Anda di halaman 1dari 4

Penyakit meningitis atau radang pada selaput otak jadi bahan pembicaraan publik,

termasuk juga media massa, dalam sepekan terakhir. Ini sebab berpulangnya Olga
Syahputra, Jumat (27/3), disertai informasi salah satu presenter kondang tv itu pada
awal mulanya menderita meningitis. Tetapi, meningitis cuma satu bagian dari radang
otak. Ada juga radang otak lain, dengan nama ensefalitis.

”Sangat jarang orang cuma menderita meningitis, sebab posisi selaput dengan otak
amat dekat,” tutur Mursyid Bustami, Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
Sebab itu, sebutan yang lebih sesuai ialah meningoensefalitis.

Meningoensefalitis terbentuk dari tiga kata bahasa Yunani : menix (membran atau
selaput), enkephalos (otak), & akhiran itis yang dalam bahasa medis berarti radang.
Jikalau dipisahkan, meningitis berarti radang pada selaput otak & ensefalitis yaitu
radang pada organ otak. Penyebabnya bermacam macam, di antaranya bakteri, virus, &
jamur.

Pusat Pengendalian & Prevensi Penyakit (CDC) Amerika Serikat mencatat, Neiserria
meningitidis yaitu merupakan salah satu bakteri utama penyebab meningitis akibat
bakteri ini. Di dunia, meningitis akibat jenis bakteri itu terbanyak terjadi di kawasan
sub-sahara Afrika, dikenal juga sebagai ”sabuk meningitis”. Daerah endemis tinggi ini
terbentang dari Senegal ke Etiopia, rata rata terjadi pada saat masa kering (tingkat
insidensi 10-100 kasus per 100.000 komunitas).

Sayang, Indonesia belum miliki data tahunan terkait infeksi itu. Jumlah kasus sempat
tinggi pada tahun 1980-an, lalu menurun seiring pertumbuhan ekonomi penduduk.

Akibatnya, penyakit itu kurang mendapat perhatian serius. Tapi, belakangan ini
kasusmeningoensefalitis kembali muncul. Menurut Mursyid, itu bisa jadi akibat
kian banyak kasus kuman tuberkulosis resisten obat & meningkatnya penyakit terkait
daya tahan tubuh seperti HIV/AIDS.
Dengan Cara umum, gejala meningitis berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, lemas, &
kaku kuduk. Penderita mungkin telah terkena ensefalitis seandainya ada penambahan
gejala berupa menurunnya kesadaran. ”Jika terjadi lebih berat dari itu, bisa saja kritis,”
ucap Mursyid.

Ada juga beberapa gejala berlainan akibat ensefalitis menyerang bagian otak berbeda.
Contohnya, infeksi menyangkut bagian otak untuk mengoordinasikan gerak kaki &
tangan bagian sebelah, gejala yang muncul bisa juga lemahnya bagian badan sebelah
seperti penderita stroke. Apabila terkena bagian pengatur kekuatan kognitif, dapat
menurunkan kemampuan berpikir.

Mursyid menuturkan, ada dua type meningoensefalitis, yaitu akut & kronis.
Meningoensefalitis akut datang tiba-tiba akibat virus & bakteri, contohnya bakteri N
meningitidis, Streptococcus pneumoniae, dan Listeria monocytogenes.

Buat yang kronis atau menahun, penyebabnya antara lain kuman seperti kuman
tuberkulosis & parasit Toksoplasma gondii. Jumlah kasus yang akut & kronis nyaris
sama, namun di Indonesia lebih umum meningoensefalitis kronis.

Susah menular

Pengobatan utama pasien meningoensefalitis ialah pemberian antibiotik. Tipe antibiotik


yang diberikan & lama terapi tergantung dari mikroorganisme penyebab infeksi.
Contohnya, infeksi dikarenakan kuman TB, antibiotik juga untuk terapi TB pada paru-
paru, dipilih yang dapat menembus sel pertahanan otak.

Karena itu, dokter harus tahu mikroorganisme penyebab


meningoensefalitis terhadap pasien biar dapat pilih antibiotik yang sesuai.
Caranya, mengambil cairan otak melalui sumsum tulang belakang.

”Penyakit ini susah menular. Tapi, sekali kena, mungkin kematiannya sangat tinggi,”
kata Mursyid. Alasannya, karena system pertahanan otak hebat. Selaput otak tergolong
bagian dari system pertahanan itu. Ada pula sawar darah otak (blood brain barrier).
System itu berfungsi melindungi otak, termasuk juga dari cedera & infeksi.

hal tersebut membuat mikroorganisme pemicu meningoensefalitis susah mencapai


otak. Tetapi, masihlah ada kuman atau virus ”bandel” & tidak bisa ditahan system itu.
Bila mikroorganisme itu dapat mencapai otak, pengobatan jadi susah lantaran harus
mencari antibiotik spesifik yang juga mampu menembus pertahanan otak.

Akibatnya, dokter mesti berikan dosis antibiotik lebih tinggi bagi terapi infeksi pada
otak di bandingkan pada infeksi bagian lain. Kadang, bisa 3-4 kali di bandingkan infeksi
di bagian badan yang lain. ”Ini terjadi karena kekuatan obat untuk menembus
pertahanan otak minim, ada yang 15 %, ada yang 20 %,” papar Mursyid.

Pengobatan juga lebih lama di bandingkan penyakit biasa. Misalnya, pasien TB mesti
konsumsi obat tanpa putus selama enam bulan, sedangkan pasien meningoensefalitis
yang disebabkanTB mengkonsumsi obat sama tanpa putus selama 9-12 bulan.

Factor lain yang menyebabkan infeksi itu miliki tingkat kematian tinggi yaitu bagian
vital otak terdesak apabila ada bengkak. Bila mendesak bagian batang otak, fungsi
badan berhenti, termasuk juga fungsi bernapas.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Rumah Sakit Umum
Pusat Cipto Mangunkusumo, Iris Rengganis, mengemukakan, telah ada vaksin untuk
mengurangi risiko tertular meningoensefalitis. Vaksin itu husus untuk
meningoensefalitis meningokokus yang disebabkan N meningitidis.

Efektivitas vaksin itu 80-90 %, bergantung terhadap keadaan daya tahan penerima
vaksin. Jemaah haji dan umrah yang bakal berangkat ke Arab Saudi wajib mendapat
vaksin itu paling lambat dua minggu sebelum pergi.

Mursyid menyambung, pencegahan utama ialah menjalankan pola hidup sehat &
tinggal di lingkungan sehat demi menjaga daya tahan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai