BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan
mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung kemulut
untuk dimastikasi. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau, kambing, serta
domba.Ternak non-ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki satu buah lambung
atau disebut juga dengan ternak monogastrik.Contohnya : Ayam, burung, kuda serta babi
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia sama halnya pada ternak pada umumnya
yaitu sebagai alat untuk mencerna bahan pakan, menyerap zat-zat makanan dan
mengeluarkan sisa pakan. Saluran pencernaan dipengaruhi oleh jenis bahan yang
dikonsumsi.Pakan utama dari ternak ruminansia adalah berupa pakan hijauan.Pakan hijauan
umumnya bersifat amba (bulky) dan serat kasarnya tinggi.Keistimewaan ruminansia terletak
pada sistem pencernaannya yang mampu memanfaatkan bahan makanan NPN (Non Protein
Nitrogen)dan berserat kasar tinggi.Kemampuannya dalam mencerna bahan makanan NPN
dan berserat kasar tinggi, terletak pada rumen yang berfungsi mencerna serat kasar secara
fermentasi dengan bantuan mikroba rumen.
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Misalnya,
kehadiran fungi dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat karena
dia membentuk koloni pada jaringan selullosa pakan.Rizoid fungi tumbuh jauh menembus sel
tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Pada ternak yang mendapat pakan serat, perkembangan bakteri pencerna serat perlu
ditingkatkan.Di dalam rumen ada tiga jenis mikroorganisme, yaitu bakteri, protozoa, dan
fungi. Pakan dengan kualitas rendah menyebabkan kontribusi mikroba pada ternak semakin
besar, sedangkan pada kondisi pakan miskin akan nutrisi populasi protozoa cenderung
menekan perkembangan bakteri dan fungi karena protozoa tidak mendapat pakan yang layak
bagi dirinya, padahl kedua golongan mikroba ini sangat dibutuhkan dalam pencernaan serat
kasar, sehingga keberadaan protozoa harus terkontrol terutama di daerah pakan berkualitas
rendah.
1.2 Permasalahan
1. Apa jenis-jenis dari Mikroba dalam rumen?
2. Bagaimana proses fermentasi oleh mikroba dalam pencernaan ruminansia ?
3. Bagaimana sifat dan cara kerja mikroba dalam mencerna bahan makanan?
4. Faktor apakah yang mempengaruhi kehidupan mikroba rumen?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis dari Mikroba dalam rumen
2. Mengtahui Proses fermentasi oleh mikroba dalam pencernaan ruminansia
3. Mengetahui sifat dan cara kerja mikroba dalam mencerna bahan makanan
4. Mengetahui faktor apakah yang mempengaruhi kehidupan mikroba rumen
1.4 Manfaat
Dengan mempelajari mikroba yang terdapat pada lambung ruminansia berikut proses
fermentasinya, maka diperoleh pemahaman mengenai jenis bahan makanan apa saja yang
digunakan oleh bakteri untuk hidup, sehingga pakan yang diberikan dicerna secara optimal
oleh mikroba rumen.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan (Tractus
alimentarius) dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi alat pencernaan,
terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak (polygastric
animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang, kelompok hewan
berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain manusia, anjing, kucing, babi, kuda
dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric animals) antara
lain ayam, bebek, angsa, dan burung. Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai
ruminansia dan yang berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia.Unggas
yang merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke
dalam non-ruminansia. (
Ruminansia merupaka poligastrik yang mempunyai lambung depanyang terdiri dari
Retikulum (perut jala), Rumen (perut handuk), Omasum (perut kitab), dan lambung sejati ,
yaitu Abomasum (perut kelenjar) . Proses pencernaan di dalam lambung depan terjadi secara
mikrobial .Mikroba memegang peranan penting dalam pemecahan makanan. Sedangkan di
dalam lambung sejati terjadi pencernaan enzimatik karena lambung ini mempunyai banyak
kelenjar .Rumen merupakan tempat pencernaan sebagian serat kasar serta proses fermentatif
yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme, terutama bakteri anaerob dan protozoa. Di
dalam rumen karbohidrat komplek yang meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan
adanya aktifitas fermentatif oleh mikroba akan dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam
asetat, propionat dan butirat (Suwandi, 2007).
Lambung ruminansia sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dimamah kembali (remastikasi). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan
dan fermentasi.Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum,
dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya.Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-
8%.Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
(Hendrawan,2011)
Sistem saluran pencernaan pada ternak umumnya dibagi atas 4 bagian penting yaitu
mulut, perut, usus halus, dan organ pencernaan bagian belakang.Ruminansia mempunyai
keistimewaan dimana organ perut terdiri atas 4 bagian.Yaitu rumen, reticulum, omansum,
dan abomasum.Pada tiga bagian dari lambung ruminansia (rumen, reticulum, omasum), tidak
terdapat enzim yang dihasilkan oleh tubuh. Melainkan enzim yang diperoleh dari aktifitas
mikroba didalam rumen dan reticulum.(Charles, 2004)
Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang tinggi
dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya.Rumen terletak di rongga abdominal bagian
kiri.Rumen sering disebut juga dengan perut beludru.Hal tersebut dikarenakan pada
permukaan rumen terdapat papilla dan papillae. Sedangkan substat pakan yang dimakan akan
mengendap dibagian ventral. Retikulum sering disebut sebagai perut jala atau hardware
stomach.Fungsi reticulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen.
Reticulum berbatasan dengan rumen, akan tetapi diantara keduannya tidak ada dinding
penyekat. Pembatas reticulum dan rumen hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan
menjadi tercampur. (zaky,2009)
Omasum sering juga disebut sebagai perut buku, karena pemukaannya yang berbuku-
buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasum terdapat
lubang yang disebut omaso abdomasal orifice.Abomasum sering disebut sebagai perut
sejati.Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum
kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum
terletak bagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum
dapat berpindah ke sebelah kiri.Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini
berfungsi untuk melindungi dididng sel tercerna oleh enzim yang duhasilkan oleh
abomasum.Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel pariental menghasilkan HCl.
Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. (Russel, 2006)
BAB III
Pembahasan
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain.
Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen
menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk
semang dimana aktifitas mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan
energi (Yan Offer dan Robert 1996).
Penurunan konsentrasi amonia dalam rumen dapat dilihat dari penurunan konsumsi
pakan akibat menurunnya proses perombakan komponen pakan oleh mikroba. Konsentrasi
amonia untuk degradasi optimum pakan berserat harus di atas 200 mg/liter cairan
rumen.Pemberian urea dalam air minum hanya dapat dilakukan jika konsentrasi amonia
cairan rumen sangat rendah (〈50 mg/liter) dan amonia diasumsikan sebagai faktor pembatas
utama penurunan pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Pemanfaatan amonia sangat tergantung
pada ketersediaan faktor lain seperti kerangka karbon yang berasal dari karbohidrat mudah
terfermentasi
Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari
bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan
yang dikonsumsi ternak (Preston dan Leng 1987).
3.1 Bakteri
Bakteri memiliki populasi terbanyak antara 109-1010 sel/mil cairan rumen ukurannya
berkisar antara 0.3 - 50 µm. Bakteri tersebut berbentuk spiral (Streptococcus) dan yang
berbentuk batang (Eubakterium) dan bakteri yang berbentuk bulat.Bakteri bentuk batang dan
spiral hidup secara anaerob sedangkan bentuk coccus gram negative ada yang hidup
aerob.Selain itu ada juga bakteri fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup pada kondisi sedikit
oksigen misalnya streptococcus.Jenis-jenis bakteri pada rumen dibedakan berdasarkan
substrat yang didegradasi. Yaitu bakteri Selulolitik, bakteri Hemiselulolitik, bakteri
amilolitik, bakteri proteolitik, bakteri lipolitik, bakteri methanogenik,bakteri ureolitik, Sugar
Untilizer Bacteria (bakteri pemakai gula),danAcid Utilizer Bacteria(Bakteri Pemakai Asam).
