Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BIOLOGI MOLEKULER

PENGENDALIAN EKSPERESI GENETIK EUKARYOT

OLEH:
KELOMPOK V

IDAWATI ( 917312906201003)
WAHYU ILYAS MANDALI (917312906201.12)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, berkat ridho-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “(Pengendalian ekspresi genetik pada eukaryot )”.
Dalam menyusun makalah ini, terdapat hambatan yang penulis alami, namun
berkat dukungan, dorongan dan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu penulis tidak lupa pada kesempatan ini mengaturkan
terima kasih kepada BAPAK dosen pembimbing.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah “( Pengendalian ekspresi genetik pada eukaryot )”.ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Kendari, 6 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................... 5
BAB II....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
A. Sinyal Pengendali Eksperesi Genetik Pada Eukaryot ............................................. 6
B. Motif-Motif Protein Pengendalian Ekspresi Genetik Pada Eukaryot ................... 9
C. Pengendalian Ekspresi Gen...................................................................................... 13
D. Pengendalian Ekspresi Genetik Pasca-Transkripsi ............................................... 19
BAB III ................................................................................................................................... 23
PENUTUP .............................................................................................................................. 23
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada pembahasan tentang asam nukleat telah dijelaskan bahwa gen


mengandung informasi-informasi genetik yang akan diwariskan dari suatu organisme
atau diekspresikan dalam wujud sifat-sifat yang dapat diamati pada suatu organisme.
Gen merupakan segmen atau bagian dari molekul DNA (deoxyribonucleic acid) yang
mengandung semua informasi genetik yang diperlukan untuk sintesis produk.

Eksperesi genetik adalah suatu rangkaian proses komploks yang melibatkan


banyak faktor. Salah satu ciri penting pada sistem jasad hidup adalah keteraturan
sistem. Oleh karena itu dalam ekspresi genetik proses pengendalian (regulasi) sistem
menjadi bagian mendasar dan penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa proses
ekspersi genetik dimulai dan diatur sejak pra-inisiasi transkripsi. Meskipun demikian,
sebenarnya tidak satu orang pun yang dapat menentukan secara pasti kapan sebenarya
proses regulasi tersebut mulai dilakukan karena sistem biologis adalah suatu sistem
siklis yang tidak dapat secara pasti ditentukan titik awalnya. Untuk membatasi
pembahsan mengenai hal ini maka hal ini maka kita beramsumsi bahwa ekspersi
genetik dimulai dan diatur sejak tahapan pra-inisiasi transkripsi.

Secara garis besar, pengendalian ekspresi genetik pada jasad eukaryot di


lakukan pada banyak titik pengendalian seperti digambarkan secara skematis. Pada
jasad prokaryot pengendalian ekspresi genetik hanya terjadi pada aras transkripsi,
sedangkan pada jasad eukaryot pengendalian ekspresi genetik hanya terjadi pada aras
transkripsi sampai pasca translasi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sinyal pengandalian genetik pada eukaryot ?


2. Bagaimana motif-motif protein pengendalian ekspresi genetik pada eukaryot?
3. Bagaimana pengendalian Ekspresi Gen kelas I, Gen kelas II, Gen kelas III?
4. Bagaimana pengendalian ekspresi genetik pasca-transkripsi?
5. Bagaimana regulasi faktor transkripsi?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu memahami sinyal pengandalian genetik pada eukaryot


2. Mengetahui motif-motif protein pengendalian ekspresi genetik pada eukaryot
3. Mampu mengetahui pengendalian Ekspresi Gen kelas I, Gen kelas II, Gen
kelas III
4. Mampu memahami pengendalian ekspresi genetik pasca-transkripsi
5. Mengetahui regulasi faktor transkripsi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sinyal Pengendali Eksperesi Genetik Pada Eukaryot

Pengontrolan ekspresi gen dapat terjadi pada setiap langkah dalam jalur dari
gen ke protein fungsional dengan kata lain Regulasi ekspresi gen pada sel eukariot
dilakukan pada banyak titik pengendali mulai dari transkripsi sampai pasca
translasi. Regulasi ekspresi gen dapat ditinjau dari tiga sesi, yaitu :
1. Pengendalian ekspresi genetik dapat ditinjau dari 3 sisi, yaitu :
 sinyal pengendali ekspresi;
 level pengendalian ekspresi;
 mekanisme pengendalian
2. Sinyal pengendali ekspresi meliputi semua molekul yang berperanan dalam
proses pengendalian ekspresi, misalnya faktor transkripsi dan protein
regulator khusus
3. Level pengendalian ekspresi terjadi pada tahapan :
 inisiasi transkripsi dan perpanjangan transkrip;
 pengakhiran (terminasi) transkripsi;
 pengendalian pasca-transkripsi dan
 pengendalian selama proses translasi dan pasca translasi
4. Mekanisme pengendalian ekspresi gen membahas proses rinci pengendalian
ekspresi genetik yang meliputi interaksi antar sinyal pengendali ekspresi.
Gambar 2.10 Ringkasan keseluruhan proses dari ekspresi gen
pada sel eukariot. Tiap level pengendalian yang disajikan pada gambar
tersebut merupakan pengendali potensial dimana ekspresi gen dapat di on
atau off-kan, dipercepat atau diperlambat.
Proses ekspersi genetik pada eukaryot diatur oleh banyak molekul yang
berintraksi secara spesifik. Intraksi antar molekul tersebut terjadi melalui ikatan
antara DNA dengan protein, protein dengan protein, maupun protein dengan molekul
lain, misalnya hormon. Sinyal (molekul) pengendali ekspresi genetik dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu:

1. RNA polimirase sebagai protein utama yang melakukan proses transkripsi


2. Protein-protein pembantu (auxilliary proteins) yang meliputi:
a. Faktor transkripsi umum
b. Protein yang berikatan dengan urutan nukleotida spesifik
c. Protein-protein yang terlibat dalam proses translasi (penerjemahan
transkripsi/RNA) menjadi polipetida.

 Protein Pembantu Dalam Proses Pengendalian Ekspresi Genetik

Selain RNA polimerase, ekspresi genetik (transkripsi dan translasi) diatur oleh
banyak molekul protein lain. Faktor transkripsi (transcription factor, TF) adalah
molekul-molekul protein yang berperanan melalui proses transkripsi. Faktor
transkripsi berkaitan satu sama lain dengan pola kompleks yang menyebabkan RNA
polimerase dapat melakukan sintesis RNA dengan menggunakan cetakan (template)
berupa urutan nukleotida gen yang ditranskripsi. Seperti telah dijelaskan dalam baba
sebelumnya, faktor transkripsi dapat dibedakan berdasarkan atas kelas yang diaturnya
yaitu, TFI, TFII, TFIII, masing-masing dengan subkelas yang bermacam-macam.
Molekul-molekul tersebut dikenal sebagi faktor transkripsi umum (general
transcription factor). Selain transkripsi umum, ada protein-protein lain yang
berkaitan dengan urutan DNA khusus
Nama Protein Urutan DNA Contoh Pada Jasad
Konsensus
TBP (TATA-box binding TATAAAA
protein)
Protein yang terkait pada CCAAT  CBF pada tikus
urutan CCAAT  CBP pada
mencit
 CP1 pada
manusia
 HAP2 atau
HAP3 pada
khamir
protein yang terkait pada TGGCA  NF1 ( nuclear
urutan TGGCA factor)

Faktor transkripsi Sp1 GGCGGG  Pada manusia


Faktor transkripsi oktamer ATGCAAAT  NF-A1
 OTF-1

B. Motif-Motif Protein Pengendalian Ekspresi Genetik Pada Eukaryot

Motif-motif yang terlibat dalam pengendalian eukaryot secara umum yaitu,


protein pengendalian mempunyai tiga dominana fungsional, yaitu:

1. Domain pengikat DNA

Domain pengikat DNA adalah bagian protein yang berikatan secara langsung
dengan DNA. Domain yang mengaktifkan transkripsi adalah bagian struktur protein
yang berperanan dalam melakukan aktivitasi transkripsi. Beberapa protein
membentuk dimer, baik dalam bentuk homodimer (dua monomer yang identik
menjadi satu). Protein-protein yang membentuk dimer semacam ini mempunyai
daerah (domain) yang merupakan tepat pengikatan antara satu monomer dengan
monomer yang lain. Daerah inilah yang disebut dengan domain dimerisasi. Beberapa
protein lain ada juga yang mempunyai domain khusus untuk mengikat molekul
efektor khusus, misalnya hormon stroid.

Domain pengikat DNA dapat dibedakan menjadi beberapa kelas, yaitu:

1. Modul yang mengandung atom zinc


Modul yang mengandung zinc misalanya:
a. Zinc finger pada faktor transkripsi TFIIIA dan Sp1
b. Modul zinc yang ada pada reseptor glukokortikoid
c. Modul yang mengandung dua atom zinc dan enam asam amino sistein,
misalnya pada aktivator GaI4.
2. Hemoodomain mengandung sekitar 60 asam amino yang mirip dengan
domain pengikat DNA pada prokaryot misalnya, repsor bakteriofalag
lambda. Domain ini pada awalnya ditemukan pada protein-protein
homoobox yang bertanggung jawab dalam perkembangan lalat buah
Dropshophila.
3. Β-barrel adalah suatu domain yang berbentuk tong (barrel).
4. Mengandung motif bZIP ( leucine zipper) dan bHLH (helix-loop-helix)
mempunyai domain pengikat DNA yang bersifat sangat basis. Beberapa
contoh motif protein regulator dapat
Gambar 1.1 tiga contoh protein regulator transkripso pada eukaryot

2. Domain Yang Mengaftikan Transkripsi

Domain semacam ini dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

1. Domain yang bersifat asam misalnya 49 domain asam amino pada


aktivator Gal14 yang mengandung 11 asam amino yang bersifat asam.
2. Domain yang kaya akan glutamin misalnya Sp1 yang mengandung sekitar
25% glutamin.
3. Domain yang kaya akan prolin mislanya aktivator CTF yang mempunyai
domain 48 asam amino yang 19 diantaranya terdiri atas prolin.
3. Domain Demirisasi

Domain semacam ini misalnya terdapat pada monomer protein Gal14 yang
membentuk dimer berupa gulungan. Aktivator ini mempunyai domain pengikat DNA
yang dihubungkan dengan modul dimerisasi melalui domain penghubung.

 Motif Zinc Finger

Salah satu motif yang ditemukan di antara protein regulator transkripsi adalah
motif zinxc finger ( jari-jari zinc). Protein yang mempunyai motif semacam ini
tersusun atas beberapa asam amino sistein dan histidin yang berurutan serta berikatan
dengan atom zinc membentuk suatu struktur seperti jari, misalnya faktor transkripsi
TFIIIA dan protein Gal4. Protein dengan motif jari-jari CH dan jari CC. motif jari-
jari CH (cysteine histine finger) mempunyai urutan konsensu sebagai berikut:

cys - X4 – cys – X3 – phe – X5 – leu- X2 –his –X3,4 –his

X adalah asam amino apapun sedangkan angka menujukan jumlah residu


asam amino. Motif seperti ini terdapat msalnya pada TFIIIA yang ada dalam Xenopus
leavis dan terdiri atas 9 jari-jari. Motif jari-jari CC (cysteine-cysteine finger) terdapat
misalnya pada protein Gal4.

 Struktur Protein Homeodomain

Protein homeodomain adalah anggota keluarga protein pengikat DNA yang


mempunayi struktur dasar helix-turn-helix , yaitu suatu struktur dua helix yang
dipisahkan oleh belokan rantai β. Nama homeodomain berasal dari kata homeobox,
yaitu daerah gen pada Drosophila yang bertanggung jawab dalam perkembangan
bangun tubuh lalat tersebut. Mutasi pada gen homeobox dapat menyebabakan
terbentuknya struktur tubuh yang menyimpang, misanya suatu mtasi yang disebut
antennapedia menyebabkan munculnya antena. Protein regulator yang mempunyai
struktur homeodomain misalnya Mat α1, Mat a1, Mat a2 pada khamir saccharomyces
cerevisie, dan antennapedia serta ultrabithorax pada dropshila.

