Gejala Khas:
Faktor Risiko:
Pemeriksaan Fisik:
o Pada otitis eksterna sirkumskripta dapat terlihat furunkel atau bisul serta liang telinga sempit;
o Pada otitis eksterna difusa liang telinga sempit, kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem
yang batasnya tidak jelas serta sekret yang sedikit.
o Pada otomikosis dapat terlihat jamur seperti serabut kapas dengan warna yang bervariasi
(putih kekuningan)
o Pada herpes zoster otikus tampak lesi kulit vesikuler di sekitar liang telinga.
Pemeriksaan Penunjang:
Diagnosis Banding:
1. Otitis eksternanekrotik
2. Perikondritis yang berulang
3. Kondritis
4. Dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika.
Penatalaksanaan :
Gejala Khas:
BAYI: Suhu tubuh tinggi bisa sampai 39,5 ⷪC (pada stadium supurasi)
Gelisah & sulit tidur
Tiba tiba menjerit waktu tidur
Diare
Kejang-kejang
Kadang memegang telinga yang sakit
ANAK:Nyeri di dalam telinga
Suhu tubuh tinggi
Biasanya ada riwayat batuk pilek
DEWASA: Rasa nyeri di dalam telinga
Gangguan pendengaran
Rasa penuh di telinga
Faktor Risiko:
Pemeriksaan Fisik:
Dapat ditemukan demam
Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran timpani:
1. Pada stadium oklusi tuba Eustachius terdapat gambaran retraksi membran timpani,
warna membran timpani suram dengan reflex cahaya (efusi) tidak terlihat.
2. Pada stadium hiperemis membrane timpani tampak hiperemis serta edema.
3. Pada stadium supurasi membran timpani menonjol ke arah luar (bulging) berwarna
kekuningan.
4. Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran timpanidan nanah keluar mengalir dari
telinga tengah ke liang telinga luar.
5. Pada stadium resolusi bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila telah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan
mengering.
Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak yang lebih besar dapat ditemukan tuli
konduktif
Pemeriksaan Penunjang:
Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane timpani
Diagnosis Banding:
Penatalaksanaan:
Topikal : Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari,
dilanjutkan antibiotik adekuat yang tidak ototoksik seperti ofloxacin tetes telinga sampai 3
minggu
Oral Sistemik:
- Dapat diberikan antihistamin bila ada tanda-tanda alergi.
- Antipiretik seperti paracetamol sesuai dosis anak.
- Antibiotik yang diberikan pada stadium oklusi dan hiperemis ialah penisilin atau eritromisin,
selama 10-14 hari: Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari
- Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus rujukan) dan pemberian antibiotik.
Antibiotik yang diberikan: Amoxyciline: Dewasa 3x500 mg/hari. Pada bayi/anak
50mg/kgBB/hari
Miringotomi
1. Memberitahu keluarga bahwa pengobatan harus adekuat agar membran timpani dapat kembali
normal.
2. Memberitahu keluarga untuk mencegah infeksi saluran napas atas (ISPA) pada bayi dan anak-
anak, menangani ISPA denganpengobatan adekuat.
3. Memberitahu keluarga untuk menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan sampai
dengan 2 tahun.
4. Menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokokdan lain-lain.
FARINGITIS AKUT
Gejala Khas:
Demam
Nyeri tenggorokan
Nyeri menelan
1. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa hari
kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.
2. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam dengan suhu yang
tinggi, jarang disertai batuk.
Faktor Risiko
Pemeriksaan Fisik
Faringitis viral: pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus
influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat). Pada
coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash.
Faringitis bacterial: pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis
dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiaepada
palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan
nyeri pada penekanan.
Pemeriksan Penunjang:
Penatalaksanaan :
1. Istirahat cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk menjaga
kebersihan mulut.
4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus metisoprinol (isoprenosine) dengan dosis 60-
100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan
50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari.
5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A,
diberikan antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada
dewasa 3x500mg selama 6-10 hari, atau Eritromisin 4x500mg/hari.
