Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perencanaan
Perencanaan (planning) adalah penentuan persyaratan secara teknis untuk
mencapai suatu tujuan serta sasaran beserta urutan kegiatan untuk mencapai tujuan
tersebut (Prodjosumarto, 2004). Perencanaan tambang khususnya tambang terbuka
apabila dilakukan dengan baik dan didampingi dengan sistem manajemen yang baik
maka akan bermuara kepada operasional kerja yang bagus. Beberapa hal yang harus
diketahui dalam perencanaan tambang khususnya tambang terbuka diantaranya
adalah bahan galian apa yang akan ditambang, berapa besar sasaran produksi yang
ditetapkan, dimana keberadaan bahan galian tersebut, bagaimana bentuk,
penyebaran bahan galian, dan posisinya terhadap permukaan topografi. Sarana dan
prasarana apa yang sudah ada di daerah keberadaan bahan galian yang akan
ditambang, bagaimana keadaan lingkungan dan sosial masyarakat sekitar dan lain
sebagainya (Indonesianto dkk, 2017). Namun pada pelaksanaanya, perencanaan
tambang yang dilakukan sering kali tidak sesuai dengan realisasi di lapangan
(Chabibi dan Risono, 2013). Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor.

2.2. Optimasi Rencana Produksi


Optimasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimasi
(nilai efektif yang dapat dicapai). Optimasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk
mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada, ataupun merancang dan membuat
sesusatu secara optimal. Menurut Soekartawi (1992), optimasi merupakan
pencapaian suatu keadaan yang terbaik, yaitu pencapaian solusi masalah yang
diarahkan pada batas maksimum dan minimum. Persoalan optimasi meliputi
optimasi tanpa kendala dan optimasi dengan kendala. Dalam optimasi tanpa
kendala, faktor- faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diabaikan
sehingga dalam menentukan nilai maksimum ataupun minimum tidak ada batasan
untuk berbagai pilihan peubah yang tersedia. Pada optimasi dengan kendala, faktor-

4
5

faktor yang menjadi kendala pada fungsi tujuan diperhatikan dan ikut dalam
menentukan nilai maksimum ataupun minimum (Nicholson, 1995).
Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi
penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum
atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam
rangka mengoptimalkan sumberdaya yang digunakan agar suatu produksi dapat
menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan, sehingga
perusahaan dapat mencapai tujuannya. Optimasi produksi adalah penggunaan
faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi
tersebut adalah modal, mesin, peralatan, bahan baku, bahan pembantu dan tenaga
kerja. (Nicholson, 1995).
Optimasi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu maksimisasi dan minimisasi.
Maksimisasi adalah optimasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasian
input yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Sedangkan minimisasi adalah optimasi produksi untuk menghasilkan tingkat output
tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal.
(Nicholson,o1995).

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Gali Muat


Produksi alat berat (termasuk excavator) dipengaruhi oleh waktu edar (cycle
time), material dan faktor efisiensi atau faktor koreksi (Nabar, 1998). Waktu edar
sangat berpengaruh terhadap produksi kerja alat gali muat karena waktu edar adalah
faktor penentu dalam menghitung jumlah trip atau rit yang dapat dilakukan dalam
satu jam kerja (Nabar, 1998). Tanah atau material yang digali akan mengalami
perubahan karena sifat yang ada pada tanah tersebut. Semakin keras tanah maka
semakin sulit penggalian yang dilakukan. Sedangkan besarnya nilai faktor koreksi
total dipengaruhi oleh skill operator, machine availability dan efisiensi kerja
(Tenriajeng, 2003). Faktor efisiensi akan berpengaruh terhadap kinerja alat,
operator maupun waktu yang dipakai dalam melakukan penggalian. Faktor efisiensi
kerja harus diperhitungkan dalam setiap membuat perhitungan produksi kerja alat
gali muat (Nabar, 1998).

Universitas Sriwijaya
6

A. Waktu Edar (Cycle Time)


Waktu edar adalah waktu yang digunakan oleh alat mekanis untuk melakukan
satu siklus pekerjaan (Ilahi, 2014). Setiap alat memiliki komponen waktu edar yang
berlainan. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada jumlah komponen yang ada
dan waktu yang diperlukan oleh masing-masing komponen tersebut.
Secara garis besar waktu edar alat mekanis dibagi menjadi waktu tetap atau
fixed time dan waktu tidak tetap atau variable time (Nabar, 1998). Waktu tetap
adalah waktu yang diperlukan untuk gerakan-gerakan yang bersifat tetap. Waktu
tetap ditentukan oleh pabrik pembuat alat mekanis tersebut dan secara umum
berlaku untuk setiap kondisi kerja. Waktu tetap pada excavator adalah pada saat
mengayun (swing) dalam keadaan berisi bahan galian ataupun tidak sedangkan
waktu tetap pada dump truck adalah waktu saat dump truck mengeluarkan material
dari baknya (waktu dumping). Waktu variabel adalah waktu yang diperlukan untuk
melakukan gerakan-gerakan yang bersifat tidak tetap dan tergantung daripada
kondisi pekerjaan. Waktu variabel pada excavator adalah pada saat penggalian
(excavate atau digging) karena sifat material seperti kekerasannya akan
berpengaruh pada waktu penggaliannya. Waktu edar suatu alat mekanis termasuk
excavator bisa dihitung dengan cara menjumlahkan total waktu tetap dan total
waktu variabel alat mekanis tersebut.
Waktu edar alat gali muat yaitu waktu yang dibutuhkan alat gali muat dalam
melakukan pemuatan material ke dalam alat angkut dalam satu siklus yang terdiri
dari waktu menggali (excavate atau digging), waktu mengayun isi (swing loaded),
waktu menumpahkan material (dumping), dan waktu mengayun kosong atau swing
empty (Komatsu, 2009). Waktu edar alat gali muat dapat diperoleh dengan cara
pengamatan di lapangan, yaitu:

CT Loading = Texcavate+ Tswing loaded+ Tdumping+ Tswing empty ........... (2.1)

Keterangan:
CT Loading = waktu edar alat gali muat (detik)
Texcavate = waktu menggali material (detik)
Tswing loaded = waktu putar dengan bucket terisi/swing loaded (detik)
Tdumping = waktu menumpahkan muatan (detik)
Tswing empty = waktu putar dengan bucket kosong/swing empty (detik)

Universitas Sriwijaya
7

B. Material
Material yang dimaksud dalam bidang pemindahan tanah adalah meliputi
tanah, batuan, vegetasi (pohon, semak belukar, dan alang-alang) dimana semuanya
mempunyai sifat dan karakteristik masing-masing yang mempunyai pengaruh yang
besar terhadap alat berat termasuk alat gali muat (Tenriajeng, 2003). Khusus
mengenai digging material, harus diketahui mudah atau tidaknya material tersebut
digali dan ditangani (Indonesianto, 2005). Penggolongan material berdasarkan atas
kemudahannya digali ada empat macam:
1. Easy digging : tanah, pasir
2. Medium hard digging : clay
3. Hard digging : shale, material terpadatkan
4. Very hard digging : material yang memerlukan peledakan terlebih dahulu
sebelum digali contohnya andesit dan batu gamping koral
Beberapa sifat fisik material yang penting untuk diperhatikan dalam
pekerjaan pemindahan material adalah faktor pengembangan material (swell
factor), berat material, bentuk material, kekerasan material dan daya dukung tanah.
1. Faktor Pengembangan Material (Swell Factor)
Pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan atau
pengurangan volume material (tanah) yang diganggu dari bentuk aslinya
(Indonesianto, 2005). Apabila material digali dari tempat aslinya maka akan terjadi
swell (pengembangan) volume. Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan
volume itu dikenal dua istilah yaitu faktor pengembangan (swell factor atau SF) dan
persen pengembangan (percent swell). Keadaan material yang masih alami dan
belum mengalami gangguan disebut keadaan asli (bank condition) dan ukuran
tanahnya dinyatakan dalam Bank Cubic Meter (BCM) sedangkan keadaan material
yang sudah diadakan pekerjaan misalnya tanah yang sudah dimuat di dump truck
atau yang masih terdapat di bucket excavator disebut keadaan gembur atau loose
condition (Tenriajeng, 2003). Ukuran volume tanah dalam keadaan gembur
dinyatakan dalam Loose Cubic Meter (LCM). Nilai LCM mempunyai nilai yang
lebih besar dibanding BCM (Persamaan 2.2).

LCM = BCM + % swell x BCM ………………………………………………. (2.2)

Universitas Sriwijaya
8

Keterangan:
LCM = Satuan untuk volume material lepas/terurai
BCM = Satuan untuk volume material asli

𝑏𝑎𝑛𝑘 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
SF = 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 x 100% .................................................................................. (2.3)

Keterangan:
SF = Faktor pengembangan material
Bank volume = Volume asli
Loose volume = Volume lepas
Pengembangan material perlu diketahui karena yang diperhitungkan pada
saat penggalian selalu didasarkan pada kondisi material sebelum digali yang
dinyatakan dalam bank volume atau volume insitu. Sedangkan material yang
ditangani (dimuat untuk diangkut) didasarkan pada material yang telah
mengembang atau loose volume (Gambar 2.1)
Selain keadaan asli (bank) dan keadaan gembur (loose) terdapat keadaan lain
yang disebut keadaan padat (compact). Keadaan padat adalah keadaan tanah setelah
ditimbun kembali disertai dengan usaha pemadatan (Tenriajeng, 2003). Dengan
dilakukannya pemadatan maka volume tanah tersebut akan berkurang sedangkan
massa atau berat material tersebut tetap. Ukuran volume tanah dalam keadaan padat
(compact) dinyatakan dalam Compact Cubic Meter (CCM).

Gambar 2.1. Keadaan material (Tenriajeng, 2003)

2. Berat Material
Semua material mempunyai berat termasuk tanah. Kemampuan suatu alat
berat termasuk alat gali muat akan dipengaruhi oleh berat material atau tanah
tersebut. Berat material ini akan berpengaruh terhadap volume yang diangkut atau

Universitas Sriwijaya
9

kapasitas dari alat berat misalnya alat angkut. Sehingga perlu diketahui weight per
unit dari material yang akan ditangani. Unit berat ini ada yang mengistilahkan
dengan SG (specific gravity) dan tonnage factor (Indonesianto, 2005). Tonnage
Factor adalah berat material setiap m3 misalnya 1 m3/1,5 ton (Indonesianto, 2005)
C. Faktor Koreksi
Besarnya nilai faktor koreksi (total) dalam perhitungan produktivitas alat gali
muat diantaranya adalah skill operator, efisiensi kerja, dan machine availability
(Tenriajeng, 2003).
1. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif dengan waktu
kerja yang tersedia (Kadir, 2008). Waktu kerja efektif adalah waktu yang
benarbenar digunakan untuk operator bersama alat yang digunakan untuk
melakukan kegiatan produksi (Pramana dkk, 2015). Besarnya waktu yang
tersedia ini dalam kenyataannya belum dapat digunakan seluruhnya untuk
produksi (kurang dari 100%). Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan
yang terjadi selama alat mekanis tersebut berproduksi diantaranya adalah keadaan
alat (mechanical condition), keadaan medan kerja (operating condition) dan sifat-
sifat manusianya sendiri sebagai operator (Indonesianto, 2005). Besarnya nilai
efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi operasional peralatan (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Efisiensi Kerja Berdasarkan Kondisi Operasional Alat (Tenriajeng,


2003)

Kondisi Operasi Efisiensi Kerja


Baik 0,83
Normal – Sedang 0.75
Kurang Baik 0,67
Buruk 0,58

Dalam perhitungan effisiensi kerja ada tiga komponen waktu yang harus
diperhatikan yaitu :
a. Waktu Kerja (W)
Yaitu waktu yang digunakan alat untuk berproduksi sampai akhir operasi.
Dalam waktu kerja terdapat beberapa variabel meliputi :

Universitas Sriwijaya
10

1) Waktu efektif (We) yaitu waktu yang benar-benar digunakan oleh alat untuk
berproduksi.
2) Waktu delay (Wd) yaitu waktu hambatan yang terdiri dari pengisian bahan
bakar, pemindahan alat, menunggu perbaikan jalan, pemeriksaan mesin serta
keadaan cuaca.
b. Waktu Standby (S)
Jumlah jam suatu alat tidak dipakai padahal dapat di gunakan, sedangkan
tambang dalam keadaan beroperasi.
c. Waktu Repair (R)
Yaitu waktu perbaikan pada saat jam operasi berlangsung misalnya
perawatan dan waktu menunggu suku cadang alat, pelumasan.
Untuk mengetahui besarnya effisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :

Waktu Kerja Efektif (We)


Eff = x 100%............................................. ……...(2.4)
Waktu Kerja Tersedia (W)

We = Waktu Kerja Tersedia (W) – Waktu Delay (Wd) ......................... ……...(2.5)

Wd = Whtd + Whd ................................................................................. ……...(2.6)

Keterangan:
Whtd = Waktu hambatan tidak dapat dihindari
Whd = Waktu hambatan dapat dihindari
Wd = Waktu delay
2. Faktor Availability (Faktor Ketersediaan Alat)
Ketersediaan (availability) dan penggunaan alat merupakan faktor yang sulit
ditentukan, karena dipengaruhi oleh berbagai hal seperti keterampilan operator,
perbaikan dan penyetelan alat, keterlambatan kerja dan sebagainya. Namun
berdasarkan data-data serta pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja yang
mendekati kenyataan. (Tenriajeng, 2003).
Dalam hubungan dengan efisiensi kerjanya, maka perlu juga diketahui
mengenai kesediaan dan penggunaan alat mekanis. Karena hal ini mempunyai nilai

Universitas Sriwijaya
11

kerja yang bersangkutan. Beberapa pengertian mengenai ketersediaan (availability)


dan penggunaan alat (Tenriajeng, 2003).
a. Mechanical Availability Index Percent (MA)
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
karena kerusakan di bagian mekanikal seperti kerusakan mesin atau bisa juga
perawatan unit atau alat. Berikut ini rumus untuk menghitung mechanical
availability suatu alat (hasilnya dalam %). Besar kecilnya nilai dari MA, ditentukan
oleh kondisi dari alat mekanis tersebut pada waktu dioperasikan. Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :

W
MA = x 100% ....................................................................................... (2.7)
W R

Keterangan :
MA = Ketersediaan mekanis (%).
W = Jumlah jam kerja alat (jam).
R = Jumlah jam untuk perbaikan (jam).
b. Physical Availability Percent (PA)
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
disebabkan oleh banyak hal selain kerusakan mekanikal di atas. Contohnya seperti
hujan, jalan licin, dll. Berikut ini rumus untuk menghitung Physical Avalability
suatu alat (hasil dalam %).:

W S
PA = x 100 % ................................................................................. (2.8)
W RS

Keterangan :
PA = Ketersediaan fisik (%).
W = Jumlah jam kerja alat (jam).
R = Jumlah jam untuk perbaikan (jam).
S = Jumlah jam alat tidak digunakan (jam).
c. Utilization Availability Percent (UA)
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
padahal tidak terjadi kerusakan di bagian mekanikal dan tidak ada sebab yang jelas
seperti tidak sedang hujan atau tidak ada jalan licin, namun alat di standby kan. Hal

Universitas Sriwijaya
12

ini berhubungan dengan manajemen perusahaan dalam mengelola alat yang


dimilikinya. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung Used
Availability suatu alat (hasil dalam %).

W
UA = x 100 % .................................................................................... (2.9)
W S

Keterangan:
UA = Ketersediaan penggunaan (%).
W = Jumlah jam kerja alat (jam).
S = Jumlah jam alat tidak digunakan (jam).
d. Effective Utilization (EU)
Menunjukkan jumlah waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk beroperasi
dalam suatu rangkaian kerja atau berproduksi dari total waktu kerja yang
direncanakan. Hal ini dapat diketahui dengan persamaan:

W
EU = x 100 % .......................................................................................... (2.10)
T

Keterangan :
EU = Penggunaan efektif (%).
W = Jumlah jam kerja alat (jam).
R = Jumlah jam untuk perbaikan (jam).
S = Jumlah jam alat tidak digunakan (jam).

2.4. Match Factor


Match Factor (MF) adalah persentase keserasian antara alat gali/muat dan
angkutpada saat beroperasi. Menghitung match factor menggunakan persamaan
(pers 2.3). (Tenriajeng, 2003).

(n)(nH)(cL)
MF = ………………………………………………………..(2.11)
(nL)(cH)

Keterangan:
n =banyak bucket alat muat
nH =Jumlah alat angkut
cL =Waktu edar alat muat

Universitas Sriwijaya
13

nL =Jumlah alat muat


cH =Waktu edar alat angkut

Harga match factor adalah :


MF < 1 (ada waktu tunggu untuk alat gali muat)
artinya alat gali-muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat gali-muat karena menunggu
alat angkut yang belum datang.
MF = 1 (tidak ada waktu tunggu untuk alat gali muat dan alat angkut)
artinya alat gali-muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi
waktu tunggu dari alat tersebut.
MF > 1 (ada waktu tunggu untuk alat angkut)
artinya alat gali-muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

2.5. Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut


Indonesianto (2005) menjelaskan bahwa produksi dari alat gali muat
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu jenis/tipe dan kondisi alat muat (termasuk
kapasitasnya), jenis/macam material yang akan dikerjakan, kapasitas dari alat
angkut (hauling equipment), pola muat dan skill daripada operatornya.
Produktivitas alat gali muat adalah banyaknya material yang dapat digali dan
dimuat dibagi dengan waktu edar (cycle time) alat gali muat tersebut (Persamaan
2.12).

2.5.1 Produktivitas Alat Gali-Muat


Pengamatan terhadap gerakan dan waktu pemuatan alat gali muat meliputi
beberapa bagian (Indonesianto, 2005), yaitu:
1. Waktu gali (digging time)
2. Waktu putar/isi (swing time / loaded)
3. Waktu pengosongan / tumpah (dumping time)
4. Waktu putar/kosong (swing time / empty)
Waktu gali dihitung mulai saat bucket alat mulai menyentuh permukaan
tanah yang siap untuk digali dan berakhir bila bucket dari alat muat terisi penuh.

Universitas Sriwijaya
14

Waktu berputar terus dihitung hingga bucket dari alat muat mulai menumpahkan
muatannya muatannya kedalam dump truck. Waktu pengosongan terus dihitung
hingga muatannya habis ditumpahkan. Sedangkan waktu berputar bucket dalam
keadaan kosong dihitung terus, hingga posisi bucket dari alat muat kembali dan siap
untuk melakukan pemuatan selanjutnya. Menghitung produktivitas alat gali-muat
digunakan (Persamaan 2.12):

3600
Q = Cbk × × FF × SF × Eff ................................................................. (2.12)
cm

Keterangan:
Q = Produktivitas alat gali muat (m3/jam)
Cm = Waktu edar alat gali - muat (detik)
Cbk = Kapasitas bucket (m3)
FF = Fill factor (%)
SF = Swell factor (%)
Eff = Effisiensi Kerja (%)

2.5.2 Produktivitas Alat Angkut


Pengamatan terhadap gerakan dan waktu dump truck meliputi beberapa
bagian diantaranya:
Waktu edar alat angkut dihitung dari gerakan sebagai berikut:
1. Waktu untuk pengisian bak, dihitung dari alat muat mulai mengisi material
kedalam bak alat angkut sampai terisi penuh.
2. Waktu untuk mengangkut material, dihitung pada saat dump truck mulai
bergerak meninggalkan tempat loading area sampai dumping area.
3. Waktu untuk maneuver, dihitung pada saat berputar mundur untuk siap
menumpahkan material ke dumping area atau stock pile.
4. Waktu untuk mengosongkan bak, dihitung pada saat truck telah mengambil
posisi untuk dumping sampai bak truck terangkat menumpahkan seluruh
material yang diangkut.
5. Waktu kembali kosong, dihitung pada saat truck bergerak meninggalkan
dumping point sampai tempat pemuatan.
6. Waktu atur posisi pemuatan, dihitung pada saat truck bergerak mundur untuk
siap di isi kembali.

Universitas Sriwijaya
15

7. Waktu antri kendaraan, ini dihitung saat kendaraan sedang mengantri, tetapi
kendaraan terkadang tidak perlu melakukan antri, oleh karena itu waktu antri ini
sering kali diabaikan.
Waktu pengisian dihitung mulai alat muat menumpahkan muatan ke dalam
dump truck dan berakhir bila dump truck bergerak dari tempat alat muat, dimana
waktu pengangkutan mulai dihitunng hingga dump truck berhenti pada tempat
penimbunan (disposal), waktu pengosongan dihitung termasuk waktu berputar,
mundur dan mengosongkan muatan. Sedangkan waktu kembali ditentukan bila
dump truck bergerak dari tempat penimbunan dan berakhir bila berhenti pada
tempat pengisian di depan alat muat. Waktu menunggu termasuk waktu yang
dibutuhkan untuk penyesuaian pada posisi pengisian. (Indonesianto, 2005).
Menghitung produktivitas alat angkut digunakan rumus berikut (pers 2.5):

3600
Q = n x Cbk × × FF × SF × Eff ........................................................ (2.13)
cm

Keterangan:
Q = Produktivitas alat gali muat (m3/jam)
kapasitas alat angkut
n = jumlah ritase pengisian ( kapasitas bucket ) ………………………(2.13a)
Cm = Waktu edar alat angkut (detik)
Cbk = Kapasitas bucket (m3)
FF = Fill factor (%)
SF = Swell factor (%)
Eff = Effisiensi Kerja (%)

Menghitung produksi Overburden (OB) alat mekanis dapat mengggunakan


rumus sebagai berikut :

Produksi OB = Q × WH OB per hari × n ................................................ (Pers 2.14)

Keterangan:
Q =Productivity Alat Gali Muat ( BCM / Jam)
WH. OB = Working Hours Overburden
N = Jumlah Alat Gali Muat

Universitas Sriwijaya
16

2.6. Pengaturan Penggunaan Alat Mekanis


Alat berat yang kita kenal didalam ilmu teknik pertambangan adalah alat yang
digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pengambilan
material dan mengankut material di area penambangan. Penggunaan alat berat yang
kurang tepat dengan kondisi dan situasi lapangan pekerjaan akan berpengaruh
berupa kerugian antara lain rendahnya produksi, tidak tercapainya jadwal atau
target yang telah di tentukan, atau kerugian perbaikan yang tidak semestinya. Oleh
karena itu sebelum menentukan tipe dan jumlah peralatan dan attachmentnya,
haruslah dipahami fungsi dan aplikasinya.

2.6.1. Pemilihan Alat angkut (Dump truck)


Dump truck adalah sebuah alat pengangkut material dari jarak sedang hingga
jauh, dimana material yang dibawa oleh dump truck dapat diisikan oleh excavator,
wheel loader, maupun shovel. Dewasa ini sudah terdapat berbagai macam tipe
dump truck Komatsu. Dump truck Komatsu secara garis besar dapat dibagi ke
dalam dua tipe, yaitu dump truck mekanikal dan dump truck elektrikal. Dump truck
sangat cocok untuk dioperasikan di area tambang. Dengan kapasitas angkut yang
cukup besar, alat ini sangat produktif. (Darmansya, 1998).
Kapasitas truck yang dipilih harus seimbang dengan alat pemuatnya (loader),
jika perbandingan ini kurang proporsioanal, maka kemungkinan loader ini akan
banyak menunggu atau sebaliknya. Beberapa pertimbangan (keuntungan dan
kerugian) yang harus diperhatikan dalam beberapa pemilihan ukuran truck adalah
sebagai berikut. (Darmansya, 1998).
a. Truck Kecil (on Highway Truck)
Keuntungan dalam menggunakan truck berukuran kecil antara lain:
1) Lebih lincah dalam beroperasi dan lebih mudah mengoperasikannya
2) Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat
3) Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana
4) Penyesuaian terhadap kemampuan loader lebih mudah
Kerugian dalam menggunakan truck berukuran kecil antara lain:
1) Excavator lebih sukar memuatnya karena kecilnya bak
2) Jumlah truk yang banyak maka waktu antrean (ST) akan besar.

Universitas Sriwijaya
17

3) Memerlukan lebih banyak supir.


4) Meningkatkan investasi karena jumlah truk yang banyak.
5) Biaya pemeliharaan lebih besar karena banyaknya truk
b. Truck Besar (off highway dumptruck)
Keuntungan dengan menggunakan truck berukuran besar adalah:
1) Jumlah truk yang sedikit menyebabkan investasi berkurang (bensin, perbaikan,
dan perawatan). Kebutuhan supir yang tidak banyak.
2) Memudahkan alat pemuat dalam memuat material.
3) Pemuatan dari loader lebih mudah, sehingga waktu hilang lebih sedikit.
4) Cocok untuk angkutan jarak jauh
Keuntungan dengan menggunakan truck berukuran besar adalah:
1) Bila alat pemuat kecil maka akan memperbesar waktu muat (LT).
2) Beban yang besar dari truk dan muatannya akan mempercepat kerusakan jalan.
3) Jumlah truk yang seimbang dengan alat pemuat akan sulit didapat.
4) Pengoperasiannya lebih sulit karena ukurannya yang besar
5) Produksi akan sangat berkurang apabila satu truk tidak bekerja (untuk jumlah
yang relative kecil)
6) Larangan pengangkutan di jalan raya dapat diberlakukan pada truk besar

2.6.2. Pemilihan Alat Gali Muat


Alat gali merupakan alat yang berfungsi untuk menggali material dimana asal
kata bahasa inggris yaitu “Excavator” yang berarti Penggalian dan berasal dari kata
“Excavate” yang berarti Menggali. Alat gali muat yang umum digunakan
diantaranya adalah power shovel dan backhoe. (Hartono, 2005).
1. Power Shovel
Power Shovel merupakan skop mekanis yang amat besar. Alat ini digerakkan
oleh mesin uap, mesin bensin, mesin diesel, atau dapat juga motor listrik. Ukuran
alat ini ditentukan oleh besarnya sekop yang dapat digerakkan, baik dalam arah
horisontal maupun vertikal. Untuk dapat mempertimbangkan ukuran power shovel
dan jenis roda penggerak yang akan dipakai, maka harus dilihat dari hal – hal
berikut ini, diantaranya adalah jenis material yang akan digali, tinggi jenjang
(bank), sudut putar (angle of swing).

Universitas Sriwijaya
18

Cara kerja dan penggunaan power shovel


Power shovel dalam melakukan pekerjaannya sebagai alat muat, yaitu dengan
cara mangkuk (bucket) dikerukkan dari bawah menengadah ke atas pada kaki
jenjang material atau pada kaki timbunan hasil bongkaran (hasil peledakan). Setelah
dipper penuh kemudian kabinnya berputar menghadap posisi truck untuk
menumpahkan isi bucket ke dalam bak truck dengan membuka dasar dipper dengan
cara menarik grendel (latch) sehingga isi dipper pun tertumpah secara otomatis.
Bila power shovel sebagai alat gali, maka alat berat “counter weight” nya lebih
besar dibanding, apabila power shovel sebagai alat muat pada ukuran dipper yang
sama. Power shovel sebagai alat gali berfungsi untuk membuat tanggul, menggali
secara datar, untuk membuat lereng, untuk menggali ke arah daerah yang lebih
rendah, untuk membuat parit. Power sovel sebagai alat muat berfungsi untuk
memuat ke alat angkut, membuang material ke samping, menimbun ke atas
tumpukan material, menimbun ke dalam hopper.
3. Backhoe
Adalah alat penggali yang cocok untuk menggali parit atau saluran – saluran.
Gerakan bucket dari backhoe pada saat menggali arahnya adalah ke arah badan
(body) backhoe itu sendiri. Jadi tidak seperti power shovel dimana arah
penggaliannya menjauhi badan power shovel.
Cara kerja backhoe
Backhoe melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya diatas jenjang
(bench). Setelah dipper terisi penuh, boom diangkat kemudian memutar ke arah
truck yang menempatkan pada posisi untuk dimuati dan dipper menumpahkan
galiannya pada bak truck.

2.7. Upaya meminimalisir ketidaktercapaian produksi


Meminimalisir ketidaktercapaian produksi dapat dilakukan dengan
rancangan yang matang sebelum dilakukan penambangan. Ada beberapa upaya
yang dapat meminimalisir ketidaktercapaian produksi sehingga optimasi produksi
dapat tercapai (Ilahi, 2014).
1. Menerapkan metode pemuatan dengan metode double side

Universitas Sriwijaya
19

Pola pemuatan double side merupakan metode pemuatan tanah penutup


dimana saat excavator melakukan pemuatan pada satu truck, maka truck yang lain
memutar mundur ke sisi lain dari excavator untuk menunggu dilakukannya
pemuatan. Setelah truck pertama tadi berangkat, excavator dapat langsung mengisi
truck ke dua tanpa perlu menunggu truck bermanuver dan antri dulu. Pola pemuatan
double side ini membutuhkan loading point yang luas untuk penerapannya, karena
dua sisi dari excavator terdapat dump truck yang menunggu untuk dilakukan
pemuatan.
2. Penambahan unit baru
Penambahan unit baru dilakukan sebagai cadangan alat agar apabila terdapat
kerusakan pada alat yang beroperasi, masih ada alat cadangan yang dapat
menggantikannya, sehingga proses produksi bisa tetap berlanjut.
3. Menggunakan metode peledakan pada material keras
Salah satu yang mengakibatkan waktu kerja efektif alat gali-muat kurang
optimal adalah adanya halangan yang disebabkan kerusakan ripper pada bulldozer
yang patah saat proses ripping material keras, yang mengakibatkan proses produksi
terhambat karena unit bulldozer untuk proses ripping material yang akan
ditambang.
4. Menerapkan metode dumping yang searah dengan kemajuan tambang
Bila metode dumping dari dump truck dilakukan searah dengan kemajuan
tambang, maka dengan terus berjalannya proses penambangan jarak antara front
dengan disposal akan tetap sama atau bahkan lebih kecil, sehingga dapat
memperkecil cycle time dump truck, menghemat biaya penggunaan BBM dan sewa
dump truck.
5. Peningkatan waktu kerja efektif
Peningkatan efesiensi kerja bila dibandingkan dengan efisiensi kerja sebelum
dioptimasi dapat dilakukan dengan pengurangan waktu di beberapa aspek pada
waktu hambatan seperti waktu yang digunakan pada safety talk. Sedangkan pada
aspek terlambat mulai (sebelum istirahat), terlalu cepat stop (sebelum istirahat), dan
pergantian shift ditiadakan, karena hambatan ini ditimbulkan oleh ketidakdisiplinan
operator dalam melaksanakan tugasnya dapat diatasi dengan mengawasi kerja
operator.

