DISUSUN OLEH:
Gokmalan Sinaga
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi tugas
keperawatan Gerontik dan salah satu syarat unuk mengikuti siding akhir.
Namun saya menyadari bahwa dalam penyesunan laporan pendahuluan ini masih
terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik
dan saran yang membangun evaluasi demi penyempurnaan asuhan keperawatan ini
selanjutnya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar
Asma bronkial dan Asuhan Keperawatannya.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Asma Bronchial
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan
nafas). (Polaski : 1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang
dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne
: 2001).
Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara
spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
2.1.2 Etiologi
a. Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain
itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (ex: debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi)
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut (ex: makanan dan obat-obatan)
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (ex: perhiasan, logam dan jam
tangan)
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
3. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
2.1.3 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi àmembentuk sejumlah antibodi
IgE abnormal à reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik
eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan
edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus yang kental
dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan
bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi
sangat meningkat selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.
2.1.4 Tanda dan Gejala
Secara Umum, tanda-tanda dalam penyakit asma bronchial ini tidaklah cukup parah
untuk menghentikan pasien melakukan kegiatan sehari-hari,tapi dengan mengenali
tanda-tanda ini pasien dapat menghentikan asma bronchial agar tidak semakin
buruk.Adapun tanda-tanda dari Penyakit Asma Bronchial antara lain :
Sering batuk, terutama pada malam hari
Sulit bernafas atau sesak nafas
Merasa sangat lelah atau lemah saat berolah-raga
Mudah lelah,
Adanya Penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter,
dengan cara meniupkan nafas sekuat-kuatnya pada alat tersebut
Tanda-tanda flu, atau alergi (bersin,pilek, batuk, hidung tersumbat,sakit
tenggorokan dan sakit kepala)
Sulit tidur
2.1.5 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai
penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawat.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisioterapi
- Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b) Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin
(Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain
dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya
diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara
oral.
2.2.3 Intervensi
2.2.4 Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan
oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat
memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,
menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi
area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan
intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan
tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan
dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik
dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa
mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan
bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas
sesuai dengan standar keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien
dengan asma bronchial adalah :
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ragini
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 59 Tahun
Alamat : Jl.Mayjen Sutoyo Gg Bombai Lingkungan 1
Tanggal Masuk: 5 Juli 2018
Tanggal Pengkajian : 12 Juli 2018
Agama : Islam
Pendidikan : SD/Sederajat
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No.RM : 07.98.05
3.1.2