
3
BAB II
TINJAUAN DASAR
1. HIPERTIROID
A. Definisi
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran
klinis akibat produksi hormone tiroid yang berlebihan oleh kelenjar
tiriod yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin
dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosisi kecil dapat di gunakan
untuk mengobati ( mengurangi intensitas fungsinmya ).
B. Etiologi
Hiperparatiroidisme primer terjadi ketika hubungan normal antara kadar
kalsium dan sekresi paratiroidisme hormone (PTH) terganggu. Interupsi
terjadi pada adenoma atau hiperplasi kelenjar tanpa adanya cidera.
4
Hiperparatiroidisme sekunder terjadi pada kelenjar yang hiperplasi
akibat malfungsi sistem organ lainnya. Keadaan ini biasanya akibat
gagal ginjal tetapi dapat juga terjadi akibat kanker seperti myeloma
multiple, atau metastasis kanker tulang .
Hiperparatiroidisme tersier. Terjadi jika produksi PTH adalah
ireversibel (autonom) pada penderita dengan kadar kalsium yang
normal atau rendah .
5
dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon tiroid. Gangguan
kulit menyebabkan jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat
banyak.
b. Toxic Nodular Guiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bias
satu atau banayak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau
biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormone tiroid
yang berlebih
c. Minum obat hormone tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
control ke dokter yang tidak teratur. Sehinnga pasien terus minum obat
tiroid, ada pula orang yang minum hormone tiroid dengan tujuan
menurunkan badan hingga timbul efek samping
d. Produksi TSH yang abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebih,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak
e. Tiroiditis ( radang kelenjar tiroid )
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, di sebut tiroiditis
pasca persalinan, di mana pase awal timbul keluhan hipertiroid, 2-3
bulan kemudian timbul gejala hipotiroid
f. Konsumsi yodium Berlebih
Bila konsumsi berlebih akan menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada
kelainan kelenjar tiroid
C. Epidemiologi
Sampai saat ini belum ada didapatkan angka yang pasti insidensi dan
prevalensi penyakit Graves’ di Indonesia. Sementara di Amerika Serikat
Sebuah studi yang dilakukan di Olmstead Country Minnesota
diperkirakan kejadian kira-kira 30 kasus per 100.000 orang per tahun .
Prevalensi tirotoksikosis pada ibu adalah sekitar 1 kasus per 500 orang.
6
Di antara penyebab tirotoksikosis spontan, penyakit Graves’ adalah
yang paling umum 3. Penyakit Graves’ merupakan 60-90% dari semua
penyebab tirotoksikosis di berbagai daerah di dunia. Dalam Studi
Wickham di Britania Raya, dilaporkan 100-200 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Insidensi pada wanita di Inggris telah dilaporkan
80 kasus per 100.000 orang per tahun. Pada populasi umum prevalensi
gangguan fungsi hormon tiroid diperkirakan 6% 3 Wengjun Li dkk
(2010) dari Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai- Cina, meneliti
tentang hubungan penyakit Graves’ dan Resistensi insulin (RI), pada
27 subjek penyakit Graves’ terjadi gangguan metabolisme glukosa
sebesar 63,0 % dengan RI 44,4 %. . 21 Chih H C dkk (2011) dari Divisi
endokrin dan metabolik, bagian Penyakit Dalam, Kaohsiung Veterans
General Hospital, Kaohsiung-Taiwan meneliti tentang RI pada pasien
hipertiroidism sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid dan
dijumpai adanya perbaikan RI pada pasien yang mendapat pengobatan
selama 3-7 bulan (Journal of Thyroid Research 2011).
D. Patofisiologi
Fungsi normal PTH adalah untuk meningkatkan resorpsi tulang,
sehingga dapat memelihara keseimbangan ion kalsium dan fosfor dalam
darah. Serkulasi berlebihan dari PTH dapat menyebabkan kerusakan
tulang, hiperkalsemia, dan kerusakan ginjal
E. Patologi
a. TSH serum ( biasanya menurun )
b. T3 dan T4 (biasanya meningkat)
c. Test darah hormon tiroid
d. X-ray scan, CAT scan, MRI scan ( untuk mendeteksi adanya tumor)
7
F. Tanda dan Gegala
Pembengkakan tiroid
Gugup
Intoleransi terhdap panas
Peberkeringat
nurunan berat badan dengan peningkatan nafsu makan
sering buang air besar
tremor
palpitasi
eksolfalmus ( dianggap ciri khas, namun sering di anggap tidak ada
sebagian besar pasien dengan tirotokosis )
perasaan lelah dan lemas
nyrti otot dan sendi
berat badan meningkat
susah buang air besar
merasa dingin
wanita: haid menjadi lebih deras dan lebih sering
suara ,enjadi serak dan serak
perasaan stress dan pelupa
G. Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa hal antara lain berat
ringannya tirotoksikosis, usia pasien, besarnya struma, ketersediaan
obat antitiroid dan respon atau reaksi terhadapnya serta penyakit lain
yang menyertainya. Tiga jenis pengobatan terhadap hipertiroidisme
antara lain:
a. Obat anti tiroid
Golongan tionamid terdapat dua kelas obat golongan tionamid,
yaitu tiourasil dan imidazole. Tiourasil di pasarkan dengan nama
prepiltiorasil (PTU) dan imidazole di pasarkan dengan nama
8
metimazol dan karmidazol. Obat golongan tionabid lain yang baru
beredar ialah tiamazol,lain yang isinya sama dengan metimazol.