3.1.1 Bakteri Selulolitik
Bakteri ini menghasilkan enzim selulase yang dapat menghidrolisis ikatan
glukosida β 1.4 sellulosa dan dimer selobiosa.Bakteri selulolitik akan dominan apabila
makanan utama ternak berupa serat kasar. Contoh dari bakteri selulolitik adalah :
Bacteriodes succinogenes
Ruminicoccus flavefaciens
Ruminicoccus albus
Cillobacterium c ellulosolvens
3.1.2 Bakteri Hemiselulolitik
Holotricha
Oligotrich (Entodiniomorph)
Jenis ini hanya sedikit sekali menggunakan gula terlarut sebagai makananannya,akan
tetapi butir-butir pati akan menjadi sasaran utama untuk dimangsanya. Beberapa spesies juga
memangsa amilopektin dari Holotricha disamping ada pula yang secara aktif menelan serat
kasar tanaman dan mencerna selulosa.Akan tetapi hasil penelitian terakhir meragukan
kemampuan protozoa rumen untuk dapat mencerna selulosa.Pencernaan selulosa dapat
dilakukan karena protozoa memangsa bakteri dan bakteri inilah yang akan menghasilkan
enzim selulase didalam tubuh protozoa sehingga selulosa yang dimangsa dapat
dicerna.Spesies penting dari Oligotricha antaralain:
Diplodinium dentatum
Eudiplodinium bursa
Polypastron multivesiculatum
Entodinium caudatum
Tidak seperti bakteri rumen, ciliata dapat diklasifikasikan atas dasar morfolginya
karena ukuran selnya cukup besar yaitu antara 200 - 200 mm.Ciliata rumen dapat dibedakan
menjadi 3 ordo yaitu:
Ordo Prostomatida
Ordo Trichostomatida
Ordo Entodiniomorphida
Ordo Entodiniomorphida adalah yangterbanyak dijumpai dalam rumen baik dari segi
jumlah spesies maupun frekuensiterdapatnya.sementara itu dari ordo lainnya hanya terdiri
dari beberapa spesies sajameskipun frekuensi terdapatnya cukup tinggi.Ordo
Entoiniomorphida terbagi kedalam 6 famili, yaitu:
Ophryoscolecidea
Dixtiidae
Cyclophostiidae
Telanodiniidae
Polydiniellidae
Tryglodytellidae
Dari keenam famili tersebut hanya Ophryoscolecidae yang ditemukan padarumen, sedangkan
famili lainnya terdapat pada usus kuda, tapir, gajah, badak, kuda nil,babi rusa serta orang
utan.
3.3 Fungi
Fungi rumen bersifat anaerob yang terdapat dalam rumen sebagian besar mencerna serat
kasar.Populasinya berjumlah 103-105 sel/ml cairan rumen.Meskipun populasinya sedikit,
namun sangat berperan dalam mencerna serat kasar.Fungi Rumen sangat efektif mdalam
melonggarkan ikatan jaringan tanaman dan diperkirakan menjadi mikroba rumen pertama yang
mencerna struktur tanaman.
Fungi akan memecah ikatan hemiselulosa-lignin dan melarutkan pelindung lignin, tapi
tidak mendegradasi lignin. Komponen tanaman dari berbagai hijauan menyebabkan
peningkatan yang besar populasi fungi.Secara in vitro, perkembangan aktivitas fungi rumen
dihambat oleh bakteri rumen karena pemanfaatan N dan asam laktat oleh bakteri.
Fungi terdiri dari Yeast (ragi) seperti Saccharomyces dan Mould (Jamur). Untuk hidupnya,
jamur seperti Neocallimastix frontalis, Piramonas communis, dan Sphaeromonas communis,
membutuhkan kondisi anaerob.
3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi Mikroba Rumen
Beberapa faktor telah diketahui sebagai kendala terhadap populasi mikrobarumen.
Faktor-faktor tersebut antara lain: suhu, komposisi gas, pengaruh osmotik dan ionik,
keasaman, tersedianya nutrisi dan keluarnya cairan atau masuknya aliran ke rumen. Lambung
ruminansia secara umum dapat dipandang sebagai wahana yang idealbagi pertumbuhan
mikroorganisme karena adanya faktor:
ukuran lambung besar
tersedianya substrat secara kontinyu
percampuran makanan selalu terjadi
kontrol terhadap keasaman (pH) lambung dapat dilakukan dengan melalui
buffering action dari saliva serta dinding rumen
terjadinya pembuangan zat-zat terlarut yang dapat menghambat proses
metabolisme dan adanya pembuangan bahan padat ke bagian saluran pencernaan lainnya.
Hewan yang bersangkutan hanya dapat mengatur aktivitas mikroba rumen
dalamketerbatasan kemampuan yang dimiliki seperti disebutkan diatas. Oleh karena itu factor
faktor
lainnya ditentukan oleh kondisi fisiologis pertumbuhan serta adanya interaksi antara mikroba
rumen seperti: sinergisme, penghambatan dan kompetisi diantara spesies atau dengan
mikroorganisme lainnya.
Pada awal perkembangannya komposisi mikroba di dalam rumen pada hewan
yang baru lahir sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang komplek dan tergantung pada
lingkungan mikro kimia yang dipengaruhi oleh jenis pakan yang dikonsumsi. Segera
setelah terbentuk maka komposisi mikroba rumen akan sangat stabil kecuali terjadi
perubahan komposisi pakan.
3.4.1 Suhu
Temperatur rumen dikatakan normal apabila berada pada kisaran antara 39 – 41oC.
Segera setelah makan, temperatur rumen biasanya akan meningkat sampai dengan 41oC,
terutama selam proses fermentasi terjadi didalam rumen. Sebaliknya temperatur akan
menurun sampai dibawah suhu normal bila ternak minum air dingin.Kondisi ini akan dapat
mempengaruhi populasi mikroba rumen terutama pada spesiesspesiestertentu yang sangat
peka yang tidak dapat bertahan hidup pada suhu diatas 40C (Hungate, 1966). Demikian
pula penurunan suhu rumen dibawah suhu normal setelah hewan minum air dingin akan
mempengaruhi aktivitas mikroba ini.
3.4.2Keasaman (pH)
Dalam kondisi anaerobik serta suhu diantara 39 - 40C, keasaman rumenberkisar
antara 5,5 - 7,0. Keasaman lambung atau rumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti macam pakan serta waktu setelah makan.Macam pakan akan mempengaruhi hasil
akhir fermentasi, yaitu asam lemak terbang (VFA) serta konsentrasi bikarbonat dan fosfat
yang disekresikan oleh hewan yang bersangkutan dalam bentuk saliva. Konsentrasi VFA
pada umumnya menurun
dengan menignkatnya keasaman rumen. Untuk menjaga agar pH rumen tidak menurun atau
meningkat secara drastis maka perlu adanya hijauan didalam ransum dalam proporsi yang
memadai (± 40 persen dari total ransum atau dengan kadar serat kasar sekitar 20 persen)
dimana 70 persen dari serat kasar ini harus dalam bentuk polisakarida berstruktur untuk dapat
merangsang produksi saliva selama proses ruminasi.Akibat terjadinya perubahan keasaman
rumen, komposisi mikroba akan berubah.
Apabila pH rumen mendekati 6, jumlah bakteri asam laktat (misalnya gram positif
batang) akan meningkat sehingga konsentrasi asam laktat didalam rumen akan
meningkat.
3.4.5 Nutrisi
Komposisi pakan sangat menentukan terhadap hasil akhir fermentasi serta
lajupengenceran (dilution rate) isi rumen. Jika ransum basal mengandung serat kasar tinggi
maka bakteri selulolitik akan dominan karena kehadirannya menentukan terjadinya proses
fermentasi selulosa. Sebaliknya protozoa akan berkurang jumlahnya. Jamurrumen karena
sifatnya adalah selulolitik akan meningkat jumlahnya pada kondisi ini. Keadaan yang
sebaliknya akan terjadi jika proporsi konsentrat meningkat dalam pakan.Dengan
meningkatnya frekuensi makan (karena bertambahnya frekuensi suplai makan) fluktuasi pH
rumen akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan populasi mikroba. Peningkatan populasi
protozoa dari 1,15 x 106 menjadi 3,14 x 106 telah dilaporkan jika frekuensi pemberian pakan
ditingkatkan dari satu kali menjadi empat kali sehari.Konsumsi sukarela (voluntary intake)
ransum dapat ditingkatkan tiga sampai
empat kali kebutuhan hidup pokok apabila konsentrat diberikan dalam ransum. Dengan
meningkatnya konsumsi, volume rumen dan sekresi saliva ke rumen serta laju pengeluaran
digesta dari rumen akan meningkat
3.4.6 Faktor-Faktor Lain
Pemberian antibiotika dalam ransum akan menurunkan populasi bakteri.
Demikian pula pemberian bahan detergent akan dapat mematikan protozoa. Bahan
detergent seperti Manoxol OT, Aerosol OT dan Alkanate lazim digunakan sebagai
bahan untuk defaunasi. Bahan anti jamur seperti Actidions juga telah dilaporkan dapat
mematikan jamur rumen, meskipun penelitian lain gagal menggunakan Actidions untuk
menghilangkan jamur dari dalam rumen.
Tiap individu mempunyai variasi jenis dan jumlah mikroba yang berbeda. Hal ini
mungkin disebabkan karena adanya perbedaan dalam hal tingkah laku makan dan
minum atau adanya perbedaan dalam hal volume rumen serta laju pengeluaran isi
rumen ke alat pencernaan lainnya
Seperti dijelaskan dimuka bahwa mikroba rumen membutuhkan zat-zat essensial
tertentu untuk pertumbuhan. Penggunaan polisakarida oleh protozoa akan berakibat
pengurangan substrat bagi bakteri sehingga populasi bakteri pemekai polisakarida akan
menurun bila kondisi ini terjadi di dalam rumen.
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Secara garis besar terdapat 4 kelompok utama mikoba rumen yaitu :
1. Bakteri
2. Protozoa
3. Jamur (fungi )
4. Virus.
Secara kuantitatif golongan terakhir belum di ketahui. Di samping itu terdapat sejumlah
amoeba yang belum di ketahui juga secara pasti populasinya. Dengan pertimbangan bahwa
mereka (Mikroba Rumen) telah banyak diketahui dalam proses fermentasi pakan ternak
ruminansia.
Saran
Perlu adanya tinjauan atau penelitian lagi terhadap mikroorganime kelompok virus atau
bakteriofage untuk memudahkan dalam sisi pengetahuan.
DaftarPustaka
Anonymous.2012. SistemPencernaanRuminansia. (http://rangkaianhatierlin.blogspot.com/2012
/05/sistem-pencernaan.html). DiaksespadaTanggal 15 Desember 2012.
Barry, Thomson danAmstrong 1977. The Ruminant and Its Microbes. New York, London, San
Frasisco : Agricultural experimental Station, University Of California. Academic Press.
Lodewijk.C.K. 2004.ResponRuminanTerhadapPemberianHijuauanPakan Yang Dipupuk Air
Belerang.InstitutPertanian Bogor-Press. Bogor.
Mubarak. Zaky.2009. Microbiology Of The Rumen and Intestin. Prentice Hall. New Jersey .
Preston danLeng. 1987.Management and Feeding of Buffalo. VikasPubl House put. New Delhi .
Russel, JB. 2006. Growth Independent Energy Dissipation by Ruminan. Bacteria :Hosino, S .
Onodera, R :Mimato, R. Itabashi, H . (ed). Japan Scientific Society Press. Tokyo.
Soetanto,Hendrawan.2011.BahanAjarKuliahNutrisiRuminansia.Fakultas
PeternakanUniversitasBrawijaya-Press. Malang.
Yan Offer dan Robert. 1996. Effect of Ammonia Concentration in Rumen Microbial Protein
Production In Vitro. Br. J. Nutr. , 35 : 199.
FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
Pada makalah ini akan dibahas mengenai :
- Klasifikasi Mikroba dalam rumen
- Proses Fermentasi oleh Mikroba dalam Pencernaan Ruminansia
- Sifat dan Cara Kerja Mikroba dalam mencerna bahan makanan
- Faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba rumen dan interaksi antar mikroba
1.3. Tujuan
- Mengetahui Klasifikasi mikroba dalam rumen
- Mengetahui proses fermentasi oleh Mikroba dalam pencernaan ruminansia
- Mengetahui sifat dan cara kerja mikroba dalam mencerna bahan makanan
- Mengetahui faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba rumen dan interaksi antar
mikroba
1.4. Manfaat
Dengan mempelajari mikroba yang terdapat pada lambung ruminansia berikut proses
fermentasinya, maka diperoleh pemahaman mengenai jenis bahan makanan apa saja yang
digunakan oleh bakteri untuk hidup, sehingga pakan yang diberikan dicerna secara optimal
oleh mikroba rumen.
BAB II
PEMBAHASAN
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain.
Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen
menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk
semang dimana aktifitas mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan
energi (Yan Offer dan Robert 1996). Kelompok utama mikroba yang berperan dalam
pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya
bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan Leng 1987).
Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang
mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s)yaitu
asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam
isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi
oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada
umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry, Thomson
dan Amstrong 1977). Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena
biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi ternak
ruminansia. Sauvant, Dijkstra dan Mertens (1995) menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari
protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein mikroba. Produk akhir
fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan
untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasok utama protein bagi ternak
ruminansia.
Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis menyebabkan
kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh protein mikroba
rumen. Soetanto (1994) menyebutkan hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi
oleh mikroba rumen.
Rumen merupakan ekosistem yang mengandung komponen biotic dan abiotik.
Komponen Biotik adalah mikroba rumen dengan populasi berkisar antara 1010 sampai
1012 sel/ml cairan rumen (Ogimoto dan Imai, 1981) Mikroba Rumen sangat diperlukan dalam
proses pencernaan. Rumen mempunyai kondisi lingkungan yang baik untuk kehidupan
mikroba. Temperatur di dalam rumen berkisar antara 38O – 42Osedangkan pH rata – ratanya
6.8 atau berkisar antara 6 – 7. Mikroba yang ada di dalam rumen terdapat pada partikel
makanan, dalam cairan rumen dan menempel pada dinding rumen.
Mikroba rumen diklasifikasikan menjadi bakteri, protozoa dan fungi. Meskipun
aktifitas metabolismenya sama namun jumlah masing-masing spesies berbeda tergantung
bahan pakan yang dikonsumsi. Volume mikroba rumen kurang lebih 3,6% dari total cairan
rumen yang terdiri dari 50% siliata dan 50% bakteri ukuran kecil.
BAKTERI RUMEN
Bakteri memiliki populasi terbanyak antara 109-1010 sel/mil cairan rumen ukurannya
berkisar antara 0.3 - 50 µm. Bakteri tersebut berbentuk spiral (Streptococcus) dan yang
berbentuk batang (Eubakterium) dan bakteri yang berbentuk bulat.
Bakteri bentuk batang dan spiral hidup secara anaerob sedangkan bentuk coccus gram
negative ada yang hidup aerob. Selain itu ada juga bakteri fakultatif yaitu bakteri yang dapat
hidup pada kondisi sedikit oksigen misalnya streptococcus. Bakteri ini biasanya terdapat
dalam dinding rumen.
Beberapa jenis bakteri yang dilaporkan oleh Hungate (1966) adalah :
bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens,
Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens),
bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens,Bakteroides ruminocola,
Ruminococcus sp),
bakteri pencerna pati (Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis,
Succinnimonas amylolytica),
bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus),
bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis).
PROTOZOA RUMEN
Berdasarkan fungsinya terdapat beberapa kelompok protozoa yaitu kelompok
protozoa pencerna protein (misal Ophryoscolex Caudatus), pencerna selulosa, hemiselulosa
dan pati (antara lain diplodonium ostracodinium). Kelompok protozoa pencerna selulosa,
glukosa, pati dan sukrosa antara lain diplodinium polyplastron.
Kelompok protozoa pencerna gula, glukosa, pati dan pectin antara lain isotricha
intestinalis. Kelompok protozoa pencerna maltosa, glukosa, selobiose antara lain dasytricha
ruminantrium. Kelompok protozoa pencerna maltosa, pati dan sukrosa antara lain
entodinnium caudatum.
Protozoa hidup anaerob oleh karena itu apabila kadar oksigen dalam oksigen tinggi
maka protozoa akan mati karena tidak dapat membuat ciestee. Populasi protozoa tertinggi
apabila makanan yang dikonsumsi ternak mengandung banyak gula terlarut yaitu mencapai
4x106 sel/ml cairan rumen. Apabila kekurangan gula terlarut popolasi akan mencapai titik
terendah yaitu 105 sel/ml (preston dan Leng 1987) oleh karena itu total biomassa protozoa
hampir sama dengan total biomasa bakteri.
Populasi yang terbanyak adalah ciliate yaitu berkisar antara 105 – 106 sel / ml (pada
kondisi ternak sehat), sedangkan populasi flagelata berkisar antara 102-104sel/ml, dengan
ukuran berkisar antara 4,0 sampai 15,0 µm (ogimoto dan imai, 1981;jouany,1991) populasi
protozoa lebih rendah daripada bakteri, tetapi ukurannya lebih besar. McDonald (1988),
Yokoyama dan Johnson (1988) mengemukakan bahwa panjang protozoa berkisar antara 20
antara 200 µm, oleh karena total biomassa protozoa hampir sama dengan total biomassa
bakteri. Menurut Hungate (1966) Protozoa dibagi berdasarkan morfologinya, yaitu :
Holotrichs yang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna
karbohidrat yang fermentabel.
Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulut umumnya merombak karbohidrat
yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989).
FUNGI RUMEN
Fungi rumen bersifat anaerob yang terdapat dalam rumen sebagian besar mencerna serat
kasar. Populasinya berjumlah 103-105 sel/ml cairan rumen (Jouany,1991 yang dikutip oleh
Nur Kasim Suwardi, 2000). Meskipun populasinya sedikit, namun sangat berperan dalam
mencerna serat kasar. Fungi Rumen sangat efektif mdalam melonggarkan ikatan jaringan
tanaman dan diperkirakan menjadi mikroba rumen pertama yang mencerna struktur tanaman.
Menurut pendapat Preston dan Leng, 1987, Fungi akan memecah ikatan hemiselulosa-
lignin dan melarutkan pelindung lignin, tapi tidak mendegradasi lignin. Komponen tanaman
dari berbagai hijauan menyebabkan peningkatan yang besar populasi fungi. Secara in vitro,
perkembangan aktivitas fungi rumen dihambat oleh bakteri rumen karena pemanfaatan N dan
asam laktat oleh bakteri.
Fungi terdiri dari Yeast (ragi) seperti Saccharomyces dan Mould (Jamur). Untuk
hidupnya, jamur seperti Neocallimastix frontalis, Piramonas communis, dan Sphaeromonas
communis, membutuhkan kondisi anaerob.
Konsentrasi Amonia
Penurunan konsentrasi amonia dalam rumen dapat dilihat dari penurunan konsumsi
pakan akibat menurunnya proses perombakan komponen pakan oleh mikroba. Konsentrasi
amonia untuk degradasi optimum pakan berserat harus di atas 200 mg/liter cairan rumen
(Preston dan Leng, 1987). Penggunakan sumber‐sumber nitrogen yang mudah difermentasi
(fermentable nitrogen) seperti urea dan amonia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
konsentrasi amonia cairan rumen. Kadar amonia minimum dalam meningkatkan efisiensi
pemanfaatan karbohidrat mudah terfermentasi (fermentable carbohydrate) untuk
pertumbuhan mikroba direkomendasikan sebesar 50 mg/liter, akan tetapi jumlah ini terlalu
rendah untuk pencernaan optimum pakan berserat
Pemberian urea dalam air minum hanya dapat dilakukan jika konsentrasi amonia cairan
rumen sangat rendah (〈50 mg/liter) dan amonia diasumsikan sebagai faktor pembatas utama
penurunan pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Pemanfaatan amonia sangat tergantung pada
ketersediaan faktor lain seperti kerangka karbon yang berasal dari karbohidrat mudah
terfermentasi
Mineral
Kandungan sulfur yang rendah menyebabkan penurunan nafsu makan ternak akibat
menurunnya kemampuan mikroba rumen mendegradasi pakan berserat.
FERMENTASI PROTEIN
Protein pakan di dalam rumen akan mengalami hidrolisis oleh enzimproteolitik menjadi
asam amino dan oligopeptida. Selanjutnya asam asam aminomengalami katabolisme lebih
lanjut menghasilkan amonia, VFA dan CO2. Amonia menjadi sumber nitrogen utama untuk
sintesis de novo asam-asam amino bagi mikroba rumen. Proses metabolisme tersebut
mengungkapkan bahwa nutrisi protein ternak ruminan sangat tergantung pada proses
sintesis protein mikroba rumen. Produk hidrolisa protein sebagian besar akan
mengalami 15 katabolisme lebih lanjut (deaminasi), sehingga dihasilkan amonia (NH3).
