Anda di halaman 1dari 10

5/21/2013

Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Upaya Pemberantasan Korupsi 1 1

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Bab
05

UPAYA
PEMBERANTASAN
KORUPSI
“No impunity to
corruptors“

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
POKOK BAHASAN :
1. Mahasiswa mampu
Upaya Pemberantasan Korupsi
menjelaskan berbagai upaya
pemberantasan korupsi;
SUB POKOK BAHASAN :
2. Mahasiswa mampu
1. Konsep Pemberantasan
membandingkan berbagai
Korupsi;
kelebihan dan kelemahan
2. Upaya Penanggulangan
upaya pemberantasan korupsi
Kejahatan (Korupsi) dengan
dari berbagai sudut pandang;
Menggunakan Hukum
3. Mahasiswa mampu
Pidana;
menjelaskan berbagai upaya
3. Berbagai Strategi dan/atau
apa yang dapat dilakukannya
Upaya Pemberantasan
dalam rangka mencegah dan
memberantas korupsi baik di Korupsi.
lingkungannya maupun dalam
masyarakat.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 3

1
5/21/2013

mari kita simak film ini PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 4


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 4

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

A. KONSEP PEMBERANTASAN
KORUPSI

Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian


masif di sebuah negara dan tidak di negara lain?
Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’  sifatnya
kronis juga akut.

Perekonomian negara digerogoti secara perlahan


namun pasti. Korupsi di Indonesia menempel pada
semua aspek atau bidang kehidupan masyarakat.

PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada


tingkatan tertentu, korupsi akan selalu ada dalam
suatu negara atau masyarakat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 5


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 5

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

It is always necessary to relate anti-corruption


strategies to characteristics of the actors involved (and
the environment they operate in). THERE IS NO
SINGLE CONCEPT and program of good governance
FOR ALL COUNTRIES and organizations, there is no
‘one right way’. There are many initiatives and most are
tailored to specifics contexts. SOCIETIES and
organizations WILL HAVE TO SEEK THEIR OWN
SOLUTIONS.
(Fijnaut dan Huberts : 2002)

DISKUSIKANLAH PENDAPAT
BERIKUT :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 6


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 6

2
5/21/2013

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

REALITA DI INDONESIA

• Ada PERANGKAT HUKUM : ada Peraturan Per-


UU, ada lembaga serta aparat hukum yang
mengabdi untuk menjalankan peraturan
(kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan); ada
lembaga independen ‘Super Body’ yang bernama
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
dibentuk untuk memberantas korupsi.
• Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan.
• Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan
berkembang dengan pesat.
• Apa yang salah???
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 7
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 7

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 8


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 8

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA PENANGGULANGAN
KEJAHATAN KORUPSI
JALUR PENAL JALUR NON-PENAL

• Kebijakan penerapan Hukum • Kebijakan pencegahan tanpa


Pidana (Criminal Law hukum pidana (prevention without
Application); punishment);
• Sifat repressive (penumpasan/ • Kebijakan untuk mempengaruhi
penindasan/pemberantasan) pandangan masyarakat mengenai
apabila kejahatan sudah terjadi; kejahatan dan pemidanaan lewat
• Perlu dipahami bahwa: mass media (influencing views of
upaya/tindakan represif juga society on crime and
dapat dilihat sebagai punishment/mass media atau
upaya/tindakan preventif dalam media lain seperti penyuluhan,
arti luas pendidikan dll);
(Nawawi Arief : 2008) • Sifat preventive (pencegahan)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 9


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 9

3
5/21/2013

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA PENAL DAN NON-PENAL

• Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani


faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya korupsi,
yang berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-
kondisi politik, ekonomi maupun sosial yang secara
langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau
menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);
• Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau
menggunakan hukum pidana yaitu dengan
menghukum atau memberi pidana atau penderitaan
atau nestapa bagi pelaku korupsi;
• Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau
memiliki posisi penting atau posisi strategis dari
keseluruhan upaya penanggulangan korupsi  karena
sifatnya preventif atau mencegah sebelum terjadi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 10


