SKRIPSI
OLEH
ALLIFIA NUR CHASANAH
NIM. 13610067
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017
PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN GELOMBANG DUA
DIMENSI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA EKSPLISIT
CTCS (Center Time Center Space)
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh
ALLIFIA NUR CHASANAH
NIM. 13610067
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017
MOTO
“As I go on with life,I find that there can be bad moment, but I have to be positive
and change so that the bad thing won't happen again”
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur bagi Allah SWT atas rahmat, taufik, serta hidayah-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih penulis
1. Prof. Dr. H. Abdul Haris, M.Ag, selaku rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. Sri Harini, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Dr. Usman Pagalay M.Si, selaku ketua Jurusan Matematika Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
7. Bapak dan Ibu yang selalu memerikan doa, semangat, serta motivasi kepada
penulis sampai saat ini.
viii
9. Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung telah ikut memberikan
bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini baik moril maupun material.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
bagi pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN MOTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR SIMBOL ............................................................................................ xiv
ABSTRAK ........................................................................................................... xv
ABSTRACT ........................................................................................................ xvi
ملخص..................................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1.5 Batasan Masalah.................................................................................... 5
1.6 Metode Penelitian.................................................................................. 6
1.7 Sistematika Penulisan............................................................................ 7
x
2.8 Pandangan Islam tentang Gelombang ................................................. 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 63
4.2 Saran .................................................................................................... 63
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR SIMBOL
sebagai berikut:
𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦,𝑡)
: Turunan orde kedua terhadap 𝑥
𝜕𝑥 2
𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦,𝑡)
: Turunan orde kedua terhadap 𝑦
𝜕𝑦 2
𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦,𝑡)
: Turunan orde kedua terhadap 𝑡
𝜕𝑡 2
waktu (𝑡)
𝑛
𝑢𝑖,𝑗 : Perubahan gelombang yang dipengaruhi oleh ruang (𝑖, 𝑗) pada
waktu (𝑡)
∆𝑥 : Perubahan ruang di 𝑥
∆𝑦 : Perubahan ruang di 𝑦
∆𝑡 : Perubahan waktu di 𝑡
xiv
ABSTRAK
Kata Kunci: Persamaan gelomang dua dimensi, metode beda hingga, skema
eksplisit CTCS, syarat kestabilan, syarat konsistensi.
xv
ABSTRACT
xvi
ملخص
تشاسانا ,أليفيا .ٕٓٔ٧.الخل الغددي ألمعادلة الموجات ثنائية األبعاد باستخداما طريقة
الفروق الحدودة مخطط واضح .جبث جامعى شعبة الرياضيات .كلية العلوم
والتكنولوجيا ,اجلامعة اإلسالمية احلكومية موالنا مالك إبراىيم مالنج .مشفر)1( :
حممد مجهوري ادلاجستري )2( ,ايفاوايت عاليساة ادلاجسرت
الكلمات الرئيسية :احلل ادلعددي ،ادلعادالت موجات ،شروط االستفرار ،شروط اإلتساق
ومعادلة موجة ثنائية األبعاد ىي معادلة تفاضلية جزئية متثل متثيل ادلوجة السطحية
الناجتة عن التدفق .ىذه ادلعادلة معقدة جدا ليتم فحصها بالضبط ,حياول ىذا البحث حتليل احللول
العددية بطرق خمتلفة دلخطط كتس الصريح .وتتمثل اخلطوة األوىل يف حتريف معادلة ادلوجة ثنائية
األبعاد مع األسلوب ادلركزي لفروق التوقيت والفضاء .التايل حتديد متطلبات الثبات واالتساق
لإلشارة إىل أن الطريقة ادلستخدمة لديها حل تقرتب من حلها التحليلي .وبعد احلصول على
متطلبات االستقرار واالتساق يف ادلخطط ادلستخدم ,ميكن بعد ذلك حماكاة النظام ادلستخدم.
وتبني نتائج احملاكاة أن استخدام أساليب خمتلفة حىت خمطط كتس صريح يف إقناع ادلوجة ثنائية
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
terjadi karena gangguan pada objek tertentu. Fenomena ini dapat ditemukan pada
menjadi urgen untuk dikaji. Hal ini dimaksudkan agar fenomena gelombang yang
terjadi dapat bermanfaat untuk kehidupan Allah berfirman pada Q.S Hud/11: 42 :
وح بنَوۥُ َوَكا َن ِيف َمع ِزل ٰيَبُُب َ رَكب م َعنَا َوَال تَ ُكن م َع ِ ِِ ِ
ٌ َُوى َي تَجِري ِبم ِيف َموج َك ِٱبَال َونَ َاد ٰى ن
ِٰ
َ لَكف ِر
٤ٕ ين
14. Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya
kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.(QS.
Hud/11:42).
dalamnya ikan dan menjadikan dagingnya halal baik yang hidup maupun yang
mati, serta diciptakanNya permata yang sangat berharga. Allah memberi anugerah
Dengan merujuk pada Firman Allah di atas, maka dalam kaitannya dengan
1
2
getaran pada sebuah membran permukaan air. Dalam penelitian ini membran
diferensial parsial.
maupun numerik. Namun pada kenyataanya, dalam beberapa kasus untuk mencari
penyelesaian secara eksak merupakan hal yang cukup rumit. Hal ini terjadi atas
beberapa kemungkinan, yakni (1) model yang digunakan bersifat non linear dan
(2) variabel yang terlibat cukup banyak. Oleh karena itu perlu dilakukan
dikerjakan. Penelitian ini difokuskan pada skema eksplisit CTCS (Central Time
Central Space). Skema CTCS merupakan pendekatan numerik dengan beda pusat
diantaranya oleh Amanah (2010) yang membahas tentang metode beda hingga
skema eksplisit CTCS pada persamaan Forced KdV dan Jumrotul Mikmah
(2010) yang membahas metode beda hingga skema eksplisit CTCS pada
mendiskritisasi persamaan gelombang dua dimensi dan syarat awal serta syarat
dua dimensi. Kedalaman analisis akan dilanjutkan sampai pada syarat kestabilan
dikatakan valid dan baik. Oleh karena itu kestabilan solusi numerik sangat
dari persamaan diferensial tidak sensitif terhadap gangguan kecil yang dimisalkan
kestabilan dari skema yang digunakan dapat dicari menggunakan stabilitas von
Selain itu ternyata analisis kekonvergenan juga diperlukan agar solusi yang
persamaan beda hingga yang terjadi merupakan aproksimasi terbaik bagi bentuk
mendekati nol, ∆𝑦 mendekati nol, dan ∆𝑡 mendekati nol. Jika syarat kestabilan
dan konsistensi terpenuhi maka solusi numerik tersebut akan mendekati solusi
analitik.
Sering kali kasus matematika memiliki bentuk persamaan yang sulit untuk
Dimensi dengan Metode Beda Hingga Skema Eksplisit CTCS (Central Time
Central Space)”.
4
eksplisit CTCS?
ini adalah:
Central Space).
eksplisit CTCS.
5
berikut:
tidak.
Adapun dalam penelitian ini masalah yang diteliti hanya dibatasi pada
𝑢 𝑥, 𝑦, 0 = 𝑥 2 + 𝑦 2 , (1.2)
𝜕𝑢 (1.3)
𝑥, 𝑦, 0 = 0
𝜕𝑡
Pada penelitian ini akan digunakan syarat batas Neumann berikut :
6
𝜕𝑢 𝜕𝑢 (1.4)
0, 𝑦, 𝑡 = 0 dan 1, 𝑦, 𝑡 = 2
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕𝑢 𝜕𝑢 (1.5)
𝑥, 0, 𝑡 = 0 dan 𝑥, 1, 𝑡 = 2
𝜕𝑦 𝜕𝑦
CTCS.
diperoleh.
𝜌≤1.
𝑛±1 𝑛 𝑛
a. Menjabarkan ekspansi deret Taylor 𝑢𝑖,𝑗 , 𝑢𝑖±1,𝑗 , dan 𝑢𝑖,𝑗 ±1 sampai orde
dua.
4. Melakukan simulasi dari metode yang digunakan baik secara manual ataupun
Bab I : Pendahuluan
Bab IV : Penutup
dapat digunakan sebagai model untuk objek bergetar seperti pada tali atau senar
dan membran atau pelat tipis. Fenomena fisik yang terjadi digunakan untuk
1. Massa membran tiap satuan luas adalah konstan (membran homogen) dan
besarnya sama pada semua titik dan arah serta tidak berpengaruh pada saart
pergerakannya.
8
9
(kemiringan) pada membran kecil, maka sisi-sisi dari bagian kecil tersebut
mendekati ∆𝑥 dan ∆𝑦. Pada sisi-sisi tersebut bekerja gaya tiap satuan panjang
yang disebut tegangan (𝑇) sehingga gaya yang terdapat pada sisi-sisi tersebut
mendekati 𝑇∆𝑥 dan 𝑇∆𝑦. Gaya ini menyinggung pada saat pergerakan membran
𝒚 + 𝚫𝒚
𝒙 + 𝚫𝒙
Gaya yang bekerja pada bagian membran tersebut terdiri atas 2 komponen
horizontal diperoleh dari perkalian gaya dengan cosinus sudut inklinasi. Karena
sudut inklinasinya kecil, maka nilai cosinus sudut inklinasi tersebut mendekati 1.
Hal yang sama juga berlaku pada sisi yang lain sehingga resultan gaya yang
bekerja pada komponen horizontal sama dengan nol. Oleh karena itu, pergerakan
partikel dari membran pada arah horizontal dapat diabaikan. Sehingga dapat
Gaya yang bekerja pada komponen vertikal pada sisi kanan dan sisi kiri
adalah TΔy sin β dan – TΔy sin α. α dan β merupakan nilai dari sudut inklinasi di
tengah dari tepian bagian membran. Tanda negatif muncul karena gaya pada sisi
kiri arahnya kebawah. Karena sdut inklinasi tersebut kecil, maka sinus dari sudut
dapat diganti dengan tangen dari sudut. Oleh karena itu, resultan gaya dari
= 𝑇Δ𝑦 𝑢𝑥 𝑥 + Δ𝑥, 𝑦1 − 𝑢𝑥 𝑥, 𝑦2
merupakan nilai antara 𝑦 dengan 𝑦 + ∆𝑦. Hal yang sama juga berlaku untuk
resultan gaya dari komponen vertikal yang bekerka pada dua sisi yang lain
sehingga diperoleh
= 𝑇Δ𝑥 𝑢𝑦 𝑥1 , 𝑦 + Δ𝑦 − 𝑢𝑦 𝑥2 , 𝑦
𝑇Δ 𝑥
𝑇Δ 𝑦
β
𝑇Δ 𝑦
𝑥 𝑥 + ∆𝑥
Gambar 2 3 Gaya yang bekerja pada komponen vertikal sisi kanan dan kiri
diferensial parsial digunakan hukum II Newton yaitu resultan gaya yang bekerja
𝜕2𝑢
pada suatu benda sebanding dengan massa (𝜌∆𝑥∆𝑦) dan percepatannya yang
𝜕𝑡2
dihitung pada titik antara 𝑦 dan 𝑦 + ∆𝑦. 𝜌 merupakan massa membran persatuan
diperoleh
𝜕2𝑢
𝜌Δ𝑥Δ𝑦 = 𝑇Δ𝑦 𝑢𝑥 𝑥 + Δ𝑥, 𝑦1 − 𝑢𝑥 𝑥, 𝑦2 (2.3)
𝜕𝑡 2
+ 𝑇Δ𝑥 𝑢𝑦 𝑥1 , 𝑦 + Δ𝑦 − 𝑢𝑦 𝑥2 , 𝑦
𝜕2𝑢 𝑇 𝑢𝑥 𝑥 + Δ𝑥, 𝑦1 − 𝑢𝑥 𝑥, 𝑦2
=
𝜕𝑡 2 ρ Δ𝑥
T 𝑢𝑦 𝑥1 , 𝑦 + Δ𝑦 − 𝑢𝑦 𝑥2 , 𝑦
+
ρ Δ𝑦
12
= 𝑇 𝑢𝑥 𝑥 + Δ𝑥, 𝑦1 − 𝑢𝑥 𝑥, 𝑦2
ρ Δ𝑥
𝑢𝑦 𝑥1 , 𝑦 + Δ𝑦 − 𝑢𝑦 𝑥2 , 𝑦
+ (2.4)
Δ𝑦
𝜕2𝑢 2
𝜕2𝑢 𝜕2𝑢 𝑇 (2.5)
= 𝑐 + 𝑐2 =
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜌
𝜕2𝑢 𝜕2𝑢
dimensi .𝜕𝑥 2 + 𝜕𝑦 2 merupakan Laplacian ∇2 𝑢 dari 𝑢 sehingga persamaan (2.4)
𝜕2𝑢 (2.6)
= 𝑐 2 ∇2 𝑢
𝜕𝑡 2
dengan syarat awal dan syarat batas dikatakan well posed jika memenuhi syarat :
3. Stabilitas : jika data berubah sedikit, maka solusi akan berubah sedikit
mencoba mengatur kondisi fisik dari suatu permasalahan yang dapat dimodelkan
dengan persamaan diferensial parsial supaya masalah tersebut menjadi well posed,
kondisi yang diberikan tersebut well posed atau tidak. Jika kondisi yang diberikan
13
terlalu sedikit, maka kemungkinan akan terdapat lebih dari satu solusi
untuk memprediksi nilai fungsi pada suatu titik. Bambang (2002:7-11) Deret
Taylor akan memberikan perkiraan suatu fungsi yang benar jika semua suku dari
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡)
= 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑥
𝑢 𝑥 + ∆𝑥, 𝑦, 𝑡 𝜕𝑥
𝜕 2 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) ∆𝑥 2 𝜕 3 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) ∆𝑥 3
+ + +⋯
𝜕𝑥 2 2! 𝜕𝑥 3 6!
