Anemia pada keadaan Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan kelainan multifaktorial dan defisiensi besi merupakan penyebab tersering anemia pada pasien- pasien gagal ginjal ini. Erythropoietin Stimulating Agent (ESA) dan suplemen besi merupakan terapi yang efektif dalam penatalaksanaan anemia pada pasien-pasien PGK1,2,. Konsentrasi feritin serum dan ratio saturasi besi merupakan dua petanda yang paling sering digunakan untuk menilai status besi pada pasien-pasien dengan dialisis reguler. Berdasarkan guideline dari National Kidney Foundation (NKF) dan Kidney Disease and Dialysis Outcome Quality Initiative (K/DOQI), pemberian besi tidak diberikan pada kadar feritin serum > 800 ng/ml oleh karena kadar feritin yang tinggi menunjukkan keadaan kelebihan besi.3,4 Sedangkan berdasarkan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) besi tidak diberikan pada kadar feritin serum > 500 ng/ml.5 Feritin serum juga merupakan reaksi fase akut dan dapat meningkat pada keadaan inflamasi. Inflamasi sering terjadi pada pasien-pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis regular dan prevalensinya diantara pasien-pasien tersebut berkisar 40-60%. Dengan demikian, sangat mungkin jika kadar feritin serum yang tinggi dapat disebabkan oleh inflamasi selain adanya kelebihan besi. Namun, masihlah belum jelas apakah pada pasien-pasien hemodialisis feritin serum memang secara signifikan meningkat pada keadaan inflamasi dengan kadar besi yang berbeda. Inflamasi juga berkaitan erat dengan malnutrisi energi protein pada pasien-pasien dialisis. 6,7,8
Protein Energy Malnutrition (PEM) sering menjadi masalah pada pasien-
pasien dengan gagal ginjal terminal dan hubungan antara malnutrisi dan outcome pasien telah terbukti.9 Status nutrisi pasien dialisis dapat dinilai dari pemeriksaan biokimia, antropometri, kadar protein dan metode komposisi tubuh. Akhir-akhir ini,
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara malnutrisi dan inflamasi telah mendapat perhatian yang cukup serius dan adanya hubungan yang kuat antara PEM dan inflamasi telah ditunjukkan pada pasien-pasien hemodialisis.9,10 Kedua kondisi ini, PEM dan inflamasi sering terjadi bersamaan pada pasien-pasien hemodialisis. Bersama-sama, keadaan ini disebut dengan Malnutrition Inflammation Complex Syndrome.11 Subjective Global Assessment (SGA) menyatakan apakah asimilasi nutrisi telah dibatasi karena asupan makanan yang menurun, maldigesti atau malabsorbsi, apakah efek malnutrisi terhadap organ telah terjadi dan apakah proses penyakit pada pasien berefek pada kebutuhan nutrisi.12 Kedua keadaan inflamasi dan malnutrisi berefek pada kondisi klinis pada pasien-pasien dialisis dan harus dinilai dengan berbagai cara. Untuk itu, sebuah sistem skoring yang komprehensif yang disebut dengan Malnutrition- Inflammation Score (MIS), yang mampu mengelompokkan risiko pada pasien-pasien hemodialisis secara kuantitatif untuk penatalaksanaan yang lebih optimal. MIS berhubungan kuat dengan angka morbiditas dan mortalitas, begitu juga dengan pengukuran nutrisi, inflamasi dan anemia pada pasien-pasien hemodialisis.13 Selain sebagai penanda prognosis yang buruk dalam hal masa rawatan dan mortalitas, Sindroma Malnutrisi-Inflamasi Kompleks juga dapat menunjukkan hiperferitinemia dan anemia berulang. Namun masih belum jelas apakah PEM sendiri atau kombinasi dengan inflamasi dalam bentuk Sindroma Malnutrisi- Inflamasi Kompleks memiliki efek yang signifikan terhadap feritin serum pada pasien-pasien hemodialisis reguler.14 Pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk meneliti hubungan antara feritin serum dengan inflamasi, nutrisi dan besi pada pasien-pasien hemodialisis reguler. Hasil dari penelitian ini mungkin dapat membantu mengetahui apakah feritin dapat digunakan sebagai penanda adanya inflamasi dan malnutrisi pada pasien- pasien hemodialisis reguler selain sebagai penanda adanya kelebihan besi.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara feritin serum dengan inflamasi, nutrisi dan besi pada pasien-pasien hemodialisis reguler di Medan, Sumatera Utara?
1.3 Hipotesis Kadar feritin serum yang tinggi dapat berhubungan dengan keadaan inflamasi, dan/atau malnutrisi pada pasien-pasien hemodialisis reguler di Medan, Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
Meneliti peranan feritin serum sebagai penanda adanya inflamasi dan malnutrisi pada pasien-pasien hemodialisis reguler
1.5 Manfaat Penelitian
1. Untuk dapat mengetahui apa saja pengaruh peningkatan serum feritin pada pasien-pasien hemodialisis reguler yang mendapatkan eritropoetin 2. Untuk dapat mengetahui peranan status nutrisi dan skor malnutrisi inflamasi pada pemberian ESA pada pasien-pasien hemodialisis reguler