Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia pada keadaan Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan kelainan
multifaktorial dan defisiensi besi merupakan penyebab tersering anemia pada pasien-
pasien gagal ginjal ini. Erythropoietin Stimulating Agent (ESA) dan suplemen besi
merupakan terapi yang efektif dalam penatalaksanaan anemia pada pasien-pasien
PGK1,2,. Konsentrasi feritin serum dan ratio saturasi besi merupakan dua petanda
yang paling sering digunakan untuk menilai status besi pada pasien-pasien dengan
dialisis reguler. Berdasarkan guideline dari National Kidney Foundation (NKF) dan
Kidney Disease and Dialysis Outcome Quality Initiative (K/DOQI), pemberian besi
tidak diberikan pada kadar feritin serum > 800 ng/ml oleh karena kadar feritin yang
tinggi menunjukkan keadaan kelebihan besi.3,4 Sedangkan berdasarkan Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) besi tidak diberikan pada kadar feritin serum >
500 ng/ml.5 Feritin serum juga merupakan reaksi fase akut dan dapat meningkat pada
keadaan inflamasi. Inflamasi sering terjadi pada pasien-pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis regular dan prevalensinya diantara pasien-pasien tersebut
berkisar 40-60%. Dengan demikian, sangat mungkin jika kadar feritin serum yang
tinggi dapat disebabkan oleh inflamasi selain adanya kelebihan besi. Namun,
masihlah belum jelas apakah pada pasien-pasien hemodialisis feritin serum memang
secara signifikan meningkat pada keadaan inflamasi dengan kadar besi yang berbeda.
Inflamasi juga berkaitan erat dengan malnutrisi energi protein pada pasien-pasien
dialisis. 6,7,8

Protein Energy Malnutrition (PEM) sering menjadi masalah pada pasien-


pasien dengan gagal ginjal terminal dan hubungan antara malnutrisi dan outcome
pasien telah terbukti.9 Status nutrisi pasien dialisis dapat dinilai dari pemeriksaan
biokimia, antropometri, kadar protein dan metode komposisi tubuh. Akhir-akhir ini,

Universitas Sumatera Utara


hubungan antara malnutrisi dan inflamasi telah mendapat perhatian yang cukup
serius dan adanya hubungan yang kuat antara PEM dan inflamasi telah ditunjukkan
pada pasien-pasien hemodialisis.9,10 Kedua kondisi ini, PEM dan inflamasi sering
terjadi bersamaan pada pasien-pasien hemodialisis. Bersama-sama, keadaan ini
disebut dengan Malnutrition Inflammation Complex Syndrome.11 Subjective Global
Assessment (SGA) menyatakan apakah asimilasi nutrisi telah dibatasi karena asupan
makanan yang menurun, maldigesti atau malabsorbsi, apakah efek malnutrisi
terhadap organ telah terjadi dan apakah proses penyakit pada pasien berefek pada
kebutuhan nutrisi.12 Kedua keadaan inflamasi dan malnutrisi berefek pada kondisi
klinis pada pasien-pasien dialisis dan harus dinilai dengan berbagai cara. Untuk itu,
sebuah sistem skoring yang komprehensif yang disebut dengan Malnutrition-
Inflammation Score (MIS), yang mampu mengelompokkan risiko pada pasien-pasien
hemodialisis secara kuantitatif untuk penatalaksanaan yang lebih optimal. MIS
berhubungan kuat dengan angka morbiditas dan mortalitas, begitu juga dengan
pengukuran nutrisi, inflamasi dan anemia pada pasien-pasien hemodialisis.13
Selain sebagai penanda prognosis yang buruk dalam hal masa rawatan dan
mortalitas, Sindroma Malnutrisi-Inflamasi Kompleks juga dapat menunjukkan
hiperferitinemia dan anemia berulang. Namun masih belum jelas apakah PEM
sendiri atau kombinasi dengan inflamasi dalam bentuk Sindroma Malnutrisi-
Inflamasi Kompleks memiliki efek yang signifikan terhadap feritin serum pada
pasien-pasien hemodialisis reguler.14
Pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk meneliti hubungan antara
feritin serum dengan inflamasi, nutrisi dan besi pada pasien-pasien hemodialisis
reguler. Hasil dari penelitian ini mungkin dapat membantu mengetahui apakah feritin
dapat digunakan sebagai penanda adanya inflamasi dan malnutrisi pada pasien-
pasien hemodialisis reguler selain sebagai penanda adanya kelebihan besi.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah terdapat hubungan antara feritin serum dengan inflamasi, nutrisi dan besi
pada pasien-pasien hemodialisis reguler di Medan, Sumatera Utara?

1.3 Hipotesis
Kadar feritin serum yang tinggi dapat berhubungan dengan keadaan inflamasi,
dan/atau malnutrisi pada pasien-pasien hemodialisis reguler di Medan, Sumatera
Utara

1.4 Tujuan Penelitian


Meneliti peranan feritin serum sebagai penanda adanya inflamasi dan malnutrisi
pada pasien-pasien hemodialisis reguler

1.5 Manfaat Penelitian


1. Untuk dapat mengetahui apa saja pengaruh peningkatan serum feritin pada
pasien-pasien hemodialisis reguler yang mendapatkan eritropoetin
2. Untuk dapat mengetahui peranan status nutrisi dan skor malnutrisi inflamasi
pada pemberian ESA pada pasien-pasien hemodialisis reguler

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai