LANDASAN TEORI
2.1. Perencanaan
Perencanaan (planning) adalah penentuan persyaratan secara teknis untuk
mencapai suatu tujuan serta sasaran beserta urutan kegiatan untuk mencapai tujuan
tersebut (Prodjosumarto, 2004). Perencanaan tambang khususnya tambang terbuka
apabila dilakukan dengan baik dan didampingi dengan sistem manajemen yang baik
maka akan bermuara kepada operasional kerja yang bagus. Beberapa hal yang harus
diketahui dalam perencanaan tambang khususnya tambang terbuka diantaranya
adalah bahan galian apa yang akan ditambang, berapa besar sasaran produksi yang
ditetapkan, dimana keberadaan bahan galian tersebut, bagaimana bentuk,
penyebaran bahan galian, dan posisinya terhadap permukaan topografi. Sarana dan
prasarana apa yang sudah ada di daerah keberadaan bahan galian yang akan
ditambang, bagaimana keadaan lingkungan dan sosial masyarakat sekitar dan lain
sebagainya (Indonesianto dkk, 2017). Namun pada pelaksanaanya, perencanaan
tambang yang dilakukan sering kali tidak sesuai dengan realisasi di lapangan
(Chabibi dan Risono, 2013). Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor.
4
5
faktor yang menjadi kendala pada fungsi tujuan diperhatikan dan ikut dalam
menentukan nilai maksimum ataupun minimum (Nicholson, 1995).
Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi
penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum
atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam
rangka mengoptimalkan sumberdaya yang digunakan agar suatu produksi dapat
menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan, sehingga
perusahaan dapat mencapai tujuannya. Optimasi produksi adalah penggunaan
faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi
tersebut adalah modal, mesin, peralatan, bahan baku, bahan pembantu dan tenaga
kerja. (Nicholson, 1995).
Optimasi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu maksimisasi dan minimisasi.
Maksimisasi adalah optimasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasian
input yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Sedangkan minimisasi adalah optimasi produksi untuk menghasilkan tingkat output
tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal.
(Nicholson,o1995).
Universitas Sriwijaya
6
Keterangan:
CT Loading = waktu edar alat gali muat (detik)
Texcavate = waktu menggali material (detik)
Tswing loaded = waktu putar dengan bucket terisi/swing loaded (detik)
Tdumping = waktu menumpahkan muatan (detik)
Tswing empty = waktu putar dengan bucket kosong/swing empty (detik)
Universitas Sriwijaya
7
B. Material
Material yang dimaksud dalam bidang pemindahan tanah adalah meliputi
tanah, batuan, vegetasi (pohon, semak belukar, dan alang-alang) dimana semuanya
mempunyai sifat dan karakteristik masing-masing yang mempunyai pengaruh yang
besar terhadap alat berat termasuk alat gali muat (Tenriajeng, 2003). Khusus
mengenai digging material, harus diketahui mudah atau tidaknya material tersebut
digali dan ditangani (Indonesianto, 2005). Penggolongan material berdasarkan atas
kemudahannya digali ada empat macam:
1. Easy digging : tanah, pasir
2. Medium hard digging : clay
3. Hard digging : shale, material terpadatkan
4. Very hard digging : material yang memerlukan peledakan terlebih dahulu
sebelum digali contohnya andesit dan batu gamping koral
Beberapa sifat fisik material yang penting untuk diperhatikan dalam
pekerjaan pemindahan material adalah faktor pengembangan material (swell
factor), berat material, bentuk material, kekerasan material dan daya dukung tanah.
1. Faktor Pengembangan Material (Swell Factor)
Pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan atau
pengurangan volume material (tanah) yang diganggu dari bentuk aslinya
(Indonesianto, 2005). Apabila material digali dari tempat aslinya maka akan terjadi
swell (pengembangan) volume. Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan
volume itu dikenal dua istilah yaitu faktor pengembangan (swell factor atau SF) dan
persen pengembangan (percent swell). Keadaan material yang masih alami dan
belum mengalami gangguan disebut keadaan asli (bank condition) dan ukuran
tanahnya dinyatakan dalam Bank Cubic Meter (BCM) sedangkan keadaan material
yang sudah diadakan pekerjaan misalnya tanah yang sudah dimuat di dump truck
atau yang masih terdapat di bucket excavator disebut keadaan gembur atau loose
condition (Tenriajeng, 2003). Ukuran volume tanah dalam keadaan gembur
dinyatakan dalam Loose Cubic Meter (LCM). Nilai LCM mempunyai nilai yang
lebih besar dibanding BCM (Persamaan 2.2).
Universitas Sriwijaya
8
Keterangan:
LCM = Satuan untuk volume material lepas/terurai
BCM = Satuan untuk volume material asli
𝑏𝑎𝑛𝑘 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
SF = 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 x 100% .................................................................................. (2.3)
Keterangan:
SF = Faktor pengembangan material
Bank volume = Volume asli
Loose volume = Volume lepas
Pengembangan material perlu diketahui karena yang diperhitungkan pada
saat penggalian selalu didasarkan pada kondisi material sebelum digali yang
dinyatakan dalam bank volume atau volume insitu. Sedangkan material yang
ditangani (dimuat untuk diangkut) didasarkan pada material yang telah
mengembang atau loose volume (Gambar 2.1)
Selain keadaan asli (bank) dan keadaan gembur (loose) terdapat keadaan lain
yang disebut keadaan padat (compact). Keadaan padat adalah keadaan tanah setelah
ditimbun kembali disertai dengan usaha pemadatan (Tenriajeng, 2003). Dengan
dilakukannya pemadatan maka volume tanah tersebut akan berkurang sedangkan
massa atau berat material tersebut tetap. Ukuran volume tanah dalam keadaan padat
(compact) dinyatakan dalam Compact Cubic Meter (CCM).
2. Berat Material
Semua material mempunyai berat termasuk tanah. Kemampuan suatu alat
berat termasuk alat gali muat akan dipengaruhi oleh berat material atau tanah
tersebut. Berat material ini akan berpengaruh terhadap volume yang diangkut atau
Universitas Sriwijaya
9
kapasitas dari alat berat misalnya alat angkut. Sehingga perlu diketahui weight per
unit dari material yang akan ditangani. Unit berat ini ada yang mengistilahkan
dengan SG (specific gravity) dan tonnage factor (Indonesianto, 2005). Tonnage
Factor adalah berat material setiap m3 misalnya 1 m3/1,5 ton (Indonesianto, 2005)
C. Faktor Koreksi
Besarnya nilai faktor koreksi (total) dalam perhitungan produktivitas alat gali
muat diantaranya adalah skill operator, efisiensi kerja, dan machine availability
(Tenriajeng, 2003).
1. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif dengan waktu
kerja yang tersedia (Kadir, 2008). Waktu kerja efektif adalah waktu yang
benarbenar digunakan untuk operator bersama alat yang digunakan untuk
melakukan kegiatan produksi (Pramana dkk, 2015). Besarnya waktu yang
tersedia ini dalam kenyataannya belum dapat digunakan seluruhnya untuk
produksi (kurang dari 100%). Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan
yang terjadi selama alat mekanis tersebut berproduksi diantaranya adalah keadaan
alat (mechanical condition), keadaan medan kerja (operating condition) dan sifat-
sifat manusianya sendiri sebagai operator (Indonesianto, 2005). Besarnya nilai
efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi operasional peralatan (Tabel 2.1).
Dalam perhitungan effisiensi kerja ada tiga komponen waktu yang harus
diperhatikan yaitu :
a. Waktu Kerja (W)
Yaitu waktu yang digunakan alat untuk berproduksi sampai akhir operasi.
Dalam waktu kerja terdapat beberapa variabel meliputi :
Universitas Sriwijaya
10
1) Waktu efektif (We) yaitu waktu yang benar-benar digunakan oleh alat untuk
berproduksi.
2) Waktu delay (Wd) yaitu waktu hambatan yang terdiri dari pengisian bahan
bakar, pemindahan alat, menunggu perbaikan jalan, pemeriksaan mesin serta
keadaan cuaca.
b. Waktu Standby (S)
Jumlah jam suatu alat tidak dipakai padahal dapat di gunakan, sedangkan
tambang dalam keadaan beroperasi.
c. Waktu Repair (R)
Yaitu waktu perbaikan pada saat jam operasi berlangsung misalnya
perawatan dan waktu menunggu suku cadang alat, pelumasan.
Untuk mengetahui besarnya effisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Keterangan:
Whtd = Waktu hambatan tidak dapat dihindari
Whd = Waktu hambatan dapat dihindari
Wd = Waktu delay
2. Faktor Availability (Faktor Ketersediaan Alat)
Ketersediaan (availability) dan penggunaan alat merupakan faktor yang sulit
ditentukan, karena dipengaruhi oleh berbagai hal seperti keterampilan operator,
perbaikan dan penyetelan alat, keterlambatan kerja dan sebagainya. Namun
berdasarkan data-data serta pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja yang
mendekati kenyataan. (Tenriajeng, 2003).
Dalam hubungan dengan efisiensi kerjanya, maka perlu juga diketahui
mengenai kesediaan dan penggunaan alat mekanis. Karena hal ini mempunyai nilai
Universitas Sriwijaya
11
W
MA = x 100% ....................................................................................... (2.7)
W R
Keterangan :
MA = Ketersediaan mekanis (%).
W = Jumlah jam kerja alat (jam).
