Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan Pada Ny.

Ragini dengan Gangguan Sistem


Pernafasan Asma Bronchial di Puskesmas Bandar Sinembah
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Keperawatan Gerontik

DISUSUN OLEH:

Gokmalan Sinaga

PUSKESMAS BANDAR SENEMBAH

Telah disetujui dan disahkan oleh:


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-Nya tugas Asuhan
Keperawatan yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Ny.Ragini dengan gangguan
system pernafasan Asma Bronchial di Puskesmas Bandar Selembah ini dapat selesai.

Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi tugas
keperawatan Gerontik dan salah satu syarat unuk mengikuti siding akhir.

Namun saya menyadari bahwa dalam penyesunan laporan pendahuluan ini masih
terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik
dan saran yang membangun evaluasi demi penyempurnaan asuhan keperawatan ini
selanjutnya.

Semoga Laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat.Terima kasih.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
hasil dari pengobatan.
Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada
penyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak Indonesia,
namun diperkirakan berkisar antara 5-10%. Asma dapat timbul pada segala umur;
30% penderita bergejala pada umur 1 tahun, sedang 80-90% anak asma mempunyai
gejala pertama sebelum umur 4-5 tahun.
Dua pertiga penderita asma bronkial merupakan asma bronkial alergi (atopi) dan
50% pasien asma bronkial berat merupakan asma bronkial atopi. Asma bronkial atopi
ditandai dengan timbulnya antibodi terhadap satu atau lebih alergen seperti debu,
tungau rumah, bulu binatang dan jamur. Atopi ditandai oleh peningkatan produksi
IgE sebagai respon terhadap alergen. Prevalensi asma bronkial non atopi tidak
melebihi angka 10%. Asma bronkial merupakan interaksi yang kompleks antara
faktor genetik dan lingkungan. Data pada penelitian saudara kembar monozigot dan
dizigot, didapatkan kemungkinan kejadian asma bronkial diturunkan sebesar 60-70%.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari Asma bronkial?
1.2.2 Apa etiologi dari Asma bronkial?
1.2.3 Bagaimana klasifikasi dari Asma bronkial?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari Asma bronkial?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari Asma bronkial?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Asma bronkial?
1.2.7 Apa saja komplikasi dari Asma bronkial?
1.2.8 Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Asma bronkial?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Asma
bronkial agar dapat memeberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma
bronkial sebaik mungkin.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Asma bronkial
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Asma bronkial
3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Asma bronkial
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Asma bronkial
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Asma bronkial
6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita Asma
bronkial
7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Asma bronkial
8. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Asma
bronkial

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar
Asma bronkial dan Asuhan Keperawatannya.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Asma Bronchial
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan
nafas). (Polaski : 1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang
dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne
: 2001).
Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara
spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
2.1.2 Etiologi
a. Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain
itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor Presipitasi
1. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (ex: debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi)
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut (ex: makanan dan obat-obatan)
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (ex: perhiasan, logam dan jam
tangan)

2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.

3. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.

5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.

2.1.3 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi àmembentuk sejumlah antibodi
IgE abnormal à reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik
eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan
edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus yang kental
dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan
bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi
sangat meningkat selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.
2.1.4 Tanda dan Gejala
Secara Umum, tanda-tanda dalam penyakit asma bronchial ini tidaklah cukup parah
untuk menghentikan pasien melakukan kegiatan sehari-hari,tapi dengan mengenali
tanda-tanda ini pasien dapat menghentikan asma bronchial agar tidak semakin
buruk.Adapun tanda-tanda dari Penyakit Asma Bronchial antara lain :
 Sering batuk, terutama pada malam hari
 Sulit bernafas atau sesak nafas
 Merasa sangat lelah atau lemah saat berolah-raga
 Mudah lelah,
 Adanya Penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter,
dengan cara meniupkan nafas sekuat-kuatnya pada alat tersebut
 Tanda-tanda flu, atau alergi (bersin,pilek, batuk, hidung tersumbat,sakit
tenggorokan dan sakit kepala)
 Sulit tidur

Gejala Asma Bronchial


Serangan Asma adalah dimana otot yang mengelilingi saluran udara dipicu untuk
mengencang.Pengencangan otot nafas ini disebut Bronkospasme.Selama serangan
itu,lapisan saluran udara menjadi bengkak atau meradang dan sel-sel yang melapisi
saluran udara menghasilkan lebih banyak lender lebih dari biasanya.

Bronkospasme,peradangan adan produksi lender merupakan penyebab gejala asma


seperti kesulitan bernafas,mangi,batuk,sesak nafas, dan kesulitan melakukan aktivitas
normal sehari-hari.Gejala lain dari serangan asma meliputi:
 Mengi parah ketika bernafas baik ketika tarik nafas maupun mengeluarkan
nafas
 Batuk yang tidak akan berhenti
 Pernafasan sangat cepat
 Nyeri dada atau tekanan
 Tarikan otot bantu pernafasan seperti otot leher,otot dada,tulang rusuk yang
tampak naik turun akibat upaya nafas yang berlebih
 Kesulitan berbicara
 Perasaan cemas atau panic
 Wajah pucat dan berkeringat dingin
 Bibir biru atau kuku menjadi biru, yang dikenal dalam medis sebagai Sianosis

2.1.5 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai
penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawat.
 Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisioterapi
- Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b) Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin
(Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain
dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya
diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara
oral.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodikyang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan
dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca,
adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling
sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur
sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran
pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin
tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
2. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas
3. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu,
disamping faktor yang lain.
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan:
minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan
suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan
terjadinya serangan asma.
7. Riwayat tumbuh kembang
8. Riwayat imunisasi
9. Riwayat nutrisi
10. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
a. Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea,
orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan
penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing,
ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
b. Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c. Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan
kesadaran : gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? coma.
d. Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang
akibat sesak nafas
e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak
toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
f. Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola napas b.d penyempitan bronkiolus
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi lendir
3. Gangguan rasa nyaman b.d rasa gatal akibat respon imun

2.2.3 Intervensi

Diagnosa NOC NIC


-  respiratory status: ventilation
Ketidakefektifan pola napas Airway management
berhubungan dengan  respiratori status: airway patency - Buka jalan napas, gunakan chin
penyempitan bronkiolus kriteria hasil : lift atau jaw thurts bila perlu.
- mendemonstrasikan batuk efektif - Posisikan pasien untuk
dan suara nafas yang bersih, tidak ada memaksimalkan ventilasi
sianosis dyspneu (mampu - identifikasi pasien perlunya
mengeluarkan spultum, mampu pemasangan alat jalan napas
bernafas dengan mudah, tidak ada buatan.
pursed lips) - lakukan fisioterapi dada jika
- menunjukan jalan nafas yang paten perlu.
(klien tidak merasakan tercekik, - keluarkan sekret dengan batuk
irama nafas, frekuensi pernapasan atau suction.
dalam rentang normal, tidak ada - auskultasi suara napas, catat
suara nafas abnormal) adanya suara tambahan.
- tanda-tanda vital dalam rentang - berikan pelembab udara kassa
normal ( tekanan darah, nadi, basah NaCl lembab.
pernapasan ) - Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status o2
oxygen therapy
- Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea.
- Pertahankan jalan napas yang
paten.
- Atur peralatan oksigenasi.
- Monitor aliran oksigen.
- pertahankan posisi pasien.
- onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi.
- Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi vital
sign monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
- catat adanya fluktuasi tekanan
darah.
- Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri.
- Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan.
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas.
- Monitor kualitas dari nadi.
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
- Monitor suara paru.
- Monitor pola pernapasan
abnormal.
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.
- Monitor sianosis perifer.
- Monitor adanya coshing triad (
tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik ).
- identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
Ketidakefektifan bersihan  respiratory status: ventilation - auskultasi suara nafas sebelum
jalan napas berhubungan  respiratori status: airway patency dan sesudah suctioning
dengan sekresi lendir yang - informasikan pada klien dan
berlibhan kriteria hasil keluarga tentang suctioning
- -
mendemonstrasikan batuk efektif minta klien nafas dalam sebelum
dan suara nafas yang bersih, tidak ada suction dilakukan
sianosis dyspneu -
(mampu berikan O2 dengan menggunakan
mengeluarkan spultum, mampu nasal untuk memfasilitasi suction
bernafas dengan mudah, tidak ada nasotrakeal
pursed lips) - anjurkan pasien untuk istirahat
- menunjukan jalan nafas yang paten dan nafas dalam setelah kateter
(klien tidak merasakan tercekik, dikeluarkan dari nasotrakeal
-
irama nafas, frekuensi pernapasan monitor status oksigen pasien
-
dalam rentang normal, tidak ada hentikan suction dan berikan
suara nafas abnormal) oksigen apabila pasien
- mampu mengidentifikasikan dan menunjukan bradikardi,
mencegah faktor yang dapat peningkatan satu rasi O2.
menghambat jalan nafas - buka jalan nafas gunakan teknik
chinlift atau jaw thrust bila perlu
- auskultsi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
- monitor respirasi dan status
Oksigen
Ganguan rasa nyaman  Ansiety Anxiety Reduction
berhubungandengan rasa  Fear Leavel - gunakan pendekatan yang
gatal akibat respon imun  Sleep Deprivation menenangkan
 Comfort, Readines For Enchanced - jelaskan semua prosedur dan apa
Kriteria hasil : yang dirasakan selama prosedur
- mampu mengontrol kecemasan - pahami persektif pasien terhadap
- status lingkungan yang nyaman situasi stress
- mengontrol nyeri - temani pasien untuk memberi
- kualitas tidur dan istirahat adekuat keamanan dan mengurangi takut
- agresi pengendalian diri - lakukan bback/neck rub
- respon terhadap pengobatan - dengarkan dengan penuh
- kontrol gejala perhatian
- status kenyamanan meningkat - identifikasikan tingkat
- dapat mengontrol ketakutan kecemasan
- keinginan untuk hidup - bantu pasien
- support sosial untukmengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- instruksikan pasien
menggunakan tekhnik relaksasi
- berikan obatuntuk mengurangi
kecemasan

2.2.4 Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan
oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat
memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,
menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi
area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan
intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan
tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan
dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik
dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa
mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan
bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas
sesuai dengan standar keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien
dengan asma bronchial adalah :

1. Pola nafas kembali efektif


2. Bersihan jalan nafas kembali efektif
3. Pasien merasakan nyaman.
BAB III

TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ragini
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 59 Tahun
Alamat : Jl.Mayjen Sutoyo Gg Bombai Lingkungan 1
Tanggal Masuk: 5 Juli 2018
Tanggal Pengkajian : 12 Juli 2018
Agama : Islam
Pendidikan : SD/Sederajat
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No.RM : 07.98.05

3.1.2

Anda mungkin juga menyukai