Universitas Sriwijaya
20

2.8. Penelitian Terdahulu


Rajandi Silalahi (2018), PT Semen Bosowa Maros merupakan salah satu
perusahaan tambang yang melakukan penambangan batugamping, dimana batuan
gamping yang ditambang diolah langsung oleh PT Semen Bosowa Maros untuk
dijadikan semen, dengan campuran material lainnya. Saat ini target produksi semen
PT Semen Bosowa Maros mencapai 5.583.150 ton/tahun, dimana produksinya
diperuntukan 70% untuk dalam negri dan 30% untuk diekspor. Dari 6 alat angkut
yang tersedia, telihat perbedaan jam standby alat angkut yang sangat signifikan, alat
angkut HD-03 dan HD-05 sangat berbeda jauh waktu standbynya. Dalam
pembagian jam kerja alat angkut, masih belum optimal dikarenakan banyak alat
yang tidak bekerja, beberapa alat angkut memiliki waktu standby yang lebih tinggi
dari waktu kerjanya, salah satu penyebabnya adalah crusher yang sering penuh dan
macet, sehingga alat angkut harus menunggu crusher kosong dan siap diisi oleh
material. Dari target supply ke crusher sebanyak 465.262,5 ton per bulan hanya
tercapai 273.654,5 ton dalam sebulan. Produktivitas masing-masing alat belum
optimal, dikarenakan ada faktor lain yang mangakibatkan alat angkut menjadi
memiliki banyak waktu tunggu, yang mengakibatkan target produksi tidak tercapai.
Hasil rata-rata perhitungan ketersediaan dan penggunaan alat berdasarkan nilai
Mechanical Availability sebesar 98,10% yang artinya Mechanical Availability
sangat baik. Untuk nilai Phisycal Availability didapat nilai sebesar 98,63% yang
artinya ketersediaan fisiknya pun sangat baik. Untuk nilai ketersediaan pengunaan
sebesar 71,87% yang artinya Use of Availability baik, dan untuk Efective of
Utilization didapat nilai sebesar 70,88% yang artinya penggunaan efektifnya
sedang.
Fariz Rinaldy Sudrajat (2017), PT. Ganda Alam Makmur sebagai perusahaan
bergerak di sektor usaha pertambangan batubara, menginginkan agar penambangan
yang akan dilakukan di setiap seam batubara pada Pit Utara dapat berjalan dengan
efektif dan efisien tak terkecuali pada seam 150. Sebagai salah satu seam hasil
eksplorasi perusahaan dan kegiatan penambangan di seam tersebut terhenti karena
suatu faktor, perusahaan menginginkan agar penambangan dilakukan kembali pada
seam 150 sesuai target produksi yang telah ditentukan. Hasil perhitungan kebutuhan
alat didapat bulan November 2017 dibutuhkan dua fleet alat dengan tingkat

Universitas Sriwijaya
21

produktivitas 96.799 BCM, Desember 2017 Tiga Fleet Alat dengan produktivitas
202.323 BCM, Januari 2018 dua Fleet alat dengan nilai produktivitas 134.942 BCM
dan Februari 2018 satu fleet alat dengan produktivitas sebesar 74.953 BCM. Nilai
produktivitas dari bulan pertama hingga bulan keempat telah mencapai target
produksi yang telah ditentukan perusahaan. Alat yang akann diaplikasikan tiap fleet
yakni Excavator HITACHI ZX 470 – LC dan Dump Truck HINO FM 260 JD.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai