Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN


STROKE HEMORAGIK

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

A. PENGERTIAN STROKE HEMORAGIK

§ Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).

§ Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul
iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma,
malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).

§ Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).

§ Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara
semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

B. ETIOLOGI STROKE HEMORAGIK

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi


1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.

2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah


serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah
dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan

3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.

4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk abnormal, terjadi
hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena,
menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.

5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh
darah.

Faktor resiko pada stroke adalah

1. Hipertensi

2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung
kongestif)

3. Kolesterol tinggi, obesitas

4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)

5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)

6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi)

7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

C. PATOFISIOLOGI STROKE HEMORAGIK

Ada dua bentuk CVA bleeding

STROKE HEMORAGIK

1. Perdarahan intra cerebral

Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus,
sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan
struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid

Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling

sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.

AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam
ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid
mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga
timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak
lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya
hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena
interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis
dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak
global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia
dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2
jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang
dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala
disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik
anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

Pathway Stroke Hemoragik

STROKE HEMORAGIK

D. MANIFESTASI KLINIS STROKE HEMORAGIK

Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke

1. Daerah a. serebri media

a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi

b. Hemianopsi homonim kontralateral

c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan

d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan


2. Daerah a. Karotis interna

Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media

3. Daerah a. Serebri anterior

a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai

b. Incontinentia urinae

c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena

4. Daerah a. Posterior

a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai

b. daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media

c. Nyeri talamik spontan

d. Hemibalisme

e. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan

5. Daerah vertebrobasiler

a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak

b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi

c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

STROKE HEMORAGIK

E. KOMPLIKASI STROKE HEMORAGIK

Stroke hemoragik dapat menyebabkan

1. Infark Serebri

2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif

3. Fistula caroticocavernosum

4. Epistaksis

5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal


F. PENATALAKSANAAN MEDIS STROKE HEMORAGIK

Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:

1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral

Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin
ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.

2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.

3. Pengobatan

a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut.

b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik.

c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral

4. Penatalaksanaan Pembedahan

Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak. Penderita yang menjalani
tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE HEMORAGIK

1. Angiografi cerebral

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau
adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.

2. Lumbal pungsi

Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi
pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.

3. CT scan

Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.

4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak.
Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infrak
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK

1. Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif:

- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis.

- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )

Data obyektif:

- Perubahan tingkat kesadaran

- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.

- Gangguan penglihatan

2. Sirkulasi

Data Subyektif:

- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial
), polisitemia.

Data obyektif:

- Hipertensi arterial

- Disritmia, perubahan EKG

- Pulsasi : kemungkinan bervariasi

- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

3. Integritas ego

Data Subyektif:

- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

Data obyektif:

- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan

- Kesulitan berekspresi diri

4. Eliminasi
Data Subyektif:

- Inkontinensia, anuria

- Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus ( ileus paralitik )

5. Makan/ minum

Data Subyektif:

- Nafsu makan hilang

- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK

- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia

- Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah

Data obyektif:

- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )

- Obesitas ( faktor resiko )

6. Sensori neural

Data Subyektif:

- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )

- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.

- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati

- Penglihatan berkurang

- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi
yang sama )

- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

Data obyektif:

- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti:
letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif

- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan
tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )

- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )

- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata-kata,
reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.

- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil


- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik

- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral

7. Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif:

- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

Data Obyektif:

- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

8. Respirasi

Data Subyektif:

- Perokok ( faktor resiko )

Tanda:

- Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas

- Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur

- Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

9. Keamanan

Data Obyektif:

- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewaspadaan terhadap
bagian tubuh yang sakit

- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali

- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh

- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri

10. Interaksi sosial

Data Obyektif:

- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi

11. Pengajaran / pembelajaran

Data Subjektif :

- Riwayat hipertensi keluarga, stroke

- Penggunaan kontrasepsi oral


12. Pertimbangan rencana pulang

- Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi

- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK

1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat

2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak

3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan neurovaskuler

4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler

5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik

6. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran

7. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran

8. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.

STROKE HEMORAGIK
J. RENCANA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Monitorang neurologis


Perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24
1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
serebral b.d aliran jam, diharapkan suplai
bentuk pupil
darah ke otak aliran darah keotak lancar
terhambat. dengan kriteria hasil: 2. Monitor tingkat kesadaran klien
- Nyeri kepala / 3. Monitir tanda-tanda vital
vertigo berkurang sampai
de-ngan hilang 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah

- Berfungsinya saraf 5. Monitor respon klien terhadap pengobatan


dengan baik 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
- Tanda-tanda vital 7. Observasi kondisi fisik klien
stabil

Terapi oksigen

1. Bersihkan jalan nafas dari sekret

2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif

3. Berikan oksigen sesuai intruksi

4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan


sistem humidifier

5. Beri penjelasan kepada klien tentang


pentingnya pemberian oksigen

6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi

7. Monitor respon klien terhadap pemberian


oksigen

8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen


selama aktifitas dan tidur

2 Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga untuk membantu


verbal b.d penurunan keperawatan selama 3 x memahami / memahamkan informasi dari / ke
sirkulasi ke otak 24 jam, diharapkan klien klien
mampu untuk
berkomunikasi lagi dengan 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh
kriteria hasil: perhatian

- dapat menjawab 3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek


pertanyaan yang diajukan dalam komunikasi dengan klien
perawat
4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata
- dapat mengerti dan
5. Berikan arahan / perintah yang sederhana
memahami pesan-pesan
setiap interaksi dengan klien
melalui gambar
6. Programkan speech-language teraphy
- dapat
mengekspresikan 7. Lakukan speech-language teraphy setiap
perasaannya secara verbal interaksi dengan klien
maupun nonverbal

