Anda di halaman 1dari 3

6

Penentuan Kadar Hambat Tumbuh Minimal HASIL DAN PEMBAHASAN


(KHTM) Metode David Stout (1971)
Filtrat teleng disiapkan dengan berbagai Aktivitas Antibakteri Air Perasan Bunga
konsentrasi 5, 25, 50, 125, dan 500 mg/mL. Teleng
Masing-masing filtrat teleng dengan berbagai
konsentrasi tersebut dimasukkan ke dalam Uji potensi antibakteri air perasan bunga
lubang media agar PYG yg telah diinokulasi teleng dengan menggunakan metode Sumur
bakteri uji sebanyak 50 μL selanjutnya agar bertujuan untuk mengetahui perbedaan
diinkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam. daya antibakteri kelompok sampel segar tanpa
Aktivitas antibakteri diperoleh dengan melalui proses otoklaf dan kelompok sampel
mengukur zona hambat yaitu Zona bening yang yang diotoklaf. Sedangkan tujuan dari otoklaf
terbentuk disekitar lubang yang menunjukkan tersebut adalah memastikan sampel air perasan
bakteri tidak dapat tumbuh di sekitar lubang bunga tersebut steril.
tempat pemberian filtrat. Zona bening yang Hasil pengukuran zona hambat air perasan
terbentuk di sekeliling lubang tersebut diukur bunga yang diotoklaf atau tanpa otoklaf,
dengan menggunakan jangka sorong. Zona kloramfenikol 0.5%, dan amphisilin 0.5%
hambat yang terkecil menunjukkan aktivitas terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus,
antibakteri yang terendah sedangkan zona Pseudomonas aeruginosa, Bacillus substilis dan
hambat yang besar menunjukkan aktivitas Escherichia coli ditunjukkan pada tabel Lampiran
antibakteri yang semakin besar (Lampiran 2). 7 dan disajikan dalam grafik pada Gambar 6.
Hasil pengamatan dan pengukuran diameter
Penentuan Koefisien Fenol zona bening yang terbentuk disekitar lubang
menunjukkan bahwa daya hambat perasan bunga
Metode ini digunakan untuk mengetahui teleng segar bervariasi terhadap bakteri uji.
daya bunuh bakteri filtrat bunga teleng Aktivitas hambat bakteri yang terbesar adalah pada
terhadap bakteri uji Staph. aureus B. substilis sebesar 11.93 mm, dikuti oleh E. coli
dibandingkan dengan daya bunuh fenol selama sebesar 10.00 mm, P. aeruginosa sebesar 4.92
10 menit masa kontak bakteri uji (Varley dan mm, dan pada Staph. aureus tidak menunjukkan
Redish 1936). daya hambat sama sekali, namun menunjukkan
Biakan bakteri Staph. aureus ditanam satu ose zona hambat terbesar pada Antibakteri
pada 10 mL media cair kemudian diinkubasi kloramfenikol 0.5% yaitu sebesar 24.70 mm. Ini
sambil dikocok pada suhu 37 0C selama 24 jam. menunjukkan bahwa Staph. aureus paling sensitif
Kemudian dari biakan tersebut diambil 0.5 mL terhadap kloramfenikol 0.5% bekerja sebagai
dan dicampurkan ke dalam berbagai variasi inhibitor sintesa protein pada ribosom 50S bakteri.
konsentrasi fenol dan variasi konsentrasi filtrat kesensitifan tersebut disebabkan oleh karakter
bunga sebanyak 5 mL. Lima menit kemudian komposisi lipid pada dinding sel Staph. aureus
secara aseptis dilakukan inokulasi satu ose dari yang lebih rendah. karakter tersebut umum
masing-masing konsentrasi ke dalam tabung- ditemukan pada dinding sel bakteri Gram positif
tabung berisi media cair. hal yang sama dilakukan lainnya.
lima menit berikutnya. Selanjutnya diinkubasi Aktivitas hambat antibakteri air perasan bunga
pada suhu 37 0C selama 48 jam. Pengamatan teleng dapat dinilai menurut Davis dan Stout yaitu:
dilakukan secara visual untuk membandingkan kuat terhadap B. substilis, sedang terhadap E. Coli,
adanya pertumbuhan bakteri pada berbagai lemah terhadap P. aeruginosa, dan tidak memiliki
variasi konsentrasi fenol dan filtrat bunga tersebut aktivitas hambat terhadap Staph. aureus.
(Lampiran 3). Koefisien fenol ditentukan dengan Aktivitas hambat kloramfenikol 0.5% terhadap
persamaan: B. substilis, E. coli dan P. aeruginosa berturut-turut

Kf =
[S ] adalah: 18.53, 17.33, dan 10.47 mm. Sedangkan
Aktivitas hambat amphisilin 0.5% terhadap B.
[F ] substilis, E. Coli, P. aeruginosa dan Staph. aureus
berturut-turut adalah: 34.40, 31.30, 14.90 dan
Keterangan : 27.73 mm. Hal ini menunjukkan bahwa B. substilis
Kf = Koefisien fenol paling sensitif terhadap amphisilin 0.5%. Nilai
[S] = Konsentrasi sampel yang membunuh aktivitas hambat kloramfenikol 0.5% menurut
Stap. aureus pada 10 menit masa kontak. Davis Stout yaitu: sangat kuat terhadap B. substilis,
[F] = Konsentrasi fenol yang membunuh Stap. dan Staph. aureus, kuat terhadap E. Coli, dan
aureus pada 10 menit masa kontak. sedang terhadap P. aeruginosa. Sedangkan nilai
aktivitas hambat amphisilin 0.5% yaitu: sangat

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


7

kuat terhadap B. substilis, E. Coli, Staph. aureus mg/mL. Variasi konsentrasi filtrat tersebut
dan kuat terhadap P. aeruginosa. kemudian diuji cobakan pada biakan empat
bakteri uji yaitu: Staph. aureus, P. aeruginosa,
35.00
B. substilis dan E. coli. Hasil pengukuran zona
30.00
hambat dari variasi konsentrasi yang digunakan
25.00 terhadap empat bakteri uji tersebut dapat dilihat
20.00 pada Lampiran 6. Data ini disajikan dalam
15.00
grafik pengaruh konsentrasi filtrat bunga teleng
terhadap aktivitas antibakteri pada Gambar 7.
10.00
Daya hambat masing-masing konsentrasi
5.00
filtrat bunga terlihat berbeda pada masing-masing
0.00 bakteri uji. Dari Gambar 7 terlihat bahwa
B. subtilis E. coli P. aeruginosa S. aureus

Filtrat Otoklaf Filtrat Segar Kloramfenikol 0,5% Amphisilin 0,5%


konsentrasi 50 mg/mL merupakan konsentrasi
terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan
Gambar 6 Aktivitas antibakteri filtrat bunga bakteri: B. substilis, E. coli, dan P. aeruginosa
teleng dibandingkan dengan dengan diameter zona hambat berturut-turut 4.83,
amphisilin dan kloramfenikol. 3.17, dan 2.17 mm, sedangkan konsentrasi
terkecil yang dapat menghambat bakteri Staph.
Kelompok sampel teleng yang melewati aureus sebesar 125 mg/mL dengan diameter zona
proses otoklaf pada tekanan 2 atm suhu 121 0C hambat sebesar 2.83 mm.
selama 15 menit tidak menunjukkan aktivitas Daya antibakteri konsentrasi hambat
antibakteri sama sekali. Hal ini dapat tumbuh minimum bunga teleng dapat dinilai
disebabkan oleh rusaknya senyawa antibakteri lemah menurut Davis Stout (1971) terhadap B.
oleh pemanasan selama proses otoklaf. substilis, E. Coli, P. aeruginosa, dan Staph.
Hasil penelitian Osborn et al (1995) aureus karena menunjukkan diameter zona
menunjukkan bahwa isolat senyawa peptida dari hambat yang kurang dari 5 mm.
ekstrak biji teleng memiliki aktivitas antibakteri Data KHTM menunjukkan bahwa B. subtilis
terhadap empat bakteri Gram positif (B. lebih sensitif daripada Staph. aureus meski
substilis, M. luteus, Staph. aureus, dan Strep. keduanya termasuk bakteri gram positif namun
faecalis) dan 2 bakteri Gram negatif (E. coli dan bakteri ini memiliki keunikan dan kemampuan
P. vulgaris) dan delapan jenis fungi (Botyris yang berbeda dalam pertahanan hidupnya. Staph.
cinerea, Cladosporium sphaerospermum, aureus memiliki mikrokapsul pelindung dinding
Fusarium culmorum, Leptoshaeria maculans, sel dan memiliki enzim FAME (fatty acid
Penicillium digitatum, Trichoderma viridae, modifying enzyme) yang dapat memodifikasi lipid
Septoria tritici, dan Vertidilium albo-atrum ). antibakteri. Kondisi ini membuat Staph. aureus
Aktivitas antibakteri dan antifungi isolat memiliki kemampuan resistensi terhadap
senyawa peptida dari ekstrak biji teleng optimum antibiotik dan antibakteri yang lebih baik
pada suhu 30 0C dan semakin menurun dibanding bakteri lain (Todar 2004).
aktivitasnya seiring dengan pengaruh peningkatan Data KHTM menunjukkan bahwa E. coli
temperatur lingkungan. Penelitian Osborn et al lebih sensitif daripada P. aeruginosa meski
(1995) mendasari alasan bahwa proses pemanasan keduanya merupakan bakteri Gram-negatif,
selama otoklaf dapat mendenaturasi senyawa bedanya P. aeruginosa bersifat motil dengan
antibakteri yang tergolong senyawa peptida satu flagella dan memiliki kemampuan
tersebut. Hal ini mendukung hasil pengujian toleransi yang lebih tinggi daripada E. coli
sampel teleng kelompok otoklaf yang tidak terhadap berbagai kondisi fisik, termasuk
menunjukkan aktivitas antibakteri sama sekali. temperatur, konsentrasi garam yang tinggi dan
kondisi lingkungan yang miskin nutrisi. P.
Penentuan Kadar Hambat Tumbuh aeruginosa secara alami juga memiliki
Minimal (KHTM) resistensi terhadap antibiotik dan antibakteri
karena mengandung plasmid penyandi
Penentuan KHTM dilakukan setelah resistensi yang dapat ditransfer melalui proses
diperoleh data bahwa filtrat teleng memiliki transduksi dan konjugasi. Kondisi ini membuat
aktivitas antibakteri. Penentuannya dilakukan P. aeruginosa lebih resisten terhadap antibiotik
dengan cara menentukan konsentrasi minimal dan antibakteri dibanding E. coli (Todar 2004).
yang dibutuhkan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri uji (Davis dan Stout 1971). Penentuan Koefisien Fenol
Filtrat teleng dibuat dengan berbagai
konsentrasi yaitu: 5, 25, 50, 125, dan 500

