Askep Mania Baru
Askep Mania Baru
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari mania
2. Mengetahui factor apa saja yang menjadi penyebab dari mania
3. Memahami proses terjadinya mania
4. Memahami pohon masalah dari mania
5. Memahami tanda dan gejala pada mania
1.4 Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan alam perasaan (mania).
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan
yang meluas, meningkat, bersemangat, atau mudah tersinggung. Respon diri dapat
ditunjukkan dengan perilaku hiperaktif, banyak bicara, tertawa berlebihan dan
penyimpangan seksual (Riyadi, 2009: 140).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan
yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan motorik
meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa, DEPKES, biru blogspot).
Jadi, mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasan yang meningkat dimana kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku yang berlebihan
berupa peningkatan kegiatan motorik, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, tertawa
berlebihan, penyimpangan seksual yang berpngaruh terhadap fungsi fisik dan sosial
individu.
2.2 Etiologi
Mania dapat timbul karena adanya factor predisposisi dan factor presipitasi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui
garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar
monozigote.
2) Teori Agresi
Berbalik pada Diri Sendiri Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan
marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan
objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi
perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai
suatu mekanisme kompensasi)
3) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua yang sangat
dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
4) Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami
mania.
5) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang dipengaruhi oleh
penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
6) Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi aktif
dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan
ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya
mengembangkan respons yang adaptif.
7) Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant positif selama
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor
biologis, psikologis, dan sosial budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis
yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma
dan ketidakseimbangan metabolism. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,
termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Faktor osial budaya
meliputi kehilangan peran, perceraian, dan kehilangan pekerjaan.
Menurut Riyadi, terdapat stressor pencetus gangguan alam perasaan yang
meliputi: 1) Kehilangan keterkaitan individu mempunyai hubungan yang sangat actual
atau penting dengan seeorang atau obyek kehilangan sehingga menimbulkan stress.
Misalkan kehilangan orang yang dicintai, fungsi fisik, harga diri dan peran. 2) Peristiwa
besar dalam kehidupan, pengalaman terdahulu tentang hal-hal menyakikan atau
menyenangkan yang tidak terlupakan mempengaruhi masalah individu saat ini dan
kemampuannya dalam menyelesaikan masalah. 3) Ketegangan Peran, yang meliputi
konflik peran, peran yang tidak jelas, atau peran yang berlebihan dapat menimbulkan
gangguan alam perasaan depresi atau mania. 4) Perubahan fisiologis akibat penyakit dan
obat-obatan penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolic
dan berbagai macam obatantihipertensi serta penyalahgunaan obat dapat mencetuskan
gangguan alam perasaan.
Keterangan:
1) Responsif adalah respon emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaaanya.
Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
2) Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normall dialami
individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita
dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya sedih, berfokus pada diri
sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak
berlangsung lama.
3) Supresi merupakan tahap awal respon emosional yang maladaptive, individu
menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap
lingkungan.
4) Reaksi kehilangan yang memanjang Bila anada merasa sangat marah atau kesal
dengan pergi mengendarai sepeda, biasanya reaksi berduka yang memanjang
merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang, tetapi tidak tampak emosi
emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yang memanjang dapat terjadi
beberapa tahun.
5) Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih
dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
b. Mekanisme Koping Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang
memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.
Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang
diakibatkan dari kurang efektif koping dalam menghadapi kehilangan.