 Struktur Domain Bzip Dan HLH

Motif Bzip dan HLH mempunyai dua fungsi yaitu sebagai domain pengikat
DNA dan domain dimerisasi. ZIP berasal dari kata leucine zipper sedangakan HLH
berasal dari kata helix-loop-helix. Huruf b menandakan bagian protein yan bersifat
basis. Protein yang mempunyai motif leuine zipper mengandung helix α yang
tersusun oleh rangkain asam amino leusin sedemikian rupa membentuk struktur
zipper. Protein domaiinya bermotif semacam ini misalnya protein regulator GCN4,
yaitu aktivator pada S. cerevisie yang berperan dalam metabolisme asam amino.
Motif HLH mempunayi kemiripan dengan struktur bZIP. Bebarapa protein
mempunyi domain bHLH-ZIP, yaitu suatu domain dengan motif HLH dan ZIP,
misalnya protein Myc (onkogen).

 Fungsi Aktivator

Seperti telah disebutkan sebelumnya, proses transkripsi pada eukaryot tidak


hanya melibatkan enzin RNA polimerase melainkan juga banyak protein pembantu
yang lain. RNA polimirase dalm bentuk holoenzim memang dapat melakukan
transkripsi tetapi hanya pada aras dasar ( basel level), sedangkan untuk mendapatkan
transkip yang cukup berarti maka diperlukan protein-protein aktivator. Fungsi utama
protein aktivator adalah dalam proses pengkitan faktor-faktor transkripsi dan RNA
polimerase pada daerah promotor, yang dikenal sebagai proses cruitment. Protein
aktivator transkripsi mempunyai target utama protein TFIID dan TFIIB pada sistem
ekspresi gen kelas II.

C. Pengendalian Ekspresi Gen

Pengendalian ekspresi gen merupakan aspek penting bagi jasad hidup


(prokariot dan eukariot). Tanpa sistem pengendali yang efisien, sel akan kehilangan
banyak energi yang merugikan jasad hidup. Dalam prokariot atau eukariot ada dua
sistem pengaktifan ekspresi gen yaitu ekspresi gen secara konstitutif dan secara
induktif. Gen-gen yang diekspresikan secara konstitutif selalu diekspresikan dalam
keadaan apapun. Sedangkan gen-gen diekspresikan pada keadaan yang
memungkinkan atau ada sesuatu yang menginduksi maka dikenal dengan ekspresi
gen induksi.

Gen merupakan unit molekul DNA atau RNA dengan panjang molekul
tertentu yang membawa informasi mengenai urutan asam amino yang lengkap suatu
protein atau yang menentukan struktur lengkap suatu molekul rRNA atau tRNA. Gen
mengandung informasi genetik yang dapat diwariskan dan diekspresikan. Ekspresi
gen adalah rangkaian proses penerjemahan informasi genetik menjadi produk sintesis
berupa protein atau polipeptida. Lebih jauh lagi, ekspresi gen adalah proses
penentuan sifat (fenotip) dari suatu organisme oleh gen. Sifat yang dipunyai oleh
suatu organisme merupakan hasil proses metabolisme yang terjadi di dalam sel. Sel
secara tepat mampu mengatur ekspresi gen. Sel prokariot dan eukariot mampu
mengatur pola ekspresi gen dalam merespon perubahan kondisi lingkungan. Proses
ekspresi gen digunakan organisme untuk mengatur perkembangan fenotip organisme
dari genotipnya, beradaptasi terhadap respon lingkungan, tanda terjadinya kelainan
dalam tubuh, dan digunakan dalam differensiasi sel, serta fungsi biologis lainnya.
Ekspresi gen dilakukan dua tahap yaitu transkripsi dan translasi. Proses transkripsi
terjadi di dalam inti sel, sedangkan translasi berlangsung di sitoplasma, sehingga
RNA harus dikeluarkan dari inti sel ke sitoplasma. Tahapan ekspresi gen, yaitu :
a. Pengendalian Gen Kelas I

Gen kelas I adalah gen-gen yang menkode sintesis rRNA. Laju sintesis
rRNA berakaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan sel. Contohnya adalah laju
sintesis r RNA pada sel liver yang mengalami regenerasi adalah 10 kali lebih besar
dari pada sel normal, demikian juga sel tumor, lomfosit yang sedang memperbanyak
diri, maupun sel-sel embrio awal. Faktor yang memengaruhi perbedan laju sinteis
tersebut antara lain adalah:

1. Jumlah enzim polimeras


2. Aras fosforilasi RNA polimerase
3. Jumlah dan aktivitas faktor transkripsi

Telah diketahui bahwa sintesis rRNA-nya tidak dikendalikan pada aras yang
sama pada tipa sel atau organimenya. Contohnya, bakteri atau khamir yang
ditumbuhkan dalam medium minimal, laju sintesis rRNA-nya berkurang sampai
80%. Demikian juga pad kultur sel/mamalia yang ditumbuhkan dalam medium
minimal masihmenyinsintesis 30-50% pre-rRNA, namun tidak ada sintesis protein
ribosom. Dalam hal ini ribosom tidak terbentuk dan pre-rRNA didegradasi.
Dalam kasus sintesis rRNA pada Acanthamoeba castellani, jika sel yang
sebelumnya ditumbuhkan dalam medium kaya kemudian dipindahkan ke medium
minimal, maka laju sintesis 395 rRNA turun, sedangkan jumlah RNA polimirase I
dan faktor transkripsinya tetp. Meskipun demikian, ekstrak sel acanthamoeba yang
diisolasi pada kisaran waktu yang berbeda selam pembentukan kista (cyst)
menujukan kehilangan secara progresif kemampuan untuk melakukan transkripsi
rRNA secara in vitro. Hal ini nampaknya terjadi karena adanya perubahan RNA
polimerase I di dalam kista sehingga menjadi lebih termolabil meskipun tidak ada
perubahan komposisi subunitnya. Penurunan kemampuan in dpat diatasi dengan
menambahkan RNA polimerase I dari sel-sel vegetatif

Selain karena adanya perubahan termolabilitas RNA polimerase I, regulasi


gen kelas I juga dapat terjadi karena perbedaan dalam pemrosesan prekursor rRNA
(pre-rRNA). Sebagai contoh, laju simtesis pre- rRNA PADA Bermacam-macam
jaringan sel mamalia secara umum sama tetapi berbeda dalam hal pemmerosesnya.
Jika jaringan liver diambil, proses regenerasi dan jumblah ribosonya meningkat tetapi
sintesis pre-rRNA nya tetap. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam
pemrosesan pre-rRNA.

b. Pengendalian Eksperesi Gen kelas II

Pengendalian ekspresi Gen kelas dua dapat terjadi pada beberapa arah, yaitu:

1. arah metabolisme mRNA


2. arah traslasi mRNA menjadi polipeptida
3. arah panca-traslasi.

Pada aras metabolisme mRNA,pengendalian dapat terjadi pada saat sintesis


transkip (mRNA), pengunaan transkip primer, atau pada saat ada proses
stabilisasi/destabilasasi mRNA. Pada saat berlangsung sintesis mRNA pegendalian
ekspresi genetik dapat berupa aktifitas atau represi traskripsi yang umumnya
melibatkan suatu sirkuait pengendalian yang kompleks. Dalam beberapa sistem,
perbedaan dalam pengunaan traskrip primer, yang dimanifestasikan dalam bentuk
pemerosesan yang berbeda, dapat menghasilkan traskrip berbeda yang jika di
translasikan akan menghasilkan polipetida yang berbeda.