Obat golongan tionamid lain yang baru beredar ialah tiamazol dan
mempunyai efek intra dan ekstratiroid. Mekanisme aksi intratiroid
yang utama ialah mencegah atau mengurangi biosintesis hormone
tiroid T3 dan T4, dengan cara menghambat oksidasi dan
organifikasi iodium, menghambat coupling iodotirosin, mengubah
struktur molekul tiroglobulin dan menghambat sintesis tiroglobulin,
sedangkan mekanisme aksi ekstra tiroid yang utama ialah
menghambat konversi T4 menjadi T3 di jaringan feriver (hanya
PTU, tidak pada metimazol). Atas dasar kemampuan menghambat
konversi T4 ke T3 ini, PTU lebih di pilih dalam pengobatan krisis
tiroid yang memerlukan penurunan segera hormone tiroid di ferifer.
Sednagkan kelebuhan metimazol adalah efek umum terjadi dari
pemberian PTU dengan dosis awal 100-150 mg setiap 6 jam.
Setelah 4-8 minggu, dosis di kurangi menjadi 50-200 mg, 1 atau 2
kali srehari, metimazole mempunyai masa kerja yang lama
sehingga dapat di berikan dosis tunggal sehari sekali. Terapi di
mulai dengan dosis metimetazole, 40 mg setiap pagi Selama 1-2
bulan, di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 5-20 mg perhari.
b. Pembedahan
c. Terapi youdium radioaktif
H. Faktor resiko
a. Terjadinya hpertiroidisme
Menurut anonim (2008), factor-faktor risiko seseorang untuk
terkena hipertiroidisme sebagai berikut:
1. Memiliki riwayat gangguan tiroid sebelumnya seperti gointer
atau pernah menjalani operas kelenjar tiroid
2. Memiliki riwayat autoimun seperti diabetes militus dan
gangguan hormonal
3. Adanya riwayat gangguan tiroid di keluarga.
4. Mengkonsumsi iodine dalam jumlah berlebihan secara kronik
5. Menggunakan obat-obatan yang mengandung iodine seperti
amiodarone
6. Berusia lebih dari 60 tahun
b. Kambuh ( relapase )
Terjadinya kekambuhan setelah pengobatan hipertiroidisme
terutama dengan obat antitiroid cukup tinggi dengan persentase 30-
70% ( bartalena,2011). Kekambuhan pasien hipertiroidisme dapat
terjadi satu tahun setelah pengobatan di hentikan hingga bertahun-
9
tahun setelahnya. Secara umum faktor-faktor resiko terjadi
kekambuhan hipertiroidisme adalah sebagai berikut:
1. Berusia kurang dari 40 tahun
2. Ukuran goiter tergolong besar
3. Merokok
4. Serum TSH-receptor antibody (TSAb) masih terdeteksi di akhir
pengobatan dengan obat anti tiroid.
5. Faktor fsikologis seperti defresi
I. Manifestasi Klinis
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan
panas, intoleransi terhadap panas, keringat berlebih
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar,(nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. (gondok) biasanya yaitu: peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus) hal ini terjadi sebagai akibat dari
penimunan zat di dalam orbit mata
J. Prognosis
Penyakit ini merupakan kelainan yang progresif , tumbuh lambat, dan
jarang fatal, komplikasi berhubungan dengan defosmitas, tulang yang
lemah, kerusakan saraf, dan fraktur patologis.dapat terjadi perubahan
malignan menjadi osteosarcoma (1-15%)
10
temukan defisiensi mental dan retardasi pertumbuhan. Hormone tiroid
sangat penting untuk pertumbuhan otak, maka di oerlukan diagnosis
biokimia untuk mengetahui apakah ada kelainan apa tidak agar segera
di berikan tatalaksana untuk mencegah kerusakan otak yang irreversible.
Keterlambatan diagnosis, kegagalan untuk menangani hyportyroximia
secara cepat, pengobatannya yang tidak adekuat, dan pemenuhan yang
kurang 2 sampai 3 tahun pertama kehidupan dapat menghasilkan derajat
kerusakan otak yang variasi.
K. Diagnosis
Diagnosis hiperparatiroidisme di tegakan berdasarkan peningkatan atau
normalnya kadar hormone paratiroid dalam serum pada keadaan
peningkatan kadar kalsium dalam serum.
Bentuk frimer di definisikan sebagai terjadinya penyakit di dalam
kelenjar itu sendiri, sedangkan bentuksekunder merupakan respons
kompensasai terhadap hipokalsemia seperti yang terlihat pada gagal
ginjal.
