Etika Bisnis - WM 80 - Dewi - Fransiskus - Variant New
Etika Bisnis - WM 80 - Dewi - Fransiskus - Variant New
2 PENDAHULUAN
Etika diambil dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, perasaan atau cara berpikir.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Sedangkan bisnis menurut KBBI memiliki arti
usaha komersial dalam dunia perdagangan. Jadi bila digabungkan, etika bisnis memiliki artian
pertimbangan baik dan buruk secara hak dan kewajiban moral dalam sebuah usaha komersial.
Adapun menurut John dan Ferrell (2008) dalam bukunya yang berjudul Business Ethics: Ethical
Decision Making and Cases, etika bisnis memiliki makna dimana dalam menjalankan bisnis perlu
adanya aturan, standar dan prinsip moral yang dapat menentukan benar atau salahnya sesuatu
dalam situasi tertentu.
Didalam etika bisnis termasuk diantaranya adalah etika yang memperhatikan kesehatan dan
keselamatan kerja yang tidak terbatas secara sempit hanya kepada pekerja namun juga secara luas
harus memperhatikan dampak kepada lingkungan sosial dimana kegiatan usaha tersebut berada.
Kelalaian yang terjadi dalam menjalankan standar keamanan pada kesehatan dan keselamatan
kerja dapat menjadi sebuah bencana.
Bencana sendiri menurut KBBI memilki arti sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan)
kesusahan, kerugian, atau penderitaan. Sedangkan menurut Quarantelli dan Dynes (1977),
bencana terbentuk ketika suatu peristiwa ekstrem terjadi melebihi kemampuan komunitas untuk
mengatasi peristiwa itu. Menurut mereka pula bencana dapat membawa beberapa dampak seperti
dampak fisik dimana didalamnya dapat berupa jatuhnya korban dan kerugian, dampak sosial,
dampak psikososial, dampak demografis, dampak ekonomi, dan dampak politik. Sehingga secara
1
Source: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190617183650-532-404001/sri-mulyani-pastikan-grup-
bakrie-bayar-utang-lapindo
2
Source: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4215669/12-tahun-menunggu-5-korban-lumpur-lapindo-
belum-terima-ganti-rugi
3
Source: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190529140201-92-399472/13-tahun-lapindo-lsm-sebut-
ganti-rugi-masih-hina-korban
etika sebuah bisnis harus dapat meminimalkan risiko bencana yang dapat memberi banyak dampak
bagi manusia dan lingkungan.
John Fraedrich (1986), memberikan 4 (empat) macam kegiatan yang dapat dikategorikan
sebagai cakupan etika bisnis.
d. Etika bisnis juga menyangkut bidang yang biasanya sudah meluas lebih dari sekedar etika,
seperti misalnya ; ekonomi dan teori organisasi.
Sony Keraf (Keraf, 1998) mencatat beberapa hal yang menjadi prinsip dari etika bisnis.
Prinsip-prinsip tersebut dituliskan dengan tidak melupakan kekhasan sistem nilai dari masyarakat
bisnis yang berkembang. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah :
a. Prinsip otonomi.
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa manusia dapat bertindak secara bebas berdasarkan
kesadaran sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk dilakukan, tetapi otonomi juga
memerlukan adanya tanggung-jawab. Artinya, kebebasan yang ada adalah kebebasan yang
bertanggung-jawab. Orang yang otonom adalah orang yang tidak saja sadar akan
kewajibannya dan bebas mengambil keputusan berdasarkan kewajibannya saja, tetapi juga
orang yang mempertanggung-jawabkan keputusan dan tindakannya, mampu bertanggung-
jawab atas keputusan yang diambilnya serta dampak dari keputusan tersebut.
b. Prinsip berbuat baik dan tidak berbuat jahat.
