BAB IV
UJI CHI-SQUARE
Jumlah kelas : 5 Ket. : Jumlah kelas yang dikehendaki untuk
uji Chi-Kuadrat
KALA-ULANG
Jumlah kasus : 8 Ket. : Jumlah probabilitas yang dikehendaki
Tabel 4.3 Hasil Analisa Parameter Statistik Menggunakan Data Curah Hujan
Kantor Pekerjaan Umum Pekanbaru
P = m/ Debit Ln Debit
m Tahun
(N+1) (m3/dt) (m3/dt)
1 0.091 2009 461.400 6.134
2 0.182 2007 451.000 6.111
3 0.273 2008 416.000 6.031
4 0.364 2006 396.300 5.982
5 0.455 2012 393.800 5.976
6 0.545 2014 302.400 5.712
7 0.636 2010 301.600 5.709
8 0.727 2015 198.400 5.290
9 0.818 2011 194.000 5.268
10 0.909 2013 192.400 5.260
Jumlah Data = 10 10
Nilai Rerata (Mean) = 330.730 5.747
Standar Deviasi (S) = 107.538 0.357
Koefisien Skewness (Cs) = -0.273 -0.511
Koefisien Kurtosis (Ck) = -1.709 -1.592
Koefisien Variasi (Cv) = 0.325 0.062
Nilai Tengah = 348.100 5.844
Sumber : Hasil running program bantu analisa distribusi frekuensi 2017
Kesimpulan :
1. Menurut hasil analisa parameter statistik, Distribusi yang sesuai adalah
Distribusi Normal dengan nilai Cs-0.273 yang mendekati nol.
Tabel 4.4 Uji Distribusi Chi-Square Curah Hujan Maksimum Kantor Pekerjaan
Umum Pekanbaru.
a) Aplikasi Normal
Kela Debit ( Ef-Of )2
P(x >= Xm) Ef Of Ef - Of
s (m3/dt) / Ef
Aplikasi Log-Normal
b) Aplikasi Gumbel
Kela Debit ( Ef-Of )
P(x >= Xm) Ef Of Ef - Of
s (m3/dt) 2
/ Ef
Kesimpulan :
DKritik
0.410 0.176 0.193 0.222 0.178
=
Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber : Hasil running program bantu analisa distribusi frekuensi 2017
Ket. :
m = Peringkat
P = Peluang di lapangan
Do = Selisih peluang lapangan dengan peluang teoritis
Kesimpulan :
Uji Smirnov-Kolmogorov menggunakan nilai Delta Kritik 0,410. Menurut Uji
Smirnov-Kolmogorov, keempat distribusi diterima karena kurang dari nilai Delta
Kritik (D0) 0,410, tetapi dari hasil didapat Distribusi Normal adalah yang terbaik
dengan nilai Delta Kritik terkecil 0,176 artinya peluang kesalahan lapangan dan
teori yang didapat kecil.
Hasil perhitungan intensitas hujan untuk kala ulang 2,5,10 dan 20 tahun
dapat dilihat pada Tabel 4.7 serta intensitas hujan untuk kala ulang terpilih pada
Tabel 4.8 dapat dilihat Berikut contoh Perhitungan Intensitas Hujan Dengan
Metode Mononobe :
....................................................................................(1.1)
Diketahui :
Hujan Harian Maksimum (R24) = 421.237 mm (kala ulang 5 tahun)
Tc = 1 jam
Maka :
Peta subcathment di dalam program EPA SWMM 5.0 dapat dilihat pada Gambar
4.1.
1. Area
Adalah daerah subcatchment yang dipakai untuk pengukuran daerah
resapan air, area dapat juga disebut sebagai luas daerah. Mencari luas dapat
menggunakan rumus luasan subscacthment pada data, Penulis mendapatkan nilai
area dari peta topografi di autocad.
2. Width
Adalah lebar subcatchment. Width dapat dicari dengan autocad,yaitu:
a. Klik ”linier” ,
b. Klik pada subcatchment, tentukan titik yang diinginkan, nilaiwidth dapat
dilihat pada dimension text.
3. % Slope
Adalah kemiringan sungai disetiap subcatchment, menentukandengan cara,
beda elevasi pada batas subcatchment dibagi panjangsungai setiap subcatchment
4. % Impervious
Adalah daerah atau suatu bagian dari daerah yang kedap air, tidakdapat
menyerap air, misalnya jalan beraspal, rumah tinggal,perkantoran, pabrik,
pertokoan, dll. % Impervious ditentukanberdasarkan persentase. Untuk daerah
Subcatchment 3 merupakan kawasan perumahan penduduk sehingga %
Impervious yang digunakan adalah Neighborhood Areasdengan persentase 85.
5. N-impervious
Koefisien angka manning untuk daerah yang kedap air, contohpemukiman,
jalan raya, dll. Pada Subcatchment 3 dengan jenis saluranoutput yang ada berupa
Concrete (beton) dengan nilai koefisien manning yang digunakan adalah 0,011.
6.N-pervious
Koefisien angka manning untuk daerah yang tidak kedap air,contoh sawah,
kebun dan hutan. Untuk daerah natural (alami) menggunakan nilai koefisien
manning 0,130
7. D-Store imperv
Adalah simpanan lekukan yang kedap air, contoh perumahan, jalanraya,
(menggunakan angka default pada EPA SWMM)
8. D-Store perv
Adalah simpanan lekukan yang tidak kedap air, (menggunakanangka
default pada EPA SWMM)
9. % Zero impervious
Adalah persentase area untuk daerah yang kedap air,(menggunakan angka
default pada EPA SWMM)
10. Method
Metode infiltrasi yang digunakan adalah Horton(untuk daerah perkotaan).
13. Shape
Bentuk saluran yang digunakan adalah Persegi dan terbuka (Open
Rectangular).
4.2.2 Junction
Junction adalah titik sistem drainase dimana saluran-saluran
bergabung.Secara fisik dapat mewakili pertemuan saluran air yang alami, lubang
padasistem pembuangan, atau sambungan pipa-pipa. Aliran masuk dari luardapat
memasuki aliran dari junction. Junction ditempatkan pada elevasiterendah
(sungai) yang berbatasan dengan subcatchment lain. Jumlahjunction ada 4
buah.Parameter input untuk junction meliputi:
1. Elevasi ketinggian,
Kedalaman maksimum
2. Data yang ada kemudian disusun menjadi Tabel 4.8, tujuannya untuk
mempermudah pengolahan data.
4.2.3 Conduit
Conduit adalah pipa atau saluran yang memindahkan air dari satu junctionke
junction yang lain dalam sistem pengairan. Penampang saluran untukconduit
dapat dipilih dari tipe saluran tertutup atau terbuka yang dapatdilihat pada
Gambar 2.4. Bentuk saluran yang tidak beraturan juga dapatdilihat pada Gambar
2.4. Pada perencanaan ini, Tipe saluran yang digunakan adalah open rectangular.
Conduit dapat dihitung dengan mengukur panjangalur sungai. Parameter-
parameter yang digunakan meliputi:
1. Shape (bentuk saluran open rectangular),
2. Max depth (kedalaman),
3. Length (panjang saluran),
4. Roughness (koefisien kekasaran saluran).
Untuk selanjutnya nilai parameter-parameter diatas dapat dilihat pada Tabel 4.9
Data hujan didapat dari hasil simulasi sendiri atau data eksternal. Input
data untuk raingage meliputi tipe data hujan ( contoh,intensitas, volume, atau
volume kumulatif). Interval waktu pendataan,contoh, tiap jam, tiap 5 menit, dll.
Pada tugas akhir ini, data hujan yangkami gunakan berasal dari Data Curah
Hujan Maksimum Senapelan Kota Pekanbaru. Data tersebut mempunyai interval
waktu pendataan tiap 5 menit selama 1 jam. Data hujan yang
digunakanberdasarkan Tabel 4.11 kala ulang pada lampiran, sehingga digunakan
kala ulang 5 tahun sebagai kala ulang terpilih untuk menjadi input data dalam
EPA SWMM 5.0.
4.2.5 Outfall
Outfall adalah titik paling akhir dari sistem drainase. Untuk tipe
flowrottingyang lain bertingkah laku mirip junction. Hanya satu saluran yang bisa
tersambung ke titik outfall. Kondisi outfall bisa dijelaskan dengan salahsatu dari
tahap-tahap berikut
1. Kedalaman aliran normal/kritikal pada saluran penghubung,
2. Tingkat Elevasi yang telah ditentukan,
3. Tingkat ketinggian air pasang yg di hubungkan dengan table ketinggianair
pasang dan waktu,
4. Data hujan yang sudah ditentukan sendiri dan waktu.
Parameter input outfall adalah elevasi ketinggian.
Nodes/Links :
a. Nodes
Kemudian klik Ok
4. kemudian lihat pada monitor bagian kiri bawah paling ujung adaketerangan
“Auto-length on” diganti dengan “Auto-length off”
5. kemudian mulai membuat Subcatchment dengan cara sebagai berikut:select
view >> toolbars >> object
j. Options >>
Gambar 4.18 Water elevation profile Node J1-J4 Jika Hujan selama 15 menit
Sumber : Hasil running Simulasi EPA SWMM 5,0 2017
Gambar 4.19 Hasil running model untuk skematisasi perancangan sistem drainase dengan
dimensi saluran lebar 1.50 m dan kedalaman 1.50 m
Sumber : Hasil running Simulasi EPA SWMM 5,0 2017
Gambar 4.20 Water elevation profile Node J1-Out 1 jika hujan selama 15 menit
Sumber : Hasil running Simulasi EPA SWMM 5,0 2017
Dari hasil simulasi eksisting EPA SWMM dengan dimensi saluran lebar 1.50 m dan
kedalaman 1.50 m saluran drainase di Jalan Balam Sakti Kecamatan Tampan dapat dilihat pada
gambar 4.2 diatas merupakan hasil simulasi pada 15 menit turunnya hujan dimana kapasitas
tampung saluran dari J1-Out1 sedikit terisi (nilai kapasitas <1) sehingga tidak terjadinya luapan
banjir ke badan jalan pada J1-Out, dimana pada Junction 1 hingga Junction 2, nilai kapasitas
tampung 0.70 hingga outlet 1. Selain itu, juga tidak terjadi genangan mulai dari J4-Out2 dengan
nilai kapasitas untuk junction 4 hingga Junction 3 yaitu 0.25 hingga outlet 2, nilai kapasitas
tampungnya sebesar 0.19. Artinya kapasitas tampung drainase yang ada mampu menampung
seluruh beban limpasan permukaan (hujan) yang masuk ke dalam drainase sehingga tidak
terjadinya banjir dikawasan tersebut. Untuk lebih jelasnya hasil simulasi antara waktu terhadap
kapasitas tampung drainase diperlihatkan pada Tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14 Hasil Simulasi Antara Waktu Terhadap Kapasitas Tampung Saluran Drainase
(lebar 1.50 m dan kedalaman 1.50 m )