Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

R DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONCHIAL DI PUSKESMAS
BANDAR SINEMBAH

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

1
Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang Senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayahnya serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan karya tulis ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Ny R ASMA BRONCHIAL DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
PADA PASIEN DI PUSKESMAS BANDAR SINEMBAH”

Penyusunan karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Politeknik
Kesehatan Medan (POLTEKES) Medan. Penyusunan karya tulis ini dilakukan
dengan suatu prosedur terstruktur dan terencana. Proses penulisan karya tulis ilmiah
sedikit menemui beberapa kesulitan dan hambatan, namun kesulitan dan hambatan itu
dapat diatasi berkat adanya bimbingan, niat dan kemauan penyusunan sendiri. Penulis
menyadari akan keterbatasan karya tulis ilmiah, namun berkat dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak akhirnya proses penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan . Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kepada suami dan anak-anak saya yang selalu memberikan semangat


dan dukungan baik moril maupun materil.

2. Hernyatun,S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.Mat,selaku Ketua POLTEKES


MEDAN yang memberikan kesempatan penulis dapat menempuh
studi di Poltekes Medan.

3. Nurlaila,S.Kep.,Ns.,M.Kep,selaku ketua prodi D-III Keperawaran


Poltekes Medan

4. Putra Agina,W.S.Kep.Ns.,M.Kep.Ns,M.Kep selaku pembimbing yang


telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan

5. Ida Suryani,S.Kep.Ns.,M.Kep.Ns,M.Kep, selaku dosen penguji yang


telah memberikan masukan maupun evaluasi dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf karyawan dilingkungan


Poltekes Medan

7. Seluruh teman-teman seperjuangan yang saling memberikan semangat


dan dukungan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih


kurang dari kata sempurna, karena memang kesempurnaan hanya milik
Tuhan Yang Maha Esa.Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak, demi mengejar kesempurnaan yang

2
tidak ada batasnya.Penulis berharap dalam hati, lisan dan pikiran agar
karya tulis ilmiah ini bisa bermanfaar bagi para pembaca dan masyarakat

Medan,

Gokmalan Sinaga

3
Daftar Isi

4
Daftar Tabel

5
Daftar Gambar

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit Asma Bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya


respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah
baik secara sponstan maupun hasil dari pengobatan.

Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma


bronchial.Belum ada pemyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma
pada anak Indonesia, namun diperkirakan berkisar antara 5-10%.Asma dapat
timbul pada segala umur.30% penderita gejala Asma Bronchial pada umur 1
tahun, sedang 80-90% anak asma mempunyai gejala pertama sebelum umur 4-5
tahun.Menurut penelitian, anak yang mengalami asma ringan akan sembuh pada
usia 12-13 tahun, sedang 50-60% lainnya akan sembuh pada usia 25 tahun dan
sisanya sebanyak 20% akan mendapati asma seumur hidupnya, hal inilah yang
digolongkan penyakit asma berat

Penyakit Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh Negara, baik di


Negara maju maupun di Negara berkembang.Saat ini penyakit asma bronchial
juga sudah tidak asing lagi di masyarakat. Asma dapat menyerang oleh semua
lapidan masyarakat dari mulai anak-anak sampai dewasa. Penyakit asma
bronchial awalnya merupakan penyakit keturunan yang diturunkan dari
orangtua.Namun. Sekarang ini keturunan bukan merupakan penyebab utama
penyakit asma. Faktor udara dan kurangnya kebersihan lingkungan di kota-kota
besar merupakan factor utama penyebab dalam peningkatan serangan asma.Asma
Brochial merupakan penyakit inflamasi kronis seluruh nafas yang bersifat
reversible dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus.

Meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan


dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan deratnya dapat
berubah-ubah sewaktu-waktu secara spontan yang dikeluhkan dengan mengi,
batuk, dan sesak di dada penyebab penyumbatan saluran nafas.Faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya salah satu pada pasien asma yaitu factor ketidakstabilan
dimana dapat munculnya serangan asma. Gejala umum meliputi mengi, batuk,
dada terasa berat, sesak nafas dimana frekuensi pernafasan bisa sampai diatas
30x/menit (Henneberger,dkk.2011).

7
Pada orang dewasa sehat rata-rata jumlah maksimum udara yang dapat
dikandung oleh kedua paru adalah sekitar 7,5% liter pada pria dan 4,5% pada
wanita. Asma dengan gangguan ventilasi dimana diameter bronckeolus lebih
banyak berkurang selama ekspiransi disbanding insipirasi, karena peningkatan
tekanan dalam paru selama ekspirasi menekan paksa bagian luar
bronkeolus.Apabila bronkeolus yang terumbat sebagian sumbatan akan terbawa
akibat tekanan dari luar yang mengakibatkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi.Penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik namun sangat
sulit saat ekspirasi.

Penanganan yang tepat salah satunya obstruksi jalan nafas dan penurunan
nafas yang terbaik adalah dengan cara pemberian oksigen dan pengobatan
berulang.Oksigen diberikan minimal 94% kedalam tubuh yang dianjurkan pada
pasien dengan penderita asma, Pemberian oksigen dapat dilakukan melalui
masker RM atau NRM maupun kanul nasal sesuai dengan kebutuhan dari pasien
itu sendiri. Konsetrasi oksigen yang tinggi dalam pemberian terapi dapat
menyebabkan peningkatan kadar PCO2 dalam tubuh pada pasien dengan
asma.Wlalupun pemberian terapi oksigen digunakan secara sering dan luas
dalam perawatan pasien asma, pemberian oksigen seringkali tidak akurat,
sehingga pemberian, monitoring, dan evaluasi terapi tidak sesuai (Perrin et
al,2011)

Oksigen itu sendiri merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam
memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah
sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP
memberikan energy yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan
berbagai aktintra venaitas sebagai fungsi tubuh. Oksigen adalah suatu komponen
gas dan unsur vital dalam proses metabolisme. Oksigen memegang peranan
penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, tidak adanya oksigen akan
menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan
dapat menimbulkan kematian, oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh ( Fatmawati, 2011)

Oksigen merupaka zat yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, dari hasil metabolism terbentuklah
karbondioksida, energy, air. Apabila penambahan gas oksigen yang melebihi
batas normal dalam organ tubuh memberikan dampak yang berbahaya aktivitas
sel.Pernafasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan

8
lingkungan, fungsi utama pernafasan adalah memperoleh oksigen agar dapat
digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan
oleh sel. Tubuh mengambil oksigen dari lingkungan kemudia diangkut ke
seluruh tubuh melalui darah guna dilakukan pembakaran. Sisa pembakaran
berupan karbondioksida akan diangkut kembali melalu darah ke paru-paru unruk
dikeluarkan kembali kelingkungan sebagai sisa metabolisme tubuh. Kapsitas
udara dalam paru-paru adalah 4.500-5000 ml (4,5-5 liter).

Udara yang diproses paru-paru hanya sekitar 10% atau kurang dari 500 ml,
yakni yang dihirup saat inspirasi dan yang dihembuskan saat ekspirasi (Mubarak
dan Chayatin, 2011).Proses keperawatan adalah suatu metode dimana suatu
konsep diterapkan dalam praktek keperawatan, Kita bisa mengartikannya sebagai
pendekatan problem solving sebagai gambaran ilmu, teknik dan keterampilan
interpersonal dan ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan pasien/keluarga, Proses
keperawatan sendiri terdiri dari lima tahap yang sepenuhnya dan berhubungan
diantaranya yaitu : pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
(Harmoko,2012).

Strategi pelaksanaan upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan


perawatan yang tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien
penderita asma, untuk mencegah komplilasi yang lebih fatal dan diharap pasien
dapat segera sembuh kembali, Penanganan yang utama pada penderita asma
adalah memenuhi kebutuhan oksigen. Kerja sama dengan tim medis serta
melibatkan pasien dan keluarga sangat diperlukan agar perawatan dapat berjalan
dengan lancer (Harmoko,2012).

Pemenuhan kebutuhan O2 tidak bisa terlepas dari suatu kondisi system


pernafasan yang seharusnya normal. Bila ada gangguan pada salah satu organ
system respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali
manusia tidak menyadari terhadap sangat dibutuhkannya oksigen. Proses
pernagasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja, Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernafasan. Pada kondisi ini,
individu meraakan pentingnya oksigen (Tarwanto,2009)

Kebutuhan manusia merupakan hal yang kita bisa dapatkan dalam


mempertahankan keseimbangan dalam maupun luar. Salah satunya adalah
kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh

9
sel-sel tubuh. Secara normal bernafas ini diperoleh dengan cara menghirup
oksigen (Tarwanto, 2010).Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling yang
sangat penting dalam kehidupan , dalam tubuh oksigen berperan penting dalam
proses metabolism sel tubuh.Sumpali oksigen berkurang bisa menyebabkan
gangguan di dalam tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenaya, berbagai
upaya perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut
agar terpenuhi dengan baik.

Untuk implementasi O2 agar bisa pemenuhan tercukupi merupakan kebutuhan


tugas tenaga kesehatan, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan
manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi
berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Oleh
karena itu , kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan
sangat vital bagi tubuh.Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
mengambil dengan judul “asuhan keperawatan pada pasien asma bronchial
dengan di Puskesma Bandar Sinembah,Binjai.’

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui penerapan Asuhan Keperawatan pada Ny.R


dengan gangguan system pernafasan Asma Bronkial di Puskesmas Bandar
Sinembah,Kota Binjai.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada Ny,R dengan Asma Bronkial.

b. Mampu mengidentifikasi diagnose keperawatan pada Ny,R dengan


Asma Bronkial

c. Mampu mengidentifikasi intervensi pada pasien dengan asma bronkial

d. Mampu mengidentifikasi implementasi pada pasien dengan asma


bronchial

e. Mampu mengidentifikasi evaluasi pada Ny.R dengan asma bronchial

1.3. Metode Penulisan :

10
1.3.1. Studi Kepustakaan

Dalam pengumpulan data-data dalam penelitian ini penulis


menggunakan studi kepustakaan (Library Research), dengan merujuk kepada artikel,
buku – buku , internet , dan berita-berita media yang relavan yang berhubungan
dengan Asma Bronchial.

1.3.2. Wawancara

Dalam penulisan Karya Tugas Ilmiah ini, Penulis menggunakan


metode wawancara.Dimana penulis melakukan Tanya jawab kepada pasien

1.3.3. Observasi

Dalam penulisan Karya Tugas Ilmiah ini, Penulis menggunakan


metode observasi yang dimana penulis melakukan pemeriksaan di dalam
perkembangan pasien

1.3.4 Studi Dokumentasi

Pengambilan kasus langsung di Puskesmas Bandar Sinembah, Binjai


yang meliputi pengkajian, observasi , wawancara, intervensi dan evaluasi.

1.4. Ruang Lingkup Penulisan

Pada pembahasan ini terfokus pada Asuhan Keperawatan Sistem


Pernafasan Asma bronkial

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini disusun dalam 5 bab, dimana di tiap bab
tersebut akan dibagi lagi menjadi sub-bab yang akan dibahas secara terperinci.
Berikut merupakan sistematika dari masing-masing bab dan keterangan singkatnya :

Bab 1 : Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum penelitian,
diantaranya adalah latar belakang penulisan, ruang lingkup melakukan penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini, serta sistematika penulisan.

Bab 2. Tinjauan Pustaka Yang akan dibahas di bab 2 adalah teori-teori dasar yang
menjadi acuan dan teoriteori pendukung yang berhubungan dengan penulisan
penelitian ini.

Bab 3. Metodologi Penelitian Pada bab ini menggambarkan tentang PT.Radio


Mustang Utama, gambar jaringan, penggunaan metodologi yang dipilih, rancangan

11
jaringan yang sedang berjalan, analisis masalah, dan perancangan topologi jaringan
untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

Bab 4. Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi rancangan baru untuk PT.Radio Mustang
Utama, serta konfigurasi maupun topologi jaringan yang akan dipergunakan dan
melakukan evaluasi hasil rancangan dengan simulasi.

Bab 5. Simpulan dan Saran Bab ini berisikan simpulan yang didapat selama
penelitian, beserta saran untuk perbaikan selanjutnya.

12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar


2.1.1. Definisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat berulang dan diantara episode pentyrmpitan
bronkus tersebut terdapat keadaaan ventilasi yang lebih normal. Penderita Asma
Bronkial, hipersensitif fan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar, seperti debu
rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebeb alergi
Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang
secara tiba-tiba jika tidak dapat mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko
kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya
radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernfasan bagian bawah.
Penyempitann ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan, pembengkakan
selaput lender, dan pembentukan timbunan lender yang berlebihan (Irman Somarti,
2012).
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan
bronkus yang berulang namun revesibel, dan diantara episode penyempitan bronkus
tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang
yang rentang terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang
menandakan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Solmon.2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
brokospasme periodic ( kontraksi spasme pada saluran nafas) terutama pada
percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oeh berbagai stimul seperti oleh
factor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Irman Somarti, 2012).
Menurut (Solmon, 2015), Tipe asma berdasarkan penyebab terbagi menjadi
alergi, idiopatik, dan nonalergik atau campuran (mixed) antara lain :
a. Asma alergik/Eksentrik

Merupakan suatu bentuk asma dengan alergan seperti bulu binatang,


debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alergi terbanyak adalah
airboner dan musiman (seasonal). Klien dengan asma alergik biasanya
mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dari riwayat pengobatan
eksrim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergik akan mencetus serangan
asma, Bentuk asma ini biasanya di mulai sejak kanak-kanak.

13
b. Idiopatik atau non alergik asma/instrinsik

Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik. Faktor-


faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas atas aktivitas, emosi/stress,
dan populasi lingkungan akan mencetuskan serangan. Beberapa agen
farmakologi seperti antagonis b-adrenergik dan bahan sulfat ( penyedap
makanan) juga dapat menjadi factor penyebab. Serangan dari asma idiopatik
atau non alergik menjadi lebih berat dan sering kali berjalannya waktu dapat
berkembang menjadi btis dan emfisma. Pada beberapa kasus dapat
berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya di mulai
ketika dewasa (>35 tahun0.

c. Asma campuran (Mixed Asma)

Merupakan bentuk asma yang paling sering. Asma campuran


dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergik dan idiopatik atau
non alergik

2.1.2. Etiologi

Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum


diketahui dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menujukan dasar gejala
asma yaitu inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan ditandai dengan
adanya kalor ( panas karena vasodilitasi), tumor (esudasi plasma dan edema),
dolor (rasa sakit karena rangsangan sensori), dan function laesa fungsi yang
terganggu ( sudoyoAru,dkk.2015).

Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi ( infeksi


virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu,
kapuk, tunggau, sisa serangga mati , bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap
cat), makanan (putih telur , susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian , tomat),
obat (aspirin), kegiatan fisik ( olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-
bahak), dan emosi (sudoyoAru,dkk.2015).

2.1.3. Patofisiologi / Psikopatologi

Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikab


oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan
molekul IgE dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang mencetus asma
bersifat airbone dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas, allergen
tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu.

Akan tetapi, sekali sensitivitas telah terjadi, klien akan


memperlihatkan respon yang sangat baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang
menggangu sudah dapt menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas (Nurarif &

14
Kusuma, 2015). Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode
akut asma adalah aspirin.

Aspirin, bahan perwarna seperti tartazin, antagonis, betaadrenerdik,


dan bahan sulfat. Sindrom pernafasan sensitive-aspirin khususnya terjadi pada
orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak.
Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh
rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal. Baru kemudian muncul asma
progresif.

Klien yang sensitive terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan


pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani terapi ini, toleransi silang juga
akan terbentuk terhadap agen anti-inflamasi non-steroid. Mekanisme yang
menyebabkan bronkospasme karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak
diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan leukotriene yang
diinduksi secara khusu oleh aspirin (Solomon,2015).

2.1.4. Tanda dan Gejala

Secara umum, tanda-tanda dalam penyakit asma bronkial ini tidaklah


cukup parah untuk menghentikan pasien melakukan kegiatan sehari-hari tapi
dengan mengenali tanda-tanda ini pasien dapat menghentikan asma bronchial
agar tidak semakin buruk.
Adapun tanda-tanda dari Penyakit Asma Bronchial antara lain :
a. Serin batuk, terutama pada malam hari
b. Sulit bernafas atau sesak nafas
c. Merasa sangat lelah atau lemah saat berolah-raga
d. Mudah lelah
e. Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter
dengan cara meniupkan nafas sekuat-kuatnya pada alat tersebut,
f. Flu atau alergi (bersin, pelik, batuk , hidung tersumbat, sakit tenggorokan dan
sakit kepala
g. Sulit tidur (Insomnia)

Gejala asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak, dan mengie (wheezing)
dan sebagian penderita disertai nyeri dada). Gejala-gejala tersebut tidak selalu
terdapat bersama-sama sehingga ada beberapa tingkat penderita asma sebagai
berikut :

a. Tingkat I penderita asma secara klinis normal. Gejala asma timbul bila ada
factor pencetus

15
b. Tingkat II penderita asma tanpa keluhan dan tanpa kelainan pada
pemeriksaan fisik tetapi fungsi paru menunjukan tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
c. Tingkat III penderita asma tanpa golongan tetapi pada pemeriksaan fisik
maupun fungsi paru menunjukan obstruksi jalan nafas,
d. Tingkat IV penderita asma yang paling sering dijumpai mengeluh sesak
nafas, batuk dan nafas berbunyi.

2.1.5. Penatalaksana

Prinsip – prinsip penatalaksanaan asma bronkial adalah sebagai


berikut :

a) Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :


1) Saatnya serangan
2) Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)

b) Pemberian obat bronkodilator


c) Penilaian terhadap perbaikan serangan
d) Pertimbangan terhadap pemberian kartikosteroid
e) Penatalaksanaan setelah serangan mereda :
1) Cari faktor penyebab
2) Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya

2.2. Konsep Asuhan Kepewaratan

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi :

1) Pengkajian

a. Biodata

Asma bronkial terjadi dapat menyerang segala usia


tetapi lebih sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus
timbul sebelum 10 tahun dan 1/3 kasus lainnya terjadi
sebelum usia 40 tahun. Predisposisi laki-laki dan perempuan
diusia sebesar 2 : 1 yang kemudia sama pada usia 30 tahun.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma


bronchial adalah dyspnea ( sampai bisa berhari-hari atau
berbulan-bulan ). Batuk, dan mengi ( pada beberapa
kasus lebih banyak paroksimal).

16
2) Riwayat Kesehatan dahulu

Terdapat data yang menyatakan adanya factor


predisposisi timbulnya penyakit ini, diantaranya adalah
riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian
bawah (rhinitis, urtikaria, dan eskrim).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dengan asma bronkial sering kali didaptkan adanya


riwayat penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien
lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada
anggota keluarganya.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien


pada possi duduk.

b) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi


dengan yang lainnya.
c) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
d) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan
kondisinya , skar, lesi, massa, dan gangguan tulang
belakang , seperti kifosis, scoliosis, dan lordosis.
e) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan
kemestrian pergerakan dada.
f) Observasi tipe pernafasan , seperti pernafasan hidung,
pernafasan diafragma, dan penggunaan obat bantu
pernafasan.
g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase
inspirasi (I) dan fase eksifirasi (E) . Rasio pada fase ini
normalnya 1:2. Fase ekspirasi yang memanjang
menunjukan adanya obstruksi pada jalan nafas dan
sering ditemukan pada klien Chronic Airflow
Limitation (CAL) / Chormic obstructive Pulmonary
Diseases (COPD).
h) Kelainan pada bentuk dada
i) Observasi kesemetrian pergerakan dada. Gangguan
pergerakan atau tidak kuatnya ekspansi.

17
j) Observasi trakea abnormal ruang intercostal selama
inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan
nafas.
2) Palpasi
a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan
dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi
keadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile premitus
(Vibrasi)
b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang
terkaji saat inspeksi seperti : mata , lesi, bengkak
c) Vocal premitus , yaitu gerakan dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara

3) Perkusi

Suara perkusi normal :


a) Resonan (Sonor) : bergaaung, nada rendah.
Dihasilkan pada jaringan paru normal.
b) Dullness : bunyi yang pendek serta
lemah, ditemukan diatas bagian jantung, mamae, dan
hati.
c) Timpani : musical, bernada tinggi
dihasilkan diatas perut yang berisi udara.

Suara perkusi abnormal :


a) Hipersonan (hipersonor) : bergaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian
paru yang berisi darah.
b) Flatness : sangat dullness. Oleh karena
itu, nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi
daerah hati, dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.

4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,
mencakup mendengarkan bunyi nafas normal,
bunyi nafas tambahan (abnormal), dan suara
b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara
ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,
dengan sifat bersih.
c) Suara nafas normal meliputi bronkial,
bronkovesikular, dan vesicular.
d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing , pleural
friction rub dan crackles.

18
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi :
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Ketidakbersihan jalan nafas
c. Gangguan pertukran Gas
d. Resiko infeksi
e. Nyeri akut
f. Peningkatan produksi mucus.

2.2.3. Perencanaan/Implementasi

Diagnosa menurut Nurarif & Kusuma (2015) .


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
1) Batasan karakteristik
 Batuk yang tidak efektif
 Ada suara nafas tambahan
 Perubahan irama nafas
 Sanosis
 Penurunan bunyi nafas
 Dispneu
 Sputum dalam jumlah berlebihan
 Gelisah

2) Faktor – faktor yang berhubungan :


 Obstruksi jalan nafas
 Mukus dalam jumlah yang berlebihan
 Materi asing dalam jalan nafas
 Sekresi bertahan/sisa sekresi
 Sekresi dalam bronki

3) Fisiologi
 Asma
 Infeksi
 Jalan nafas alergik
 Hiperplasi dinding bronkial
 Penyakit paru obstruktif kronik

4) NOC
 Respiratory status : airway patency
 Menilai suara nafas
 Menilai frekuensi nafas
 Menilai irama

19
 Memilik kemampuan batuk
 Menilai kemampuan mengeluarkan secret

5) NIC
Manajemen jalan nafas
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada.
 Buang secret dengan memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau menyedot lender
 Instruksikan bagaiman agar bisa melakukan batuk
efektif
 Posisikan untuk meringankan sesak nafas
 Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebgaiman
mestinya
 Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
menurun atau tidak ada dan adanya suara nafas.
 Ajarkan pasien untuk bagaiman menggunakan inhaler
sesuai resesp sebagai mana mestinya
 Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar
dan batuk
 Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan
sebgaimana mestinya.

2.2.4. Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf


keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperwatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi
yang diharapkan pada pasien dengan asma bronchial adalah :
1. Pola nafas kembali aktif
2. Bersihan jalan nafas kembali aktif
3. Pasien merasakan nyaman

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
1. Identitas
Tanggal Pengkajian : 5 Maret 2019
Jam : 10.00 Wib
Sumber Data : Pasien , Keluarga

Pasien
Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Cerai/Mati
Pendidikan : Tamatan SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Kebangsaan : India/Indonesia
Alamat : Jl. Mayjen Sutoyo GG Bombai Lingkungan 1
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
Nomor CM : 05 02. 08 50
Tanggal Masuk Perawatan : 5 Maret 2018
Keluarga /Penanggung Jawab
Nama : Ny.W
Umur : 43 Tahun
Hubungan dengan Pasien : Anak
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama saat masuk Puskesma Bandar Senembah


Pasien mengatakan sakit di pinggang kiri , badan terasa panas kaki bengkak.
1 bulan kemudian Pasien mengatakan sesak nafas, batuk, Kaki bengkak,
sakit jantung.

b. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Saat pengkajian pasien pada tanggal 21 April 2018 pukul 10.00 WIB ,
pasien mengatakan sesak nafas, batuk-batuk, kaki bengkak, sakit
jantung.Waktu timbulnya serangan sesak sering terjadi tiba-tiba dan terjadi
di malam hari, Klien juga mengatakan pada saat tidur malam posisi yang
digunakan yaitu posisi setengah duduk. Serangan asma terjadi jika ia merasa

21
kedinginan, atau terkena paparan debu dan ketika serangan terjadi gejala lain
yang ditimbulkan yaitu pilek dan batuk berdahak. Ny.R mengatakan ketika
batuk sulit untuk mengeluarkan dahak, apabila asmanya kambuh. Usaha
yang dilakukan yaitu meminum obat yang sudah di beli apotik sebelumnya.
Ny.R mengatakan sudah beberapa kali masuk Rumah Sakit dengan penyakit
yang sama.
Data Objektif : terdapat bunyi suara nafas tambahan (ronchi), pernafasan
30x/menit Irama nafas cepat, Ny.R Nampak sesak, batuk dan berdahak
dengan konsistensi kental dan berwana kuning. Tekanan darah : 110/90
mmHg, Respirasi : 24x/menit, Nadi : 80x/menit , Suhu : 36,70 C

c. Kesehatan sekarang
Pasien mengatakan sesak nafas dan saat batuk tidak bisa mengeluarkan
dahaknya semua hanya sedikit- sedikit, pasien mengatakan pada lehernya
seperti ada dahak yang banyak dan susah untuk dikeluarkan, pasien terlihat
nafasnya dangkal dengan RR : 30x/menit, suhu : 36,5 C,TD : 90/60 mmHg, N :
94x/menit.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan pasien belum pernah menderita penyakit yang sama,
pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, keluarga pasien
mengatkan pasien sesak nafas dialami sejak 31 Desember 2017 kemudia
keluarga dibawa ke Puskesmas untuk dirawat . Pada tanggal 5 Januari 2018
sesak nafas semakin parah sehingga pasien diperiksa kembali dan dirujuk ke
RSU Bidadari .
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan kurang mengetahui ada tidaknya keluarga yang
menderita penyakit yang sama. Keluarga pasien mengatakan keluarganya tidak
memliki penyakit keturunan seperti Asma Bronkial.
f. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan atau obat-obatan.

3. Pola Kebiasaan Pasien


Aspek Fisik – Biologis
a) Pola nutrisi dan Metabolik
Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3x sehari dengan porsi
sedang dengan nasi sayur dan lauk. Pasien mengatakan jarang minum
air putih, .

22
Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit mendapatkan bubut
tetapi pasien tidak menghabiskannya Karen pasien inigin mengeluarkan
dahaknya dan batuk-batuk.

b) Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan b.a.b setiap hari 1x dan b.a.k 5-6 x per hari

Selama Sakit

Keluarga pasien mengatakan pasien selama sakit b.a.b dab b.a.k seperti
biasa sebelum sakit.

Pola Aktivitas Istirahat – Tidur


a. Pola Aktivitas dan latihan
Keluarga Pasien mengatakan pasien sudah tidak bekerja lagi.

b. Keadaan Pernafasan
Saat di Puskesmas , pasien mengatakan sesak nafas dengan RR :
28x/menit dan pasien terlihat nafasnya dangkal.

c. Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya tidur 5-6 jam setiap harinya.Pasien
mengatakan di rumah jika sudah tidur tidak mudah terbangun

Selama sakit
Pasien mengatakan selama Perawatan di Puskesmas dan di Rumah
Sakit pasien susah tidur dan sering terbangun. Pasien mengatakan
jika untuk tiduran sesak nafasnya semakin sakit.

Pola Kebersihan Diri


Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien di lap oleh
keluarga dengan air hangat dan dibersihkan 2x dalam sehari

Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien
mengeluh sesak nafas.

b. Gaya Komunikasi
Pasien berkomunikasi dengan bahasa Indonesia jika pasien diajak
berbicara

23
Riwayat Sosial
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang mengeluh sakit. Keluarga
pasien mengatakan hubungan pasien dengan baik

Riwayat Spritural

Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum sakit shalat 5 waktu


dengan rajin. Tetapi selama sakit pasien tidak melaksanakan shalat 5
waktu karena kondisi yang tidak memungkinkan

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keluhan umum : Lemah, lemas


b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. Pengukuran antropometri
BB : 48 kg
TB : 163 cm
IMT : 18,00 Kg/m2
d. Tanda Vital :
TD : 140/80 mmHg
N : 86 x / menit
RR : 28 x / menit
S : 36,20 C
e. Pemeriksaan Kepala
1. Kepala
Bentuk kepala Brakhiocephalus simetris, tidak ada luka, rambut pasien
masih berwarna putih, kulit pasien bersih
2. Leher
Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi
terdapat stroma pada leher sinistra dengan diameter ± 3 cm, Stroma saat
dipalpasi teraba keras

f. Pemeriksaan Wajah
1. Mata
Konjungtiva tidak anemis, keluarga mengatakan mata pasien masih bisa
melihat dengan jelas.

24
2. Telinga
Keluarga pasien mengatakan pasien pendegarannya masih bisa
mendengar dengan jelas, telinga simetris, tidak ada luka, telinga pasien
terlihat bersih

3. Hidung
Simetris pada hidung pasien terdapat secret. Hidung pasien tidak ada
pembesaran polip

4. Mulut
Mulut pasien terlihat berwarna pucat, kering, simetris, tidak ada
stomatis

g. Pemeriksaan Thoraks/ dada


Inspeksi
Bentuk dada asimetris, kulit mulus (tidak ada keriput), pasien batuk kering,
tidak ada lesi, terdapat reaksi, pasien nafas dangkal
Auskultasi
Catatan dokter : vesikuler +/+, Ronchi +/+ , Wheezing +/+
h. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Pertumbuhan rambut tidak ada, simetris, tidak ada benjolan, terdapat retraksi
Auskultasi
Bising usus : 23 x/menit
Perkusi
Kuadran I : dull
Kuadran II : dull
Kuadran III : tympani
Kuadran IV : tympani
Palpasi
Saat abdomen dipalpasi pasien mengatakan tidak nyeri

25
i. Pemeriksaan Genetalia
Tidak terkaji, pasien memakai pampers
j. Pemeriksaan Ekstermitas
Ekstermitas atas : anggota gerak lengkap, tidak ada fraktur, capillary
refill tidak lebih dari 3 detik, eksentrinitas dapat digerakan dengan baik
Ekstermitas bawah : anggota gerak kaki lengkap, tidak ada fraktur,
ekstermitas dapat digerakkan dengan baik, tidak ada luka.
k. Pemeriksaan Kulit / Integument
Kulit terlihat tidak ada lesi , turgor kulit jelek, sktruktur keriput , akral
dingin.
3.2. Diagnosa Keperawatan

Hari, tanggal : 5 maret 2018


Waktu : 10.00 WIB

Data Masalah Penyebab


DS :
- Pasien mengatakan
batuk berdahak
- Psien mengatakan
sasat batuk sangat
susah keluar
dahaknya
- Sputum yang
keluar berwarna
putih kental

DO :
- Pasien nafas
dangkal
- Catatan Dokter :
Vesikuler +/+ ,
Ronchi +/+
Wheezing +/+
- TTV
TD : 110/90
mmHg
- N : 80x
/menit

26
- S : 36,7 0 C
DS :
- Pasien mengatakan
sesak nafas
- Pasien mengatakan
jika untuk tidur
semakin sesak
dan nyeri dada

DO :
- RR : 28 x / menit
- Pernafasan pasien
terlihat dangkal
- Bunyi nafas
pasien abnormal
terdapat secret

DS : Intoleransi Aktivitas Kelemahan Fisik


- Pasien
mengatakan
lemas
- Pasien
mengatakan
pusing

DO :
- Tingkat kesadaran
Composmentis
- Keadaan umum :
lemah
- Dalam
beraktivitas
pasien terlihat
dibantu keluarga

3.3 Perencanaan / Implementasi

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


5 maret 2018 5 maret 2018 5 maret 2018 5 maret 2018
10.00 Wib 10.00 Wib 10.00 WIB 10.00 Wib

27
Tidak efektifnya Setelah diasuh Auskultasi bunyi Beberapa derajat
bersihan jalan nafas keperwatan nafas, catat spasme bronkus
ditandai dengan selama 3x 24 jam adanya bunyi terjadi dengan
DS : jalan nafas pasien nafas, misalnya obstruksi jalan
- Pasien kembali ekfektif wheezing, ronkhi nafas. Bunyi
mengatakan dengan kriteria nafas redup
batuk dengan hasil dengan ekspirasi
dahk - Sesak mengi
- Pasien berkurang (empysema), tak
mengatakan saat , batuk ada fungsi nafas
batuk , dahak berukuran (asma berat).
susah untuk g
keluar - Klien dapat
- Sputum yang mengelua
keluar berwarna rkan
putih kental sputum
- Wheezing
berkurang
- Vital dala
batas
normal
keadaan
umum
baik
Kaji / Pantau Takipnea
frekuensi biasanya ada
pernafasan catat pada beberapa
rasio inspirasiderajat dan dapat
dan ekspirasi ditemukan pada
penerimaan
selama
strest/adanya
proses infeksi
akut. Pernafasan
dapat melambat
dan frekuensi
ekspirasi
memanjang
dibanding
inspirasi.
Takipnea Peninggian
biasanya ada kepala tidak
pada beberapa mempermudah
derajat dan dapat fungsi

28
ditemukan pada pernafasan
penerimaan dengan
selama menggunakan
strest/adanya gravitasi.
proses infeksi
akut. Pernafasan
dapat melambat
dan frekuensi
ekspirasi
memanjang
dibanding
inspirasi.
DO : Observasi Batuk dapat
karakteristik menetap tetapi
- Pasien nafas
batuk, menetap, tidak efektif,
dangkal. batuk pendek, khususnya pada
basah. Bantu klien lansia, sakit
- Catatan Dokter :
tindakan untuk akut/kelemahan.
vesikuler +/+ , keefektifan
memperbaiki
Ronchi +/+,
upaya batuk.
Wheezing +/+
- TTV
TD :120/80
mmHg
N : 20 x /
menit
S : 36,
5 Maret 2018 5 Maret 2018 5 Maret 2018 5 Maret 2018
10.00 Wib 10.00 Wib 10.00 Wib
10.00 Wib
Tidak efektifnya pola Setelah diasuh Kaji frekuensi Kecepatan
kedalaman biasanya
nafas berhubungan keperawatan
pernafasan dan mencapai
dengan Penurunan selama 3 x 24 jam ekspansi dada. kedalaman
Pola nafas pasien Catat upaya pernafasan
ekspansi paru ditandai
pernafasan bervariasi
kembali efektif
dengan termasuk tergantung
dengan kriteria penggunaan otot derajat gagal
DS :
hasil bantu pernafasan nafas. Expansi
- Pasien / pelebaran nasal. dada terbatas

29
mengatakan sesak - Pola nafas yang
efektif, berhubungan
nafas
dengan
- Pasien - bunyi nafas atelektasis dan
normal atau atau nyeri dada
mengatakan jika
bersih,
untuk tidur
- TTV dalam
semakin sesak
batas normal,
dan nyeri dada
batuk
berkurang,
- ekspansi paru
mengembang.

1. Auskultasi bunyi1. Duduk tinggi


nafas dan catat memungkinkan
adanya bunyi ekspansi paru
nafas seperti dan
krekels, memudahkan
wheezing. pernafasan.
Tinggikan kepala2. Kongesti
dan bantu alveolar
mengubah mengakibatkan
posisi. batuk
sering/iritasi.
Observasi pola Dapat
batuk dan meningkatkan/
karakter sekret. banyaknya
sputum dimana
gangguan
ventilasi dan
ditambah ketidak
nyaman upaya

30
bernafas.

Setelah diasuh Dorong/bantu 6 januari 2015


keperawatan pasien dalam 17.00 WIB
selama 3 x 24 nafas dan latihan Menetapkan
jam pasien dapat batuk. kebutuhan/
melakukan kemampuan
aktivitas sehari- pasien dan
hari secara memudahkan
mandiri. dengan pilihan
kriteria hasil intervensi.
- KU klien
baik,
- Badan tidak
lemas,
- Klien dapat
beraktivitas
secara
mandiri,
- Kekuatan otot
terasa pada
skala sedang

6 januari 2015 1. Tirah baring


17.00 WIB dipertahankan
Evaluasi respons selama fase akut
pasien terhadap untuk
aktivitas. Catat menurunkan
laporan dyspnea kebutuhan
peningkatan metabolik,

31
kelemahan / menghemat
kelelahan dan energi untuk
perubahan tanda penyembuhan.
vital selama dan
setelah aktivitas.
Jelaskan 2.
pentingnya
istirahat dalam
rencana
pengobatan dan
perlunya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.
3. Bantu pasien
4.
memilih posisi
nyaman untuk
istirahat dan
atau tidur.
Bantu aktivitas
5.
keperawatan diri
yang diperlukan.
Berikan
kemajuan
peningkatan
aktivitas selama
fase
penyembuhan
Berikan 6.

32
lingkungan
tenang dan batasi
pengunjung
selama fase akut
sesuai indikasi.

3.4 Evaluasi

Evaluasi dilakukan setiap hari selama Ny R dirawat, pada hari ke 10 dirawat Ny


R menunjukan masalah keperawata ketikda efektifan bersihan jalan nafas teratasi
sebagian.

33
BAB IV

PEMBAHASAN
Setelah membandingkan antara teori yang telah dipelajari dengan kasus yang
diamati dapat ditemukan adanya persamaan dan perbedaan antara teori dan kasus
yang sedang diamati.

4.1 Pengkajian

Dari hasil pengkajian penulis mendapatkan kesamaan tanda dan gejala seperti:
dyspnea, wheezing dan ronchi, di paru kiri, batuk dan badan lemas. Yang tidak
ditemui pada pasien adalah nyeri dada, cyanosis, serta mual dan muntah. Menurut
analisa penulis tanda dan gejala di atas tidak ditemukan karena pasien sudah
mendapat terapi oksigen 2 l/menit sejak masuk ke RS Sumber Waras (di UGD) serta
anak yang mengalami tanda dan gejala pada stadium sedang dan segera dibawa ke RS
untuk mendapatkan pengobatan, sehingga tanda seperti tersebut di atas tidak
ditemukan.

Pada etiologi disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu faktor intrinsik
dan ekstrinsik, setelah penulis menganalisa pada pasien disebabkan oleh faktor
intrinsik dimana anak mendapat penyakit asma bisa disebabkan karena dalam
keluarga ada riwayat penyakit tersebut (nenek dan kakak pertamanya). Di samping itu
faktor pencetus yang menyebabkan anak terserang asma karena beraktivitas/latihan
fisik yaitu bermain-main dengan teman-temannya. Pada pasien dilakukan
pemeriksaan foto thorax, darah lengkap dan sediaan hapus. Therapi yang diberikan
adalah infus Dextrosa 5% in ¼ salin 1500 cc/24 jam (15-16 tts/menit) ditangan kanan
dan diet lunak.

4.2. Diagnosa Keperawatan

34
Berdasarkan data yang ditemukan pada pasien maka diagnosa keperawatan yang
diangkat adalah: ketidakefektifan jalan nafas, diagnosa ini penulis angkat sebagai
diagnosa primer karena pada saat pengkajian pasien mengeluh masih sesak, batuk dan
pernafasan 32 x/menit.

Gangguan pola pernafasan, diagnosa keperawatan ini penulis angkat sebagai


diagnosa kedua karena pasien mengeluh masih sesak untuk bernafas dan mengatakan
lebih enak bernafas dalam posisi duduk. Pernafasan pasien 32 x/menit.
Intoleransi aktivitas dalam melakukan perawatan diri berhubungan dengan sesak
nafas dan kelemahan fisik, diagnosa ini diangkat karena pada saat pengkajian pasien
dibantu penuh oleh perawat dan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak
karena anak tampak lemah.
4.3. Perencanaan / Implementasi
Perencanaan disusun bersama pasien dan keluarga disesuaikan dengan gangguan
yang terjadi. Perencanaan lebih ditekankan mengobservasi tanda-tanda vital terutama
pernafasan. Membantu anak mendapatkan posisi tidur yang nyaman guna lebih
meningkatkan pengembangan paru, melatih nafas dan batuk efektif, membantu anak
dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, dan memberi penyuluhan tentang pentingnya
kesehatan, serta memberikan informasi kepada keluarga guna pencegahan terhadap
serangan asma.
4.4. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan maka dilakukan evaluasi berdasarkan
masalah yang muncul pada pasien: ketidakefektifan jalan nafas sudah teratasi karena
anak tidak mengeluh sesak lagi. Batuk agak berkurang, therapi oksigen sudah
dihentikan dan pernafasan 21 x/menit. Gangguan pola nafas sudah teratasi karena
anakmengatakan dapat bernafas lega. Intoleransi aktivitas sudah teratasi karena anak
sudah tidak sulit bernafas, infus Dextrosa 5% sudah di aff, anak dapat melakukan
kebutuhan dasarnya seperti mandi, makan minum, serta buang air besar dan buang air
kecil secara mandiri.

35
BAB V

36
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan asma bronkila
pada Ny.R di Puskesmas Bandar Sineembah , Kota Binjai menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari hasil pengumpulan data Pada klien Ny R pengkajian riwayat
kesehatan didapatkan terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi),
pernapasan 28 kali permenit. irama napas cepat, Ny R Nampak sesak dan
batuk berdahak konsistensi kental dan berwarna kuning, tekanan darah
100/80 mmHg, respirasi 28 kali permenit, nadi 100 kali permenit, S:
36.0C.
2. Sesuai dengan pengkajian dan analisa yang penulis lakukan pada Ny. R
maka penulis menemukan masalah keperawatan ketidak efektifan bersihan
jalan napas dengan batasan karateristik diagnosa keperawatan ketidak
efektifan bersihan jalan napas menurut NANDA, (2015).
3. Dalam perencanaan ini penulis berfokus pada lima intervensi menurut
NANDA NIC menajemen jalan napas monitor tanda-tanda vital, melatih
Ny.R batuk efektif, memberikan Ny.R posis yang nyaman (semi fdowler),
kaloborasikan pemberian obat (nebulizer), berikan health education
tentang penyakit dengan cara menghindari faktor pencetus.
4. Dalam tahap pelaksanaan yang dilakukan selama tiga hari penulis dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah di buat.
5. Evaluasi keperawatan pada Ny.R dapat teratasi pada hari ke 5 perawatan
dengan kriteria hasil sesak napas berkurang saat beraktivitas ringan, dapat
batuk secara efektif, irama napas teratur, frekuensi pernapasan dalam
rentang normal yaitu 16-42 kali permenit.

5.2. Saran

37
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan
berupa saran-saran sebagai berikut.
1. Bagi masyarakat :
Diharapkan agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan dan penanganan penyakit Asma Bronkial khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Bagi tenaga kesehatan :
Bagi seluruh tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada di Puskesmas
Bandar Sinembah Kota Binjai untuk selalu meningkatkan
kualitas pelayan dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan melalui
pelatihan-pelatihan atau mengikuti pendidikan berkelanjutan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharpkan penelitian ini di jadikan pembanding antara pasien yang dinebu
dengan batuk efektif dan pasien yang batuk tanpa nebu.

38
DAFTAR PUSTAKA

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 .


Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:


Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)


Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian


Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen


Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

39

Anda mungkin juga menyukai