Salah satu contoh model regulasi Gen kelas II yang sudah di ketahui cukup
rinci adalah mekanisme regulasi gen GAL pada Khamir Saccharomyces cerevisiae.
Gen GAL adalah serangkaian gen yang bertangung jawab dalam metabolisme
galaktosa. Sistem regulasi gen GAL melibatkan suatu sirkuit yang terdiri atas
aktifitas dan represi transkripsi. Sirkuit ini melibatkan produk eksepresi gen-gen
yang terletak pada kromosom yang berbeda secara umum, regulasi ekpresi gen-gen
GAL ditentukan oleh dua gen utama , yaitu protein Gal4 (dikode oleh gen GAL4
yang terletak pada kromosom XVI) dan protein Gal80. Protein gal4 berperan sebagai
aktivator trskripsi gen-gen GAL2,GAL7,GAL10,dan MEL1, sedangkan protein
Gal80 berperan sebagai represor yang mengeplok protein Gal4 sehinga Gal4 tidak
dapat menjalankan fungsinya sebagai aktivator transkripsi. Secara skematis, sirkuait
regulasi gen GAL.

Menujukan bahwa jika protein Gal4 dalam keadaan bebas maka protein akan
mengaktifkan gen-gen GAL1,GAL7, dan GAL10 ( yang terletak pada kromosom II)
gen GAL2 ( pada kromosom XII) dan gen MEL I. jika khamir S.sereficiaen
ditumbuhkan dalam medium yang mengandung glukosa dan glaktosa, maka glukosa
akan berperan sebagai sebagai ko-represor yang akan menekan masuknya glaktosa
dari luar sel. Keadaan ini menyebabkan tidak dapat disintesinnya indu sel. Kalaupun
sebelumnya didalam sel sudah ada induser, maka glukosa akan mengblok induser
Sebaliknya, jika khamir ditumbuhkan dalam mendium yang hanya mengandung
glukosa, maka gen GAL3 akan diekspresikan untuk menghasilkan enzim yang akan
membentuk produk metabolit galaktosa yang dapat berfungsi sebagai induser.
Induser berperan untuk mengblok GAL80 sehingga protein ini tidak dapat
menghalangi Gal4 untuk mengaftikan rangkaian gen GAL. jika dalam medium
pertumbuhan tersebut ada glukosa dan galakkosa, maka galakosa menghalangi
pembentukan induser atau mengblok induser sehingga induser tidak dapat mengblok
Gal80. Dalam keadaan demikian maka Gal80 akan bebas sehingga dapat mengblok
protein gal4.

c. Pengendalian Ekspresi Gen kelas III

Gen kelas III adalah gen yang mengkode sintesis tRNA dan 5S rRNA. Salah
satu model pengendalian ekspresi gen kelas III yang diketahui adalah regulasi sintesis
5S rRNA selam proses oogenasis dan mbriogenasais pada Xenopus leavis. Pada jasad
ini ada dua tipe gen 5S r RNA, yaitu gen 5S somatik dan 5S oosit.

Gen 5S somatik diketahui juga transkripsi di oosit pada aras yang tidak terlalu
tinggi, yaitu kurang dari 10% dan 5S RNA total, tetapi gen tersebut tetap aktiv selama
sel somatik masih hidup. Sebaliknya, gen 5S r RNA oosit hanya ditanranskripsi di
oosit. Transkripsi gen tersebut mencapai aras maksimal didalam oosit yang masih
muda dan akan menurun sejalan dengan semakin tuanya oosit. Transkripsi gen 5S
oosit tidak terdeteksi pada saat embriogenesis maupun didalm sel somatik. Penelitian
menujukan bahwa faktor kunci yang menyebabkan perbadaan dalam pengendalian
ekspresi gen 5S rRNA tersebut adalah faktor transkripsi TFIIIA. Diketahui bahwa
TFIIIA mempunyai daya ikata( affanity) yang lebih besar terhadap gen 5S somatik
dari pada gen 5S oosit. Selain itu juga diketahui bahwa TFIIIA berikatan denagan
rRNA untuk membentuk partikel berukuran 7S.

