7. Veracity /kejujuran
membesar ( TFU – 12 ) x 155 gram Leopold IV : Menentukan Presentasi janin sudah masuk PAP satau Belum
a. Jangka panjang
Mantap
MOW (metode operasi wanita ) Tubektomi
MOP (metode operasi pria ) Vasektomi
KEPERAWATAN ANAK
APGAR SCORE
APPERANCE / WARNA KULIT
Nilai 2 : seluruh tubuh bayi kemerahan
Nilai 1 : pucat pada bagian ekstermitas
PENATALAKSANAAN PADA BAYI BARU LAHIR
Nilai 0 : pucat seluruh tubuh / sianosis
PULSE/ DENYUT JANTUNG
Nilai 2 : > 100 x/menit
Asfiksia berat (jika nilai score APGAR 0-3) :
Nilai 1 : < 100 x/menit Kolaborasi dalam pemberian suction .
Nilai 0 : tidak ada denyut jantung
Kolaborasi dalam pemberian O2 .
GRIMACE / RESPON REFLEK
Berikan kehangatan pada bayi .
Nilai 2 : gerakan kuat
Observasi denyut jantung , warna kulit , respirasi .
Nilai 1 : gerakan sedikit
Nilai 0 : tidak ada Berikan injeksi vit K , apabila ada indikasi
ACTIVITY / TONUS OTOT perdarahan .
Nilai 2 : gerakan aktif Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6) :
Nilai 1 : ekstermitas ditekuk Kolaborasi dalam melakukan pemberian suction .
Nilai 0 : bayi lahir dalam keadaan lunglai
Kolaborasi dalam pemberian O2 .
RESPIRATORY
Observasi respirasi bayi .
Nilai 2 : menangis kuat
Nilai 1 : lemah / tidak teratur
Beri kehangatan kepada bayi .
Nilai 0 : bayi lahir tanpa menangis Bayi normal (jika nilai score APGAR 7-10) :
PENANGANAN TRAUMA
IMUNISASI
a. Danger
BCG Babicille calmette guerin
Aman diri = APD
BCG adalah imunisasi untuk mencegah penyakit TB (tuberculosis).
Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali , Disuntikkan secara Aman lingkungan
intracutan di daerah lengan kanan atas pada insersio musculus Aman pasien
deltoideus b. Respon
CAMPAK
Alert
Vaksin campak diberikan secara subcutan atau Intramuscular di
Verbal
lengan atas dengan dosis 0.5 ml. Vaksin campak diberikan pada
bayi berusia 9 bulan. Pain
POLIO Unrespon
Imunisasi polio diberikan dengan tujuan untuk mencegah anak
terjangkit penyakit polio yang dapat menyebabkan anak menderita Primary survey
kelumpuhan pada kedua kakinya dan otot-otot wajah. Diberikan
secara oral sebanyak 2 tetes. Diberikan 4 x dengan interval waktu
A. Airway
minimal 4 minggu
DPT Suction = Gargling, lama tindakan 10 – 15 detik.
Vaksin DPT diberikan secara Intramuscular pada paha kanan atau Soft tip
kiri dengan Untuk penghisapan caian
dosis 0.5 ml. jumlah suntikan 3 kali Rigid tip
HEPATITS B Untuk darah yang mengumpal
Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x Dosis pertama
diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan interval
waktu minimal 4 minggu.
SNORING,pangkal lidah jatuh kebelakang ABDOMINAL THRUST (MANUVER HEIMLICH) PADA POSISI
OPA, dilakukan pada pasien tdk sadar BERDIRI ATAU DUDUK
NPA, dilakukan pada pasien sadar dan ada reflek muntah Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang
korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan
NEEDLE CRICOTIROIDOTOMI
letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban,
Dilakukan pada membrane kricotiroid, IV catheter no. 12/14
GCS
dengan spuit
FRAKTUR FREMUR EYE
Dilakukan logroll, 4 penolong 4 : buka mata spontan
JAW THRUST 3 : buka mata mengikuti perintah
2 : buka mata dengan rangsangan nyeri
Dilakukan pada pasien yang curiga trauma servical, multiple
1 : tidak ada respon
trauma, jejas di atas clavicula, raccoon eye MOTORIK
NECK CHOLAR 6 : mengikuti perintah
5 : melokalisir nyeri
Beathel sign, jejas muka, rinorhea 4 : menghindari nyeri
HEAD TILT CHIN LIFT 3 : fleksi abnormal
Dilakukan pada pasien non trauma 2 : extensi abnormal
BACK BLOW untuk bayi atau anak 1 : tidak ada respon
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas VERBAL
tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan 5 : orientasi bagus
keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat 4 : disorientasi
3 : hanya bisa mengucapkan kata – kata
dengan tulang punggung/vertebrae)
2 : mengerang
CKR GCS 15 – 14 1 : tidak ada respon
Ada nadi tidak ada napas,
CKS GCS 9 – 13 Pasien henti napas henti jantung RJP dewasa 30 : 2, keceptan kompresi
rescued breathing / napas buatan per 6 detik.
CKB GSC 3 – 8 100 – 120x/menit, RJP bayi 15 ; 1
KEPERAWATAN JIWA
HDR (TAK : Sosialisasi)
PK (TAK : Simulasi Persepsi) SP :
SP :
1. Tarik nafas dalam 1. Melatih Kemampuan 1
2. Pukul kasur/ bantal
3. Mengontrol secara verbal (meminta dan menolak dengan baik) 2. Melatih kemampuan 2 dan seterusnya
4. Mengontrol dengan spritual (Berdoa/Sholat) RBD (TAK : Simulasi persepsi)
5. Patuh Minum Obat
SP :
ISOS (TAK : Simulasi Persepsi )
1. Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
SP :
1. Latih berkenalan 2. Latih cara brpikir positif
2. Latih berkenalan dengan 1 orang
3. Latih berkenalan dengan 2 orang atau lebih 3. Pola koping kontruktif
4. Bantu pasien buat rencana masa depan
HALUSINASI (TAK : Simulasi persepsi)
SP :
1. Menghardik
2. Bercakap-cakap
3. Melakukan Aktivitas
4. Patuh Obat
KLASIFIKASI Diet
Diet dan pengobatan adalah pelaksanaan dalam pengontrolan
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan gula darah pada penyakit Diabetes Mellitus.
yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan Intake kalori
Menentukan kebutuhan kalori dasar dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “
mempetimbangkan
claw,callus “. usia, jenis kelamin, BB, dan tingkat aktivitas.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Distribusi kalori
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Dalam pengaturan jumlah kalori harian, perencanaan pemberian
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis. makanan harus difokuskan.
Derajat IV :Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
DIAGNOSE KEPERAWATAN
TANDA GEJALA Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
pemasukan yang tidak adekuat: mual, muntah dan tidak nafsu
Terdengar suara napas wheezing atau mengi
makan.
Sesak napas
Kecemasan b.d sesak nafas dan takut.
Batuk produktif sering terjadi pada malam hari
Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru selama
Penggunaan otot bantu napas
serangan akut.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Resiko tinggi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahan utama
(penurunan kerja silia dan menetapnya sekret)
Pemeriksaan sputum:
Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi.
Pemeriksaan darah
Eusinofilia (kenaikan badan eusinofil)
Peningkatan kadar IgE pada asma alergi
AGD hipoxi (serangan akut)
DIAGNOSE KEPERAWATAN
Nilai normal
Derajat (WHO 1997):
Ph 7,35 – 7,45
Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif.
Pco2 35 – 45 mmhg
Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau
Hco3 22 – 26 meq/ L
perdarahan lain.
Cao2 16 – 22 m/o2/dl
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin 1. Asidosis respiratory
Definisi
lembab dan pasien menjadi gelisah. Ph < 7,35, Pco2 > 45mmhg
Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan Tanda gejala
Over dosis obat
darah tidak dapat diukur. Trauma dada dan kepala
2. Asidosis respiratory terkompensasi
DIAGONASA KEPERAWATAN Ph < 7,35, PCO2 & HCO3 meningkat
3. Asidosis metabolic
Hco3 < 22 meq/L, Ph < 7,35
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peruses ppenyakit
Tanda gejala
kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan berpindahnya Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler ( KUsmuul)
Koma
resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. 4. Asidosis metabolic terkompensasi
Gangguan pemenuhan nurtisi kurang dari kebutuhan berhubungan Hco3 menurun, Pco2 menurun, Ph < 7,35
5. Alkalosis respiratory
dengan mual muntah, anoreksia Ph > 7,45, Pco2 < 35 mmhg, Tanda gejala: Hiperefleksi,
Cemas berhubungan dengan danfak hospitalisasi Keringat dingin, Cemas
6. Alkalosis respiratory terkompensasi
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, perawatan dan
Pco2 & Hco3 turun
pencegahan berhubungan dengan kurangnya informasi. 7. Alkalosis metabolic
Ph > 7,45, HCO3 > 26 meq /L
8. Alkalosis metabolic terkompensasi
HCO3, PCO2,PH meningkat
DHF PEMERIKSAAN PENUNJANG
irama dan konduksi listrik, Perubahan struktural, Abdomen depan & belakang 18%
Intoleran aktivitas berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar Paha kanan kiri 18%
suplai oksigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama Kaki kanan kiri 18%
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju Seluruh punggung 18%
LB% x BB x 4 ml
Hasil dari Rumus baxter dibagi dua untuk 8 jam pertama
selanjutnya 16 jam
GERONTIK KEKUATAN
PENGKAJIAN KOGNITIF PADA LANSIA 0= tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot
1= ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh
INDEKS KATZ 2 = mampu menahan tegak tetapi dengan sentuhan akan jatuh
3 = mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak
A Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, mampu melawan dorongan yang diberikan oleh pemeriksa
kontinensia, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi 4 = Kekuatan otot kurang dibandingkan sisi lsin
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari 5 = Kekuatan otot normal
fungsi tsb
BARTHEL INDEX
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan
salah satu fungsi tambahan 1 Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
D Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll.
berpakaian dan satu fungsi tambahan 2 = Mandiri