(Skripsi)
Oleh
Sesti Edina Merisca
Oleh
Sesti Edina Merisca
Nanas merupakan salah satu tanaman buah dari kelompok Bromeliaceae. Industri
nanas di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan, sehingga memberikan
dampak terhadap keseimbangan lingkungan. Maka diperlukan suatu proses untuk
menangani limbah yang dihasilkan dengan memanfaatkan limbah nanas menjadi
kompos. Kompos adalah hasil penguraian bahan organik yang telah mengalami
proses pelapukan. Untuk mempercepat laju dekomposisi diperlukan penambahan
inokulum. Mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai inokulum dalam proses
pengomposan serasah nanas adalah Aspergillus fumigatus. Fungi ini bersifat
selulolitik sehingga mampu mendegradasi kandungan selulosa yang terdapat di dalam
serasah nanas. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian dekomposisi
kultur murni serta mengetahui pengaruh inokulum fungi A. fumigatus pada proses
pengomposan serasah nanas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017
sampai bulan Januari 2018 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas
Lampung. Penelitian ini dilakukan tiga tahap yaitu PCDT (Pure Culture
Decomposition Test) dengan menggunakan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap),
produktivitas inokulum dan pengomposan. Variabel yang diamati yaitu jumlah spora
dan CFU (Colony Forming Unit). Kompos dianalisis kadar C, N, P, K dan rasio C/N.
Data hasil pengukuran variabel tersebut dianalisis menggunakan Analisis Variansi
(ANOVA), jika terdapat perbedaan signifikan pada perlakuan maka dilanjutkan
dengan uji lanjut menggunakan BNT (Beda Nyata Terkecil) α 5%. Hasil penelitian
PCDT menunjukkan bahwa A. fumigatus mampu mendekomposisi substrat serasah
nanas hingga 39,68%, penambahan inokulum A.fumigatus dapat meningkatkan
kualitas kompos, ditandai dengan menurunya rasio C/N tertinggi pada perlakuan B
sebesar 22,96% dan terendah pada perlakuan A sebesar 14,48%.
Oleh
Sesti Edina Merisca
Skripsi
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2003. Pada tahun 2008, penulis
Gajah Kabupaten Lampung Tengah melalui jalur prestasi, dan pada tahun 2011
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menajdi asisten dosen dalam Praktikum
Mikrobiologi Umum dan Mikrobiologi Pangan Industri. Selain itu penulis juga aktif
v
Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Karya Wisata Ilmiah di Desa Gisting selama7
hari. Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Rengas, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari dari bulan
Januari sampai Februari 2017. Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Kerja Praktik
di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta Provinsi Tangerang dengan Judul
“Deteksi Tomato Spotted Wilt Virus Pada Tanaman Anggrek Bulan Asal
Alhamdulillahirabbil’’alamin
kasih ku kepada:
perjalanan hidupku
pendidikanku
(Japanese Proverb)
Allah SWT, Tuhan pemilik segala alam semesta dan seisinya yang telah memberikan
Serasah Nanas (Ananas comosus)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains Bidang Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Penulis menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, akan tetapi berkat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik dukungan moril maupun materil.
Oleh karena itu, penulis penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih
1. Bapak Dr. Bambang Irawan M.Sc., selaku Pembimbing I yang dengan sabar
2. Bapak Ir. Salman Farisi, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah membimbing,
3. Ibu Dra. Yulianty, M.Si., selaku Pembahas yang telah membimbing, memberikan
ilmu pengetahuan, kritik dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika
5. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
6. Ibu Dra. C.N. Ekowati, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
8. Kedua orang tuaku, Bapak Drs. Safwan dan Ibu Dra. Endang Setiawati yang
telah banyak memberikan cinta dan kasih sayangnya yang tak terhingga
kepadaku serta atas do’a, motivasi, semangat dan dukungan baik moril dan
materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
segalanya.
skripsi hingga larut malam. Terima kasih atas do’a, semangat, dan motivasinya.