Berbuat baik (beneficence) dan tidak berbuat jahat (non-maleficence) merupakan prinsip
moral untuk bertindak baik kepada orang lain dalam segala bidang. Dasar prinsip tersebut
akan membangun prinsip-prinsip hubungan dengan sesama yang lain, seperti ; kejujuran,
keadilan, tanggung-jawab, dsb.
c. Prinsip keadilan
Prinsip keadilan merupakan prinsip yang menuntut bahwa dalam hubungan bisnis, seseorang
memperlakukan orang lain sesuai haknya. Didalam prinsip tersebut, tentunya keseimbangan
antara hak dan kewajiban menjadi bagian terpenting dalam sebuah bisnis.
d. Prinsip hormat pada diri sendiri
Prinsip ini sama artinya dengan prinsip menghargai diri sendiri, bahwa dalam melakukan
hubungan bisnis, manusia memiliki kewajiban moral untuk memperlakukan dirinya sebagai
pribadi yang memiliki nilai sama dengan pribadi lainnya.
Berdasarkan dokumen rapat teknis PT Lapindo Brantas rekanan pada 18 Mei 2006. PT
Medco Energi sebagai pemegang 32% saham Lapindo (2006), telah memperingatkan agar
operator segera memasang selubung pengaman (casing) berdiameter 9 5/8 inci. Tetapi
hingga pengeboran mencapai kedalaman 9.297 kaki (sekitar 2.833,7 meter), prosedur baku
pengeboran diabaikan. Casing hanya dipasang sampai kedalaman 2.580 kaki, sisanya
hampir 1.700 meter lebih, dibiarkan bekerja tanpa casing.
Saat pengeboran mencapai kedalaman 9.279 kaki, Sabtu pagi, 27 Mei 2006, Lapindo
mengaku kehilangan lumpur atau loss. Hal tersebut terjadi karena masuknya lumpur
pengeboran yang berfungsi sebagai pelumas, dan mengangkat serpihan batu hasil
pengeboran. Kejadian tersebut ditanggulangi dengan menggunakan LCM (lost-circulation
materials) yang terdiri mineral fiber, mika/plastik dan butiran marbel, kayu, dan kulit biji
kapas.setelah itu, sumur tidak lagi kehilangan lumpur.
PT Lapindo mengira target sudah tercapai, namun sebenarnya mereka hanya menyentuh
titik luar batu gamping saja. Titik luar batu gamping tersebut banyak lubang sehingga
mengakibatkan lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur dari bawah sudah habis, lalu
PT Lapindo berusaha menarik bor, tetapi gagal, akhirnya bor dipotong dan operasi
pengeboran dihentikan serta perangkap BOP (Blow Out Proventer) ditutup. Namun fluida
yang bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sehingga fluida tersebut harus mencari
jalan lain untuk bisa keluar. Hal ini yang menyebabkan penyemburan tidak hanya terjadi di
sekitar sumur melainkan di beberapa tempat. Peristiwa inilah yang akhirnya disebut sebagai
bencana alam semburan lumpur lapindo. (Gambar tertera pada lampiran)
Berdasarkan beberapa pendapat ahli geologi, lumpur keluar disebabkan karena adanya
patahan akibat teknik pengeboran yang tidak sesuai dengan SOP sehingga berdampak pada
penyebaran lumpur hingga ke banyak tempat di sekitar Jawa Timur sampai
ke Madura seperti Gunung Anyar di Madura, luapan lumpur juga ada di Jawa Tengah
(Bledug Kuwu). (Laura P Hartman, 2018)
Keraf, D. S. (1998). Etika Bisnis : Membangun Citra Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Laura P Hartman, e. a. (2018). Business ethics, Decision Making for Personal Integrity & Social
Responsibility. New York: Mc-Graw Hill Education.
Berdasarkan Peta Klasifikasi Lahan Area Terdampak dan Realisasi Hasil Verifikasi
Ganti Rugi Lahan Terdampak yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo (BPLS) pada bulan Februari tahun 2008, tercatat jumlah korban di area terdampak
saat itu adalah sebanyak 37.850 jiwa. Kesemua korban yang disebutkan di atas mengalami
perpindahan secara terpaksa dan hal ini memberikan dampak yang sangat mendalam
terhadap kehidupan ekonomi (Batubara, 2009b), budaya, relasi gender, relasi intergenerasi
(Fauzan dan Batubara, 2010) bahkan memori mereka (Batubara, 2009c). Mereka bahkan
mengalami pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa akibat rusaknya rumah
tinggal mereka karena tenggelam oleh lumpur.