Pada awal proses oogenesis, molekul TFIIIA tersedia didalm jumlah banyak
sehingga terjadi akumulasi 5S r RNA. Keadaan ini akhirnya menyebabkan terjadinya
proses autoregulasi karena molekul 5S r RNA berkaitan dengan TFIIIA. Ikatan antara
TFIIIA dengan 5S r RNA menyebabkan TFIIIA tidak tersedia lagi untuk proses
transkripsi gen 5S berikutnya. Selain itu, dengan semakin tua oosit maka terjadi
penurunan arah m RNA yang mengkode TFIIIA sehingga molekul TFIIIA hasil
translasi m RNA juga berkurang. Pada keadaan ini molekul TFIIA yang ada
mempunysi kecenderungan untuk berikatan dengan 5S somatik sehinga faktor
transkripsi ini tidak tersedia untuk proses transkripsi gen 5S r RNA pada oosit.
Akibtanya, gen 5S r RNA pada oosit tidak dapat ditranskripsik lagi. Secara garis
besar regulasi ekspresi gen 5S r RNA.

D. Pengendalian Ekspresi Genetik Pasca-Transkripsi

Stabilitas m RNA mekanisme pengendalian ekspresi genietik seperti telah


dijabarkan fdiatas lebih banyak menyangkut pengendalian pada arah transkripsi.
Sebenarnya, pengendalian ekspresi genetik juga terjadi pda saat transkripsi telah
selsai dilakukan, salah satu aspek pengendalian ekspresi genetik pasca-transkripsi
adalah pengendalian m RNA. salah satu contoh mengenai hal ini adalah stabilitas m
RNA.
Regulasi ekspresi gen 5S RNA

Oogenesis awal:

Jumla TFIIIA banyak

Akumulasi RNA 5S

Autoregulasi

RNA 5S berikatan dengan TFIIIA TFIIIA tidak tersedia utk


traskripsi berikutnya

Aras m RNA menurun jumlah TFIIIA berkurang

TFIIIA cenderung berikatan dengan


gen somatik

Gen oosit tidak diekspresikan

Jika jaringan galandula mammae dikultur dan distrimulasi pada protein, maka
jaringan tersebut akan menghasilkan protein susu kasien. Diketahui bahwa
konsentrasi m RNA meningkat seiring dengan peningktan konsentrasi kasien yaitu
sekitar 200 kali dalm waktu 24 jam setelah perlakuan dengan hormon prolaktim.
Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa laju sintesi m RNA kasie meningkat
sebanyak 20 kali karean pada kenyataan hanya meningkat 2-3 kali. Peningkatan
konsentrasi kasien lebih disebabkan oleh peningkatan stabilitas m RNA. Fenomena
serupa juga diamati pada m RNA reseptor transferin.
 Regulasi faktor transkripsi

Faktor transkripsi adalah protein yang berpran didalm penganturan ekspresi


suatu. Oelh karena itu, faktor transkripsi juga mengalami regulasi yang dapat
mempengaruhi aktivitasnya. Faktor transkripsi diatur dengan melalui beberapa macam
cara, antara lain:

