Kearifan
Kearifan
semakin baik tapi semakin rusak. Padahal manusia kan semakin maju dan terdidik sementara dahulu
pendidikan barang langka dan mahal. Ironisnya dahulu alam masih terjaga dengan baik jika
dibandingkan sekarang. Salah satu jawabannya adalah kearifan lokal orang dahulu (para nenek
moyang kita). Kearifan lokal (local wisdom) merupakan bagian dari sistem budaya, biasanya berupa
larangan-larangan yang mengatur hubungan sosial maupun hubungan manusia dengan
alamnya.Kearifan lokal berfungsi untuk menjaga kelestarian dan kesinambungan aset yang dimiliki
suatu masyarakat sehingga masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya dari generasi ke
generasi berikutnya, tanpa harus merusak atau menghabiskan aset tersebut. Oleh sebab itu, kearifan
lokal selalu dijadikan pedoman atau acuan oleh masyarakat dalam bertindak atau berperilaku dalam
praksis kehidupannya.
Setiap masyarakat akan mengembangkan kearifan lokal sesuai dengan kondisi lingkungan sosialnya
maupun lingkungan alamnya serta sistem pengetahuan yang dimilikinya. Berikut ini merupakan
contoh-contoh kearifan lokal yang pernah saya ketahui dari saat masih kecil, kuliah, bekerja dan
beberapa perjalanan ke daerah-daerah.
1. Kearifan Lokal di Bengkulu
Ada beberapa etnik yang bersinggungan langsung dengan alam diantaranya etnik Rejang dan
Serawaiyang. Etnik Rejang memiliki kearifan dengan mengetahui zonasi hutan, mereka sudah
menentukan imbo lem (hutan dalam), imbo u'ai (hutan muda) dan penggea imbo (hutan pinggiran).
Dengan zonasi yang mereka buat, maka ada aturan-aturan tentang penanaman dan penebangan
kayu. Hampir mirip dengan Etnik Rejang, Serawaiyang dikenal sebagai tipikal masyarakat peladang
telah mengembangkan kearifan lokal dalam pembukaan ladang yaitu "celako humo" atau "cacat
humo", dimana dalam pembukaan ladang mereka melihat tanda-tanda alam dulu sebelum
membuka ladang dimana ada 7 pantangan yaitu:
- ulu tulung buntu, dilarang membuka ladang di hutan tempat mata air
- sepelancar perahu
- kijang ngulangi tai
- macan merunggu
- sepit panggang
- bapak menunggu anak
- dan nunggu sangkup
tujuh pantangan ini jika dilanggar akan berakibat alam dan penunggunya (makhluk gaib) akan marah
dan menebar penyakit.
Dimanapun kita berada akan sangat bijak untuk juga bisa memahami kearifan lokal yang ada di
tempat itu, sebagai orang yang terdidik seharusnya kita memiliki kecenderungan dan kepedulian
sehingga perilaku kita turut menjaga lingkungan lestari sebagai warisan abadi bagi generasi
mendatang.