3 Defisit perawatan diri; Setelah dilakukan tindakan 1 Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri
mandi,berpakaian, keperawatan selama 3x 24
2 Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
makan, jam, diharapkan kebutuhan
dalam makan, mandi, berpakaian dan toileting
mandiri klien terpenuhi,
dengan kriteria hasil: 3 Berikan bantuan pada klien hingga klien
sepenuhnya bisa mandiri
- Klien dapat makan
dengan bantuan orang lain 4 Berikan dukungan pada klien untuk
/ mandiri menunjukkan aktivitas normal sesuai
kemampuannya
- Klien dapat mandi
de-ngan bantuan orang lain 5 Libatkan keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan perawatan diri klien
- Klien dapat memakai
pakaian dengan bantuan
orang lain / mandiri

- Klien dapat toileting


dengan bantuan alat

4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1 Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak
fisik b.d kerusakan keperawatan selama 3x24 aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
neurovas-kuler jam, diharapkan klien
2 Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
dapat melakukan
ekstrimitas yang parese / plegi dalam toleransi
pergerakan fisik dengan
nyeri
kriteria hasil :
3 Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
- Tidak terjadi
mencegah atau mangurangi bengkak
kontraktur otot dan
footdrop 4 Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan
kemampuan klien
- Pasien berpartisipasi 5 Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi
dalam program latihan seperti yang disarankan

- Pasien mencapai 6 Libatkan keluarga untuk membantu klien


keseimbangan saat duduk latihan sendi

- Pasien mampu
menggunakan sisi tubuh
yang tidak sakit untuk
kompensasi hilangnya
fungsi pada sisi yang
parese/plegi

5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1 Beri penjelasan pada klien tentang: resiko
integritas kulit b.d perawatan selama 3 x 24 adanya luka tekan, tanda dan gejala luka tekan,
immobilisasi fisik jam, diharapkan pasien tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka
mampu mengetahui tekan)
dan mengontrol resiko
2 Berikan masase sederhana
dengan kriteria hasil :
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Klien mampu menge-
nali tanda dan - Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk
gejala adanya resiko luka pelicin
tekan
- Lakukan masase secara teratur
- Klien mampu
berpartisi-pasi dalam - Anjurkan klien untuk rileks selama masase
pencegahan resiko luka - Jangan masase pada area kemerahan utk
tekan (masase sederhana, menghindari kerusakan kapiler
alih ba-ring, manajemen
nutrisi, manajemen - Evaluasi respon klien terhadap masase
tekanan). 3 Lakukan alih baring

- Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam

- Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin


untuk mengurangi kekuatan geseran

- Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit

- Observasi area yang tertekan (telinga,


mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
skapula)

4 Berikan manajemen nutrisi

- Kolaborasi dengan ahli gizi

- Monitor intake nutrisi


- Tingkatkan masukan protein dan
karbohidrat untuk memelihara ke-seimbangan
nitrogen positif

5 Berikan manajemen tekanan

- Monitor kulit adanya kemerahan dan


pecah-pecah

- Beri pelembab pada kulit yang kering dan


pecah-pecah

- Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering

- Monitor aktivitas dan mobilitas klien

- Beri bedak atau kamper spritus pada area


yang tertekan

6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan tindakan Aspiration Control Management :


berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24
- Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk
penurunan tingkat jam, diharapkan tidak
dankemampuan menelan
kesadaran terjadi aspirasi pada pasien
dengan kriteria hasil : - Pelihara jalan nafas
- Dapat bernafas - Lakukan saction bila diperlukan
dengan mudah,frekuensi
pernafasan normal - Haluskan makanan yang akan diberikan

- Mampu - Haluskan obat sebelum pemberian


menelan,mengunyah tanpa
terjadi aspirasi

7 Resiko Injuri Setelah dilakukan tindakan Risk Control Injury


berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24
- menyediakan lingkungan yang aman bagi
penurunan tingkat jam, diharapkan tidak
pasien
kesadaran terjadi trauma pada pasien
dengan kriteria hasil: - memberikan informasi mengenai cara
mencegah cedera
- bebas dari cedera
- memberikan penerangan yang cukup
- mampu menjelaskan
factor resiko dari - menganjurkan keluarga untuk selalu
lingkungan dan cara untuk menemani pasien
mencegah cedera
- menggunakan
fasilitas kesehatan yang
ada

8 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Respiratori Status Management
berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24
- Pertahankan jalan nafas yang paten
penurunan kesadaran jam, diharapkan pola nafas
pasien efektif dengan - Observasi tanda-tanda hipoventilasi
kriteria hasil :
- Berikan terapi O2
- Menujukkan jalan nafas
paten ( tidak merasa - Dengarkan adanya kelainan suara
tercekik, irama nafas tambahan
normal, frekuensi nafas - Monitor vital sign
normal,tidak ada suara
nafas tambahan

- Tanda-tanda vital dalam


batas normal

Discharge planning bagi pasien stroke

1. Memastikan keamanan bagi pasien setelah pemulangan

2. Memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang dibutuhkan

3. Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di rumah (misal kunjungan
rumah oleh tim kesehatan)

4. Penunjukkan health care provider yang akan memonitor status kesehatan pasien

5. Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan pasien untuk
memberikan perawatan dan bantuan harian di rumah, dan mengajarkan tindakan yang dibutuhkan.

K. DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba
Medika

___________. Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012 di
http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/

___________. Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/

Anda mungkin juga menyukai