1. Regulasi temporal, misalnya gen c-fos, c-cun, c-myc, dan egr-1 adalh gen-
gen yang mengkode faktor transkripsi yang diatur secara temporal oleh
jalur tranduksi simyal (signal transducution pathway). Beberapa faktor
yang dapat mengatur ekspresi faktor-faktor transkripsi tersrbut antra lain
adalah pengikatan mitoken atau faktor diferensiasi, implus saraf dan
kerukan fisik,
2. Regulasi dengan pengikatan ligan anggota resptor hormon stroid adalah
contoh faktor transkripsi yang aktivitasnya diatur oleh ligan ekternal. Jika
tidak ada ligan, maka faktor transkripsi tersebut menjadi suatu komprex
yang tidak aktiv dan berikatan dengan protein heat/shock hsp90. Dengan
adanya ligan, faktor-faktor transkripsi tersebut akan berdisioasi dari
hsp90, membentuk diner dan akhirnya dapat menghasilaan gen-gren yang
menjadi target.
3. Regulasi dengan squestration protein NFk-β adalah contoh faktor
transkripsi yang ditur dengan mekanisme squenstration atau pengasingan
yaitu dengan diikat pada protein sitoplasma IKB. fosporilasi terhadap
protein IKB oleh protein kinase C dapat menyeabkan kompleks NFK-B-IK-
B terdisiosi sehingga menyebabkan NFK-B menjadi aktiv.
4. Regulasi dengan modifikasi pasca-translasi. Bebrapa faktor transkripsi
diketahui diatur aktivitasnya dengan mekanisme yang terjadi setelah
translasi. Proses regulasi yang terjadi dapat berupa fosforilasi atau
glikosilasi. Sebagai contoh, faktor transkrpsi CREB difofirilasi aoleh
proten kinasee PKA yang tergantung pada c AMP. fosforilasi tersebut
menyebabkan pembentukan dimer protein CRAB yang bersifat aktiv.
Selain itu, juga da mekanisme regulasi aktivtas dengan mekanisme
glikosilasi, yaitu penambahan gugus karbohidrat pada struktur protein.
5. Regulasi dengan pengblokan tempat ikatan pada DNA. faktor transkrip
adalah contoh transkripsi yang dapat melekat pada kotak CCAAT pada
gen γ pada manusia dan dapat berkompentensi dengan faktor traskripsi
lain, yaitu CP1 yang juga melekat pada kotak CCAAT. Kompetisi
semacam ini dapat memengaruhui aktivitas faktor traskripsi
6. Regulasi dengan pengoblokan aktivitas. Aktivitas suatu faktor transkripsi
juga dapat ditekan oelh protein lain yang menblok domain aktivasinya,
misalnya faktor transkripsi Gal4 pada saccharomyces creviciae dapat
ditekan aktivitasnya oelh protein Gal80.
7. Regulasi dengan mekanisme silecing. Silencing adalah suatu sekuents
yang berperan sebagi faktor pengendali negatif ekpresi suatu gen, sebagi
contoh, pada khamir S. creviciae ada elemen silncer yang dapat menekan
aktivitas gen yang brtanggung jawab dalam perubahan tipe kawin
(maating type) yaitu gen HMR dan HML.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah sebagi berikut:

1. Eksperesi genetik adalah suatu rangkaian proses komploks yang


melibatkan banyak faktor
2. Pengendalian ekspresi gen merupakan aspek penting bagi jasad hidup
(prokariot dan eukariot). Tanpa sistem pengendali yang efisien, sel akan
kehilangan banyak energi yang merugikan jasad hidup.
3. Aplikasi Ekspresi gen pada lalat buah. Adanya tangga ekspresi gen,
protein yang disintesis oleh suatu gen akan mengontrol ekspresi gen
yang lain dan secara berurutan mengontrol ekspresi gen untuk tahap
berikutnya, merupakan aliran yang terjadi pada pertumbuhan dan
perkembangan. Banyak pula protein yang tidak berperan secara langsung
terhadap gen dalam sel tersebut, melainkan berperan sebagai sinyal
molekular yang berinteraksi memicu ekspresi gen pada sel tetangganya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. Tanpa Tahun. Biologi Edisi Kelima
Jilid Satu. Terjemahan Rahayu Lestari. 2002. Jakarta: Erlangga.
http://biologimoelaporan29.blogspot.com/2013/02/praktikum-golongan-darah.html di
akses pada hari sabtu tanggal 26 Maret 2016

http://id.wikipedia.org/wiki/Golongan_darah di akses pada hari sabtu tanggal 26


Maret 2016

http://laporanpraktikumbiologi001.blogspot.com/ di akses pada hari sabtu tanggal 26


Maret 2016

Ngili, Y. 2009. Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul. Yogyakarta: Graha Ilmu
Page, David S.. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Poedjiadi, A., & Supriyanti, T. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Subandi, Muntholib, & Susanti, E. 2003. Biokimia Umum. Malang: Universitas
Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai