Anda di halaman 1dari 20

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID

“EMULSI”

LAPORAN PRAKTIKUM
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID
“EMULSI”

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


dalam menempuh mata kuliah Formulasi dan Teknologi
Sediaan Semi Solid

Disusun oleh
IBRAHIM SALIM 13026

AKADEMI FARMASI HANG TUAH


JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi,
perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin
banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun
terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid
dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai
untuk di konsumsi oleh masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk
pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan
melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa,
mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan
perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah
satu diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir
kekurangan tersebut, para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan
memproduksi sediaan secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui
langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.
Dengan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar dan memperhatikan
konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan dengan
baik dan benar.
1.2 Tujuan
 Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan emulsi yang baik dan tepat.
1.3 Manfaat
 Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan emulsi.
 Untuk mengetahui kriteria emulsi yang baik.
 Untuk dapat mengaplikasikan di dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Emulsi

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Emulsi adalah sistem dua fase
yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil.
Tipe emulsi ada dua yaitu oil in water(o/w) atau minyak dalam air (M/A), dan
water in oil (w/o) atau air dalam minyak (A/M).
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang
disebut emulgator(emulsifying agent) atau surfaktan yang dapat mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya
menjadi satu fase tunggal yang memisah.
Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar permukaan
tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel
yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan permukaan antar
fase sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
Emulsi berasal dari kata “emulgeo” yang artinya menyerupai susu, dan
warna emusi memang putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi
dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein, dan air. Emulsi semacam ini
disebut vera atau emulsi alam, dimana protein bertindak sebagai emulgator dari
campuran lemak atau minyak dengan air yang terdapat dalam biji-biijian tersebut.
Pada pertengahan abad XVIII , seorang ahli farmasi dari perancis
memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan
eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragakan, dan kuning
telur sebagai emulgator. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator
dari luar ini disebut emulsi spuria ataau emulsi buatan.
2.2 Komponen Emulsi (Drs. H. A. Syamsuni, Apt. _Ilmu Resep_ )

Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu


1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat
didalam emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispers/Fase Internal/Fase diskontinu/Fase terdispersi/Fase
dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil
didalam zat cair lain.
b. Fase eksternal/Fase kontinu/Fase pendispersi/Fase luar, yaitu zat
cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar(bahan
pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi
2. Komponen tambahan adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan
kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnyaa
corigen soporis,oddoris,colouris,pengawet(preservative) dan
antioksidan. Pengawet yang sering digunakan dalam sediaan emulsi
adalah metil-,etil-,propil-, dan butil paraben,asam benzoat dan
senyawa amonium kuartener.

2.3 Tipe Emulsi


Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal/
eksternal, emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Emulsi tipe o/w (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah
emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi
ke dalam air sebagai fase eksternal.
2. Emulsi tipe w/o (Water in Oil) atau A/M (air dalam minyak), adalah
emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke
dalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase
eksternal.
2.4 Teori Terbentuknya Emulsi

Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal empat macam


teori yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-
beda
1. Teori Tegangan Permukaan
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi dibidang batas,
semakin sulit kedua zat cair tersebut untuk bercampur. Tegangan yang
terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam
anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan
penambahan senyawa organik tertentu, antara lain sabun (sapo). Dalam
teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan atau
menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara
kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji


Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan
adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang
bersifat suka air atau mudah larut dalam air, dan ada bagian yang suka
minyak atau mudah larut dalam minyak.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak
sama. Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah “HLB” (Hydrophyl
Lipophyl Balance), yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara
kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB,
berarti semakin banyak kelompok yang suka air, artinya emulgator
tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.

3. Teori Film Plastik


Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas
antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan
membungkus partikel fase dispers/fase internal.
4. Teori Lapisan Listrik Rangkap
Jika minyak terdispersi dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis,
sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan berlawanan
dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh 2 bentuk lapisan listrik yang saling berlawanan,
yang akan menolak setiap usaha partikel minyak yang mengadakan
penggabungan menjadi satu molekul yang besar.

2.5 Bahan-Bahan Pengemulsi


 Emulgator Alam
1. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
- Gom Arab - Agar-agar
- Tragakan - Chondrus
-Emulgator lain (Pektin,metil selulosa,cmc, biasa digunakan 1-2%)
2. Emulgator Hewani
- Kuning Telur
- Adeps Lanae
3. Emulgator Mineral
- Magnesium Alumunium Silikat (Veegum)
- Bentonit

 Emulgator Buatan
1. Sabun
2. Tween 20,40,60,80
3. Span 20,40,80
2.6 Cara Pembuatan Emulsi
1. Metode Gom Kering
Dalam metode ini zat pengemulsi/biasanya Gom Arab dicampur dengan
minyak terlebih dahulu, kemudian ditambah air untuk membentuk korpus
emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia
2. Metode Gom Basah
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air(zat pengemulsi umumnya larut
dalam air), agar membentuk mucilago, kemudian perlaha-lahan minyak
dicampurkan untuk membentuk emulsi, kemudian diencerkan dengan sisa
air.
3. Metode Botol
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan
kedalam botol kering, ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian
campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi
sedikit sambil dikocok.

2.7 Kestabilan Emulsi


1. Creaming
Terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian mengandung
fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat
reversibel, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi
kembali.
2. Inversi Fase
Peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba /
sebaliknya. Seperti Ireversibel
3. Koalesensi dan Cracking
Pecahnya emulsi karena fulm yang meliputi partikel rusak dan butir
minyak berkoalesensi / menyatu menjadi fase tunggal yang memisah.
Emulsi ini bersifat ireversibel.
Hal ini terjadi karena:
a. Peristiwa Kimia: Seperti penambahan alkohol, perubahan Ph,
penambahan elektrolit CaO/CaCl2 eksikatus
b. Peristiwa Fisika: Seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan,
pengadukan
c. Peristiwa Biologis: seperti fermentasi bakteri,jamur,ragi.
BAB III
METODOLOGI KERJA

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat dalam praktikum pembuatan emulsi dibutuhkan alat sebagai
berikut:mortir, stamper, sudip, batang pengaduk, etiket, perkamen, glass
ukur,beaker glass, anak timbangan, timbangan, serbet.
3.1.2. Bahan yang dibutuhkan yaitu:Ol.Olivae, PGA, BHA, Propylen glycol, Methyl
paraben, Aquadest.

3.2 Formula Emulsi

R/ Ol. Olivae 20 %
PGA 10 %
BHA 0,01% diganti BHT
Propylene Glycol 5 %
Methyl Paraben 0,1 %
Aqua ad 100 %
M.f emulsi 60 ml
BAB IV
DATA BAHAN

4. Data Bahan
Nama Bahan : Ol. Olivae
Fungsi : Pemakaian luar, menghaluskan kulit
Konsentrasi : (Formula 20%)
Pemerian : Cairan bening pucat, kuning kehijauan, bau lemah, tidak
tengik, dan rasa khas.
Kelarutan : Sukar larut dalam ethanol 95% , mudah larut dalam
chloroform P

Nama Bahan : PGA (Pulvis Gummi Arabicum)


Fungsi : Emulsifying Agent
Konsentrasi : 10-20%, (Formula 10%)
Pemerian : Serpihan putih/Putih kekuningan,bubuk/butiran kering,
tidak berbau dan memiliki rasa hambar.
Kelarutan : Larut 1 gr dalam 20 ml gliserin, 1 gr dalam 20 ml propilen
glycol, 1 gr dalam 2,7 air; praktis tidak larut dalam ethanol
95%. Dalam air, akasia larut sangat lambat, meskipun
hampir sepenuhnya setelah 2 jam, 2 kali masa air
hanya menyisakan residu bubuk yang sangat kecil.
Larutan tersebut tidak berwarna / kekuningan, kental,
perekat. Akasia kering larut lebih cepat disekitar 20
menit
Daftar Pustaka:HOPE edisi 6 halaman 30
Nama Bahan : BHA (Butylated Hydroxyanisole)
Fungsi : Antioxidant, Topikal Formulations
Konsentrasi : Topical 0,005 – 0,02%, (Formula 0,01%)
Pemerian : Kristal putih/lilin putih kekuningan dengan karakteristik
bau aromatik.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam ai, larut dalam metanol, bebas
larut dalam larutan etanol ≥ 50%, propilen glicol,
kloroform, eter, heksana, minyak biji kapas, minyak
kacang, minyak kedelai, gliserin monooleat dan lemak
babi, larutan hidroksi alkali.
Daftar Pustaka : HOPE edisi 6 halaman 102

Nama Bahan : Propilen Glycol


Fungsi : Solventor cosolvent topical
Konsentrasi : 5 – 80 % (Formulasi 5%)
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, kental, cairan tidak berbau dengan
rasa manis, rasa sedikit pedas menyerupai gliserin.
Kelarutan : Larut dalam aseto, kloroform, ethanol (95%), gliserin dan
air, 1 gr larut pada 6 bagian eter; tidak larut dengan
minyak minera, tetapi akan larut dalam beberapa minyak
esensial.
Daftar Pustaka : HOPE edisi 6 halaman 621

Nama Bahan : Methyl Paraben


Fungsi : Antimicroba Preservative, Topikal Preparation
Konsentrasi : 0,02 – 0,3 % (Topikal preparation), (Formula 0,1%)
Pemerian : Kristal berwarna / kristal putih, bubuk tidak berbau dan
memiliki rasa sedikit pedas.
Kelarutan : Pada 25o C kecuali dinyatakan lain air dan 1 dari 400,
50o C 1 dari 50 dan 80o C 1 dari 30
BAB V
Perhitungan dan Penimbangan

5.1 Perhitungan dan Penimbangan


 Ol. Olivae 20%
20
× 60 𝑚𝑙 = 12𝑔𝑟𝑎𝑚
100

 PGA 10%
10
× 60 𝑚𝑙 = 6𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Aquadest untuk membuat corpus emulsi 4:2:1
12 : x : 3  Aquadest = 6 ml

 BHA 0,01%
0,01
× 60 𝑚𝑙 = 0,006 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6𝑚𝑔
100

 Propilen Glycol 5%
5
× 60 𝑚𝑙 = 3𝑔𝑟𝑎𝑚
100

 Methyl Paraben 0,1%


0,1
× 60 𝑚𝑙 = 0,06 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 60𝑚𝑔
100

 Aquadest 80o C untuk melarutkan nipagin


1 bagian dalam 30 bagian air
1𝑔𝑟 0,06𝑔𝑟
= → 1𝑔𝑟 𝑥 = 30𝑚𝑙 × 0,06𝑔𝑟
30𝑚𝑙 𝑥
𝑥 = 1,8𝑚𝑙
 Sisa aquadest ad 100%
: Berat Zat =(12gr+6gr+0,006gr+3gr+0,06gr)= 21,066gr
: Air untuk melarutkan = 6ml+1,8ml = 7,8 ml
: Sisa aquadest = 60ml – (21,066 + 7,8ml) = 31,134ml-6ml
= 25,1𝑚𝑙

5.2 Penimbangan Bahan

•Ol. Olivae =12 gr


•PGA = 6 gr
•Aquadest u/ corpus = 6 ml
•BHA = 0,006 gr
•Propilen Glycol = 3 gr
•Methyl Paraben = 0,06 gr
•Aqua u/ methyl paraben = 1,8 ml
•Sisa Aquadest =25,1 ml
BAB VI
Cara Kerja

6. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Cek kebersihan
3. Timbang bahan
4. Masukkan PGA 3 gram gerus ad halus, Tambahkan Ol. Olivae sedikit
demi sedikit ad seluruhnya bercampur
5. Tambahkan 6 ml aquadest gerus segera dan cepat ad berwarna putih krim
dan menghasilkan suara “krek” (M1)
6. Masukkan BHA dalam beaker glass, Tambahkan propylen Glycol aduk ad
homogen (M2) diganti BHT
7. Masukkan Methyl Paraben dalam beaker glass, Tambahkan aquadest 80oC
aduk ad larut (M3)
8. Masukkan (M2) kedalam (M3) aduk ad homogen (M4)
9. Masukkan sisa 3 gram PGA gerus ad halus, Tambahkan aquadest 6 ml
gerus ad terbentuk mucilago(M5)
10. Tambahkan campuran (M4) kedalam (M5) gerus ad homogen (M6)
11. Masukkan (M6) kedalam campuran (M1) sedikit demi sedikit gerus ad
homogen, bilas mortir, campurkan (M6) dengan sedikit aquadest dan
masukkan dalam campuran (M1) gerus ad homogen.
12. Masukkan kedalam gelas ukur, bilas mortir dengan campuran (M1)
masukkan kedalam gelas ukur
13. Tambahkan sisa air ad 60 ml, masukkan dalam botol kocok ad homogen,
beri etiket putih dan label kocok dahulu
Daftar Pustaka
1. Ansel C Howard 2008. Pengantar bentuk Sediaan Farmasi. Penerbit UI
2. Departemen Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 1979
Farmakope Indonesia edisi ke III. Jakarta. KEMENKES RI
3. Raymond C. Paul J. Marian F 2009. Handbook Of Pharmaceutical
Excipient 6th edition pharmaceutical press hal 102,489

- Perbaiki Cara Kerja


Catatan: - Tidak ada GOM sisa / GOM digunakan semua diawal untuk
membentuk korpus
- Hanya ada sisa air dan minyak setelah korpus terbentuk.
- Perhatikan kedua fase, untuk pelarut maksimalkan penggunaan
bahan yang ada tanpa tambahan pelarut lain jika masih bisa
digunakan.
- Evaluasi Sediaan emulsi
Perbaikan (1)
R/ Ol. Olivae 20 % -mf 100ml
PGA 10 % -uji/evaluasi sediaan
BHT 0,05% 1.organoleptis
Methyl Paraben 0,1 % 2.pH
Aqua ad 100 % 3.uji tipe emulsi dengan perkamen
M.f emulsi 60 ml

Data Bahan
Nama Bahan : BHT (Butylated Hydroxytoluene)
Fungsi : Antioxidant
Kadar : 0,0075 – 0,1 %
Pemerian : Kristal padat / serbuk berwarna putih / kekuninga
memiliki bau khas phenol.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propylen glycol,
larut dalam aseton, benzene, ethanol dan minyak
mineral.
Daftar Pustaka : HOPE edisi 6th halaman 75

Perhitungan dan Penimbangan


 Ol. Olivae 20%
20
× 100 𝑚𝑙 = 20𝑔𝑟𝑎𝑚
100

 PGA 10%
10
× 100 𝑚𝑙 = 10𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Aquadest untuk membuat corpus emulsi 4:2:1
20 : x : 10  Aquadest = 20 ml
 BHT 0,05%
0,05
× 100 𝑚𝑙 = 0,05 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 50𝑚𝑔
100

 Methyl Paraben 0,1%


0,1
× 100 𝑚𝑙 = 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 100𝑚𝑔
100

 Aquadest 80o C untuk melarutkan nipagin


1 bagian dalam 30 bagian air
1𝑔𝑟 0,1𝑔𝑟
= → 1𝑔𝑟 𝑥 = 30𝑚𝑙 × 0,1𝑔𝑟
30𝑚𝑙 𝑥
𝑥 = 3𝑚𝑙
 Sisa aquadest
: Zat = 20gr + 10gr + 0,05gr + 0,1gr = 30,15gr
: Aqua = 20ml + 3ml = 23ml
: Sisa aquadest = 100ml – (30,15 + 25ml) = 46,85ml

Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Cek kebersihan
3. Timbang bahan
4. Masukan BHT kedalam Ol. Olivae aduk ad larut
5. Gerus PGA ad halus, tambahkan campuran Ol. Olivae sedikit demi sedikit
ad seluruhnya bercampur.
6. Tambahkan 12 ml aquadest gerus segera dan cepat ad berwarna krim putih
dan menghasilkan suara “krek” (M1 / Fase minyak)
7. Campur methyl paraben dengan aquadest panas 80o C aduk ad larut (M2)
8. Tambahkan sisa aquadest kedalam M2 aduk ad larut (fase air)
9. Campurkan fase air kedalam fase minyak gerus ad homogen
10. Masukkan dalam botol beri etiket dan tanda kocok dahulu
Evaluasi Sediaan
1. Uji Organoleptis
Mengetahui warna, penampilan dan bau yang terdapat pada masing-
masing sediaan.
2. Uji pH
Mengetahui pH yang terdapat pada sediaan dengan menggunakan
kertas pH
3. Uji Bobot Jenis
4. Uji Voleme terpindahkan
Evaluasi sediaan dengan memasukan emulsi kedalam gelas ukur
100ml lalu ukur tinggi volume pada sediaan dengan syarat semua
sediaan mempunyai volume 100 %
5. Uji Viskositas
Bertujuan agar mengetahui kekentalan pertama masukan emulsi
kedalam gelas ukur 100ml lalu masukan kelereng kedalamnya
kemudiaan hitung lama waktu kelereng jatuh dari awal menyentuh
emulsi sampai bawah ujung emulsi.
6. Uji Sedimentasi
Pengujian dilakukan dengan cara larutan emulsi dimasukkan kedalam
gelas ukur 100ml. Kemudian ukur tinggi sedimentasi dari menit awal
sampai selang waktu yang ditentukan
7. Uji Tipe Emulsi
Pertama emulsi dicamprkan dengan metilen blue didalam cawan. Jika
memberikan warna biru maka emulsi tipe o/w karena metilen blue
larut dalam air dan sebaliknya
Perbaikan (2)
R/ Ol. Olivae 20 %
PGA 10 %
BHT 0,05%
Methyl Paraben 0,1 %
Aqua ad 100 %
M.f emulsi 100 ml

Perhitungan dan Penimbangan


 Ol. Olivae 20%
20
× 100 𝑚𝑙 = 20𝑔𝑟𝑎𝑚
100

 PGA 10%
10
× 100 𝑚𝑙 = 10𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Aquadest untuk membuat corpus emulsi 4:2:1
20 : x : 10  Aquadest = 20 ml

 BHT 0,05%
0,05
× 100 𝑚𝑙 = 0,05 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 50𝑚𝑔
100

 Methyl Paraben 0,1%


0,1
× 100 𝑚𝑙 = 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 100𝑚𝑔
100

 Aquadest 80o C untuk melarutkan nipagin


1 bagian dalam 30 bagian air
1𝑔𝑟 0,1𝑔𝑟
= → 1𝑔𝑟 𝑥 = 30𝑚𝑙 × 0,1𝑔𝑟
30𝑚𝑙 𝑥
𝑥 = 3𝑚𝑙
 Sisa aquadest
: Zat = 20gr + 10gr + 0,05gr + 0,1gr = 30,15gr
: Aqua = 20ml + 3ml = 23ml
: Sisa aquadest = 100ml – (30,15 + 25ml) = 46,85ml

Uji Evaluasi Sediaan


1. pH
Dengan menggunakan kerats Ph didapatkan hasil 4 : pH sediaan =4
2. Uji tipe emulsi dengan kertas perkamen  o/w
3. Organoleptis
Organoleptis Rabu Kamis Jumat
Bentuk Emulsi Emulsi Emulsi
Bau Agak tengik Agak tengik Agak tengik
Warna Putih susu Putih susu Putih susu
Rasa Lembut agak lengket Lembut agak lengket Lembut agak lengket

Organoleptis Senin Selasa Rabu


Bentuk Emulsi Emulsi Emulsi
Bau Agak tengik Agak tengik Agak tengik
Warna Putih susu Putih susu Putih susu
Rasa Lembut agak lengket Lembut agak lengket Lembut agak lengket

4. Pengecekan untuk melihat emulsi


Rabu Kamis Jumat Senin Selasa Rabu
Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil

Anda mungkin juga menyukai