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


8

Metode ini digunakan untuk mengetahui - : Tidak ada pertumbuhan Staph. aureus,
daya bunuh bakteri filtrat bunga teleng tidak tebentuk selaput putih.
terhadap bakteri uji Staph. aureus
dibandingkan dengan daya bunuh fenol selama SIMPULAN DAN SARAN
10 menit masa kontak bakteri uji (Varley dan
Redish 1936). Simpulan
Hasil pengamatan visual untuk
membandingkan adanya pertumbuhan Filtrat bunga teleng memiliki aktivitas
bakteri pada berbagai variasi konsentrasi hambat tumbuh terhadap empat bakteri uji yaitu:
fenol dan filtrat bunga dapat dilihat pada Staph. aureus, P. aeruginosa, B.substilis dan E.
Tabel 4. coli tetapi tidak memiliki daya antiseptik.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa Konsentrasi 50 mg/mL merupakan konsentrasi
konsentrasi Fenol 5% bersifat antiseptik terkecil filtrat teleng yang dapat menghambat
terhadap Staph. aureus pada 10 menit masa pertumbuhan bakteri: B. substilis, E. coli, dan P.
kontak. Mekanisme kerja senyawa fenol aeruginosa dengan diameter zona hambat berturut-
sebagai antiseptik yaitu merusak dan turut 4.83, 3.17, dan 2.17 mm. Sedangkan
menembus dinding sel bakteri, kemudian konsentrasi terkecil yang dapat menghambat
mengendapkan protein sel mikroba sehingga bakteri Staph. aureus sebesar 125 mg/mL dengan
merupakan racun bagi protoplasma (Varley dan diameter zona hambat sebesar 2.83 mm.
Redish 1936).
Sedangkan filtrat bunga teleng tidak Saran
bersifat antiseptik terhadap Staph. aureus
pada 10 menit masa kontak bahkan pada Perlu penelitian lanjutan mengenai isolasi,
konsentrasi maksimum pada penentuan karakterisasi komponen aktif fitokimia bunga
KHTM yaitu 50%. Hal ini membuktikan teleng serta toksisitasnya dengan menentukan
bahwa filtrat bunga teleng tidak memiliki LC 50.
daya antiseptik.

30 DAFTAR PUSTAKA
Diameter Zona Bening (mm)

25
Bucharan RE, Gibbons NE. 1974. Burgeys
20 Manual of Determinative Bacteriology.
8th ed. Baltimore: Willian and Wilkins.
15

10 Bintang M. 1993. Studi antimikroba dari


Streptococcus lactis BCC2259. [disertasi].
5 Bandung. Program Doktor. ITB.
0 BPS. 2003. Statistic Kesejahteraan Rakyat
5 25 50 125 250 500
(Welfare Statistics). Jakarta: Biro Pusat
Konsentrasi Filtrat (mg/ml) Statistik.
P.aeruginosa S.aureus E.coli B.substilis
Davis WW, Stout TR. 1971. Disc plate method
of microbiological antibiotic assay: I.
Gambar 7 Pengaruh konsentrasi bubuk bunga factors influencing variability and error 1.
teleng terhadap aktivitas antibakteri. Appl Microbiol; 22 (4) : 659-665.

Herman. 2005. Pengetahuan, sikap dan perilaku


Tabel 4 Hasil penentuan koefisien fenol pengguna tanaman obat di Desa Sukajadi,
Bahan Uji 5 menit 10 menit Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor dan
Fenol 5% + - faktor-faktor yang mempengaruhinya. [skripsi].
Fenol 3.5% + + Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat dan
Fenol 2% + + Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.
Filtrat bunga 50% + +
Filtrat bunga 25% + + Hutapea JR, dkk. 1991. Inventaris Tanaman
Keterangan: Obat. Jakarta: Badan Penelitian dan
+ : Terdapat pertumbuhan Staph. aureus Pengembangan Kesehatan, Depkes.
berupa selaput putih.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Anda mungkin juga menyukai