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
b. Berhentimerokok bagi anggota keluarga yang merokok.
c. Menghindari makanmakanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
d. Selalu menjaga kebersihan mulut
e. Mencuci tangan secara teratur
TONSILITIS AKUT
Gejala Khas:
Faktor Risiko
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Penunjang:
Diagnosis Banding
1. Faringitis.
2. Tumor tonsil.
Penatalaksanaan
1. Istirahat cukup
2. Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang mengiritasi
3. Menjaga kebersihan mulut
4. Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur antiseptik
5. Pemberian obat oral sistemik:
- Pada tonsilitis viral istirahat, minum cukup, analgetika, antivirus diberikan bila gejala berat.
- Tonsilitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A, diberikan
antibiotik Amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa
3x500mgselama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari.
Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukkan perbaikan klinis
yang dapat menekan reaksi inflamasi. Steroidyang dapat diberikan berupa deksametason 3x0,5
mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian
selama 3 hari.
Gejala Khas:
Gejala lokal seperti suara parau, seperti suarayang kasar atau suara yang susah keluar atau
suara dengan nada lebih rendahdari suara yang biasa/normal bahkan sampai tidak bersuara
sama sekali(afoni). Hal ini terjadi karena gangguan getaran sertaketegangan dalam
pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan.
Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.
Gejala radang umum seperti demam, malaise.
Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
Keluhan berlangsung <3 minggu
Faktor Risiko
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan dengan laringoskopi indirek khusus untuk pasien dewasa untuk melihat daerah
laring dan sekitarnya.
Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,membengkak terutama
dibagian atas dan bawah pita suara.
Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal
Pemeriksaan Penunjang:
Diagnosis Banding:
Penatalaksanaan:
a. Istirahat yang cukup, terutama pada laringitis akibat virus. Istirahat ini juga meliputi
pengistirahatan pita suara.
b. Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk.
c. Menghindari udara kering.
d. Minum cairan yang banyak.
e. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol.
f. Bila diperlukan rehabilitasi suara (voice therapy).
g. Pengobatan simptomatik dapat diberikan dengan parasetamol atau ibuprofen sebagai antipiretik
jika pasien demam. Bila ada gejala nyeri tenggorokan dapat diberikan analgetik dan bila hidung
tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin,
pseudoefedrin.
h. Pemberian antibiotik dilakukan bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa
streptokokus grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang dapat
digunakan yaitu penicillin
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
b. Menghentikan merokok.
c. Mengistirahatkan pasien berbicara dan bersuara atau tidak bersuara berlebihan.
d. Menghindari makanan yang mengiritasi seperti makanan pedas dan minum es.
RHINITIS VASOMOTOR
Gejala Khas:
Faktor Predisposisi:
1. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis antara lain: ergotamine,
chlorpromazine, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.
2. Faktor fisik seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi, serta
bau yang menyengat (misalnya parfum) dan makanan yang pedas, panas, serta dingin (misalnya
es krim).
3. Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pubertas, pemakaian kontrasepsi oral, dan
hipotiroidisme.
4. Faktor psikis, seperti rasa cemas, tegang dan stress.
Pemeriksaan Fisik:
Rinoskopi anterior:
- Tampak gambaran edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua
tetapi dapat pula pucat.
- Permukaan konka licin atau tidak rata.
- Pada rongga hidung terlihat adanya sekret mukoid, biasanya jumlahnya tidak banyak. Akan
tetapi pada golongan rinore tampak sekret serosa yang jumlahnya sedikit lebih banyak
dengan konka licin atau berbenjol-benjol.
Pemeriksaan Penunjang:
Bila diperlukan dan dapat dilaksanakan di layanan primer, yaitu: Pemeriksaan laboratorium
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis alergi.
Kadar eosinofil
Tes cukit kulit (skin prick test)
Kadar IgE spesifik
Diagnosis Banding
1. Rhinitis alergika
2. Rhinitis medikamentosa
3. Rhinitis akut
Penatalaksanaan:
Tatalaksana dengan terapi kortikosteroid topikal dapat diberikan, misalnya budesonid, 1-2 x/hari
dengan dosis 100-200 mcg/hari
Tatalaksana dengan terapi oral dapat menggunakan preparat simpatomimetik golongan agonis
alfa sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi antihistamin. Dekongestan
oral : pseudoefedrin, fenilpropanol-amin, fenilefrin.
Gejala Khas:
Faktor Risiko:
Pemeriksaan Fisik
Anak-anak :
Allergic Shiner: dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan vasodilatasi atau
obstruksi hidung.
Allergic Salute: gerakan pasien menggosok hidung dengan tangannya karena gatal
Allergic Crease: lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah bagian
bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan tangan
Pada pemeriksaan faring: dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone
appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta
(geographic tongue).
Pada pemeriksaan rinoskopi: Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide),
disertai adanya sekret encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan
dengan sinusitis.
Pemeriksaan Penunjang Bila diperlukan dan dapat dilakukan di layanan primer.
- Hitung eosinofil dalam darah tepi dan sekret hidung. (eosinofil tinggi menandakan ada alergi)
- Pemeriksaan Ig E total serum
- Pemeriksaan feses untuk mendeteksi kecacingan
Diagnosis Banding
1. Rhinitis vasomotor
2. Rhinitis akut
Penatalaksanaan
Konseling & Edukasi Memberitahu individu dan keluarga untuk:
Pemeriksaan Fisik:
Diagnosis Banding:
a. Cholecystitis akut
b. Divertikel Mackelli
c. Enteritis regional
d. Pankreatitis
e. Batu ureter
f. Cystitis
g. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
h. Salphingitis akut
Penatalaksanaan:
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendiktomi dan merupakan
satu-satunya pilihan yang terbaik.
GANGGUAN KELOPAK MATA
HORDEOLUM
Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan, serta
perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
Penatalaksanaan
Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase.
Tindakan dilakukan dengan mata tertutup
BLEFARITIS
Gatal pada tepi kelopak mata. Dapat disertai keluhan lain berupa merasa ada sesuatu di
kelopak mata, panas pada tepi kelopak mata dan kadang-kadang disertai rontok bulu mata.
Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.
Pemeriksaan Fisik
1. Skuama atau krusta pada tepi kelopak.
2. Tampak bulu mata rontok.
3. Dapat ditemukan tukak yang dangkal pada tepi kelopak mata.
4. Dapat terjadi pembengkakan dan merah pada kelopak mata.
5. Dapat terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng dilepaskan,
bisa terjadi perdarahan.
Penatalaksanaan:
Memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran dapat menggunakan
sampo bayi.
Kelopak mata dibersihkan dengan kapas lidi hangat dan kompres hangat selama 5-10 menit.
Apabila ditemukan tukak pada kelopak mata, salep atau tetes mata seperti eritromisin,
basitrasin atau gentamisin 2 tetes setiap 2 jam hingga gejala menghilang.
GANGGUAN KONJUNGTIVA
KONJUNGTIVITIS
Gejala Khas:
mata merah
rasa mengganjal, gatal dan berair
kadang disertai sekret
Faktor Risiko
Klasifikasi Konjungtivitis
1. Konjungtivitis bakterial
- Konjungtiva hiperemis, secret purulent atau mukopurulen dapat disertai membrane atau
pseudomembran di konjungtiva tarsal.
2. Konjungtivitis viral
- Konjungtiva hiperemis, secret umumnya mukoserous, dan pembesaran kelenjar preaurikular
3. Konjungtivitis alergi
- Konjungtiva hiperemis, riwayat atopi atau alergi, dan keluhan gatal.
Penatalaksanaan
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit
Sekret mata dibersihkan.
Pemberian obat mata topikal
1. Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol tetes sebanyak 1 tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali
sehari selama 3 hari.
2. Pada alergi diberikan flumetolon tetes mata dua kali sehari selama 2 minggu.
3. Pada konjungtivitis gonore diberikan kloramfenikol tetes mata 0,5-1%sebanyak 1 tetes tiap jam
dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB tiap hari sampai tidak ditemukan kuman GO
pada sediaan apus selama 3 hari berturut-turut.
4. Konjungtivitis viral diberikan salep Acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari.
KATARAK
Gejala Khas:
penglihatan menurun secara perlahan seperti tertutup asap/kabut.
ukuran kacamata semakin bertambah
silau
sulit membaca
Faktor Risiko
Visus menurun.
Refleks pupil dan Tekanan Intra Okular normal.
Tidak ditemukan kekeruhan kornea.
Terdapat kekeruhan lensa yang tampak lebih jelas setelah dilakukan dilatasi pupil dengan
tetes mata tropikamid 0.5%.
Pemeriksaan iris shadow test positif.
Penatalaksanaan: RUJUK
1. Memberitahu keluarga bahwa katarak adalah gangguan penglihatan yang dapat diperbaiki.
2. Memberitahu keluarga untuk kontrol teratur jika sudah didiagnosis katarak agar tidak terjadi
komplikasi.
GLAUKOMA AKUT
Gejala Khas:
rasa sakit atau nyeri pada mata
mual dan muntah (pada nyeri mata yang parah)
penurunan visus mendadak
mata merah dan berair.
Faktor Risiko
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh trias glaukoma, terdiri dari:
- Peningkatan tekanan intraokular.
- Perubahan patologis pada diskus optikus.
- Defek lapang pandang yang khas.
Visus menurun.
Tekanan Intra Okular meningkat.
Konjungtiva bulbi: hiperemia kongesti, kemosis dengan injeksi silier, injeksi
konjungtiva.
Edema kornea.
Bilik mata depan dangkal
Pupil mid-dilatasi, refleks pupil negatif.
Diagnosis Banding:
Glaukoma akut
1. Uveitis anterior
2. Keratitis
3. Ulkus kornea
Penatalaksanaan
1) Pasien tidak boleh minum sekaligus banyak, karena dapat menaikkan tekanan
2) Glaukoma akut:
3) Pertolongan pertama adalah menurunkan tekanan intraocular secepatnya dengan memberikan
serentak obat-obatan yang terdiri dari:
4) Asetasolamid Hcl 500 mg, dilanjutkan 4 x 250 mg/hari.
5) KCl 0.5 gr 3 x/hari.
6) Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari.
7) Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotik 4-6 x 1 tetes sehari
8) Terapi simptomatik.
Rujuk segera ke dokter spesialis mata/pelayanan kesehatan tingkat sekunder/tersier setelah
diberikan pertolongan pertama tersebut
Gejala khas:
Onset
Onset Bells’ palsy mendadak, dan gejala mencapai puncaknya kurang dari 48 jam.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang teliti pada kepala, telinga, mata, hidung dan mulut harus dilakukan pada semua
pasien dengan paralisis fasial.
Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial (N VII) melibatkan kelemahan wajah
satu sisi (atas dan bawah). Pada lesi UMN (lesi supra nuclear di atas nukleus pons), 1/3
wajah bagian atas tidak mengalami kelumpuhan. Muskulus orbikularis, frontalis dan
korrugator diinervasi bilateral pada level batang otak. Inspeksi awal pasien memperlihatkan
lipatan datar pada dahi dan lipatan nasolabial pada sisi kelumpuhan
Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi dan lateralisasi pada sisi
berlawanan dengan kelumpuhan.
Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar.
Pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh.
Penatalaksanaan
Karena prognosis pasien dengan Bells’ palsyumumnya baik, pengobatan masih kontroversi.
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf VII (saraf fasialis) dan menurunkan
kerusakan saraf. Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset. Hal penting
yang perlu diperhatikan:
Pengobatan inisial
Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk pengobatan Bells’ palsy
(American Academy Neurology/AAN, 2011).
Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi saraf kranial, jika
diberikan pada onset awal (ANN, 2012).
Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti penurunan
bertahap total selama 10 hari.
Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika
virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.