R = Jumlah jam untuk perbaikan (jam).
b. Physical Availability Percent (PA)
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
disebabkan oleh banyak hal selain kerusakan mekanikal di atas. Contohnya seperti
hujan, jalan licin, dll. Berikut ini rumus untuk menghitung Physical Avalability
suatu alat (hasil dalam %).:
W S
PA = x 100 % ................................................................................. (2.8)
W RS
Keterangan :
PA = Ketersediaan fisik (%).
W = Jumlah jam kerja alat (jam).
R = Jumlah jam untuk perbaikan (jam).
S = Jumlah jam alat tidak digunakan (jam).
c. Utilization Availability Percent (UA)
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
padahal tidak terjadi kerusakan di bagian mekanikal dan tidak ada sebab yang jelas
seperti tidak sedang hujan atau tidak ada jalan licin, namun alat di standby kan. Hal
Universitas Sriwijaya
12
W
UA = x 100 % .................................................................................... (2.9)
W S
Keterangan:
UA = Ketersediaan penggunaan (%).
W = Jumlah jam kerja alat (jam).
S = Jumlah jam alat tidak digunakan (jam).
d. Effective Utilization (EU)
Menunjukkan jumlah waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk beroperasi
dalam suatu rangkaian kerja atau berproduksi dari total waktu kerja yang
direncanakan. Hal ini dapat diketahui dengan persamaan:
W
EU = x 100 % .......................................................................................... (2.10)
T
Keterangan :
EU = Penggunaan efektif (%).
W = Jumlah jam kerja alat (jam).
R = Jumlah jam untuk perbaikan (jam).
S = Jumlah jam alat tidak digunakan (jam).
(n)(nH)(cL)
MF = ………………………………………………………..(2.11)
(nL)(cH)
Keterangan:
n =banyak bucket alat muat
nH =Jumlah alat angkut
cL =Waktu edar alat muat
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
Waktu berputar terus dihitung hingga bucket dari alat muat mulai menumpahkan
muatannya muatannya kedalam dump truck. Waktu pengosongan terus dihitung
hingga muatannya habis ditumpahkan. Sedangkan waktu berputar bucket dalam
keadaan kosong dihitung terus, hingga posisi bucket dari alat muat kembali dan siap
untuk melakukan pemuatan selanjutnya. Menghitung produktivitas alat gali-muat
digunakan (Persamaan 2.12):
3600
Q = Cbk × × FF × SF × Eff ................................................................. (2.12)
cm
Keterangan:
Q = Produktivitas alat gali muat (m3/jam)
Cm = Waktu edar alat gali - muat (detik)
Cbk = Kapasitas bucket (m3)
FF = Fill factor (%)
SF = Swell factor (%)
Eff = Effisiensi Kerja (%)
Universitas Sriwijaya
15
7. Waktu antri kendaraan, ini dihitung saat kendaraan sedang mengantri, tetapi
kendaraan terkadang tidak perlu melakukan antri, oleh karena itu waktu antri ini
sering kali diabaikan.
Waktu pengisian dihitung mulai alat muat menumpahkan muatan ke dalam
dump truck dan berakhir bila dump truck bergerak dari tempat alat muat, dimana
waktu pengangkutan mulai dihitunng hingga dump truck berhenti pada tempat
penimbunan (disposal), waktu pengosongan dihitung termasuk waktu berputar,
mundur dan mengosongkan muatan. Sedangkan waktu kembali ditentukan bila
dump truck bergerak dari tempat penimbunan dan berakhir bila berhenti pada
tempat pengisian di depan alat muat. Waktu menunggu termasuk waktu yang
dibutuhkan untuk penyesuaian pada posisi pengisian. (Indonesianto, 2005).
Menghitung produktivitas alat angkut digunakan rumus berikut (pers 2.5):
3600
Q = n x Cbk × × FF × SF × Eff ........................................................ (2.13)
cm
Keterangan:
Q = Produktivitas alat gali muat (m3/jam)
kapasitas alat angkut
n = jumlah ritase pengisian ( kapasitas bucket ) ………………………(2.13a)
Cm = Waktu edar alat angkut (detik)
Cbk = Kapasitas bucket (m3)
FF = Fill factor (%)
SF = Swell factor (%)
Eff = Effisiensi Kerja (%)
Keterangan:
Q =Productivity Alat Gali Muat ( BCM / Jam)
WH. OB = Working Hours Overburden
N = Jumlah Alat Gali Muat
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
produktivitas 96.799 BCM, Desember 2017 Tiga Fleet Alat dengan produktivitas
202.323 BCM, Januari 2018 dua Fleet alat dengan nilai produktivitas 134.942 BCM
dan Februari 2018 satu fleet alat dengan produktivitas sebesar 74.953 BCM. Nilai
produktivitas dari bulan pertama hingga bulan keempat telah mencapai target
produksi yang telah ditentukan perusahaan. Alat yang akann diaplikasikan tiap fleet
yakni Excavator HITACHI ZX 470 – LC dan Dump Truck HINO FM 260 JD.
Universitas Sriwijaya