10. Kedua adik sepupuku Dwi Mertania dan Salsabila Elysia yang selalu
11. Sahabat terkasih ku RUMPIES Triana Gusmaryana, Puput Dian Anggrani, Milsa
Solva Diana, Rachma Aulia, Suminta Frida Hairisah, dan Adelea Tasya Putri
yang telah banyak memberikan bantuan, kasih sayang, do’a, semangat dan
12. Teman-teman seperjuangan selama penelitian Tim Receh Menuju S.Si., Triana
Gusmaryana dan Syahnaz Yuliasaputri. Terima kasih atas kerja sama, semangat,
dan motivasinya selama ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Mufidah Aulia Annisa, Khusnul Dwi Wulandari, Tia Tantia Dewi, dan Anggi
kasih sudah setia menemaniku dari SMA hingga saat ini, semoga persahabatan
kita abadi.
dan semangat kepada penulis selama berkuliah dan menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman Jurusan Biologi 2014 khususnya Biologi B 2014 yang tidak bisa
kusebutkan semuanya, terima kasih atas semangat dan motivasi. Dan terima
16. Teman-teman KKN Desa Rengas Tassya Fatimah, Intan Crusita, Nurul Dwi,
Putri Windarni, Ayu Lingga, Rosi Destiana Putri, Aninda Nurkumala, Abu
Haris, Ridho Lipurnaim, Hakim Hamzah, Muhamad Adam, dan Bayu Setiawan
17. Alamamaterku tercinta Universitas Lampung dan semua pihak yang telah
Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian pada
skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
kebaikan yang telah kalian berikan. Penulis berharap semoga hasil karya sederhana
Penulis,
Halaman
ABSTRAK…...…………………..….…………………………...……... i
HALAMAN PERSETUJUAN…...………………………………...….. ii
RIWAYAT HIDUP……….....……………………………..…….......... iv
PERSEMBAHAN………………...………………………………......... vi
MOTTO…...…………………………………….................................... vii
SANWACANA…...………………………………………………......... viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………...……...………………………..…....... 1
1.2 Tujuan…………...……………………………….………........ 6
1.3 Manfaat Penelitian…...…………...………………………....... 6
1.4 Kerangka Pikir……...…………………………………....…..... 6
1.5 Hipotesis……………...…………………………..………….... 8
2.5 Kompos……...………………………………….……................. 15
2.6 Dekomposisi…...…………………….………………................. 17
2.7 Selulosa………...………………………......................... ……….. 19
3.2.2 Bahan…………………………………………………….. 23
3.3 Rancangan Penelitian.……………………………..………….... 23
3.4 Prosedur Kerja………………………………..….….................. 24
3.4.1 Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) ..….…... 24
3.4.2 Peremajaan Fungi Aspergillus fumigatus……….............. 25
3.4.3 Preparasi Media Inokulum…………...………………...... 25
3.4.4 Perhitungan Jumlah Spora dan CFU
(Colony Forming Unit) ...................................................... 26
3.4.5 Pengujian Dekomposisi Kultur Murni
(Pure Culture Decomposition Test)………..…..……….... 28
3.4.6 Aplikasi Inokulum Aspergillus fumigatus pada
Pengomposan Serasah Nanas…………………..………… 29
3.4.7 Analisis Kompos………………………………………..... 30
3.4.7.1 Penentuan Kadar C (Karbon) Kompos….….......... 31
3.4.7.2 Penentuan Kadar N (Nitrogen) Kompos…............. 31
3.4.7.3 Rasio C/N Kompos….………………….…............ 34
3.4.7.4 Penentuan Kadar P (Fosfor) Kompos….…………. 34
3.4.7.5 Penentuan Kadar K (Kalium) Kompos…..……….. 35
3.4.8 Diagram Alir penelitian........……………………….......... 37
DAFTAR PUSTAKA…………………………...…………….......……... 64
LAMPIRAN ……………………..……………...……………........…...... 71
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perubahan Berat Substrat Serasah Nanas Selama Proses
Pengomposan 30 Hari …...…………………………....…...……... 40
Halaman
Gambar 10. Hasil Analisis Kadar P Kompos Serasah pada Minggu Ke-4
dan Minggu Ke- 6………...………….……………….………. 47