Hipertiroidisme di tegakan tidak hanya berdasarkan gejala dan tanda
klinis yang di alami pasien, tetapi juga berdasarkan hasil laboratorium
dan radiodiagnostik
Menurut Ghandor dan Reust (2011) untuk menegakan diagnostik
hipertiroidisme, perlu di lakukan pemeriksaan kadar TSH serum T3
bebas, T4 bebas, dan iodine radio aktif
a) TSH Thyroid stimulating hormone (TSH) merupakan hormone yang
di produksi oleh hipofisis untuk menstimulasi pembentukan dan
skresi hormone tiroid oleh kelenjar tiroid. Pada kondisi normal
terdapat negative feedback axi. Apabila kadar hormone tiroid di
aliran darah melebihi normal, maka hifofisis akan mengurangi skresi
TSH yang pada akhirnya akan mengembalikan kadar hormone tiroid
kembali normal. Sebaliknya apabila kadar hormone tiroid rendah
maka hifofisis akan mensekresi TSH untuk memacu produksi
hormone tiroid
Pada semua kasus hipertiroidisme ( kecuali hipertiroidisme
sekunder atau yang di sebabkan produksi TSH berlebih ) serum TSH
akan sangat rendah dan bahkan tidak terdeteksi (<0,0 mU/L.). hal ini
bahkan dapat di amati pada kasus hipertiroidisme ringan dengan
nilai T4 dan T# yang normal sehingga pemeriksaan serum TSH di
rekomendasikan sebagai pemeriksaan standar yang harus di lakukan
(Bhn et al,2011)
b) T4 dan T3
Pemeriksaan serum tiroksin (T4) triodotironim (T3) ddi
rekomendasikan sebagai pemeriksaan standar untuk diagnosis
11
hipertiroidisme. Pemeriksaan utamanya di lakukan pada bentuk
bebas dari hoemon tiroid karna yang menimbulkan efek biologis
pada sistem tubuh adalah bentuk tak terikatnya.
Pada awal terapi baik dengan obat anti tiroid, iodine radioaktif dan
tiroidektomi pemeriksaan kadar hormone tiroid perlu di lakukan
untuk mengetahui kondisi sebelum terapi. Satu bulan setelah terapi
perlu di lakukan pemeriksaan terhadap free T4 , total T3 dan TSH
untuk mengetahui efektivitas terapi yang di berikan dan
pemeriksaan di lakukan setiap satu bulan sehingga pasien euthyroid
(Bahn et al,2011).
Sealain itu dari rasio total T3 dan T4 dapat di gunakan untuk
mengetahui etiologi hipertiroidsme yang di derita pasien. Pada
pasien penderita hipertiroidisme akibat Graves Disease dan Toxic
nodular goiter rasio total T3 dan T4>20 karena lebih banyak T3 yang
di sientasis pada kelenjar hipertiroid hiperaktif di banding T4
sehingga rasio T3 lebih besar. Sedangkan pada pasien painless
thyroiditis dan post-partum thyroiditis rasio total T3 dan T4<20
(Bahn et al 2011;Baskin et al,2002).
Menurut Beastall et al (2006), monitoring pada pasien
hipertiroidisme yang menggunakan obat anti tiroid tidak cukup
hanya di tegakan dengan pemeriksaan kadar TSH. Hal ini di
sebabkan pada pasien hipertiroidisme terutama Graves disease kadar
TSH di temukan rendah pada awal pemakaian obat anti tiroid
sehingga untuk melihat efektifitas terapi perlu di lakukan
pemeriksaan kadar T4 bebas.
c) Thyroid Receptor Antibodies (TRAb)
Dalam menegakan diagnosis hipertiroid akibat autonium atau
Graves disease perlu di lakukan pemeriksaan titer antibody ( anti-
TPOAb), thyroid stimulating antybodi (TSAb) dan anti rogrobuline
antybodi (anti-TgAb)
Ditemukan TPOAb , TSAb dan TgAb mengindikasikan
hipertiroidisme pasien di sebabkan karena Graves disease TPOAb di
temukan pada 70-80% pasien. TgAb pda 30-50% pasien dan TSAb
pada 70-95% pasien (joshi,2011)
Pemeriksaan anti bodi dapat di gunakan untuk memproduksi
hipertiroidisme pada orang dengan faktor resiko missal memiliki
keluarga yang trkena gangguan tiroid dan tiroiditas post partum
(stagnario-Hreen et al,2011).
12
d) Radoaktive Iodine Uptake
Iodine radioaktif merupakan metode yang di gunakan untuk
mengetahui beberapa banyak idione yang di lakukan dan di ambil
melalui tranfor Na+/Idi kelenjr tiroid. Pada metode ini pasien di
minta menelan kapsul atau cairan yang berisi iodine radioactive dan
hasilnya di ukur setelah priode tertentu, biasanya 6 atau 24 jam
kemudian.
Pada kondisi hipertiroidisme primer seperti Graves disease toxic
adenoma dan toxic multinodular goiter akan terjdi peningkatan
uptake iodine radioactive. (Beastle et al,2006)
e) Scintiscanning
Scintiscaning merupakan metode pemeriksaan fungsi tiroid dengan
menggunakan unsur radioaktif. Unsur yang di gunakan dalam tiroid
scintiscanning adalah radio iodine (I ‘131) dan technetium (TcO4).
Kelebihan penggunaan thecnetium radioaktif dari pada iodine
diantaranya harganya yang lebih murah dan pemeriksaan dapat di
lakukan lebih cepat. Namun kekurangannya resiko terjadi false-
positive lebih tinggi dan kualitas gambar kurang baik di bandingkan
dengan penggunaan radioiodine (Gharib et al,2011).