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡)
= 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑦
𝑢 𝑥, 𝑦 + ∆𝑦, 𝑡 𝜕𝑦
𝜕 2 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) ∆𝑦 2 𝜕 3 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) ∆𝑦 3
+ + +
𝜕𝑦 2 2! 𝜕𝑦 3 6!
𝜕𝑢 (𝑥,𝑦,𝑡) 𝜕 2 𝑢(𝑥,𝑦,𝑡) ∆𝑡 2
𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑡 = 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑡 + +
𝜕𝑡 𝜕𝑡 2 2!
𝜕 3 𝑢(𝑥,𝑦 ,𝑡) ∆𝑡 3
+⋯ (2.7)
𝜕𝑡 3 6!
14
Dan
𝜕𝑢 𝑥,𝑦,𝑡 𝜕 2 𝑢 𝑥,𝑦,𝑡 ∆𝑥 2
𝑢 𝑥 − ∆𝑥, 𝑦, 𝑡 = 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 − ∆𝑥 + −
𝜕𝑥 𝜕𝑥 2 2!
𝜕 3 𝑢(𝑥,𝑦,𝑡) ∆𝑥 3
+⋯
𝜕𝑥 3 6!
𝜕𝑢 𝑥,𝑦,𝑡 𝜕 2 𝑢 𝑥,𝑦,𝑡 ∆𝑦 2
𝑢 𝑥, 𝑦 − ∆𝑦, 𝑡 = 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 − ∆𝑦 + −
𝜕𝑦 𝜕𝑦 2 2!
𝜕 3 𝑢(𝑥,𝑦,𝑡) ∆𝑦 3
+⋯
𝜕𝑦 3 6!
𝜕𝑢 𝑥 ,𝑦,𝑡 𝜕 2 𝑢 𝑥 ,𝑦,𝑡 ∆𝑡 2
𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 − ∆𝑡 = 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 − ∆𝑡 + −
𝜕𝑡 𝜕𝑡 2 2!
𝜕 3 𝑢(𝑥,𝑦,𝑡) ∆𝑡 3
+⋯ (2.8)
𝜕𝑡 3 6!
Metode beda hingga adalah suatu metode numerik yang digunakan untuk
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢
, dan dari persamaan diferensial berdasarkan deret Taylor dapat ditulis
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑡
dalam bentuk :
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) 1
= 𝑢 𝑥 + ∆𝑥, 𝑦, 𝑡 − 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡
𝜕𝑥 ∆𝑥
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) 1
= 𝑢 𝑥, 𝑦 + ∆𝑦, 𝑡 − 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡
𝜕𝑦 ∆𝑦
15
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) 1
= 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑡 − 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡
𝜕𝑡 ∆𝑡
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢
Untuk pendekatan beda mundur turunan pertama untuk , dan sebagai
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑡
berikut :
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) 1
= (𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 − 𝑢 𝑥 − ∆𝑥, 𝑦, 𝑡 )
𝜕𝑥 ∆𝑥
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) 1
= 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 − 𝑢 𝑥, 𝑦 − ∆𝑦, 𝑡
𝜕𝑦 ∆𝑦
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) 1
= 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 − 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑡
𝜕𝑡 ∆𝑡
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢
Dan untuk beda pusat turunan pertama dari 𝜕𝑥 , 𝜕𝑦 dan sebagai berikut :
𝜕𝑡
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) 1
= 𝑢 𝑥 + ∆𝑥, 𝑦, 𝑡 − 𝑢 𝑥 − ∆𝑥, 𝑦, 𝑡
𝜕𝑥 2∆𝑥
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) 1
= 𝑢 𝑥, 𝑦 + ∆𝑦, 𝑡 − 𝑢 𝑥, 𝑦 − ∆𝑦, 𝑡
𝜕𝑦 2∆𝑦
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) 1
= 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑡 − 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑡
𝜕𝑡 2∆𝑡
𝜕2𝑢 1
2
= 2 𝑢 𝑥 + ∆𝑥, 𝑦, 𝑡 − 2𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + 𝑢 𝑥 − ∆𝑥, 𝑦, 𝑡
𝜕𝑥 ∆𝑥
𝜕2𝑢 1
= 𝑢 𝑥, 𝑦 + ∆𝑦, 𝑡 − 2𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + 𝑢 𝑥, 𝑦 − ∆𝑦, 𝑡
𝜕𝑦 2 ∆𝑦 2
𝜕2𝑢 1
2
= 2 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑡 − 2𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 + ∆𝑡
𝜕𝑡 ∆𝑡
menyatakan titik diskrit pada 𝑡 maka persamaan (2.12), (2.13), dan (2.14) dapat
ditulis :
16
𝑛 𝑛 𝑛
𝜕 2 𝑢 𝑢𝑖+1,𝑗 − 2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖−1,𝑗 (2.9)
=
𝜕𝑥 2 ∆𝑥 2
𝑛 𝑛 𝑛
𝜕 2 𝑢 𝑢𝑖1,𝑗 +1 − 2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖,𝑗 −1 (2.10)
=
𝜕𝑦 2 ∆𝑦 2
𝑛+1 𝑛 𝑛−1
𝜕 2 𝑢 𝑢𝑖,𝑗 − 2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖,𝑗 (2.11)
=
𝜕𝑡 2 ∆𝑡 2
sejumlah bias segi empat dengan sisi ∆𝑥 dan ∆𝑦. Pajang bias dalam arah 𝑥 adalah
∆𝑥 dan dalam arah 𝑦 adalah ∆𝑦. Jaringan titik hitungan tersebut jika digambarkan
𝑗
𝑖, 𝑗
∆𝑦 𝑖 − 1, 𝑗 𝑖 + 1, 𝑗
𝑗−1
𝑖, 𝑗 − 1
𝑥
𝑖+1 𝑖 𝑖−1
∆𝑥
pada suatu titik dihitung secara langsung dari nilai di beberapa titik di sekitarnya
pada waktu sebelumnya yang sudah diketahui nilanya atau nilai setiap besaran
waktu yang lalu sudah diketahui, sehingga nilai 𝑛 + 1 dapat dihitung. Dengan
metode ini penurunan peramaan dierensial parsial ke dalam bentuk beda hingga
𝑛+1
𝑛−1
𝑥
𝑖−1 𝑖 𝑖+1
+1 −1
stabil dengan syarat tertentu. Jaringan titik dari skema eksplisit ditunjukkan pada
Contoh :
1 𝜕 2 𝑢 𝜕𝑢
=
𝑘 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡
𝜕𝑢
menggunakan aturan beda maju untuk (𝑥𝑖 , 𝑡𝑛 ) dan aturan beda pusat untuk
𝜕𝑡
𝜕2𝑢
(𝑥𝑖 , 𝑡𝑛 ) sehingga didapatkan hasil :
𝜕𝑥 2
𝑛
𝜕 2 𝑢 𝑢𝑖+1 − 2𝑢𝑖𝑛 + 𝑢𝑖−1
𝑛
=
𝜕𝑥 2 ∆𝑥 2
18
𝜕𝑢 𝑢𝑖𝑛+1 − 𝑢𝑖𝑛
=
𝜕𝑡 ∆𝑡
𝑘∆𝑡 𝑛
𝑢𝑖𝑛+1 = 𝑢𝑖𝑛 + 𝑢 − 2𝑢𝑖𝑛 + 𝑢𝑖−1
𝑛
∆𝑥 2 𝑖+1
0 < 𝑥 < 𝑎 dan 𝑦 terletak pada interval 0 < 𝑦 < 𝑏. Terdapat 3 kondisi batas yang
𝑢 0, 𝑦, 𝑡 = 𝑢 0, 𝑎, 𝑡 = 0
𝑢 𝑥, 0, 𝑡 = 𝑢 𝑥, 𝑏, 𝑡 = 0
𝜕𝑢(0, 𝑦, 𝑡) 𝜕𝑢(𝑎, 𝑦, 𝑡)
= =0
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕𝑢(𝑥, 0, 𝑡) 𝜕𝑢(𝑥, 𝑏, 𝑡)
= =0
𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝜕𝑢 (0,𝑦,𝑡)
− 𝑎0 𝑢 0, 𝑦, 𝑡 = 0 , pada saat 𝑥 = 0
𝜕𝑥
𝜕𝑢 (𝑎,𝑦,𝑡)
− 𝑎𝑙 𝑢 𝑎, 𝑦, 𝑡 = 0 , pada saat 𝑥 = 𝑎
𝜕𝑥
𝜕𝑢 (𝑥,0,𝑡)
− 𝑎0 𝑢 𝑥, 0, 𝑡 = 0 , pada saat 𝑦 = 0
𝜕𝑦
𝜕𝑢 (𝑥,𝑏,𝑡)
− 𝑎0 𝑢 𝑥, 𝑏, 𝑡 = 0 , pada saat 𝑦 = 𝑏
𝜕𝑦
2.6 Kekonvergenan
2.6.1 Kestabilan
persamaan diferensial parsial dapat menjadi stabil dan tidak stabil. Suatu konsep
numerik terhadap solusi nilai eksak dari masalah yang diberikan, sehingga solusi
stabilitas von Neumann terhadap skema beda hingga, maka dapat dicari kestabilan
dalam persamaan beda hingga yang akan dicari nilai kestabilannya. Syarat perlu
2.6.2 Konsistensi
antara persamaan beda dengan persamaan diferensial menuju nilai nol ketika lebar
grid yang digunakan juga menuju nol. Selisih antara persamaan diferensial parsial
yang dihampiri dengan persamaan bedanya disebut truncation term. Jika nilai-
nilai truncation term semakin menuju no ketika ∆𝑥, ∆𝑦, ∆𝑡 menuju nol maka
𝑛±1 𝑛 𝑛
dihampiri. Adapun ekspansi deret taylor dai 𝑢𝑖,𝑗 , 𝑢𝑖±1,𝑗 , 𝑢𝑖,𝑗 ±1 sebagai berikut
𝑛±1 𝑛 𝑛 1 𝑛 1 𝑛 (2.12)
𝑢𝑖,𝑗 = 𝑢𝑖,𝑗 ± ∆𝑡 𝑢𝑡 𝑖, 𝑗 + ∆𝑡 2 𝑢𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 ± ∆𝑡 3 𝑢𝑡𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 + ⋯
2 6
𝑛 𝑛 𝑛 1 𝑛 1 𝑛 (2.13)
𝑢𝑖±,𝑗 = 𝑢𝑖,𝑗 ± ∆𝑥 𝑢𝑥 𝑖, 𝑗 + ∆𝑥 2 𝑢𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 ± ∆𝑥 3 𝑢𝑥𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 + ⋯
2 6
𝑛 𝑛 𝑛 1 𝟐 𝑛 1 3 𝑛 (2.14)
𝑢𝑖,𝑗 ±1 = 𝑢𝑖,𝑗 ± ∆𝑦 𝑢𝑦 𝑖, 𝑗 + ∆𝒚 𝒖𝒚𝒚 𝑖, 𝑗 ± ∆𝑦 𝑢𝑦𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ⋯
2 6
operasi dan besaran matematika yang pasti (Chapra dan Chanle, 1988:56). Ada
21
Namun, dalam penelitian ini hanya ada kesalahan pembulatan dan kesalahan
pemotongan.
Misalnya suatu proses tak berhingga diganti dengan proses berhingga. Apabila
hanya diperhitungkan beberapa suku pertama saja, maka hasilnya tidak sama
penelitan ini kesalahan terjadi pada pemotongan orde pada penggunaan deret
Taylor. Fungsi dari analisis galat adalah untuk mengetahui seberapa dekat solusi
ℰ = 𝑢𝑒𝑘𝑠𝑎𝑘 − 𝑢𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘 .
dua dimensi memiliki medium perambatan berupa panjang dan lebar. Fenomena
membuat tipu daya terhadap ayat-ayat-Nya adalah yang menjadikan kamu dapat
keledai untuk kalian.” Demikian juga dilautan, Dialah yang menundukkan untuk
kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-
orang yang ada di dalamnya yakni kaum musyrikin yang dengan tiupan angin
yang baik, yang sesuai dengan perjalanan bahtera tersebut, dan mereka
dengan adanya angin yang bersahat, sebab hal itu bisa menyelamatkan mereka
dari goncangan dan marabahaya. Lalu datanglah angin badai, angin yang bertiup
keras yang menggoncangkan bahtera itu dan para penumpangnya takut tenggelam,
dan datang pula gelombang dari segenap penjuru menimpa mereka yaitu orang-
yang dapat kita temui. Fenomena gelombang yang telah dijelaskan yakni berupa
angin yang akan menentukan perjalan di bahtera yang mana bahtera dapat
diartikan sebagai lautan yang mana lautan merupakan salah satu bentuk nyata
fenomena gelombang yang ada. Pada QS. Yunus ayat 22 ini terdapat kata ٱ ۡل َم ۡل ُج
yang dapat diartikan sebagai pasangnya air laut sebagaimana angin kencang
berdebu yang ada di darat. Berdasarkan tafsir An-Nur (Tengku: 2000) pada ayat
ini dijelaskan bahwa ketika mereka dalam perahu yang berlayar membawanya
dengan memperoleh bantuan angin buritan yang baik, maka mereka pun beriang
gembira. Tetapi, tiba-tiba datanglah angin badai yang hebat yang disertai
lautan yakni Q.S An-Nahl/16:14, pada ayat ini dijelaskan tentang nikmat yang
ada di lautan yang dapat dimanfaat oleh manusia. Sehingga dapat kita ketahui
bahwa di lautan Allah tidak hanya menciptakan bencana namun juga nikmat yang
ِ لك مو
اخَر ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َوُى َو لذي َسخَر لَ َر لتَأ ُكلُواْ منوُ َحلما طَريّا َوتَستَخر ُجواْ منوُ حليَة تَلبَ ُسونُبَ َها َوتَُبَرى فُل
ٔ٤ فِ ِيو َولِتَ تَُببُواْ ِمن فَضلِ ِوۦ َولَ َعل ُكم تَش ُك ُرو َن
14. Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya
kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
dalamnya ikan dan menjadikan dagingnya halal baik yang hidup maupun yang
mati, serta diciptakannya permata yang sngat berharga. Dan Allah memberi
Dalam hal ini angin merupakan salah satu contoh dari gelombang
elektromagnetik.
sebab tunduknya lautan yaitu agar manusia dapat mencari ikan untuk dimakan,
memiliki mata lihatlah lautan, niscaya kamu akan melihat kapal-kapal pulang dan
pergi yang membelah lautan. Dimana kapal-kapal tersebut dapat bergerak karena
menggerakkannya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Diskritisasi
persamaan (3.1), (3.2), dan (3.3) kedalam persamaan (1.1) sehingga diperoleh
𝑛 +1 𝑛 𝑛 −1 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
𝑢 𝑖,𝑗 −2𝑢 𝑖,𝑗 +𝑢 𝑖,𝑗 𝑢 𝑖+1,𝑗 −2𝑢 𝑖,𝑗 +𝑢 𝑖−1,𝑗 𝑢 𝑖,𝑗 +1 −2𝑢 𝑖,𝑗 +𝑢 𝑖,𝑗 −1 (3.4)
= 𝑐2 +
∆𝑡 2 ∆𝑥 2 ∆𝑦 2
𝑛+1 𝑛 𝑛 −1 𝑐 2 ∆𝑡 2 𝑛 𝑛 𝑛
𝑢𝑖,𝑗 − 2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖,𝑗 = 𝑢𝑖+1,𝑗 − 2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖−1,𝑗 +
∆𝑥 2
𝑐 2 ∆𝑡 2 𝑛 𝑛 𝑛
𝑢𝑖,𝑗 +1 − 2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖,𝑗 −1
∆𝑦 2
(3.5)
𝑐 2 ∆𝑡 2 𝑐 2 ∆𝑡 2
Misalkan 𝑠= dan 𝑝= maka persamaan (3.5) menjadi
∆𝑥 2 ∆𝑥 2
25
26
𝑛+1 𝑛 𝑛 −1 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
𝑢𝑖,𝑗 − 2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖,𝑗 = 𝑠 𝑢𝑖+1,𝑗 − 2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖−1,𝑗 + 𝑝 𝑢𝑖,𝑗 +1 −
𝑛 𝑛
2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖,𝑗 −1
𝑛+1 𝑛−1 𝑛 𝑛 𝑛
𝑢𝑖,𝑗 = −𝑢𝑖,𝑗 + 2𝑢𝑖,𝑗 1 − 𝑠 − 𝑝 + 𝑠 𝑢𝑖+1,𝑗 + 𝑠 𝑢𝑖−1,𝑗 +
𝑛 𝑛
𝑝 𝑢𝑖,𝑗 +1 + 𝑝 𝑢𝑖,𝑗 −1
𝑛+1 𝑛−1 𝑛 𝑛 𝑛
𝑢𝑖,𝑗 = −𝑢𝑖,𝑗 + +2𝑢𝑖,𝑗 1 − 𝑠 − 𝑝 + 𝑠 𝑢𝑖+1,𝑗 + 𝑢𝑖−1,𝑗 +
𝑛 𝑛
𝑝 𝑢𝑖,𝑗 +1 + 𝑢𝑖,𝑗 −1
(3.6)
𝜕𝑢
𝑥, 𝑦, 0 = 0
𝜕𝑡
2 0
𝑢𝑖,𝑗 − 𝑢𝑖,𝑗
=0
2∆𝑡
2 0
𝑢𝑖,𝑗 − 𝑢𝑖,𝑗 =0
2 0 (3.8)
𝑢𝑖,𝑗 = 𝑢𝑖,𝑗
27
𝜕𝑢
(0, 𝑦, 𝑡) = 0
𝜕𝑥
𝑛 𝑛
𝑢2,𝑗 − 𝑢0,𝑗
=0
2∆𝑥
𝑛 𝑛
𝑢2,𝑗 − 𝑢0,𝑗 =0
𝑛 𝑛 (3.9)
𝑢2,𝑗 = 𝑢0,𝑗
𝜕𝑢
(1, 𝑦, 𝑡) = 2
𝜕𝑥
𝑛 𝑛
𝑢𝐾+1,𝑗 − 𝑢𝐾−1,𝑗
=2
2∆𝑥
𝑛 𝑛
𝑢𝐾+1,𝑗 − 𝑢𝐾−1,𝑗 = 4∆x
𝑛 𝑛 (3.10)
𝑢𝐾+1,𝑗 = 𝑢𝐾−1,𝑗 + 4∆𝑥
Selanjutnya untuk kondisi batas kanan pada persamaan (1.5) diperoleh bentuk
𝜕𝑢
(𝑥, 0, 𝑡) = 0
𝜕𝑦
𝑛 𝑛
𝑢𝑖,2 − 𝑢𝑖,0
=0
2∆𝑦
𝑛 𝑛
𝑢𝑖,2 − 𝑢𝑖,0 =0
𝑛 𝑛 (3.11)
𝑢𝑖,2 = 𝑢𝑖,0
Untuk kondisi batas kiri pada persamaan (1.5) diperoleh bentuk diskritnya sebagai
berikut
28
𝜕𝑢
(𝑥, 1, 𝑡) = 0
𝜕𝑦
𝑛 𝑛
𝑢𝑖,𝐿+1 − 𝑢𝑖,𝐿−1
=2
2∆𝑦
𝑛 𝑛
𝑢𝑖,𝐿+1 − 𝑢𝑖,𝐿−1 = 4∆y
𝑛 𝑛
𝑢𝑖,𝐿+1 = 𝑢𝑖,𝐿−1 + 4∆𝑦 (3.12)
3.2 Kekonvergenan
awal yang well posed, dan jika suatu persamaan beda konsisten dan stabil, maka
persamaan tersebut konvergen. Dalam hal ini akan digunakan analisis stabilitas
von Neumann yang mana syarat kestabilannya adalah 𝜌 ≤ 1. Oleh karena itu,
jika skema yang digunakan stabil dan konsisten maka konvergen dari skema
3.2.1 Kestabilan
tersebut. Dalam hal ini akan dilakukan uji kestabilan dengan menggunakan
𝑛
stabilitas von Neumann, dapat dicari dengan mensubsitusikan 𝑢𝑖,𝑗 = 𝜌𝑛 𝑒 𝐼𝑎𝑖 𝑒 𝐼𝑎𝑗 =
𝑠 𝜌𝑛 𝑒 𝐼𝑎 𝑖+1
𝑒 𝐼𝑎𝑗 + 𝜌𝑛 𝜌𝑛 𝑒 𝐼𝑎 𝑖−1
𝑒 𝐼𝑎𝑗 +
𝑟 𝜌𝑛 𝑒 𝐼𝑎𝑖 𝑒 𝐼𝑎 𝑗 +1
+ 𝜌𝑛 𝑒 𝐼𝑎𝑖 𝑒 𝐼𝑎 𝑗 −1 (3.13)
29
sehingga diperoleh
𝜌 = −𝜌−1 + 2 1 − 𝑠 − 𝑟 + 2 cos 𝑎 (𝑠 + 𝑟)
(3.15)
𝜌+𝜌−1 − 2 1 − 𝑠 − 𝑟 − 2 cos 𝑎 𝑠+𝑟 =0
Misalkan
− 2 1 − 𝑠 − 𝑟 + 2 cos 𝑎 𝑠+𝑟 =𝛽
𝜌2 + 𝛽𝜌 + 1 = 0 (3.17)
−𝛽 ± 𝛽 2 + 4
𝑝1,2 =
2
𝑝1,2
= 1 − 𝑠 − 𝑟 + cos 𝑎 𝑠+𝑟
(3.18)
± 1 − 1 − 𝑠 − 𝑟 + cos 𝑎 𝑠+𝑟 2
𝜌1 =
1 − 𝑠 − 𝑟 + cos 𝑎 𝑠+𝑟 +
1 − 2 1 − 𝑠 − 𝑟 + cos 𝑎 𝑠+𝑟 2
𝜌2 =
− 1 − 𝑠 − 𝑟 + cos 𝑎 𝑠+𝑟 +
1 − 2 1 − 𝑠 − 𝑟 + cos 𝑎 𝑠+𝑟 2
Misalkan
1 − 𝑠 − 𝑟 + cos 𝑎 𝑠+𝑟 =𝐴
(3.19)
𝜌1 = 𝐴 + 1 − 2𝐴2
(3.20)
𝜌2 = 𝐴 − 1 − 2𝐴2
imajiner maka
2
𝜌1 = 𝐴+ 2𝐴2 − 1
2
𝜌2 = 𝐴− 2𝐴2 − 1
Karena 𝐴 masih mengandung nilai cos 𝑎, dalam hal ini akan diambil titik
diskritnya yaitu cos 𝑎 = −1, cos 𝑎 = 0, dan cos 𝑎 = 1, sehingga dapat diuraikan
sebagai berikut.
𝐴 = 1 − 𝑠 − 𝑟 + (−1)(𝑠 + 𝑟)
= 1 − 2(𝑠 + 𝑟) (3.21)
𝐴 = 1 − 𝑠 − 𝑟 + (0)(𝑠 + 𝑟)
= 1 − (𝑠 + 𝑟) (3.22)
Kasus 3 : cos 𝑎 = 1
𝐴 = 1 − 𝑠 − 𝑟 + (𝑠 + 𝑟)
=1 (3.23)
𝑐 2 ∆𝑡 2 𝑐 2 ∆𝑡 2
akan terpenuhi apabila nilai 𝑠 + 𝑟 ≤ 1. Karena nilai 𝑠 = dan 𝑟 = maka
∆𝑥 2 ∆𝑦 2
𝑐 2 ∆𝑡 2 𝑐 2 ∆𝑡 2
didapatkan syarat kestabilan + ≤ 1.
∆𝑥 2 ∆𝑦 2
3.2.2 Konsistensi
𝑛±1 𝑛 𝑛 1 𝑛 1 𝑛
𝑢𝑖,𝑗 = 𝑢𝑖,𝑗 ± ∆𝑡 𝑢𝑡 𝑖, 𝑗 + 2 ∆𝑡 2 𝑢𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 ± 6 ∆𝑡 3 𝑢𝑡𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 +
32
1 𝑛 (3.24)
∆𝑡 4 𝑢𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 ± ⋯
24
𝑛 𝑛 𝑛 1 𝑛 1 𝑛
𝑢𝑖±1,𝑗 = 𝑢𝑖,𝑗 ± ∆𝑥 𝑢𝑥 𝑖, 𝑗 + 2 ∆𝑥 2 𝑢𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 ± 6 ∆𝑥 3 𝑢𝑥𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 +
1 𝑛
∆𝑥 4 𝑢𝑥𝑥𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 ± ⋯ (3.25)
24
𝑛 𝑛 𝑛 1 2 𝑛 1 3 𝑛
𝑢𝑖,𝑗 ±1 = 𝑢𝑖,𝑗 ± ∆𝑦 𝑢𝑦 𝑖, 𝑗 + 2 ∆𝑦 𝑢𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 ± 6 ∆𝑦 𝑢𝑦𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 +
1 4
𝑛
∆𝑦 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑖, 𝑗±⋯
(3.26)
24
sebagai berikut :
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 1 𝑛 (3.28)
𝑢𝑖+1,𝑗 + 𝑢𝑖−1,𝑗 = 2𝑢𝑖,𝑗 + ∆𝑥 2 𝑢𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 + ∆𝑥 4 𝑢𝑥𝑥𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 + ⋯
12
𝑛 𝑛 𝑛 2
𝑛 1 𝑛 (3.29)
𝑢𝑖,𝑗 +1 + 𝑢𝑖,𝑗 −1 = 2𝑢𝑖,𝑗 + ∆𝑦 𝑢𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ∆𝑦 4 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ⋯
12
𝑛 1 𝑛
𝑛+1
𝑢𝑖,𝑗 𝑛
− 2𝑢𝑖,𝑗 𝑛 −1
+ 𝑢𝑖,𝑗 ∆𝑡 2 𝑢𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 + 12 ∆𝑡 4 𝑢𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 + ⋯
=
∆𝑡 2 ∆𝑡 2
𝑛 1 𝑛 (3.30)
= 𝑢𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 + ∆𝑡 2 𝑢𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 + ⋯
12
𝑛 1 𝑛
𝑛
𝑢𝑖+1,𝑗 𝑛
− 2𝑢𝑖,𝑗 𝑛
+ 𝑢𝑖−1,𝑗 ∆𝑥 2 𝑢𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 + 12 ∆𝑥 4 𝑢𝑥𝑥𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 + ⋯
=
∆𝑥 2 ∆𝑥 2
𝑛 1 𝑛 (3.31)
= 𝑢𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 + ∆𝑥 2 𝑢𝑥𝑥𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 + ⋯
12
𝑛 1 𝑛
𝑛
𝑢𝑖,𝑗 𝑛 𝑛 ∆𝑦 2 𝑢𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + 12 ∆𝑦 4 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ⋯
+1 − 2𝑢𝑖,𝑗 + 𝑢𝑖,𝑗 −1
=
∆𝑦 2 ∆𝑦 2
33
𝑛 1 𝑛
= 𝑢𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ∆𝑦 2 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ⋯
12
(3.32)
𝑛 1 2 𝑛 𝑛 1 𝑛
𝑢𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 + ∆𝑡 𝑢𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 + ⋯ = 𝑐 2 𝑢𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 + ∆𝑥 2 𝑢𝑥𝑥𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 + ⋯
12 12 (3.33)
𝑛 1 𝑛
+𝑐 2 𝑢𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ∆𝑦 2 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ⋯
12
𝑛 𝑛 𝑛
𝑢𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 − 𝑐 2 𝑢𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 − 𝑐 2 𝑢𝑦𝑦 𝑖, 𝑗
1 𝑛 𝑛 𝑛
+ ∆𝑡 2 𝑢𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑖, 𝑗 −𝑐 2 ∆𝑥 2 𝑢𝑥𝑥𝑥𝑥 𝑖, 𝑗 − 𝑐 2 ∆𝑦 2 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ⋯
12
=0
𝑛
𝑢𝑡𝑡 − 𝑐 2 𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦 𝑖, 𝑗
1 𝑛 (3.34)
+ ∆𝑡 2 𝑢𝑡𝑡𝑡𝑡 −𝑐 2 ∆𝑥 2 𝑢𝑥𝑥𝑥𝑥 − 𝑐 2 ∆𝑦 2 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑖, 𝑗 + ⋯ = 0
12
konsisten jika:
1 1 1 𝑛
lim ∆𝑡,∆𝑥,∆𝑦 →0 − ∆𝑡 2 𝑢𝑡𝑡𝑡𝑡 + 𝑐 2 ∆𝑥 2 𝑢𝑥𝑥𝑥𝑥 + ∆𝑦 2 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑖,𝑗
=
12 12 12
1 1 1
− 12 02 𝑢𝑡𝑡𝑡𝑡 + 𝑐 2 02 𝑢𝑥𝑥𝑥𝑥 + 12 02 𝑢𝑦𝑦𝑦𝑦 =0 (3.35)
12
valid dengan melihat syarat kestabilan serta orde errornya. Dimana dari
Jika ∆𝑥, ∆𝑦, ∆𝑡 sangat kecil, maka jumlah dari limit persamaan (3.35) akan
semakin kecil, karena berapapun nilai 𝑢𝑡𝑡 , 𝑢𝑥𝑥 , 𝑢𝑦𝑦 jika dikalikan dengan nilai
dari ∆𝑥, ∆𝑦, ∆𝑡 akan ikut mengecil. Sehingga truncattion error akan menuju nol
numerik persamaan gelombang dua dimensi dengan metode beda hingga skema
eksplisit yang telah didapatkan pada persamaan (3.6) secara manual. Selanjutnya
kondisi batas Neumann, maka pada penelitian ini akan digunakan solusi
𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 = 𝑥 2 + 𝑦 2 + 2𝑡 2 (3.36)
Setelah diperoleh syarat kestabilan dari skema yang digunakan, maka dapat
dipilih nilai dari ∆𝑥, ∆𝑦, dan ∆𝑡 yang memenuhi syarat kestabilan yang akan
𝜕2𝑢 2
𝜕2𝑢 𝜕2𝑢
=𝑐 +
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
yang terletak pada domain 0 < 𝑥 < 1, 0 < 𝑦 < 1 dan 0 < 𝑡 ≤ 0.5 dengan
𝜕𝑢
𝑥, 𝑦, 0 = 0, pada 0 < 𝑥 < 1, 0 < 𝑦 < 1
𝜕𝑡
𝜕𝑢
0, 𝑦, 𝑡 = 0, pada 0 < 𝑦 < 1, 0 < 𝑡 ≤ 0.5
𝜕𝑥
𝜕𝑢
1, 𝑦, 𝑡 = 2, pada 0 < 𝑦 < 1, 0 < 𝑡 ≤ 0.5
𝜕𝑥
𝜕𝑢
𝑥, 0, 𝑡 = 0, pada 0 < 𝑥 < 1, 0 < 𝑡 ≤ 0.5
𝜕𝑦
𝜕𝑢
𝑥, 1, 𝑡 = 2, pada 0 < 𝑥 < 1, 0 < 𝑡 ≤ 0.5
𝜕𝑦
𝑛+1
Kemudian untuk menghitung nilai-nilai diskrit 𝑢𝑖,𝑗 dari persamaan (3.6)
akan dipilih nilai 𝑐 = 1, ∆𝑥 = 0.5, ∆𝑦 = 1 dan ∆𝑡 = 0.25, pemilihan nilai ∆𝑥, ∆𝑦,
dan ∆𝑡 yang cukup besar ini dimaksudkan agar mempermudah mencari solusi
numerik secara manual yang akan dilakukan secara bertahap. Selanjunya dari ∆𝑥,
𝑐 2 ∆𝑡 2 𝑐 2 ∆𝑡 2 12 0.25 2 12 0.25 2
memenuhi syarat kestabilan dimana + = + = 0.3125 ≤
∆𝑥 2 ∆𝑦 2 0.52 12
1.
𝑐 2 ∆𝑡 2 12 0.25 2 𝑐 2 ∆𝑡 2 12 0.25 2
𝑠= = = 0.25 dan 𝑝 = = 0.0625 akan dilakukan
∆𝑥 2 0.52 ∆𝑦 2 12
𝑢(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 , 0) 𝑦1 = 0 𝑦1 = 0.5 𝑦3 = 1
𝑥1 = 0 0 0.2500 1.0000
𝑥2 = 0.25 0.0625 0.3125 1.0625
𝑥3 = 0.5 0.2500 0.5000 1.2500
𝑥4 = 0.75 0.5625 0.8125 1.5625
𝑥5 = 1 1.0000 0.1250 2.0000
2. Untuk 𝑡 = 0.25 , solusi 𝑢(𝑥, 𝑦, 0.25) yang akan dicari dapat dituliskan dalam
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Selanjutnya nilai 𝑢1,1 , 𝑢1,2 , 𝑢1,3 , 𝑢2,1 , 𝑢2,2 , 𝑢2,3 , 𝑢3,1 , 𝑢3,2 , 𝑢3,3 , 𝑢4,1 , 𝑢4,2 ,
2 2 2 2
𝑢4,3 , 𝑢5,1 , 𝑢5,2 , dan 𝑢5,3 yang ditunjukkan pada Tabel (3.2) diatas akan dicari
1 1
+ 0.0625 𝑢1,2 + 𝑢1,0
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢1,1 = 𝑢1,1 ,
1 1
selanjutnya dari kondisi batas pada persamaan (3.9) diperoleh 𝑢0,1 = 𝑢2,1 ,
1 1
dan dari kondisi batas kanan persmaan (3.11) diperoleh, 𝑢1,0 = 𝑢1,2
2
sehingga 𝑢1,1 menjadi
2 0 1
0.6875 + 0.25 𝑢12,1 + 𝑢12,1 + 0.0625 𝑢1,2
1 1
𝑢1,1 = −𝑢1,1 + 2𝑢1,1 + 𝑢1,2
2 1
2𝑢1,1 = 2𝑢1,1 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢12,1 + 0.0625 2 × 𝑢1,2
1
= 0.03125
1 1
+ 0.0625 𝑢1,3 + 𝑢1,1
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢1,2 = 𝑢1,2 ,
1 1
dan dari kondisi batas persamaan (3.9) diperoleh 𝑢0,2 = 𝑢2,2 , sehingga
1
𝑢1,2 menjadi
2 2 1 1
𝑢1,2 = −𝑢1,2 + 2𝑢11,2 0.6875 + 0.25 𝑢2,2 + 𝑢2,2 + 0.0625 𝑢11,1
1
+ 𝑢1,3
2
2𝑢1,2 1
= 2𝑢1,2 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢12,2 + 0.0625 𝑢1,1
1
+ 𝑢11,3
= 0.28125
38
1 1
+ 0.0625 𝑢1,4 + 𝑢1,2
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢1,3 = 𝑢1,3 ,
1 1
selanjutnya dari kondisi batas pada persamaan (3.9) dipeoleh 𝑢0,3 = 𝑢2,3 ,
1
serta dari kondisi batas pada persamaan (3.12) diperoleh 𝑢1,4 = 𝑢11,2 +
2
4∆y sehingga 𝑢1,3 menjadi
2 0
𝑢1,3 = −𝑢1,3 + 2𝑢11,3 0.6875 + 0.25 𝑢12,3 + 𝑢12,3 + 0.0625 𝑢1,2
1
1
+ 4∆y + 𝑢1,2
2 1
2𝑢1,3 = 2𝑢1,3 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢12,3 + 0.0625 2 × 𝑢1,2
1
+ 4∆y
= 1.03125
2 0 1 1 1
𝑢21 = −𝑢2,1 + 2𝑢2,1 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢3,1 + 𝑢1,1
1 1
+ 0.0625 𝑢2,2 + 𝑢2,0
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢2,1 = 𝑢2,1 ,
1 1
dan dari kondisi batas kanan persamaan (3.9) diperoleh 𝑢2,0 = 𝑢2,2
2
sehingga 𝑢2,1 menjadi
2 2
+ 2𝑢12,1 0.6875 + 0.25 𝑢13,1 + 𝑢1,1
1
+ 0.0625 𝑢12,2 + 𝑢12,2
𝑢2,1 = −𝑢2,1
2
2𝑢2,1 = 2𝑢12,1 0.6875 + 0.25 𝑢13,1 + 𝑢1,1
1
+ 0.0625 2 × 𝑢12,2
= 0.09375
39
2 0 1 1 1
𝑢22 = −𝑢2,2 + 2𝑢2,2 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢3,2 + 𝑢1,2
1 1
+ 0.0625 𝑢2,3 + 𝑢2,1
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢2,2 = 𝑢2,2 ,
2
sehingga 𝑢2,2 menjadi
2
𝑢2,2 2
= −𝑢2,2 + 2𝑢12,2 0.6875 + 0.25 𝑢13,2 + 𝑢11,2 + 0.0625 𝑢12,3 + 𝑢12,1
2
2𝑢2,2 = 2𝑢12,2 0.6875 + 0.25 𝑢13,2 + 𝑢11,2 + 0.0625 𝑢12,3 + 𝑢12,1
= 0.34375
1 1
+ 0.0625 𝑢2,4 + 𝑢2,2
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢2,2 = 𝑢2,2 ,
1 1
dan dari kondisi batas kiri persamaan (3.12) diperoleh 𝑢2,4 = 𝑢2,2 + 4∆𝑦
2
sehingga 𝑢2,3 menjadi
2 2
+ 2𝑢12,3 0.6875 + 0.25 𝑢13,3 + 𝑢1,3
1
+ 0.0625 𝑢12,2 + 𝑢12,2 + 4∆𝑦
𝑢2,3 = −𝑢2,3
2
2𝑢2,3 = 2𝑢12,3 0.6875 + 0.25 𝑢13,3 + 𝑢1,3
1
+ 0.0625 2 × 𝑢12,2 + 4∆𝑦
= 1.09375
2 0 1 1 1
𝑢3,1 = −𝑢3,1 + 2𝑢3,1 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢4,1 + 𝑢2,1
1 1
+ 0.0625 𝑢3,2 + 𝑢3,0
40
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) dipeoleh 𝑢3,1 = 𝑢3,1 ,
1 1
dan dari kondisi batas kanan persamaan (3.9) diperoleh 𝑢3,0 = 𝑢3,2
2
sehingga 𝑢3,1 menjadi
2 2
+ 2𝑢13,1 0.6875 + 0.25 𝑢14,1 + 𝑢12,1 + 0.0625 𝑢13,2 + 𝑢13,2
𝑢3,1 = −𝑢3,1
2
2𝑢3,1 = 2𝑢13,1 0.6875 + 0.25 𝑢14,1 + 𝑢12,1 + 0.0625 2 × 𝑢13,2
= 0.28125
1 1
+ 0.0625 𝑢3,3 + 𝑢3,1
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) dipeoleh 𝑢3,2 = 𝑢3,2 ,
2
sehingga 𝑢3,2 menjadi
2
𝑢3,2 2
= −𝑢3,2 + 2𝑢13,2 0.6875 + 0.25 𝑢14,2 + 𝑢12,2 + 0.0625 𝑢13,3 + 𝑢13,1
2
2𝑢3,2 = 2𝑢13,2 0.6875 + 0.25 𝑢14,2 + 𝑢12,2 + 0.0625 𝑢13,3 + 𝑢13,1
= 0.53125
2 0 1 1 1
𝑢3,3 = −𝑢3,3 + 2𝑢3,3 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢4,3 + 𝑢3,3
1 1
+ 0.0625 𝑢3,4 + 𝑢3,2
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) dipeoleh 𝑢3,3 = 𝑢3,3 ,
1 1
selanjutnya dari kondisi batas kiri pada (3.12) diperoleh 𝑢3,4 = 𝑢3,2 +
2
4∆𝑦 sehingga 𝑢3,3 menjadi
41
2 2
𝑢3,3 = −𝑢3,3 + 2𝑢13,3 0.6875 + 0.25 𝑢14,3 + 𝑢12,3 + 0.0625 𝑢13,2 + 𝑢13,2
2 1 1 1 1
2𝑢3,3 = 2𝑢3,3 0.6875 + 0.25 𝑢4,3 + 𝑢2,3 + 0.0625 2 × 𝑢3,2 + 4∆𝑦
= 1.28125
1 1
+ 0.0625 𝑢4,2 + 𝑢4,0
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢4,1 = 𝑢4,1
1 1
dan dari kondisi batas kanan pada persamaan (3.9) diperoleh 𝑢4,0 = 𝑢4,2
2
sehingga 𝑢4,1 menjadi
2
𝑢4,1 2
= −𝑢4,1 + 2𝑢14,1 0.6875 + 0.25 𝑢15,1 + 𝑢13,1 + 0.0625 𝑢14,2 + 𝑢14,2
2 1 1 1 1
2𝑢4,1 = 2𝑢4,1 0.6875 + 0.25 𝑢5,1 + 𝑢3,1 + 0.0625 2 × 𝑢4,2
= 0.59375
2 0 1 1 1
𝑢4,2 = −𝑢4,2 + 2𝑢4,2 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢5,2 + 𝑢3,2
1 1
+ 0.0625 𝑢4,3 + 𝑢4,1
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢4,2 = 𝑢4,2
2
sehingga 𝑢4,2 menjadi
2
𝑢4,2 2
= −𝑢4,2 + 2𝑢14,2 0.6875 + 0.25 𝑢15,2 + 𝑢13,2 + 0.0625 𝑢14,3 + 𝑢14,1
2 1 1 1 1 1
2𝑢4,2 = 2𝑢4,2 0.6875 + 0.25 𝑢5,2 + 𝑢3,2 + 0.0625 𝑢4,3 + 𝑢4,1
= 0.84375
2 0 1 1 1
𝑢4,3 = −𝑢4,3 + 2𝑢4,3 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢5,3 + 𝑢3,3
1 1
+ 0.0625 𝑢4,4 + 𝑢4,2
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢4,3 = 𝑢4,3 ,
1
dan dari kondisi batas kiri pada persamaan (3.12) diperoleh 𝑢4,4 = 4∆y
2
sehingga 𝑢4,3 menjadi
2
𝑢4,3 2
= −𝑢4,3 + 2𝑢14,3 0.6875 + 0.25 𝑢15,3 + 𝑢13,3 + 0.0625 𝑢14,2
+ 𝑢14,2 + 4∆𝑦
2 1 1 1 1
2𝑢4,3 = 2𝑢4,3 0.6875 + 0.25 𝑢5,3 + 𝑢3,3 + 0.0625 2𝑢4,2 + 4∆𝑦
= 1.59375
2 0 1 1 1
𝑢5,1 = −𝑢5,1 + 2𝑢5,1 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢6,1 + 𝑢4,1
1 1
+ 0.0625 𝑢5,2 + 𝑢5,0
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢5,1 = 𝑢5,1 ,
1
selanjutnya dari kondisi batas dari persamaan (3.10) diperoleh 𝑢6,1 =
1
𝑢4,1 + 4∆𝑥, dan dari kondisi batas pada persamaan (3.11) diperoleh
1 1 2
𝑢5,0 = 𝑢5,2 sehingga 𝑢5,1 menjadi
2 2
+ 2𝑢15,1 0.6875 + 0.25 2𝑢14,1 + 4∆𝑥 + 0.0625 𝑢15,2 + 𝑢15,2
𝑢5,1 = −𝑢5,1
2 1 1 1
2𝑢5,1 = 2𝑢5,1 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢4,1 + 4∆𝑥 + 0.0625 2 × 𝑢5,2
= 1.03125
2 0 1 1 1
𝑢5,2 = −𝑢5,2 + 2𝑢5,2 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢6,2 + 𝑢4,2
1 1
+ 0.0625 𝑢5,3 + 𝑢5,1
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢5,1 = 𝑢5,1 ,
1 1
dan dari kondisi batas pada persamaan (3.10) diperoleh 𝑢6,2 = 𝑢4,2 +
2
4∆𝑥 sehingga 𝑢5,2 menjadi
2 2
+ 2𝑢15,2 0.6875 + 0.25 𝑢14,2 + 𝑢14,2 + 4∆𝑥
𝑢5,2 = −𝑢5,2
2 1 1 1 1
2𝑢5,2 = 2𝑢5,2 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢4,2 + 4∆𝑥 + 0.0625 𝑢5,3 + 𝑢5,1
= 1.28125
2 0 1 1 1
𝑢5,3 = −𝑢5,3 + 2𝑢5,3 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢6,3 + 𝑢4,3
1 1
+ 0.0625 𝑢5,4 + 𝑢5,2
0 2
Berdasarkan kecepatan awal pada persamaan (3.8) diperoleh 𝑢5,3 = 𝑢5,3 ,
1 1
dari kondisi batas pada persamaan (3.10) diperoleh 𝑢6,3 = 𝑢4,3 + 4∆𝑥,
1 1
dan dari kondisi batas kiri pada persamaan (3.12) diperoleh 𝑢5,4 = 𝑢5,2 +
2
4∆𝑦 sehingga 𝑢5,3 menjadi
2 2
+ 2𝑢15,3 0.6875 + 0.25 𝑢14,3 + 𝑢14,3 + 4∆𝑥 + 0.0625 𝑢15,2
𝑢5,3 = −𝑢5,3
+ 𝑢15,2 + 4∆𝑦
2 1 1 1
2𝑢5,3 = 2𝑢5,3 0.6875 + 0.25 2𝑢4,3 + 4∆𝑥 + 0.0625 2𝑢5,2 + 4∆𝑦
44
= 2.0313
nilai dari 𝑢(𝑥, 𝑦, 0.25) yang ditunjukkan pada Tabel (3.4) berikut:
𝑢(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗 , 0.5) 𝑦1 = −1 𝑦2 = 0 𝑦3 = 1
3 3 3
𝑥1 = −1 𝑢1,1 𝑢1,2 𝑢1,3
3 3 3
𝑥2 = −0.5 𝑢2,1 𝑢2,2 𝑢2,3
3 3 3
𝑥3 = 0 𝑢3,1 𝑢3,2 𝑢3,3
3 3 3
𝑥4 = 0.5 𝑢4,1 𝑢4,2 𝑢4,3
3 3 3
𝑥5 = 1 𝑢5,1 𝑢5,2 𝑢5,3
45
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Selanjutnya nilai 𝑢1,1 , 𝑢1,2 , 𝑢1,3 , 𝑢2,1 , 𝑢2,2 , 𝑢2,3 , 𝑢3,1 , 𝑢3,2 , 𝑢3,3 , 𝑢4,1 , 𝑢4,2 ,
3 3 3 3
𝑢4,3 , 𝑢5,1 , 𝑢5,2 , dan 𝑢5,3 yang ditunjukkan pada Tabel (3.5) di atas akan
sebagai berikut:
2 2
+ 0.0625 𝑢1,2 + 𝑢1,0
2 2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.9) diperoleh 𝑢0,1 = 𝑢2,1
2 2 3
dan dai persamaan (3.11) diperoleh 𝑢1,0 = 𝑢1,2 sehingga 𝑢1,1 menjadi
3 1 2 2 2 2
𝑢1,1 = −𝑢1,1 + 2𝑢21,1 0.6875 + 0.25 𝑢2,1 + 𝑢2,1 + 0.0625 𝑢1,2 + 𝑢1,2
3 1
𝑢1,1 = −𝑢1,1 + 2𝑢21,1 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢22,1 + 0.0625 2 × 𝑢21,2
2
𝑢1,1 = −0 + 2 0.03125 0.6875 + 0.25 2 × 0.09372 + 0.0625(2
× 0.28125)
= 0.125
3 1 2 2 2
𝑢1,2 = −𝑢1,2 + 2𝑢1,2 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢2,2 + 𝑢0,2
2 2
+ 0.0625 𝑢1,3 + 𝑢1,1
2 2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.9) diperoleh 𝑢0,2 = 𝑢2,2 ,
3
sehingga 𝑢1,2 menjadi
3
𝑢1,2 1
= −𝑢1,2 2
+ 2𝑢21,2 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢2,2 + 0.0625 𝑢21,3 + 𝑢21,1
2
𝑢1,2 = −0.25 + 2 0.28125 0.6875 + 0.25 2 × 0.34375 + 0.0625
(1.03125 + 0.03125)
= 0.3750
46
2 2
+ 0.0625 𝑢1,4 + 𝑢1,2
2 2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.9) diperoleh 𝑢0,3 = 𝑢2,3
2 2 3
dan dari persamaan (3.12) diperoleh 𝑢1,4 = 𝑢1,2 + 4∆𝑦 sehingga 𝑢1,3
menjadi
3 1 2 2 2 2
𝑢1,3 = −𝑢1,3 + 2𝑢21,3 0.6875 + 0.25 𝑢2,3 + 𝑢2,3 + 0.0625 𝑢1,2 + 𝑢1,2 + 4∆𝑦
3 1 2
𝑢1,3 = −𝑢1,3 + 2𝑢21,3 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢22,3 + 0.0625 2 𝑢1,2 + 4∆𝑦
2
𝑢1,3 = −1 + 2 1.03125 0.6875 + 0.25 2 × 1.09375 + 0.0625(2 × 0.28125
+ 4 × 0.5)
= 1.1250
2 2
+ 0.0625 𝑢2,2 + 𝑢2,0
2 2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.9) diperoleh 𝑢2,0 = 𝑢2,2
3
sehingga 𝑢2,1 menjadi
3
𝑢2,1 = −𝑢12,1 + 2𝑢22,1 0.6875 + 0.25 𝑢3,1
2 2
+ 𝑢1,1 2
+ 0.0625 𝑢2,2 2
+ 𝑢2,2
2
𝑢2,1 = −0.0625 + 2 0.09375 0.6875 + 0.25 0.28125 + 0.03125
+ 0.0625(0.34375 + 0.34375)
= 0.18750
3 1 2 2
𝑢2,2 = −𝑢2,2 + 2𝑢22,2 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢3,2 + 𝑢1,2
2 2
+ 0.0625 𝑢2,3 + 𝑢2,1
47
2
𝑢2,2 = −0.3125 + 2 0.34375 0.6875 + 0.25 0.53125 + 0.28125
+ 0.0625(1.09375 + 0.09375)
= 0.43750
3 1 2 2 2
𝑢2,3 = −𝑢2,3 + 2𝑢2,3 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢3,3 + 𝑢1,3
2 2
+ 0.0625 𝑢2,4 + 𝑢2,2
2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.12) diperoleh 𝑢2,4 =
2 3
𝑢2,2 + 4∆𝑦 sehingga 𝑢2,3 menjadi
3
𝑢2,3 = −𝑢12,3 + 2𝑢2,3
2 2
0.6875 + 0.25 𝑢3,3 2
+ 𝑢1,3 + 0.0625 2
𝑢2,2 2
+ 𝑢2,2 + 4∆𝑦
2
𝑢2,3 = −1.0625 + 2 1.09375 0.6875 + 0.25 1.28125 + 1.03125
= 1.18750
2 2
+ 0.0625 𝑢3,2 + 𝑢3,0
2 2
Berdasarkan kondisi batas persamaan (3.11) diperoleh 𝑢3,0 = 𝑢3,2
3
sehingga 𝑢3,1 menjadi
3
𝑢3,1 = −𝑢13,1 + 2𝑢23,1 0.6875 + 0.25 𝑢24,1 + 𝑢22,1 + 0.0625 𝑢3,2
2 2
+ 𝑢3,2
2
𝑢3,1 = −0.25 + 2 0.28125 0.6875 + 0.25 0.59375 + 0.09375
+ 0.0625(0.53125 + 0.53125)
= 0.669921
3 1 2 2 2 2 2
𝑢3,2 = −𝑢3,2 + 2𝑢3,2 1 − 𝑠 − 𝑝 + 𝑠 𝑢4,2 + 𝑢2,2 + 𝑝 𝑢3,3 + 𝑢3,1
48
2
𝑢3,2 = −0.5 + 2 0.53125 0.6875 + 0.25 0.84375 + 0.34375
+ 0.0625(1.28125 + 0.28125)
= 0.6250
3 1 2 2 2
𝑢3,3 = −𝑢3,3 + 2𝑢3,3 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢4,3 + 𝑢2,3
2 2
+ 0.0625 𝑢3,4 + 𝑢3,2
2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.12) diperoleh 𝑢3,4 =
2 3
𝑢3,2 + 4∆𝑦 sehingga 𝑢3,3 menjadi
3
𝑢3,3 = −𝑢13,3 + 2𝑢23,3 0.6875 + 0.25 𝑢4,3
2 2
+ 𝑢2,3 2
+ 0.0625 𝑢3,2 2
+ 𝑢3,2 + 4∆𝑦
2
𝑢3,3 = −1.250 + 2 1.28125 0.6875 + 0.25 1.59375 + 1.09375
= 1.3750
2 2
+ 0.0625 𝑢4,2 + 𝑢4,0
2 2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.11) diperoleh 𝑢4,0 = 𝑢4,2
3
sehingga 𝑢4,1 menjadi
3 2 2
𝑢4,1 = −𝑢14,1 + 2𝑢4,1
2
0.6875 + 0.25 𝑢5,1 + 𝑢5,1 2
+ 0.0625 𝑢4,2 2
+ 𝑢4,2
3
𝑢4,1 = −0.28041 + 2 0.31286 0.6875 + 0.25 0.14492 + 0.42130
+ 0.0625(2 × 0.84128)
= 0.6699
3 1 2 2 2
𝑢4,2 = −𝑢4,2 + 2𝑢4,2 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢5,2 + 𝑢5,2
2 2
+ 0.0625 𝑢4,3 + 𝑢4,1
3
𝑢4,2 = −0.94001 + 2 0.84128 0.6875 + 0.25 0.52815 + 0.94875
+ 0.0625(0.31286 + 0.31286)
= 0.9375
2 2
+ 0.0625 𝑢4,4 + 𝑢4,2
2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.12) diperoleh 𝑢4,4 =
2 3
𝑢4,2 + 4∆𝑦 sehingga 𝑢4,3 menjadi
3 2 2
𝑢4,3 = −𝑢14,3 + 2𝑢4,3
2
0.6875 + 0.25 𝑢5,3 + 𝑢5,3 2
+ 0.0625 𝑢4,2 2
+ 𝑢4,2
3
𝑢4,3 = −0.28041 + 2 0.31286 0.6875 + 0.25 0.14492 + 0.42130
+ 0.0625(2 × 0.84128)
= 1.6875
2 2
+ 0.0625 𝑢5,2 + 𝑢5,0
2 2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.10) diperoleh 𝑢6,1 = 𝑢4,1 +
2 2 3
4∆𝑥 dan dari persamaan (3.15) diperoleh 𝑢5,0 = 𝑢5,2 sehingga 𝑢5,1
menjadi
3 1 2 2 2
𝑢5,1 = −𝑢5,1 + 2𝑢5,1 0.6875 + 0.25 𝑢4,1 + 𝑢4,1
2 2
+ 0.0625 𝑢5,2 + 𝑢5,2
50
3 1 2 2
𝑢5,1 = −𝑢5,1 + 2𝑢5,1 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢4,1 + 0.0625 2 × 𝑢25,2
3
𝑢5,1 = −0.07065 + 2 0.14492 0.6875 + 0.25 2 × 0.31286
+ 0.0625(2 × 0.52815)
= 1.0283
2 2
+ 0.0625 𝑢5,3 + 𝑢5,1
2 2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.10) diperoleh 𝑢6,2 = 𝑢4,2 +
3
4∆𝑥 sehingga 𝑢5,2 menjadi
3 1 2 2 2
𝑢5,2 = −𝑢5,2 + 2𝑢5,2 0.6875 + 0.25 𝑢4,2 + 𝑢4,2
2 2
+ 0.0625 𝑢5,3 + 𝑢5,1
3
𝑢5,1 = −0.41997 + 2 0.52815 0.6875 + 0.25 2 × 0.84128
+ 0.0625(0.14492 + 0.14492)
= 1.3706
2 2
+ 0.0625 𝑢5,4 + 𝑢5,2
2 2
Berdasarkan kondisi batas pada persamaan (3.10) diperoleh 𝑢6,3 = 𝑢4,3 +
2 2
4∆𝑥 dan dari persamaan (3.12) diperoleh 𝑢5,4 = 𝑢5,2 + 4∆𝑦 sehingga
3
𝑢5,3 menjadi
3 1 2 2 2
𝑢5,3 = −𝑢5,3 + 2𝑢5,3 1 − 0.25 − 0.0625 + 0.25 𝑢4,3 + 𝑢4,3
2 2
+ 0.0625 𝑢5,2 + 𝑢5,2
51
3 1 2 2
𝑢5,3 = −𝑢5,3 + 2𝑢5,3 0.6875 + 0.25 2 × 𝑢4,3 + 0.0625 2 × 𝑢25,2
3
𝑢5,3 = −0.07065 + 2 0.14492 0.6875 + 0.25 2 × 0.31286
+ 0.0625(2 × 0.52815)
= 2.1250
nilai dari 𝑢(𝑥, 𝑦, 0.5) yang ditunjukkan pada Tabel (3.7) berikut:
Dari Tabel (3.6) dan Tabel (3.7) maka diketahui perbandingan error antara
solusi numerik dan solusi eksak yang ditunjukkan pada Tabel (3.8) berikut:
𝑥5 = 1 0.09667 0.004394 0
𝑛
Selanjutnya untuk nilai 𝑢𝑖,𝑗 pada Tabel (3.1), (3.3), dan (3.6) di atas
disimulasikan dalam bentuk grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar
(3.1) berikut :
ruang (𝑥, 𝑦) dan gelombang 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡). Dari Gambar (3.1) dari 𝑡 = 0 menuju
gelombang dari 0 menuju 0.1250 kemudian dari 𝑡 = 0,25 menuju 𝑡 = 0.5, saat
Pada simulasi kedua ini akan dilakukan simulasi dengan memilih nilai
∆𝑥, ∆𝑦, dan ∆𝑡 yang lebih kecil. Persamaan yang digunakan untuk simulasi adalah
𝜕2𝑢 2
𝜕2𝑢 𝜕2𝑢
= 𝑐 +
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
𝑢 𝑥, 𝑦, 0 = 𝑥 2 + 𝑦 2
𝜕𝑢
𝑥, 𝑦, 0 = 0
𝜕𝑡
𝜕𝑢
−5, 𝑦, 𝑡 = 0
𝜕𝑥
54
𝜕𝑢
5, 𝑦, 𝑡 = 2
𝜕𝑥
𝜕𝑢
𝑥, −5, 𝑡 = 0
𝜕𝑥
𝜕𝑢
𝑥, 5, 𝑡 = 2
𝜕𝑥
𝑐 2 ∆𝑡 2 𝑐 2 ∆𝑡 2
gelombang dua dimensi diketahui stabil dengan syarat + ≤ 1 sehingga
∆𝑥 2 ∆𝑦 2
akan dipilih nilai ∆𝑥, ∆𝑦, dan ∆𝑡 yang memenuhi. Simulasi ini dilakukan untuk
analisis uji kestabilan dan kekonvergenan yang menunjukkan bahwa grafik stabil
dalam kriteria kestabilan yang ditetapkan dan konvergen. Kestabilan ini juga
dapat digunakan sebagai acuan bahwa error tidak berkembang saat diterapkan
gelombang yang terjadi pada persamaan gelombang dua dimensi dapat dilihat
sebagai berikut:
Saat 𝑡 = 0 Saat 𝑡 = 1
55
Saat 𝑡 = 3
Saat 𝑡 = 4
Saat 𝑡 = 5
Gambar 3 4 Simulasi Perubahan Gelombang Dua Dimensi saat ∆𝑥 = 0.25, ∆𝑦 = 1 dan ∆𝑡 = 0.5
dafas
ruang (𝑥, 𝑦) dan gelombang 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡). Gambar tersebut diketahui bahwa grafik
terletak pada 𝑥 = {−5, −4, −3, … , 3, 4,5}, 𝑦 = {−5, −4, −3, … , 3, 4,5} serta
𝑡 = {0, 0.05, 0.1, 0.15, … 20}. Pada Gambar (3.2) gelombang perlahan mengalami
bergerak menuju titik batas dari (𝑥, 𝑦). Gelombang mencapai titik batas pada saat
mengalami perambatan menuju titik batas, dan gerak gelombang tersebut akan
dari analisis galat adalah untuk mengetahui seberapa dekat solusi numerik dengan
penelitian ini akan digunakan solusi alternatifnya dimana solusi eksak persamaan
𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑡 = 𝑥 2 + 𝑦 2 + 2𝑡 2
Setelah diketahui solusi eksak dan solusi numerik persamaan gelombang dua
Tabel 3.9 Nilai Error untuk 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) dengan variasi ∆𝑡 dengan 𝑡 ∈ [0,20].
𝑢𝑒𝑘𝑠𝑎𝑘 − 𝑢𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘
∆𝑡
𝑡=5 𝑡 = 10 𝑡 = 15 𝑡 = 20
0.01 0.0192 0.0169 0.0208 0.0152
0.025 0.2964 0.2632 0.3247 0.2231
Nilai error pada Tabel (3.6) yang ditampilkan diambil dari titik diskrit 𝑢
Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dilihat bahwa nilai error tidak melebihi 1
dilakukan digunakan untuk menguji apakah error iterasi skema eksplisit CTCS
57
error terhadap waktu dilakukan ketika ∆𝑡 = 0,01 dan ∆𝑡 = 0,025 pada waktu ke-
15 yang akan diuji apakah hasil iterasi yang memenuhi orde error 𝒪 ∆𝑡 3 atau
0.0192
tidak. Dari Tabel (3.6) nilai error maksimum dapat dihitung = 0.06477
0.2964
0.01 3
3
dimana ≈ 0.4 = 0.064. Hal ini menunjukkan bahwa prosedur iterasi
0.025
dengan skema eksplisit CTCS pada persamaan gelombang dua dimensi memnuhi
kriteria 𝒪 ∆𝑡 3 .
Selanjutnya analisis error untuk suatu ∆𝑥 dapat dilihat pada Tabel 3.7
sebagai berikut:
Tabel 3.10 Nilai Error untuk 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) dengan variasi ∆𝑥 dengan 𝑡 ∈ [0,20].
𝑢𝑒𝑘𝑠𝑎𝑘 − 𝑢𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘
∆𝑥
𝑡=5 𝑡 = 10 𝑡 = 15 𝑡 = 20
0.1 0.0192 0.0169 0.0208 0.0152
0.25 0.2812 0.2657 0.3173 0.2375
selisih antara nilai hampiran sebelumnya dengan nilai sekarang yang absolut.
Nilai error tersebut diambil dari titik diskrit 𝑢 pada interval waktu 𝑡 ∈ [0,20].
Berdasarkan nilai pada Tabel 3.7 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya nilai error
dilakukan digunakan untuk menguji apakah error iterasi skema eksplisit CTCS
error terhadap waktu dilakukan ketika ∆𝑥 = 0,1 dan ∆𝑥 = 0,25 pada waktu ke-20
yang akan diuji apakah hasil iterasi yang memenuhi orde error 𝒪 ∆𝑥 3 atau
58
0.0152
tidak. Dari Tabel (3.6) nilai error maksimum dapat dihitung = 0.064
0.2375
0.1 3 3
dimana ≈ 0.4 = 0.064. Hal ini menunjukkan bahwa prosedur iterasi
0.25
dengan skema eksplisit CTCS pada persamaan gelombang dua dimensi memnuhi
kriteria 𝒪 ∆𝑥 3 .
Kemudian analisis error untuk suatu ∆𝑦 dapat dilihat pada Tabel 3.8
sebagai berikut:
Tabel 3.11 Nilai Error untuk 𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡) dengan variasi ∆𝑦 dengan 𝑡 ∈ [0,20].
𝑢𝑒𝑘𝑠𝑎𝑘 − 𝑢𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘
∆𝑦
𝑡=5 𝑡 = 10 𝑡 = 15 𝑡 = 20
0.1 0.0192 0.0169 0.0208 0.0152
0.25 0.2812 0.2657 0.3173 0.2375
diabsolutkan. Nilai-nilai error tersebut diambil dari setiap titik diskrit 𝑢 pada
interval waktu 𝑡 ∈ [0,20]. Berdasarkan nilai pada Tabel 3.8 di atas, dapat dilihat
dilakukan digunakan untuk menguji apakah error iterasi skema eksplisit CTCS
error terhadap waktu dilakukan ketika ∆𝑥 = 0,1 dan ∆𝑥 = 0,25 pada waktu ke-20
yang akan diuji apakah hasil iterasi yang memenuhi orde error 𝒪 ∆𝑦 3 atau
0.0152
tidak. Dari Tabel (3.6) nilai error maksimum dapat dihitung = 0.064
0.2375
0.1 3 3
dimana ≈ 0.4 = 0.064. Hal ini menunjukkan bahwa prosedur iterasi
0.25
59
dengan skema eksplisit CTCS pada persamaan gelombang dua dimensi memenuhi
kriteria 𝒪 ∆𝑦 3 .
perambatan. Pada kasus gelombang dua dimensi getaran tersebut melewati dua
mediun perambatan berupa panjang dan lebar. Fenomena gelombang dua dimensi
seringkali kita temui pada kehidupan sehari-hari yakni merupakan riak air dan
صٍنَم َمهُج ٱ ِّدذٌنَم فَم َم َّم ا نَم َّمج ٰى ُج ۡل إِ َمى ٱ ۡل َم ِّدش فَم ِ ۡلن ُج
ِ ِ ل َم ِ َمد َمع ُج ْا ٱ َّم َم ُج ۡلخ ج َم ٱ ُّظٞ َموإِ َمرا َم ِ ٍَم ُج َّم ۡل
ٞۚ ِ ُّظ ۡلقتَم
٣٢ اس َمكفُج ٖس ٖ جذ َمو َم ا ٌَم ۡلج َمح ُجذ بَمِا ٌَٰمتِنَمآ إِ َّمَّل ُجك ُّظ َمختَّمٞ ص
32. Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan
tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi
ingkar
Ayat ini menunjukkan salah satu kebesaran Allah SWT berfirman “dan
apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung...” yakni apabila
orang-orang musyrik tersebut di timpa ombak ketika berlayar dan mereka takut.
Ombak besar laksana gunung ini bisa diartikan sebagai banjir bandang atau
tsunami. Tsunami sendiri merupakan suatu kekuasaan Allah SWT yang mana
ي ٱ ۡل فُج ۡل ُج
ٖ َمو ٍُِج ِزٌقَم ُج ِّد ن َّمس ۡل َم تِ ِهۦ َمو ِتَم ۡلج ِش َم ِّد ٰ َمش اا ُج َم َمو ِ ۡلن َم ا ٌَٰمتِ ِهۦٓ أَمن ٌ ۡلُجش ِس َم ٱ ِّدشٌَم َم
٤٦ ُجون ُج ش َم تَم ۡل بِ َم ۡل ِش ِۦ َمو ِتَم ۡل تَم ُج ْا ِ ن فَم ۡل ِ ِۦه َمو َم َمع َّم ُج ۡل
46. Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin
sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-
60
Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu
dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahn kamu bersyukur.
serta bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa Allah telah meniupkan “angin”
menghalau awan ke suatu tempat, kemudian awan itu semakin berat sehingga
menjadi mendung yang akan menurunkan hujan dalam tafsir Al-Misbah ayat
tersebut berbicara tentang angin yang menggambarkan nikmat dan kuasa Allah
SWT. yang ada di darat maupun di laut. Angin ada yang membawa manfaat dan
ada yang menyebabkan bencana. Makna “angin” dalam ayat ini adalah
gelombang, bukan saja gelombang bunyi yang dapat membawa kabar tetapi juga
persamaan gelombang dua dimensi dengan metode beda hingga skema eksplisit
CTCS (Central Time Central Space). Pada matematika jika suatu persamaan
diferensial tidak dapat dicari dengan solusi eksaknya maka dapat dicari dengan
solusi numeriknya. Hal ini membuktikan bahwa setiap masalah ada panyelesaian
٦ إِ َّمن َم َمع ٱ ۡل ُجع ۡل ِش ٌُج ۡل ٗشا٥ فَمإ ِ َّمن َم َمع ٱ ۡل ُجع ۡل ِش ٌُج ۡل شًا
5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Agaknya Allah SWT. dalam ayat 5 dan 6 ini bermaksud menjelaskan salah
satu sunnah-Nya yang bersifat umum dan konsisten yaitu “setiap kesulitan pasti
kesulitan (permasalahan) yang dihadapi pasti ada celah-celah baik manusia yang
61
yang tidak semuanya dapat diselesaikan secara analitik. Jika dari suatu model
matematika sulit diperoleh solusi analitiknya, maka tetap harus berusaha dicari
hasil daripada solusi analitiknya, sehingga terdapat beda antara solusi analitik
dengan solusi pendekatannya yang disebut dengan error (Munir, 2010:5). Solusi
numerik.
٦٩ ا َموإِ َّمن ٱ َّم َم َم َم َمع ٱ ۡل ُج ۡلح ِ نٍِنَمٞۚ وا فٍِنَما َمنَم ۡل ِذٌَمنَّم ُج ۡل ُجس ُج َمنَم
ْ َموٱ َّم ِزٌنَم ٰ َمج َم ُجذ
69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.
jika tidak dapat dicari solusinya maka dapat diselesaikan dengan pendekatan hasil
Hasil dari metode numerik merupakan nilai perkiraan atau pendekatan dari
penyelesaian analitiknya atau yang sering disebut dengan solusi numerik. Solusi
numerik tergolong kategori zan (perkiraan) dan bkan kategori yakin (pasti)
جٞ إ ِ َّمن ٱ َّم َم ِعن َمذ ُجۥ ِع ۡل ُج ٱ َّما َمع ِ َموٌُجنَم ِّدز ُجل ٱ ۡل َم ۡلٍ َم َموٌَم ۡلع َم ُج َم ا فًِ ٱ ۡل َم ۡلس َم ِاا َمو َم ا تَم ۡلذ ِسي نَم ۡلف
س َّم ا َمرا
٣٤ ُج إِ َّمن ٱ َّم َم َمع ٍِ ٌ َمخ ٍِ ُۢ ُجشٞۚ ض تَم ُج ٖ ي أ ۡلس
سُج بِ َم ِّد َم ُۢ تَم ۡل ِ بُج َم ٗذا َمو َم ا تَم ۡلذسي نَم ۡلف
ِ
34. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat;
dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
Dari ayat diatas kita tahu bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan
solusi numeriknya merupakan penedekatan yang tidak tepat sama dengan solusi
analitknya, karena antara solusi analitik dengan solusi numerik pasti terdapat
kesalahan atau error yang menyertainya. Oleh karena itu, solusi numerik dari
persamaan gelombang sua dimensi yang diteliti ini tergolong dalam kategori zan
4.1 Kesimpulan
berikut:
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
+2𝑢𝑖,𝑗 1 − 𝑠 − 𝑝 + 𝑠 𝑢𝑖+1,𝑗 + 𝑢𝑖−1,𝑗 + 𝑝 𝑢𝑖,𝑗 +1 + 𝑢𝑖,𝑗 −1 .
2. Metode beda hingga skema eksplisit CTCS pada persamaan Gelombang dua
𝑐 2 ∆𝑡 2 𝑐 2 ∆𝑡 2
dimensi bersifat stabil dengan syarat kestabilan + ≤ 1.
∆𝑥 2 ∆𝑦 2
3. Metode beda hingga skema eksplisit CTCS pada persamaan gelombang dua
mendekati nol.
4.2 Saran
untuk meliti terkait solusi eksak dari persamaan Gelombang dua dimensi
63
DAFTAR RUJUKAN
Alonso, M. Dan Finn, J.E. 1994. Dasar-dasar Fisika dan Gelombang Universitas
Jilid 2 Medan. Jakarta: Erlangga.
Chapra, S.C. dan Canale R.P. 1998. Metode Numerik Jilid 1 Edisi Kedua.
Terjemahan I. Nyoman Susila . Jakarta: Erlangga.
64
Lampiran 1. Progam Contoh Aplikasi Solusi Numerik Persamaan
clc,clear, clf
%fix terakhir cek
c = 1;
dx = 0.5;
dy = 1;
dt = 0.25;
l = 1;
x = 0:dx:1;
y = 0:dy:1;
t = 0:dt:0.5;
K = length(x);
L = length(y);
M = length(t);
u = zeros(K,L,M);
[X,Y] = meshgrid(x,y)
a = X'
b = Y'
for i=1:K
for j=1:L
u(i,j,1) = x(i).^2+y(j).^2
end
end
surf(a,b,u(:,:,1))
grid on
pause(0.01)
s = c.^2*dt.^2/dx.^2
p = c.^2*dt.^2/dy.^2
for i = 1:K
for j = 1:L
if j==1 & i==1
u(i,j,2)= (2*u(1,1,1)*(1-s-p) +2*s*u(2,1,1)...
+2*p*u(1,2,1))/2;
elseif j==L & i==1
u(i,j,2)= (2*u(1,L,1)*(1-s-p) +2*s*u(2,L,1)...
+2*p*(u(1,L-1,1)+2*dy))/2;
elseif i==K & j==1
u(i,j,2)= (2*u(K,1,1)*(1-s-p) +s*(4*dx+u(K-1,1,1))...
+p*(u(K,2,1)+u(K,2,1)))/2;
elseif i==1
u(i,j,2)= (2*u(1,j,1)*(1-s-p) +2*s*u(2,j,1)...
+p*(u(1,j+1,1)+u(1,j-1,1)))/2;
elseif i==K
u(i,j,2)= (2*u(K,j,1)*(1-s-p) +s*(4*dx+2*u(K-
1,j,1))...
+p*(u(K,j+1,1)+u(K,j-1,1)))/2;
elseif j==L
u(i,j,2)= (2*u(i,L,1)*(1-s-p) +s*(u(i+1,L,1) +u(i-
1,L,1))...
+p*(4*dy+2*u(i,L-1,1)))/2;
else
u(i,j,2) = (2*u(i,j,1)*(1-s-p) +s*(u(i+1,j,1) +u(i-
1,j,1))...
+p*(u(i,j+1,1)+u(i,j-1,1)))/2;
end
end
end
surf(a,b,u(:,:,1))
grid on
pause(0.01)
for n = 2:M-1
for j = 1:L
for i = 1:K
if j==1 & i==1
u(i,j,n+1)= 2*u(1,1,n)*(1-s-p) +s*(u(2,1,n)
+u(2,1,n))...
+2*p*u(1,2,n)-u(1,1,n-1);
elseif j==L & i==1
u(i,j,n+1)= 2*u(1,L,n)*(1-s-p) +2*s*u(2,L,n)...
+p*(2*u(1,L-1,n)+4*dy)-u(1,L,n-1);
elseif i==K & j==1
u(i,j,n+1)= (2*u(K,1,n)*(1-s-p) + s*(2*u(K-
1,1,n)+4*dx)...
+p*(u(K,2,n)+u(K,2,n)))-u(K,1,n-1);
elseif i==1
u(i,j,n+1)= 2*u(1,j,n)*(1-s-p) +2*s*u(2,j,n)...
+p*(u(1,j+1,n)+u(1,j-1,n))-u(1,j,n-1);
elseif j==1
u(i,j,n+1)= (2*u(i,1,n)*(1-s-p) +s*(u(i+1,1,n) +u(i-
1,1,n))...
+2*p*u(i,2,n))-u(i,1,n-1);
elseif i==K
u(i,j,n+1)= (2*u(K,j,n)*(1-s-p) +s*(2*u(K-
1,j,n)+4*dx)...
+p*(u(K,j+1,n)+u(K,j-1,n)))-u(K,j,n-1);
elseif j==L
u(i,j,n+1)= (2*u(i,L,n)*(1-s-p) +s*(u(i+1,L,n) +u(i-
1,L,n))...
+p*(2*u(i,L-1,n)+4*dy))-u(i,L,n-1);
else
u(i,j,n+1) = -u(i,j,n-1) +2*u(i,j,n)*(1-s-p)
+s*(u(i+1,j,n) +u(i-1,j,n))...
+p*(u(i,j+1,n)+u(i,j-1,n));
end
end
end
surf(a,b,u(:,:,n))
grid on
pause(0.01)
end
surf(a,b,u(:,:,n+1))
grid on
pause(0.01)
for i=1:K
for j=1:L
for n=1:M
uk(i,j,n)=x(i).^2+y(j).^2+2*t(n).^2;
end
end
end
error(:,:,n)= abs(uk(:,:,n)-u(:,:,n));
Dari progam contoh aplikasi tersebut diperoleh nilai iterasi pertama, kedua,
u(:,:,1) =
0 1.0000
0.2500 1.2500
1.0000 2.0000
u(:,:,2) =
0.1250 1.1250
0.3750 1.3750
1.0938 2.1250
u(:,:,3) =
0.5000 1.5000
0.7422 1.7500
1.4570 2.4961
uk(:,:,1) =
0 1.0000
0.2500 1.2500
1.0000 2.0000
uk(:,:,2) =
0.1250 1.1250
0.3750 1.3750
1.1250 2.1250
uk(:,:,3) =
0.5000 1.5000
0.7500 1.7500
1.5000 2.5000
Lampiran 2. Progam Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi
clc,clear, clf
%fix terakhir cek
c = 1;
dx = 0.1;
dy = 0.1;
dt = 0.05;
l = 5;
x = -l:dx:l;
y = -l:dy:l;
t = 0:dt:20;
K = length(x);
L = length(y);
M = length(t);
for i=1:K
for j=1:L
u(i,j,1) = x(i).^2+y(j).^2;
end
end
surf(x,y,u(:,:,1))
grid on
pause(0.01)
s = c.^2*dt.^2/dx.^2;
p = c.^2*dt.^2/dy.^2;
for j = 1:L
for i = 1:K
if j==1 & i==1
u(i,j,2)= (2*u(1,1,1)*(1-s-p) +s*(u(2,1,1)
+u(2,1,1))...
+2*p*u(1,2,1))/2;
elseif j==L & i==1
u(i,j,2)= (2*u(1,L,1)*(1-s-p) +2*s*u(2,L,1)...
+p*(4*dy+2*u(1,L-1,1)))/2;
elseif i==K & j==1
u(i,j,2)= (2*u(K,1,1)*(1-s-p) +s*(4*dx+u(K-1,1,1))...
+p*(u(K,2,1)+u(K,2,1)))/2;
elseif i==1
u(i,j,2)= (2*u(1,j,1)*(1-s-p) +2*s*u(2,j,1)...
+p*(u(1,j+1,1)+u(1,j-1,1)))/2;
elseif i==K
u(i,j,2)= (2*u(K,j,1)*(1-s-p) +s*(4*dx+u(K-1,j,1)
+u(K-1,j,1))...
+p*(u(K,j+1,1)+u(K,j-1,1)))/2;
elseif j==L
u(i,j,2)= (2*u(i,L,1)*(1-s-p) +s*(u(i+1,L,1) +u(i-
1,L,1))...
+p*(4*dy+u(i,L-1,1)+u(i,L-1,1)))/2;
else
u(i,j,2) = (2*u(i,j,1)*(1-s-p) +s*(u(i+1,j,1) +u(i-
1,j,1))...
+p*(u(i,j+1,1)+u(i,j-1,1)))/2;
end
end
end
surf(x,y,u(:,:,1))
grid on
pause(0.01)
for n = 2:M-1
for j = 1:L
for i = 1:K
if j==1 & i==1
u(i,j,n+1)= 2*u(1,1,n)*(1-s-p) +s*(u(2,1,n)
+u(2,1,n))...
+2*p*u(1,2,n)-u(1,1,n-1);
elseif j==L & i==1
u(i,j,n+1)= 2*u(1,L,n)*(1-s-p) +2*s*u(2,L,n)...
+2*p*u(1,L-1,n)-u(1,L,n-1);
elseif i==K & j==1
u(i,j,n+1)= (2*u(K,1,n)*(1-s-p) +2*s*u(K-1,1,n)...
+p*(u(K,2,n)+u(K,2,n)))-u(K,1,n-1);
elseif i==1
u(i,j,n+1)= 2*u(1,j,n)*(1-s-p) +2*s*u(2,j,n)...
+p*(u(1,j+1,n)+u(1,j-1,n))-u(1,j,n-1);
elseif j==1
u(i,j,n+1)= (2*u(i,1,n)*(1-s-p) +s*(u(i+1,1,n) +u(i-
1,1,n))...
+2*p*u(i,2,n))-u(i,1,n-1);
elseif i==K
u(i,j,n+1)= (2*u(K,j,n)*(1-s-p) +s*(u(K-1,j,n) +u(K-
1,j,n))...
+p*(u(K,j+1,n)+u(K,j-1,n)))-u(K,j,n-1);
elseif j==L
u(i,j,n+1)= (2*u(i,L,n)*(1-s-p) +s*(u(i+1,L,n) +u(i-
1,L,n))...
+p*(u(i,L-1,n)+u(i,L-1,n)))-u(i,L,n-1);
else
u(i,j,n+1) = -u(i,j,n-1) +2*u(i,j,n)*(1-s-p)
+s*(u(i+1,j,n) +u(i-1,j,n))...
+p*(u(i,j+1,n)+u(i,j-1,n));
end
end
end
surf(x,y,u(:,:,n)), zlim([0,50])
pause(0.01)
end
surf(x,y,u(:,:,n+1)), zlim([0,50])
pause(0.01)
for i=1:K
for j=1:L
for n=1:M
uk(i,j,n)=x(i).^2+y(j).^2+2*t(n).^2;
end
end
end
error(:,:,n)= abs(uk(:,:,n)-u(:,:,n));
RIWAYAT HIDUP
1 Ponorogo yang ditamatkan pada tahun 2008. Pda tahun yang sama dia
pada tahun 2011. Kemudian dia melanjutkan pendidikan menengah atass di MAN
2 Madiun yang ditamatkan pada tahun 2013. Selanjutnya, pada tahun 2013