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 10

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sarana penal memiliki ‘keterbatasan’,


mengandung ‘kelemahan’ (sisi negatif).
Fungsi sarana penal seharusnya hanya
digunakan secara ‘subsidair’.
• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan
jenis sanksi yang paling tajam dalam bidang
hukum, sehingga harus digunakan sebagai
ultimum remedium (obat yang terakhir apabila
cara lain atau bidang hukum lain sudah tidak
dapat digunakan lagi);

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 11


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 11

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Secara fungsional/pragmatis,
operasionalisasi dan aplikasinya menuntut
biaya yang tinggi;
• Sanksi pidana mengandung sifat
kontradiktif/paradoksal, mengadung efek
sampingan yang negatif. Lihat realita kondisi
overload Lembaga Pemasyarakatan;
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 12


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 12

4
5/21/2013

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Penggunaan hukum pidana dalam


menanggulangi kejahatan hanya merupakan
‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan
gejala), hanya merupakan pengobatan
simptomatik bukan kausatif karena sebab-
sebab kejahatan demikian kompleks dan
berada di luar jangkauan hukum pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil
(sub sistem) dari sarana kontrol sosial yang
tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai
masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan
yang sangat kompleks;

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 13


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 13

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan


individual/personal; tidak bersifat struktural
atau fungsional;
• Efektifitas pidana (hukuman) bergantung
pada banyak faktor dan masih sering
diperdebatkan oleh para ahli.
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.

(Nawawi Arief : 1998)


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 14
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 15


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15

5
5/21/2013

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PENYELESAIAN

Rubin : hukum pidana atau pemidanaan tidak


mempunyai pengaruh terhadap masalah
kejahatan.

Schultz : naik turunnya angka kejahatan tidak


berhubungan dengan perubahan di dalam
hukum atau putusan pengadilan, tetapi
berhubungan dengan bekerjanya atau
berfungsinya perubahan kultural dalam
kehidupan masyarakat.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 16


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 16

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PENYELESAIAN

Karl. O. Christiansen : pengaruh pidana


terhadap masyarakat luas sulit diukur.

S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan)


penelitian menyatakan bahwa lamanya waktu
yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara
tidak berpengaruh pada adanya reconviction
atau penghukuman kembali.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 17


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 17

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PENYELESAIAN
Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara
kejahatan dengan lamanya pidana. Kita tidak dapat
mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab
dan akibat. Orang melakukan kejahatan dan
mungkin mengulanginya lagi tanpa hubungan
dengan ada tidaknya UU atau pidana yang
dijatuhkan. Sarana kontrol sosial lainnya, seperti
kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan atau
agama mungkin dapat mencegah perbuatan, yang
sama efektifnya dengan ketakutan orang pada
pidana.
(Nawawi Arief : 1998)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 18
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18

6
5/21/2013

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 19


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 19

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Quiz: kerjakan di kelas

kasus perlakuan istimewa diberikan kepada Artalita. Ia


bisa menyulap ruang tempat ia mendekam di LP
Cipinang menjadi ruang yang sangat nyaman
bagaikan ruang hotel berbintang. Bagaimana pula
dengan Gayus yang bebas berkeliaran dan
berpelesiran ke luar negeri selama menjadi tahanan
kasus penggelapan pajak. Menurut anda apa yang
harus dilakukan untuk mencegah hal ini?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 20


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 20

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

STRATEGI DAN/ATAU UPAYA


PENANGGULANGAN KORUPSI

1 Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

2 Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

3 Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang


4 mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

5 Monitoring dan Evaluasi

6 Kerjasama Internasional
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 21
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21

7
5/21/2013

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PEMBENTUKAN LEMBAGA ANTI-


KORUPSI
• Di beberapa negara ada lembaga ombudsman; di
Hongkong ada Independent Commission against
Corruption (ICAC); di Malaysia ada the Malaysia
Anti-Corruption Comission(MACC); di Indonesia
ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);
• Memperbaiki kinerja lembaga peradilan;
• Di tingkat departemen  pembentukan lembaga
audit;
• Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan
publik;
• Pemantauan kinerja Pemerintah Daerah;
• Pemantauan kinerja Parlemen (DPR dan DPRD)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 22


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 1

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENCEGAHAN KORUPSI DI
SEKTOR PUBLIK
• Kewajiban pejabat publik melaporkan dan
mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik
sebelum maupun sesudah menjabat;
• Kontrak pengadaan barang dan jasa dengan lelang
atau penawaran secara terbuka. Masyarakat diberi
otoritas atau akses untuk memantau dan memonitor.
Harus dikembangkan sistem yang dapat memberi
kemudahan bagi masyarakat untuk
memantau/memonitor;
• Membangun sistem perekruitan pegawai negeri dan
anggota militer yang transparan dan akuntabel;
• Tersedianya sistem penilaian kinerja pegawai negeri.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 23


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 1

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENCEGAHAN SOSIAL DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
• Menyediakan sarana bagi masyarakat untuk
melaporkan kasus korupsi. Pengembangan
mekanisme yang mudah dan sederhana di mana
masyarakat dapat dengan bertanggung-jawab
melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya. Media :
via telepon, surat atau telex, penggunaan teknologi
informasi dengan internet dll.;
• Tidak memberlakukan pasal mengenai ‘fitnah’ dan
‘pencemaran nama baik’ untuk mereka yang
melaporkan kasus korupsi dengan pemikiran bahwa
bahaya korupsi dianggap lebih besar dari pada
kepentingan individu;
• Mengatur Perlindungan bagi Saksi dan Korban TP
Korupsi;
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 24
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2

8
5/21/2013

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENGEMBANGAN INSTRUMEN
HUKUM
• Tidak cukup hanya mengandalkan satu instrumen
hukum yakni Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
• Berbagai peraturan perundang-undangan atau
instrumen hukum lain perlu dikembangkan.
• Peraturan perundang-undangan yang harus ada
untuk mendukung pemberantasan korupsi adalah
Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering
atau Pencucian Uang, UU Perlindungan Saksi dan
Korban, UU yang mengatur mengenai pers yang
bebas.
• Pengembangan mekanisme untuk masyarakat yang
akan melaporkan tindak pidana korupsi;

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 25


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 1

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

MONITORING DAN EVALUASI

• Tanpa monitoring dan evaluasi seluruh pekerjaan atau


kegiatan pemberantasan korupsi, sulit mengetahui
capaian yang telah dilakukan.
• Dengan monitoring dan evaluasi dapat dilihat strategi
atau program yang sukses dan yang gagal.
• Untuk yang sukses sebaiknya dilanjutkan, untuk yang
gagal harus dicari penyebabnya.
• Pengalaman negara-negara lain yang sukses maupun
yang gagal dapat dijadikan bahan pertimbangan;
• Mengingat ada begitu banyak strategi, cara atau upaya
yang dapat digunakan, kita tetap harus mencari cara
kita sendiri untuk menemukan solusi memberantas
korupsi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 26


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 1

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KERJASAMA INTERNASIONAL

• Melakukan kerjasama internasional  antar


negara dan International NGOs.
• Contoh : Transparency Internasional (TI)
misalnya membuat program National
Integrity Systems OECD membuat program
the Ethics Infrastructure dan World Bank
membuat program A Framework for Integrity.
www.transparency.org/

www.oecd.org/

www.worldbank.org/

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 27


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 1

9
5/21/2013

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi 28


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 22

Terimakasih kepada:

Institut Teknologi Bandung, Universitas Paramadina,


Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran,
Universitas Negeri Semarang, UNIKA Soegijapranata,

dan KPK, TIRI, ICW

Produksi:

Bagian Hukum dan Kepegawaian


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

copyrights © dikti 2012

10

Anda mungkin juga menyukai