Karena pemeriksaan dengan untrasonografhy dan FNAC lebih
efektif dan akurat, scinntiscaning tidak lagi menjadi pemeriksaan
utama dalam hipertiroidisme. Menurut Gharib rt al (20011) indikasi
perlunya di lakukan stinciscanning di antaranya pada pasien dengan
nodul tiroid tunggal dengan kadar TSH rendah dan pasien dengan
multinodular goiter, selain itu dengan scinntiscaning dapat di
ketahui etiologi nodul tiroid pada pasien, apakah tergolong hot
(fungsinya rendah)
f) Ultraound scanning
Untrasonografhy (US) merupakan metode yang menggunakan
gelombang sura dengan frekuensi tinggi untuk menggunkaan
gambaran bentuk dan ukuran kelenjra tiroid, kelebihan metode ini
adalah mudah untuk di lakukan, noninvasive, serta akurat dalam
menentukan karakteristik nodul toxic multinodular goiter serta dapat
menentukan akurat (Beastall et al,2006)Pemeriksaan US bukan
merupakan pemeriksaan utama pada kasus hipertiroidisme,indikasi
perlunya di lakukan pemeriksaan US di antaranya pada pasien
dengan nodul tiroid yng teraba, pasien dengan multinodular goiter,
dan pasien dengan faktor risiko kanker tiroid (Gharib et al,2010).
13
g) Fine Needle aspiration Cytologi (FNAC)
FNAC merupakan pengambilan prosedur sample sel kelenjar tiroid
(biopsi) dengan menggunkan jarum yang sangat tipis . keuntungan
dari metode ini adalah praktis, tidak di perlukan persiapan khusus
dan tidak menggunakan aktivitas pasien setelahnya, pda kondisi
hipertiroidisme dengan nodul akibat toxic adenoma atau
multinodular goitar FNAC merupakan salah satu pemeriksaan
utama yang harus di lkukan untuk membantu menegakan diagnosis
hasil dari bopsi pasien dapat berupa tidak terdiagnosis (jumlah sl
tidak mencakupi untuk di lakukan analisis) benign (non kanker)
suspiciolus (nodul di curigai kanker) dan malignant (kanker) (Bahn
et al, 2011) Beastall et al, 2006).
MENURUT Ghorib et al (20011) pada pasien dengan nodul
berukuran kecil yang tidak tampak atau tidak teraba maka FNAC
perlu di lakukan dengan bantuan ultrasonography. Selain itu
penggunaan bantuan untrasonografhy juga di sarambkan pada
kondisi pasien dengan multidodular goiter dan abesitas.
L. Klasifikasi
Hipertiroid kongenital terdiri dari hipertiroid kongenital
primer,sekunder dan tersie.untuk hipertiroid sekunder kerusakan terjadi
di hihipofisis dan untuk hipotiroid kongenital primer, kerusakan terjadi
pada bagian tiroid dan untuk hipoteroid kongenital tersier kerusakan
terjadi pada pituitari. Untuk kondisi ini kita dapat membagi pasien
dengan hipotiroid kongenital primer ke dalam 4 kelompok sebagai
berikut:
1. Tidak adanya kelenjar tiroid (Athyrosis )
Pada kelompok ini kelenjar tiroid gagal terbentuk sebelum
kelahiran. Kelenjar tersebut absen dan tidak akan dapat berkembang,
sehinnga sebagai konsikuensi tidak ada hormone tiroksin yang di
produksi. Kondisi ini dapat di sebut agnesis tiroid atau Athirosis.
Kondisi ini lebih sering di temukan pada perempuan di bandngkan
laki-laki, sekitar 2:1. Kondisi ini dapat di temukan pada 1 dari
10.000 bayi lahir, dan merupakan 35% kasus yang di temukan pada
newborn screening. Alasan mengapa hormone tiroid gagal
berkembang belum di ketahui. Namun, beberapa penelitian
menunjukan bahwa salahsatu khaskade pada gen yang berperan
dalam pembentukan kelenjar tirouid tidak traktifitsi tepat pada
waktunya.
14
2. Kelenjar Tiroid ektopik
Pada bayi dengan kondisi ini, kelenjar tiroid berukuran kecil dan
tidak terletak secara normal pada posisinya di depan trakea,. Sering
kali kelenjar tiroid di temukan di bawah lidah di dekat lokasi di mana
kelejar pertama kali terbentuk pada embrio. Tiroid ektropik
memiliki derajat fungsi yang berbeda-beda terkadang ukurannya
sangat kecil dan tidak aktif, namun pada kondisi tertentu masih dapat
menghasilkan hormone tiroid yang jumlahnya hampir mencapai
normal, oleh karena itu ada derajat keparahan pada kondisi ini.
Setelah kelahiran, kelenjr tiroid ektropik tidak akan bertambah besar
dan turun pada posisi normalnya. Fungsinyapun akan semakin
menurun seiring perjalanan waktu. Kelenjar tiroid ektropik juga dua
kali lebih sering terjadi pada wanita di bandingkan pada laki-laki.
Kondisi tersebut merupakan 50% yang terdeteksi pada newborn
screen dan sedikit lebih sering terjadi di bandingkan atirosis.
Penyebab pastinya juga tidak di ketahui, namun penyebab yang
sama seperti pada atirosis dapat menimbulkan kondisi ini
M. Komplikasi
Seseorang penderita hipertiroidisme beresiko mengalami komplikasi
apabila kondisinya tidak di tangani.berikut beberapa komplikasi yang
mungkin terjadi:
1. Oftamolpati Graves
Gangguan mata ini di sebabkan oleh enyakit graves. Gejala yang
mungkin bisa muncul adalah meliputi mata bengkak, mata kering,
15
air mata berlebih, penglihatan kabur, dan sensitivitas berlebih
terhadap cahaya.
2. Keguguran dan preeclampsia.
Wanita hamil dengan riwayat penyakit graves atau yang menderita
hipertiroidisme lebih beresiko mengalami kompliksi seperti
keguguran, preeclampsia dan eklampsia (kejang-kejang pda masa
kehamilan) kelahiran premature, serta berat bayi dengan berat badan
rendah.
3. Hipotiroidisme
Dmpak dari pengobatan terhadap hipertiroidisme adalah kelenjar
tiroid menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroksin dan triiodonin.
Sebagai akibat terjadilah hipertiroidisme , beberapa gejala
hipertiroidisme dalah kelelahan berlebih, konstipasi, sensitive
terhadap dingin, depresi, dan peningkatan berat badai
4. Badai tiroid (thyroid strom)
Kondisi yang munculnya gejala yang parah dan tiba-atiba akibat
sistem metabolism yang berjalan terlalu cepat. Ini bisa terjadi ketika
hipertiroidisme tida di tangani atau tidak terdiagnosis. Selain itu
badai tiroid, bisa terjadi karena beberapa hal, misalnya
infeksi,kehamilan,tidak mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter,
dan kerusakan kelenjar tiroid akibat cedera pada leher. Badai tiroid
merupakan kondisi arurat yang membutuhkan penanganan medis
segera, beberapa gejalanya meliputi nyeri dada, diare, demam
menggigil, merasa ketakutan dan kebingungan kuning pada kulit
dan bola mata
5. Gangguan jantung
Seperti detak jantung cepat, kelainan irama jantung dan gagal
jantung
6. Osteoporosis atau tulang rapuh
Kekuatan tulang bergantung kepada jumlah kalsium dan mineral
lain di dalamnya. Tubuh akan kesulitan memasukan kalsium ke
dalam tulang ketika terganggu dengan banyaknya hormone yang di
hasilakan oleh kelenjar tiroid.
N. Patogenesis
Pada hipertiroidisme konsentrasi TRH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang menyerupai TSH yaitu antibody immunoglobin yang di
sebut TSI (thyroid stimulating immunoglobin) TSI berikan dengan
reseptor yang meningkat TSH. Hal tersebut merangsang aktivitas
CAMP dalam sel sehingga terjadi hipertiroidisme.karena itu pada
16
ppasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Dan mempunyai
efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid. Yaitu selama 12
jam berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam
tingginy sekreksi hormone tiroid yang di sebabkan oleh TSI selanjutnya
juga menekan pembntukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
2. SINDROM CUSHING
A. Definisi
Cushing Syndrome Cushing sindrome adalah hiperaktivitas atau
hiperfungsi kelenjar adrenal sehingga mengakibatkan hipersekresi hormon
glukokortikoid (kortisol). Bentuk gangguan ini relatif jarang dijumpai.
Sindrom cushing adalah keadaan glukokortikoid yang tinggi dan mencakup
kelebihan glukokortikoid yang disebabkan oleh pemberian terapeutik
kortikosteroid. Sindrom cushing merupakan pola khas obesitas yang disertai
dengan hipertensi, akibat dari kadar kortisol darah yang tinggi secara
abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. Sindromnya dapat tergantung
kortikotropin (ACTH) ataupun tidak tergantung ACTH. 2.4
B. Etiologi
Cushing Syndrome Sindroma Cushing terjadi akibat adanya hormon
kortisol yang sangat tinggi di dalam tubuh. Kortisol berperan dalam
berbagai fungsi tubuh, misalnya dalam pengaturan tekanan darah, respon
tubuh terhadap stress, dan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak
dalam makanan. Sindroma Cushing dapat diakibatkan oleh penyebab di luar
maupun di dalam tubuh. Penyebab sindroma Cushing dari luar tubuh yaitu
sindroma chusing latrogenik yaitu akibat konsumsi obat kortikosteroid
(seperti prednison) dosis tinggi dalam waktu lama. Obat ini memiliki efek
yang sama seperti kortisol pada tubuh. Penyebab sindroma Cushing dari
dalam tubuh yaitu akibat produksi kortisol di dalam tubuh yang berlebihan.
Hal ini terjadi akibat produksi yang berlebihan pada salah satu atau kedua
kelenjar adrenal, atau produksi hormon ACTH (hormon yang mengatur
produksi kortisol) yang berlebihan dari kelenjar hipofise. Hal ini dapat
disebabkan oleh :
1. Hiperplasia adrenal yaitu jumlah sel adrenal yang bertambah. Sekitar
70-80% wanita lebih sering menderita sindroma chusing.
2. Tumor kelenjar hipofise, yaitu sebuah tumor jinak dari kelenjar hipofise
yang menghasilkan ACTH dalam jumlah yang berlebihan, sehingga
menstimulasi kelenjar adrenal untuk membuat kortisol lebih banyak.
17
3. Tumor ektopik yang menghasilkan hormon ACTH. Tumor ini jarang
terjadi, dimana tumor terbentuk pada organ yang tidak memproduksi
ACTH, kemudian tumor menghasilkan ACTH dalam jumlah berlebihan.
Tumor ini bisa jinak atau ganas, dan biasanya ditemukan pada paru-
paru seperti oat cell carcinoma dari paru dan tumor karsinoid dari paru,
pankreas (tumor pankreas), kelenjar tiroid (karsinoma moduler tiroid),
atau thymus (tumor thymus).
4. Gangguan primer kelenjar adrenal, dimana kelenjar adrenal
memproduksi kortisol secara berlebihan diluar stimulus dari ACTH.
Biasanya terjadi akibat adanya tumor jinak pada korteks adrenal
(adenoma). Selain itu dapat juga tumor ganas pada kelenjar adrenal
(adrenocortical carcinoma).
5. Sindrom chusing alkoholik yaitu produksi alkohol berlebih, dimana
akohol mampu menaikkan kadar kortisol.
6. Pada bayi, sindrom cushing paling sering disebabkan oleh tumor
adrenokorteks yang sedang berfungsi, biasanya karsinoma maligna
tetapi kadang-kadang adenoma benigna.
C. Klasifikasi
Sindrom cushing dapat dibagi menjadi dua jenis,yaitu:
1. Dependen ACTH,yang terdiri atas:
Hiperfungsi korteks adrenal tumor
Sindrom ACTH ektopik
2. Independen ACTH yang terdiri atas:
Hiperplasi korteks adrenal autonomy
Hiperfungsi korteks adrenal tumor (adenoma dan karsinoma)
D. Faktor Resiko
Tingginya kadar hormon kortisol dalam tubuh disebabkan oleh faktor
internal (sindrom Cushing endogen) dan faktor eksternal (sindrom Cushing
eksogen). Berikut penjelasannya:
Sindrom Cushing endogen. Disebabkan oleh tingginya hormon
adrenokortikotropik (ACTH) atau gangguan kelenjar adrenal.
ACTH adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan
18
berfungsi mengatur pembentukan hormon kortisol. Semakin tinggi
ACTH, semakin banyak hormon kortisol yang diproduksi.
Sindrom Cushing eksogen. Disebabkan oleh konsumsi obat
golongan kortikosteroid dalam dosis tinggi dan jangka panjang.
Obat jenis ini banyak dikonsumsi untuk mengobati artritis, asma,
dan lupus.
Ada juga faktor yang meningkatkan risiko sindrom Cushing. Antara
lain mengidap obesitas, diabetes tipe-2, kurangnya kontrol kadar
gula darah, dan tekanan darah tinggi (hipertensi).
19
secara bersamaan merangsang pengambilan kalium intra sel, namun pada
kadar plasma yang tinggi,kortisol juga memperlihatkan efek
mineralokortikoid bermakna meskipun sebagian besar diinaktifkan di sel
target mineralokortikoid. Selain meneralokortikoid danglukokortikoid
dehidro-epiandrosteron (DHEA) yang merupakan prekursor hormonseks
steroid dan juga dibentuk di adrenal. Efek metabolik kelebihan
glukokortikoid mendorong timbulnya DM yaitu diabetes steroid yakni
pelepasan insulin ditingkatkan. Asam lemak bebas yang dibentuk melalui
perangsangan lopolisis digunakan di hati untuk menghasilkan lipoprotein
berdensitas sangat rendah (VLDL) yang akan dilepaskan ke dalam darah.
Selain itu hati membentuk benda keton dari asam lemak. Penyebaran
jaringan lemak terjadi akibat perbedaan sensitifitas dari jaringan lemak
perifer terhadap glukokortikoid dan insulin hal ini menyebabkan
penyimpanan lemak yang bersifat sentripetal wajah bulat atau moon face
dan terjadi penimbunan lemak di leher (bufalo hump) sedangkan kaki tetap
kurus. pemecahan protein perifel menyebabkan penurunan massa otot,
osteoporosis (kehilangan matriks tulang). Striae (pemecahan jaringan ikat
subkutan dan purpura peningkatan fragilitas askular), karena perbaikan
terganggu penyembuhan luka menjadi terlambat pengaruhnya pada tulang
diperburuk difesiensi Ca HPO4 dan pada anak-anak menyebabkan
pertumbuhan terhambat pengaruhnya pada darah menyebabkan polisitemia.
Trombosis dan peningkatan koagulabilitas. Sistem imun yang lemah
memudahkan terjadinya infeksi. Sensitisasi sirkulasi terhadapkatekolamin
diantaranya menyebabkan peningkatan kontraktilitas jantung dan
asokontriksi perifer sehingga menyebabkan hipertensi yang bersama
dengan hiperlipidemia dan koagulabilitas darah akan memudahkan
pembentukan aterosklerosis, trombosa dan penyumbatan vaskular, akibat
perangsangan asam hidroklorida dan sekresi pepsin serta penghambatan
sekresi mukus di lambung,akan terjadi ulkus lambung atau duodenum
(peptikum). Pengaruhnya pada sistemsaraf dapat memicu syndrom
psikogenik endokri.Meningkatnya pengaruh mineralokortikoid
menyebabkan hiperpolimia yang selanjutnya menyebabkan hipertensi. Hal
ini juga menyebabkan hipokalemia,hipomagnesemia dan alkolosis yang
selanjutnya menyebabkan peningkatan eksitabilitas neuromuskular
pengaruhnya diantaranya gangguan pembentukan potensial aksi dan
konduksi di jantung
20
F. Tanda-Tanda & Gejala
Gejala-gejala umum dari Cushing syndrome adalah:
Kenaikan berat badan
Obesitas
Deposit lemak, terutama pada bagian tengah tubuh, wajah
(menyebabkan wajah berbentuk bulat, seperti bulan/moon-shaped
face), di antara bahu dan bagian atas punggung (menyebabkan
bentuk seperti punuk kerbau/buffalo hump)
Memar pada payudara, lengan, perut dan paha
Kulit yang menipis dan mudah memar
Cedera kulit yang sulit disembuhkan
Jerawat
Kelelahan
Kelemahan otot
Intoleransi glukosa
Kehausan yang meningkat
Urinasi yang meningkat
Pengeroposan tulang
Tekanan darah tinggi
Sakit kepala
Disfungsi kognitif
Kegelisahan
Mudah kesal
Depresi
Mudah mengalami infeksi
Wanita juga dapat mengalami bertambahnya rambut pada wajah dan
tubuh, serta menstruasi berhenti atau tidak teratur
Pria juga dapat mengalami
o Disfungsi ereksi
o Kehilangan gairah seksual
o Penurunan kesuburan
Anak-anak dengan kondisi ini biasanya mengalami obesitas dan
memiliki angka pertumbuhan yang lebih lambat.
G. Diagnosis
Pengukuran hormon kortisol. Pengukuran kadar hormon kortisol dapat
dilakukan dengan mengambil sampel darah, urine, atau air liur. Pada tes
21
urine, pasien akan diminta untuk mengumpulkan urine selama 24 jam.
Sedangkan, sampel air liur akan diambil pada malam hari, di mana
seharusnya kadar hormon kortisol rendah di air liur.
22
harus diupayakan untuk dikuragi atau dihentikan secara bertahap
hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati
proses penyakit yang ada dibaliknya (misalnya, penyakit
otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang
ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua
hari sekali akan menurunkan gejala sindrom cushing dan
memungkinkan pemulihan daya responsif kelenjar adrenal
terhadap ACTH.
J. Prognosis
Sindrom cushing jika tidak diobati akan fatal dalam beberapa tahunoleh
karena gangguan kardiovaskuler da sepsis. Setelah pengobatan radikal
kelihatan membaik,bergantung kepada apakah gangguan kerusakan
kardiovaskuler irreversible
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. HIPERTIROID
A. Anamnesa
a. Identitas pasien
Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Keluhan utama yaitu berat badan turun meskipun nafsu makan
meningkat, diare, tidak tahan terhadap panas, berkeringat
banyak, palpitasi dan nyeri dada
Riwayat kesehatan sekarang
Setahun lalu klien mengeluh nafsu makan meningkat dengan
lemas, mata jarang mengedip, banyak berkeringat meskipun
dimalam hari. Kemudian terjadi penurunan berat badan secara
berangsur.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah menderita penyakit maag
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien pernah menderita hipertensi dan ayah pernah
menderita maag
B. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Suhu :
Nadi :
Respirasi :
TD :
24
BB/TB :
Keadaan umum
CM, Somnolen, Koma
Pemeriksaan head to toe
Kulit dan rambut
Inspeksi ( kulit rambut bersih, kebersihan rambut bersih, jumlah
rambut sedikit/rontok )
Palpasi (warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada
lesi)
Kepala
Inspeksi (bentuk simetris kanan kiri)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
Mata
Inspeksi (bentuk mata simetris, sklera berwarna putih, jarang
mengedip, terdapat cairan)
Telinga
Inspeksi (bentuk telinga simetris, tidak ada kotoran, tidak ada
benjolan&nyeri tekan)
Hidung
Inspeksi (simetris, tidak ada sekret&polip, lubang hidung ada 2)
Mulut
Inspeksi (simetris, lidah&gigi bersih)
Leher
Inspeksi (simetris)
Palpasi (ada pembesaran kelenjar tiroid)
Paru-paru
Inspeksi (simetris kanan dan kiri)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
Auskultasi (normal)
Perkusi (normal)
25
Abdomen
Inspeksi (perut datar, simetris)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
Perkusi (resonan)
Eksremitas
Kekuatan ROM baik, tidak ada nyeri tekan
Genetalia
Bersih, tidak ada cacing kermi
C. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan kadar T3 T4 serum
Skanning tiroid
USG
Pemeriksaan elektrokardiografi
D. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d efek hiperkatabolisme
Penurunan curah jantung b.d penurunan waktu pengisian diastolik
sebagai akibat peningkatan frekuensi jantung
Perubahan persepsi sensoris b.d gangguan pemindahan impuls
sensoris akibat ofthalmopati
26
E. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b.d efek hiperkatabolisme
27
Timbang berat Berat badan
badan klien setiap merupakan salah
hari satu indikator
pemenuhan
nutrisi
28
Diagnosa keperawatan : Perubahan persepsi sensoris b.d
gangguan pemindahan impuls sensoris akibat ofthalmopati
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3 III Klien tidak Basahi mata Agar kebersihan
mengalami dengan borwater mata terjaga
penurunan visus steril
yang lebih buruk Jika ada
dan tidak terjadi photopobia,
trauma/cedera anjurkan klien
pada mata menggunakan
kacamata rayben
Jika klien tidak
dapat menutup
mata rapat pada
saat tidur,
gunakan plester
non alergi
Berikan obat-obat
steroid sesuai
program
F. Tindakan Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d efek hiperkatabolisme
a. Mengkaji status nutrisi
b. Berkolaborasi dengan ahli gizi
c. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
d. Timbang berat badan klien
Penurunan curah jantung b.d penurunan waktu pengisian diastolik
sebagai akibat peningkatan frekuensi jantung
a. Pemberian oksigen
29
b. Penanganan shock
c. Observasi TTV setiap 4 jam
d. Manajemen jalan napas
G. Evaluasi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d efek hiperkatabolisme
a. Dk
b. Ddsd
c. Sddds
d. dsdsds
Penurunan curah jantung b.d penurunan waktu pengisian diastolik
sebagai akibat peningkatan frekuensi jantung
a. Ddfdf
b. Dsd
c. Fd
d. Df
Perubahan persepsi sensoris b.d gangguan pemindahan impuls
sensoris akibat ofthalmopati
a. Fsfdsf
b. Fdsfds
c. Dsfsdfsd
d. dfsdfdsf
30
2. SINDROM CUSHING
A. Anamnesa
a. Identitas pasien
Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Adanya memar pada kulit, klien mengeluh lemas, terjadi kenaikan
berat badan
Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan tubuhnya memar pada kulit dan mengeluh lemas
Riwayat kesehatan dahulu
Kaji klien apakah pernah mengkonsumsi obat kortikosteroid dalam
jangka yang lama
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah keluarga klien pernah menderita sindrom cushing atau
kelainan kelenjar yang lainnya
B. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Suhu :
Nadi :
Respirasi :
TD :
BB/TB :
Keadaan umum
CM, Somnolen, Koma
31
Pemeriksaan head to toe
Kulit dan rambut
Inspeksi ( kulit rambut bersih, kebersihan rambut berminyak,
kulit terlihat memar, warna kulit sawo matang )
Palpasi (turgor kulit baik, adanya lesi pada lengan)
Kepala
Inspeksi (bentuk simetris kanan kiri)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
Mata
Inspeksi (bentuk mata simetris, sklera berwarna putih)
Telinga
Inspeksi (bentuk telinga simetris, tidak ada kotoran, tidak ada
benjolan&nyeri tekan)
Hidung
Inspeksi (simetris, tidak ada sekret&polip, lubang hidung ada 2)
Mulut
Inspeksi (simetris, lidah&gigi bersih)
Leher
Inspeksi (simetris)
Palpasi (tidak ada pembesaran kelenjar tiroid)
Paru-paru
Inspeksi (simetris kanan dan kiri)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
Auskultasi (normal)
Perkusi (normal)
Abdomen
Inspeksi (perut datar, simetris)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
Perkusi (resonan)
32
Eksremitas
Kekuatan ROM kurang baik, ada nyeri tekan
Genetalia
Bersih, tidak ada cacing kermi
C. Pemeriksaan Diagnostik
Pengukuran hormon kortisol
CT-Scan
MRI
Pengukuran ACTH
D. Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan perubahan metabolisme
protein
Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan fisik
Resiko terhadap cedera dan infeksi b.d kelemahan dan perubahan
metabolisme protein dan respons inflamatori
E. Perencanaan Keperawatan
33
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas latihan
diwaktu luang
Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan
perubahan metabolisme protein
34
Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan,
kemajuan dan
prognosis
penyakit
35
Menghindari
lingkungan yang
berbahaya
(misalnya
memindahkan
perabotan)
Memindahkan
barang-barang
yang dapat
membahayakan
F. Tindakan Keperawatan
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan perubahan metabolisme
protein
a. Dfsd
b. Dsfds
c. Dfdf
d. dfdf
Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan fisik
a. Dasdsa
b. Dss
c. Ad
d. Sdass
Resiko terhadap cedera dan infeksi b.d kelemahan dan perubahan
metabolisme protein dan respons inflamatori
a. Sdfsdf
b. Ffdsfsd
c. Fsdsdfds
d. Fsdfsdfs
36
G. Evaluasi Keperawatan
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan perubahan metabolisme
protein
a. Dscds
b. Dsfdsf
c. Ddfsfsd
d. ddsfsd
Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan fisik
a. Dsfdsf
b. Fdsfsdf
c. Dsfsdfds
d. ddsfsdfds
Resiko terhadap cedera dan infeksi b.d kelemahan dan perubahan
metabolisme protein dan respons inflamatori
a. Dsfdf
b. Dsfsdfds
c. Fdsfsdfds
d. dfsfdsf
37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
38
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8346599/CUSHING_SYNDROME
https://www.academia.edu/patofisiologi hipertiroid
39