Gambar 11. Hasil Analisis Kadar K Kompos Serasah pada Minggu Ke-4
dan Minggu Ke- 6……………….……………………………. 48
Halaman
Gambar 10. Hasil Analisis Kadar P Kompos Serasah pada Minggu Ke-4
dan Minggu Ke- 6………...………….……………….………. 47
Gambar 11. Hasil Analisis Kadar K Kompos Serasah pada Minggu Ke-4
dan Minggu Ke- 6……………….……………………………. 48
Rukmana (1996) tanaman nanas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia
sepanjang tahun serta tergolong ke dalam tanaman yang tahan terhadap kemarau
dan dapat hidup baik pada suhu sekitar 30 °C dengan curah hujan sebanyak 1250
mm setahun. Nanas merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai gizi dan
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Karena tidak hanya buahnya saja yang dapat
industri nanas ini digolongkan menjadi 3 jenis yaitu limbah padat (bonggol
nanas), limbah cair (limbah dalam bentuk cair dan lumpur/ sludge), dan limbah
pencemaran tanah yang disebabkan oleh limbah industri. Untuk menghindari hal
tersebut, maka diperlukan suatu proses untuk menangani limbah yang dihasilkan
agar tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Salah satu caranya
buangan, bagian-bagian tersebut antara lain daun, kulit luar, dan bonggol. Pada
bagian kulit merupakan bagian terluar, memiliki tekstur yang tidak rata, dan
banyak terdapat duri kecil pada permukaannya. Bagian mata memiliki bentuk
yang agak rata dan banyak terdapat lubang-lubang kecil menyerupai mata.
Bagian terakhir yang juga merupakan bahan buangan adalah bonggol yaitu
bagian tengah dari buah nanas, memiliki bentuk memanjang sepanjang buah
nanas, memiliki tekstur yang agak keras dan rasanya agak manis (Tahir dkk.,
2008).
hara mikro dan makro yang cukup banyak serta memiliki kemampuan menyerap
air yang cukup baik (Sastraatmadja dkk., 2001). Kompos dapat digunakan untuk
paparan sinar matahari serta terlindungi dari hujan dengan cara mengontrol
Takiyah, 2010).
3
Unsur hara di dalam tanah dapat diperoleh dari bahan organik hasil sisa tanaman
dan hewan yang telah terdekomposisi. Menurut Dezzeo dkk (1998) dekomposisi
merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan beberapa faktor.
tanah (Saetre, 1998). Menurut Sunarto (2003) proses dekomposisi itu sendiri
dimulai dari proses penghancuran sisa tumbuhan serta bahan organik mati yang
dimana pada tahap ini bakteri dan fungi akan menguraikan partikel-partikel
2002).
membuat hasil pengomposan menjadi lebih sempurna dan bermutu baik. Salah
satu cara untuk mendapatkan kompos yang bermutu baik dan tinggi adalah
atau fosfor yang cukup tinggi. Aktivator sangat berpengaruh dalam proses
Fungi memiliki peran penting dalam proses dekomposisi suatu bahan organik.
dari pengomposan suatu serasah, karena salah satu dari sifat fungi adalah
saprofit. Dimana fungi memperoleh nutrisi dan energinya dari organisme mati.
Nutrisi yang didapatkan tersebut akan didaur ulang, kemudian akan digunakan
senyawa yang lebih sederhana lagi (Campbell dkk., 2008). Menurut Purwadaria
2002).
5
Salah satu fungi yang dapat menghasilkan enzim selulase adalah Aspergillus
tanaman tingkat tinggi, kandungan selulosa pada dinding sekitar 35-50% (Lynd
aktivitas enzim selulase relatif lebih tinggi dibandingkan fungi lain. Dengan
serasah nanas.
jagung (Zea mays), karena jagung memiliki harga yang relatif murah dan mudah
untuk didapatkan. Selain itu jagung memiliki kandungan selulosa yang tinggi
yaitu 23%, lignin 0,1% (Suarni dan Widowati, 2011) dan xilan 12,4% (Richana
dkk., 2007). Dengan kandungan selulosa yang tinggi pada media jagung
1.2 Tujuan
pupuk organik.
C/N.
mendegradasi selulosa yang ada pada tumbuhan. Fungi ini mampu mendaur
ulang karbon dan nitrogen di lingkungannya untuk membuat materi sel baru.
senyawa organik terbesar yang ada pada tanaman, sehingga dengan adanya
sifat-sifat tanah. Kandungan unsur hara yang terdapat pada kompos sangat
ini bersifat saprofit, dengan memanfaatkan bahan organik dari tanaman yang
telah mati atau membusuk sebagai sumber energi. Bahan organik yang diperoleh
dari lingkungan berupa unsur-unsur atau senyawa kimia yang akan digunakan
Proses dekomposisi dimulai dari proses penghancuran sisa tumbuhan serta bahan
organik mati yang dilakukan oleh serangga, kemudian akan dilanjutkan dengan
proses biologi. Pada tahap ini bakteri dan fungi akan menguraikan partikel-
bahan organik akan diuraikan menjadi ion ammonium (NH4+), nitrat (NO3-), dan
nitrit (NO2-). Dekomposisi merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang
dekomposisi dari suatu serasah adalah faktor lingkungan yang meliputi pH,
Pada penelitian ini fungi selulolitik diinokulasikan pada media jagung. Untuk
pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah Pure Culture
jumlah spora dan nilai CFU (Colony Forming Unit) serta kualitas kompos
serasah nanas yang dapat dilihat dari analisis kadar C, kadar N, kadar P, kadar K
dan rasio C/N kompos serasah nanas. Pemanfaatan fungi selulolitik sebagai
1.5 Hipotesis
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
berasal dari wilayah tropis (Amerika Selatan). Menurut Cronquist (1981) dan
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Poales
Suku : Bromeliaceae
Marga : Ananas
Menurut Rukmana (1996) nanas merupakan salah satu tanaman buah yang selalu
tersedia sepanjang tahun dan tergolong dalam tanaman yang tahan terhadap
kemarau serta dapat hidup baik pada suhu sekitar 30°C dengan curah hujan
yang bersifat tahunan yang mempunyai rangkaian bunga yang terdapat di ujung
Tanaman nanas yang berusia satu sampai dua tahun, memiliki tinggi 50-150 cm
berkumpul dalam roset akar, dimana pada bagian pangkalnya melebar menjadi
pelepah. Daun nanas berbentuk seperti pedang, tebal dan liat, dengan panjang
80-120 cm dan lebar 2-6 cm, ujungnya lancip menyerupai duri, berwarna hijau
berwarna hijau, jika masak warnanya menjadi kuning, rasanya asam sampai
yang bersifat buangan, bagian-bagian tersebut antara lain daun, kulit luar, mata
dan hati (bonggol) (Tahir dkk., 2008). Menurut Murni dkk. (2008) limbah nanas
mengandung serat yang relatif tinggi yakni sebesar 57,3%. Kandungan pada
11
2.2 Jagung
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Poales
Suku : Poaceae
Marga : Zea
Tanaman jagung menyebar ke seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di
tanaman jagung menyebar sangat luas. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis
hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di
atas permukaan laut (dpl). Dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah
jagung yaitu pati (72-73%), dan kadar gula sederhana (glukosa, fruktosa,
sukrosa) berkisar antara 1-3%. Jagung juga mempunyai Asam lemak jenuh dan
asam lemak tidak jenuh. Selain itu di dalam jagung juga terdapat Vitamin A
(karotenoid) dan vitamin E, mineral esensial (K, Na, P, Ca, dan Fe). Kulit ari
jagung dicirikan oleh kandungan serat kasar yang tinggi, yaitu 86,7% yang
terdiri atas hemiselulosa (67%), selulosa (23%), dan lignin (0,1%) (Suarni dan
Widowati, 2011). Sedangkan xilan pada jagung yaitu 12,4% (Richana dkk.,
2007).
1996):
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Bangsa : Eurotiales
Suku : Trichocomaceae
Marga : Aspergillus
membentuk satu atau lebih (umumnya delapan) spora seksual (askospora) dalam
13
sel berbentuk kantung yang disebut askus dan spora aseksual berupa
mikrokonidia bersel tunggal yang diproduksi dalam rantai panjang yang menjalar
dari hifa udara yang disebut konidiofor (Pratiwi, 2004). Di alam A.fumigatus
hidup sebagai saprofit. Secara alami hidup di tanah dan ditemukan di antara
kompos dan permukaan tanaman yang memainkan peran penting dalam daur
ulang karbon dan nitrogen dari organisme mati (Gow, 2005). A.fumigatus
panjang) yang mendukung vesikula (Marvel, 2016), memiliki koloni, saat muda
bewarna putih dan dengan cepat berubah menjadi hijau dengan terbentuknya
konidia. Konidiofor pendek dan khusus A. fumigatus terletak pada bagian atas
bewarna hijau. Vesikula berbentuk gada, konidia bulat hingga semi bulat dan
berdinding kasar (Wangge dkk., 2012). Warna konidiofor seperti kaca, diameter
vesikula 15µm-25 µm, diameter konidia 2-3 µm (Afzal dkk., 2013). Sporanya
organisme yang telah mati atau membusuk. Dapat hidup hampir pada semua
A B
C D
2.4 Inokulum
diinokulasikan ke dalam suatu medium pada saat kultur mikroba pada fase
kering tajuk, dan bobot biji pada tanaman jagung. Untuk menghasilkan proses
2.5 Kompos
Kompos merupakan jenis pupuk yang dihasilkan dari proses penghancuran oleh
dengan hasil akhir berupa humus. Kompos merupakan bahan organik yang telah
yang bekerja di dalamnya, bahan organik tersebut dapat berupa dedaunan atau
sisa-sisa tanaman yang sudah mati (Sriharti dan Takiyah, 2010). Salah satu
Saat ini pupuk kimia lebih sering digunakan karena lebih praktis. Penggunaan
pupuk kimia yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan tanah serta dapat
menurunkan kualitas tanah dan menurunnya hasil panen, Salah satu usaha yang
kompos atau pupuk organik (Elfiati dan Siregar, 2010). Manfaat pupuk organik
permeabilitas tanah, struktur tanah, porositas tanah serta daya menahan air
(Roidah, 2013), memperbaiki sifat kimia tanah seperti mengikat ion serta
sifat biologi tanah karena dapat memicu datangnya mikroorganisme tanah seperti
yang sesuai (Sentana, 2010). Proses pengomposan yang terjadi secara aerobik
akan mengalami kenaikan suhu selama 3-5 hari pertama sampai 55-65 oC (Gaur,
1983). Suhu optimal pada saat pengomposan adalah 30-50 oC, mikroorganisme
akan mati jika suhu terlalu tinggi dan apabila suhu terlalu rendah maka
suhu tetap optimal maka dilakukan pembalikan kompos, karena dalam proses
17
pH yang ideal selama proses pengomposan adalah antara 6.5-7.5 (Novien, 2004).
Menurut Salim (2015) untuk menentukan kualitas kompos yaitu analisis nilai
C/N, kandungan unsur hara, kadar abu, dan senyawa asam humat. Semakin
Kompos dengan kualitas baik yaitu memiliki nilai C/N rendah dan kandungan
unsur hara, kadar abu, serta senyawa humat yang tinggi. Parameter yang diamati
pada sifat fisik kompos yaitu berupa suhu, warna, penyusutan volume kompos
(PVK), dan kadar air (KA) pada akhir pengomposan. Pada sifat kimia yaitu pH,
2.6 Dekomposisi
Di alam fungi memiliki peran penting sebagai dekomposer. Selain itu fungi juga
memiliki peran dalam menjaga struktur tanah karena mempunyai hifa yang
merupakan proses yang sangat penting dalam dinamika hara pada suatu
ekosistem (Regina dkk., 2001). Proses tersebut sangat vital untuk keberlanjutan
18
status hara pada tanaman dan kecepatan dekomposisinya bervariasi untuk jenis
Dekomposisi dimulai dengan proses kolonisasi bahan organik mati oleh fungi
organik, akan dijumpai senyawa-senyawa sederhana seperti NO3, SO4, CH4, dan
2004).
kelembaban (Guo dan Sim, 1999), komposisi kimia dari serasah (Aerts dan
Caluwe, 1997) dan mikroorganisme tanah (Saetre, 1998). Secara umum, laju
serasah yang mempunyai C/N rasio rendah (Murayama dan Zahari, 1992).
2.7 Selulosa
dinding sel tanaman. Struktur kimia selulosa berupa rantai yang tidak bercabang
sejajar yang terikat menjadi satu oleh ikatan hidrogen. Hal ini yang
(C6H10O5)n.
Selulosa yang terdiri dari ribuan unit glukosa dapat saling terhubung dan
memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Satu fibril selulosa pada dinding sel
oleh gugus hidroksilnya (OH), gugus -OH tersebut dapat berinteraksi dengan
gugus –S, -O, dan –N membentuk ikatan hidrogen. Adapun gugus -OH pada
selulosa juga dapat berikatan dengan gugus –H pada air sehingga membuat
lainnya, karena fungi tersebut dapat memutuskan ikatan glikosidik β-(1,4) pada
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai bulan Januari
Universitas Lampung dan analisis kompos dilakukan di PT. Great Giant Pineaple
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cawan petri, pipet
volumetri, beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, jarum ose,
autoclave, laminar air flow, kulkas, label, hot plate stirrer, bunsen, gelas
blender.
23
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu fungi A. fumigatus (koleksi
pribadi Dr. Bambang Irawan M. Sc.), PDA (Potato Dextrose Agar), jagung,
kapas, kasa, tali kasur, kotoran sapi, serasah nanas, alumunium foil,
Pada penelitian ini dilakukan pengujian dekomposisi kultur murni dan pengaruh
inokulum Aspergillus fumigatus pada pengomposan serasah nanas. Pada uji ini
kali ulangan dan tiga kali pengamatan setiap 10 hari sekali selama 30 hari.
Pada perhitungan jumlah spora dilakukan pengenceran 10-2 dan CFU dengan
bahan kompos. Pada uji ini dilakukan modifikasi metode Lindawati (2017),
fungi A. fumigatus
Kualitas kompos diketahui dengan melakukan uji parameter kompos yaitu kadar
C, kadar N, rasio C/N, kadar P dan kadar K. Data pengujian dekompoisi kultur
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji lanjut
Prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
menggunakan hot plate selama 20-30 menit. Kentang yang telah direbus
steril. Media PDA steril dituang ke dalam cawan petri sebanyak 15-20 ml,
yang sudah berisi media PDA. Fungi A. fumigatus diinkubasi selama 5-7
inokulum ini adalah biji jagung kering yang telah diblender kasar, larutan
(v/v).
26
telah dibuat. Bahan yang digunakan adalah biji jagung yang memiliki
kondisi baik yaitu utuh dan bersih, campuran larutan CaSO4 4 % dan
telah berumur 14 hari selanjutnya dihitung jumlah spora dan CFU (Colony
t. d
S= x 10
n .0,25
Keterangan:
S : Jumlah spora
t : Jumlah total spora dalam kotak sampel yang diamati
d : Tingkat pengenceran
n : Jumlah kotak sampel (5 kotak besar)
0,25 : Faktor koreksi penggunaan kotak sampel skala kecil pada
haemocytometer
dengan cara diambil 1 ml dari dilusi untuk membuat biakan 10 -7. Dilusi 1
metode spread plate pada media PDA. Fungi diinkubasi selama ± 5 hari.
(Prescott, 2002) :
Jumlah Koloni
Jumlah Koloni Per Gram Bahan = CFU
Faktor Pengenceran
28
berbentuk kubus dengan ukuran 1 cm3. Setelah itu, dibuat sub sampel
selama 4 hari dan ditimbang untuk memperoleh berat awal dari substrat
lembab dalam cawan petri dan diautoklaf pada 120 oC selama 20 menit.
Susbstrat kubus yang sudah steril tersebut kemudian siap untuk digunakan
PDA) dan potongan koloni pada agar tersebut diletakan ditengah cawan
Setelah waktu yang ditetapkan tadi, cakram daun diambil, dan selanjutnya
29
(2008) dan Takakura Home Metode (Ying dkk., 2012). Inokulum yang
berumur 14 hari, yaitu yang memiliki jumlah spora dan CFU yang baik.
Serasah yang digunakan yaitu serasah nanas yang telah dicacah dan
dikering anginkan yang berasal dari PT. Great Giant Pineaple dan serasah
yang berupa campuran dari berbagai macam serasah daun kering seperti
Apabila kompos telah berwarna coklat kehitaman dan suhu sama dengan
suhu kamar maka kompos telah matang. Kemudian kompos yang telah jadi
kompos yang meliputi kadar C, kadar N, kadar P, kadar K, dan rasio C/N
kompos dilakukan pada minggu ke-4 dan minggu ke-6. Analisis kompos
yang di analisis meliputi kadar C, kadar N, rasio C/N, kadar P dan kadar K.
31
2008).
ammonium sulfat dan (2) amonium yang terbentuk diukur dengan cara
selenium. Dan dipanaskan pada suhu 350 °C selama 3-4 jam. Setelah
1
Koreksi bahan kering = ——————————
% kadar kompos kering
33
dalam 1abu didih yang telah diberi batu didih, kemudian diencerkan
dengan air suling menjadi 100 ml, ditambah 20 ml NaOH 30 % dan labu
(berwarna merah).
terhadap contoh.
Perhitungan:
50
Vc-Vb x N x x 14
25
%N = X KBK X 100%
berat contoh tanah (mg)
Keterangan:
Vc : volume H2SO4 hasil titrasi contoh
N : normalitas H2SO4 (0,05 N)
Vb : volume H2SO4 hasil titrasi blanko
KBK : koreksi bahan kering
34
turut standar 0, 10, 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm nitrogen dan ekstrak
Perhitungan:
ppm N
x ml ekstrak
1000
%N= x KBK x 100%
berat contoh tanah (mg)
Total C-organik dan Nitrogen Total yang diperoleh dari data hasil analisis
(Hidayati, 2013).
Perhitungan :
dan dihitung besarnya mgL-1P berdasarkan garis regresi dari pada kurva
Perhitungan:
ppm K nya dan bila filtrat terlalu pekat perlu dilakukan pengenceran
(Hasanudin, 2003).
Perhitungan:
ppm K = C x d x 5
Tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada diagram alir berikut
ini :
Stok Kultur Fungi
Aspergillus fumigatus
Peremajaan Fungi
A.fumigatus
Uji PCDT Pengomposan
Uji Produktivitas
Preparasi Substrat Preparasi Media
Serasah Nanas Inokulum
Inokulum
5.1 Kesimpulan
Dengan persentase tertinggi 39,68 % yang terjadi pada hari ke-30 inkubasi.
5.2 Saran
sebagai berikut :
murni pada serasah nanas dengan mengkombinasikan 2 atau lebih isolat fungi
Akin, D. E. 2010. Chemistry of Plant Fibers In: Mussig Jorg (ed). Industry
Applications of Natural Fibers: Structure, Properties and Technical
Applications. United Kingdoms: Joh Wiley & Sons, Ltd
Alexander, M. 1997. Introduction Soil Microbiology. 2nd ed. John Wiley & Sons,
Inc. New York.
Dezzeo, N., R. Herrera, Escalante, dan Briceno. 1998. Mass and nutrient loss of
fresh plant biomass in a small black-water tributary of caura river,
venezuelan guayana. Biogeochemistry. 43: 197-210.
Fauzi, A. 2008. Analisis Kadar Unsur Hara Karbon Organik dan Nitrogen di dalam
Tanah Perkebunan Kelapa Sawit Bengkalis Riau. Skripsi. FMIPA
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Guo, L. B. dan R. E. H Sim. 1999. Litter decomposition and nutrient release via
litter decomposition in New Zealand eucalypt short rotation forests.
Agriculture, Ecosystem and Environment. 75: 133-140.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo persada. Jakarta
Hidayati, E. 2013. Kandungan Fosfor, C/N, dan pH Pupuk Cair Hasil Fermentasi
Kotoran Berbagai Ternak dengan Starter Stardec. Skripsi. Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi
Pendidikan Biologi IKIP PGRI Semarang
Iriany, R. N., M. Yasin dan A. Takdir. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksonomi
Tanaman Jagung. Balai Penelitian Serealia. Maros
Ismayana, A., N. S. Indrasti, Suprihatin, A. Maddu dan A. Fredy. 2012. Faktor Rasio
C/N Awal dan Aerasi Pada Proses Co-Composting Bagasse dan Blotong.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 22(3): 177
Murni, R., A. Suparjo dan B. L. Ginting. 2008. Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk
Pakan. Lab. Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi
Osono, T., dan H. Takeda. 2002. Comparison of liter decomposition ability among
diverse fungi in cool temperate deciduous forest in japan. The Mycological
Socienty of America. Lawrence. 94(3) : 421-427
Plackett, D. 2011. Biopolymer: New Materials for Sustainable Films and Coating.
United Kingdom: Willey Publisher.
Regina, I. S. dan T. Tarazona. 2001. Nutrient pools to the soil through organic
matter and throughfall under a Scot pine plantation in the Sierra de la
Demanda, Spain. European Journal of Soil Biology. 37: 125-133.
Ristiawan, A. 2011. Studi Pemanfaatan Aktivator Lumpur Aktif dan EM4 Dalam
Proses Pengomposan Lumpur Organik, Sampah Organik Domestik, Limbah
Bawang Merah Goreng dan Limbah Kulit Bawang. Jurnal Teknik
Lingkungan. 1: 3-7
Salim, F. U. 2015. Penilaian Kualitas Kompos dari Bahan Brangkasan Jagung dan
Limbah Baglog Jamur Serta Peranan Aktivator Pemercepat Pengomposan.
Fakultas Pertanian. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Salma, S. dan L. Gunarto. 2007. Enzim Selulase Dari Trichoderma sp. Jurnal
Mikrobiologi Indonesia. 2 (2)
Suarni dan S. Widowati. 2011. Struktur, Komposisi, dan Jagung. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Bogor
Suharto, I. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara. CV. Andi
Offset.Yogyakarta
Sunarto. 2003. Peranan Dekomposisi Dalam Proses Produksi Pada Ekosistem Laut.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tahir, I., S. Sumarsih dan S. D. Astuti. 2008. Kajian penggunaan limbah buah nanas
local (Ananas comosus, L.) sebagai bahan baku pembuatan nata. Makalah
Seminar Nasional Kimia XVIII, Jurusan Kimia FMIPA UGM. Yogyakarta
Usman. 2012. Teknik Penetapan Nitrogen Total pada Contoh Tanah Secara Destilasi
Titrimetri dan Kolorimetri menggunakan Autoanalyzer. Jurnal Buletin
Teknik Pertanian. Vol. 17(1) : 41-44.
Van Breemen, N. 1995. Nutrient cycling strategies. Journal of Plant and Soil.
168-169: 321-326.
Widarti, B. N., W. K. Wardhini dan E. Sarwono. 2015. Pengaruh rasio C/N bahan
baku pada pembuatan kompos dari kubis dan kulit pisang. Jurnal
Integrasi Proses. 5: 76-77.
Ying, G. H., L. S. Chi dan M. H. Ibrahim. 2012. Changes of Microbial Biota during
the Biostabilization of Cafetaria Wastes by Takakura Home Method (THM)
Using Three Different Fermented Food Products. UMT 11th International
Annual Symposium on Sustainability Science and Management. 1408-1413.