Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan
orang yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak
kehilangan tersebut sangat memengaruhi persepsi individu akan
kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu
kejadian yang buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami
kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat
melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa
dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative
seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu
dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat
harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan
harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual
maupun kelompok.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?
2. Apa saja etiologi dari harga diri rendah?
3. Apa manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah?
5. Bagaimana rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6. Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan harga diri rendah?

1
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri
rendah?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil
tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2. Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
3. Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4. Menjelaskan proses terjadinya masalah
5. Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6. Menjelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
klien dengan harga diri rendah
7. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak


berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri (keliat, 2011). Harga diri rendah situasional
merupakan perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai
respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami. (Wilkinson,
2012).
Keliat B.A mendefinisikan harga diri rendah adalah penilaian
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Fajariyah, 2012).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal
diri.( Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 2018).
Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai
keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir
tentang hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu
dan tidak berprestasi (Keliat, 2010).
Menurut Fitria (2009) harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif

3
mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama.

B. Etiologi
Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :
a) Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
b) Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
c) Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau
pergaulan
d) Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan
dan menuntut lebih dari kemampuannya. (Yosep, 2009)
Beberapa faktor yang menjadi penyebab yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
` Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut
Herman (2011) adalah :
Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
3) Proses penyakit dan dampaknya struktur dan fungsi tubuh
4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.

Faktor Predisposisi harga diri rendah adalah :

1) Penolakan
2) Kurang penghargaan, pola asuh over protektif, otoriter, tidak
konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut
3) Persaingan antar saudara

4
4) Kesalahan dan kegagalan berulang
5) Tidak mampu mencapai standar.

Faktor predisposisi gangguan peran adalah :

1) Stereotipik peran seks


2) Tuntutan peran kerja
3) Harapan peran kultural

Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :

1) Ketidak percayaan orangtua


2) Tekanan dari peer gruup
3) Perubahan struktur sosial (Herman, 2011).
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi
yang membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma
emosi seperti penganiayaan seksual dan psikologis pada masa anak-
anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.
2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak
merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini
sering dijumpai saat terjadi konflik.

5
C. Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon maladaptif

Akualisasi Konsep Harga diri Keracunan Depersonali


sasi
diri diri positif rendah identitas

Gambar 1.1 Rentang Respon Konsep Diri Rendah

Sumber : (Fajariyah, 2012)

Menurut (Fajariyah, 2012) respon individu terhadap konsep dirinya


sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.

a) Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar


belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.
b) Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri.
c) Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
d) Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam
kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang
harmonis.
e) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta
tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. (Fajariyah,
2012).

6
D. Akibat terjadinya harga diri rendah
Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya
isolasi sosial : menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah gangguan
kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Dan sering
dirtunjukan dengan perilaku antara lain :
1. Data subyektif
a) Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau
pembicaraan.
b) Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan
orang lain.

c) Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang


lain.
2. Data obyektif
a) Kurang spontan ketika diajak bicara.
b) Apatis.
c) Ekspresi wajah kosong.
d) Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.
e) Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat
bicara.
E. Proses terjadinya harga diri rendah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga
terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan
tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan
lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu
menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.
Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor
(krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas

7
sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis (Direja,
2011).
F. Penatalaksanaan
Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :
1) Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan Ariprprazole.
2) Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika
pasien menarik diri dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3) Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah
pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/ detik.

8
4) Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia
dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan
ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu
terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
5) Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah
menurut Kaplan & Saddock, 2010 mengatakan, tindakan
keperawatan yang dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah
adalah terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan
terapi keluarga. Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga
diri rendah bisa secara individu, terapi keluarga, kelompok dan
penanganan dikomunikasi baik generalis keperawatan lanjutan.
Terapi untuk pasien dengan harga diri rendah yang efisian untuk
meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan orang
lain, sosial, dan lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi
kognitif pada pasien dengan harga diri rendah.
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan
(Stuart & Gail, 2007).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
indentitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras,
menonton televisi secara obsesif).
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan atau genk).

9
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk
membuat identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna
saat ini (misalnya,penyalahgunaan obat).
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang
digunakan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan
nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
H. Manifestasi klinis
Perilaku yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah
didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu :
1) Mengkritik diri sendiri ataupun orang lain.
2) Merasa diri tidak mampu dan tidak layak.
3) Merasa bersalah.
4) Mudah marah dan tersinggung
5) Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri.
6) Ketegangan peran.
7) Pandangan hidup psimis.
8) Keluhan fisik.
9) Pandangan hidup bertentangan.
10) Penolakan terhadap kemampuan pribadi dekstrutif terhadap diri
sendiri.
11) Menarik diri secara sosial dan menarik diri secara realistis.
(Kusumawati, 2010).

10
I. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

HARGA DIRI RENDAH

Koping Individu Tidak Efektif

Gambar 1.2 Pohon Masalah

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Tn. R, laki-laki berumur 34 tahun. Ia berasal dari malaber. Ia beragama


islam, pendidikan terakhir adalah SMP. Tn. R tinggal dikampung malaber Rt
01/06 kec. Andir kota bandung. Tn. R sudah pernah dirawat RS jiwa Cisarua
Cimahi sejak tahun 1997 yang lalu. Alasan masuk karena Tn. R mengamuk,
terlihat modar- mandir, bicara sendiri, marah – marah dan suka merusak rumah
alat tangga, dan Tn. R juga suka menyendiri dikamar, melamun.

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 34 tahun
Diagnosa Medis : Gangguan afektif bipolari
No. RM : 01 33 08
Tanggal Masuk RS : 04 Februari 2012
Ruang Rawat : Kutilang
Tanggal Pengkajian : 14 Februari 2012
Pekerjaan : Pengangguran
Pendidikan terkahir : SMP
Alamat : Malaber Rt 01/06 kec. Andir kota bandung
Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
Penanggung Jawab :
Nama : Tn. D
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Adik Kandung
Alamat : Malaber Rt 01/06 kec. Andir kota bandung

12
2. Alasan Masuk
Dirumah klien mengamuk, halusinasi lihat dan dengat terlihat mondar
mandir, bicara sendiri, marah-marah dan suka merusak alat rumah
tangga klien juga suka menyendiri dikamar, melamun. Pada saat dikaji
tanggal 14 Februari 2012, klien mengatakan dirinya tidak berguna,
klien juga mengatakan kesal dengan ibunya karna tidak memenuhi
keinginan klien untuk pindah rumah karna klien merasa malu dengan
orang lain karena klien merasa orang yang tidak punya apa-apa,
pendidikan hanya lulusan SMP dan tidak punya pekerjaan.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan, Isolasi sosial,
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Faktor Predisposisi
a. Klien menderita gangguan jiwa sejak tahun 1997, klien pernah
dirawat diRumah Sakit Jiwa Cisarua Cimahi tahun1997, kemudian
klien selalu berobat jalan secara teratur tetapi ± 1 bulan klien
menolak minum obat, pengobatan tidak berhasil kemudian klien
dianjurkan untuk dirawat.
b. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual maupun
tindakan kriminal.
c. Dalam anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : klien sempat
minta pindah rumah tetapi tidak dihiraukan orang tuanya, karena
klien merasa tidak betah tinggal dirumah yang lama dan malu
dengan orang lain karna klien orang yang tidak punya dan
berpendidikan rendah karenanya klien banyak menyediakan
perawatan :
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Resiko tinggi perilaku kekerasan
3. Isolasi Social

13
4. Faktor Presipitasi
a. Klien sering menyendiri dikamar dan jarang bersosialisaso
dengan lingkungan.
5. Persepsi harapan klien dan keluarga
a. Presepsi klien atas masalahnya : klien merasa tidak berguna dan
merasa malu dengan oranglain karena klien tidak bekerja dan tidak
mempunyai apa-apa.
b. Presepsi kelaurga atas masalahnya : klien mengatakan keluarganya
tidak peduli dengan keadaanya karena klien hanya pengangguran.
c. Harapan klien sehubungan dengan pemecahan masalah : klien
berharap ingin cepat pulang dan ingin sembuh karena klien tidak
betah di RSJ.
d. Harapan keluarga sehubungan dengan pemecahan masalah :
keluarga berharap yang terbaik untuk kesembuhan klien.
6. Mekanisme koping
Adaptif : saat klien sendirian, klien hanya duduk ditempat tidur dan
sesekali mencari teman untuk berbincang-bincang, saat klien
berbincang-bincang klien merasa senang.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TD : 100/80 mmhg
Nadi : 96 x/menit
RR : 23 x/menit
Suhu : 36,6 oC
b. Ukuran : TB 157 cm, BB 46 kg, BB turun semenjak masuk RSJ.
c. Keluhan fisik : klien tidak mengeluh dengan badannya.

14
8. Keluarga
a. Genogram

15
9. Psikososial
a. Konsep diri
1. Citra tubuh
Klien tidak mempermasalahkan struktur maupun bentuk
tubuhnya. Klien menyatakan dari anggota tubuhnya tidak ada
yang dianggap terlalu ataupun tidak disukai.
2. Identitas diri
Pada saat dikaji mengatakan dirinya seorang laki-laki dan
penampilanya sesuai dengan kodratnya.
3. Peran
Pada saat dikaji klien mengatakan anak ke-5 bersaudara, klien
sangat menyayangi ibunya. Dirumah sakit klien mengatakan
sebagai pasien untuk menjalani program pengobatan, saat
dikaji klien tampak gelisah dan terkadang menarik diri.
4. Ideal diri
Klien berharap agar cepat pulang dan dapat pekerjaan
5. Harga diri
Pada saat dikaji klien mengatakan dirinya merasa tidak
berguna dan merasa kurang beruntung dalam hidupnya
sehingga klien sering menyendiri dan melamun dikamar.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri.
b. Hubungan sosial
Orang yang berarti bagi klien adalah orang tuanya, klien
mengatakan tidak efektif dalam kegiatan kelompok dalam
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
klien selalu minder dan malu karena klien orang yang tidak
punyadan berpendidikan rendah sehingga klien sering mengurung
diri dikamar.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

16
c. Spiritual
Klien agama islam, selama dirumah sebelum klien mengalami
gangguan jiwa klien selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu.
Saat di RSJ klien rajin beribadah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
10. Status Mental
a. Penampilan
Pada saat dikaji penampilan klien rapi, rambut rapi, tidak kotor
dan tidak berketombe.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
b. Pembicaraan
Pada saat berkomunikasi klien menjawab dengan akitf dan
bercerita tentang kehidupan klien dan sesuai dengan topik
pembicaran.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Aktifitas motorik
Pada saat dikaji klien tampak gelisah, klien sering menyendiri dan
kadang-kadang mau berinteraksi dengan pasien lain.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
d. Alam perasaan
Pada saat dikaji klien terlihat gelisah karena ingin segera pulang
ke rumahnya dan klien tidak menyadari bahwa dirinya mengalami
gangguan jiwa dan klien selalu mengatakan dia sehat.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
e. Afek
Afek klien sesuai dengan rangsangan, klien terlihat putus asa
ketika mengatakan ingin pulang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
f. Interaksi selama wawancara
Pada saat berkomunikasi kontak mata aktif, klien kooperatif, klien
menjawab dengan aktif dan cepat.

17
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
g. Persepsi
Klien mengatakan selama dirawat diRSJ Cisarua tidak pernah
mendengar ataupun melihat yang sebenarnya tidak nyata.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
h. Proses pikir
Pada saat dikaji klien berbicara sesuai topik pembicaraan dan
menjawab dengan aktif dan cepat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
i. Isi pikir
Pada saat dikaji tidak mengalami gangguan isi pikir.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
j. Tingkat Kesadaran
Klien dapat mengenali tempat,waktu dan orang disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
k. Memori
Pada saat dikaji klien dapat mengingat siapa yang membawanya
ke rumah sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan
dan mampu menghitung jamlah 1-10
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
m. Kemampuan penilaian
Saat dikaji klien dapat mengambil keputusan sederhana contoh
klien mau gosok gigi atau keramas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
n. Daya tilik diri
Klien mengingkari bahwa dirinya sakit, klien mengatakan dirinya
sehat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

18
11. Kebutuhan Perencanaan Pulang
a. Makan
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan habis, jenis
makanan nasi, sayur, laukpauk, klien dapat makan tanpa bantuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
b. BAB/BAK
Klien dapat BAB dan BAK sendiri dikamar mandi tanpa bantuan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Mandi
Klien mandi 1x/hari
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
d. Berpakaian
Klien mampu berpakaian sendiri, klien tidak mau mengganti baju
meskipun sudah kotor
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri.
e. Istirahat dan tidur
Pada saat dikaji klien mengatakan tidur nyeyak dan tidak pernah
tidur siang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
f. Penggunan obat
Selama perawatan klien mendapat pengobatan secara teratur, obat
diberikan oleh perawat dan harus ditunggu untuk memastikan
obatnya diminum oleh klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
g. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengantakan jika pasien sudah pulang klien akan selalu
kontrol.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
h. Kegiatan didalam rumah
Klien mengatakan kegiatan didalam rumah hanya berdiam diri
dikamar

19
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
i. Kegiatan diluar rumah
Klien mengatakan bila sudah pulang ingin bekerja
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
12. Mekanisme Koping
Pada saat dikaji mengatakan tidak pernah bercerita kepada oranglain
apabila ada masalah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
13. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena malu
diirinya orang yang tidak punya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
14. Pengetahuan Klien tentang gangguan jiwa
Klien tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
15. Aspek Medik
Diagnosa Medis : Gangguan afektif bipolari
Terapi Medis :
a. Meferomat 500 mg 2x1/hari
b. Amitriphiline 25 mg 2x1/hari
c. Lodopin 2x1/hari
d. Triexcyphenidil 2x1/hari
e. Trifluopheracine 2x1/hari
16. Masalah Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Kerusakan interaksi sosial : Isolasi sosial
c. Regimen terapeutik inefektif
d. Defisit perawatan diri
17. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
b. Kerusakan interaksi sosial : Isolasi sosial

20
c. Resiko tinggi perilaku kekerasan
d. Regimen terapeutik inefektif
18. Analisa data
No. DATA SEKARANG MASALAH
1. Ds : Gangguan Konsep diri : Harga
Klien mengatakan klien mengatakan diri rendah
dirinya tidak berguna, maku jik b.d
orang lain, karena tidak mempunyai
apa-apa dan berpendidikan rendah.
Do :
Klien tampak sedih, melamun dan
diam

2. Ds : Isolasi sosial
Klien mengatakn dirumah sering
berdiam diri dikamar
Do :
Klien terlihat sering selamun dan
menyendiri ditempat tidur
3. Ds : Resiko tinggi perilaku kekerasan
Klien mengatakan klien suka
merusak barang-barang dirumah, jika
keinginannya tidak dipenuhi.
Do :
Klien sudah dirawat 2 kali di RSJ
Cisarua dengan gejala yang sama,
mengamuk, marah-marah, merusak
barang-barang rumah tangga
4. Ds : Defisit perawatan diri
Klien mengatkan klien mandi 1 kali

21
sehari
Klien tidak mau mengganti
pakaiannya
Do :
Pakaian klien tampakckotor

19. Rencana Tindakan Keperawatan


Nama : Tn R
No RM : 013308
Ruang : Kutilang
DIAGNOSA RASIONAL
No. KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
INTERVENSI

22
23

Anda mungkin juga menyukai