Amonia asal perombakan protein pakan tersebut sangat besar kontribusinya terhadap amonia
rumen. Diperlukan kisaran konsentrasi amonia tertentu untuk memaksimumkan laju sintesa
protein mikroba. Karena itu kelarutan dan degradibilitas protein pakan sangat penting untuk
diketahui (Arora, 1989).
Amonia (NH3) merupakan produk utama dari proses deaminasi asam aminodan
kucukupannya dalam rumen untuk memasok sebagian besar N untukpertumbuhan mikroba
merupakan prioritas utama dalam mengoptimalkanfermentasi hijauan (Leng, 1990).
Menurut Haryanto (1994), konsentrasi amonia di dalam rumen ikutmenentukan efisiensi
sintesa protein mikroba yang pada gilirannya akanmempengaruhi hasil fermentasi bahan
organik pakan. Konsentrasi amonia sebesar 50 mg/100ml (setara dengan 3.57 mM/L) di alam
cairan rumen dapat dikatakan optimum untuk menunjang sintesa protein mikroba rumen
(Satter dan Slyter, 1974), sedangkan kadar amonia yang dibutuhkan untuk menunjang
pertumbuhan mikroba rumen yang maksimal berkisar antara 4-12 mM (Erwanto et al. 1993).
Pengamatan secara in vivo yang dilakukan oleh Mehrez et al. (1977), kadar amonia cairan
rumen yang optimal untuk pertumbuhan mikroba yang maksimal adalah 16,79 mM.
Konsentrasi amonia menggambarkan kecepatan produksi dari pencernaan nitrogen.
Produk akhir degradasi purin dan pirimidin pada ruminansia adalah alantoin(Arora,1995),
terutama berasal dari mikroba rumen dan dalam jumlah kecil berasal dari jaringan hewan atau
disebut alantoin endogen. Kadar alantoin endogen semakin kecil bila suplai alantoin eksogen
meningkat. Alantoin, asam urat, xanthin dan hipoxanthin merupakan produk degradasi purin
yang dapat dideteksi dalam urin. Alantoin dalam urin dapat digunakan untuk mengestimasi
besarnya penyedia protein mikroba rumen terhadap induk semangnya. Jika ekskresi alantoin
dalam urin tinggi, ini berarti bahwa protein
banyak yang diserap oleh mikroba rumen dan terjadi proses katabolisme.
Ekskresi turunan purin di dalam urin dapat dijadikan indikator pasokan proteinasal
mikroba rumen untuk ternak induk semang, dan kadar alantoin yang didapatpada umumnya
2.13 mmol hari-1. Suplai protein meningkat seiring dengan 16meningkatnya kadar alantoin.
Ekskresi alantoin berbanding lurus dengan alantoinmikroba rumen yang diserap, jika
diasumsikan perbandingan protein denganalantoin dalam populasi mikroba rumen adalah
tetap. Sintesis protein mikrobarumen dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan Y =
1.995 + 3.8799 X(Chen et al. 1992).
PROBIOTIK
Fuller (1989) mendefinisikan probiotik sebagai pakan pelengkap mikroba hidup yang
dapat memberikan keuntungan bagi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroba
rumen dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat terdiri atas satu atau beberapa strain
mikroba dan dapat diberikan pada ternak dalam beberapa bentuk yaitu bentuk tepung, tablet,
kapsul, pasta, dan cairan. Wallace (1994) memberikan definisi bahwa probiotik adalah
mikroba hidup atau kultur mikroba hidup berupa pakan imbuhan yang memberikan efek
keuntungan bagi ternak dan bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan mikroba rumen.
Probiotik sebagai pakan pelengkap, karena mikroba merupakan protein microbial. Probiotik
sebagai pakan imbuhan, karena probiotik tersebut tidak melengkapi zat-zat makanan ransum.
Probiotik merupakan hasil bioteknologi nutrisi ruminansia yaitu dapat dengan cara
rekombinasi informasi genetic dari dua genotip menjadi genotip baru dan dengan cara
biotransfer. Biotransfer dapat melalui pakan imbuhan dan dapat dengan inokulasi bakteri
rumen dari ternak donor kepada ternak resipien (Wallace, 1994; Winugroho et al . ,1994).
Pemberian melalui pakan imbuhan ada dua macam yaitu pertama dengan memasukkan
antibiotic untuk menekan pertumbuhan mikroba tertentu dan kedua dengan memasukkan
probiotik untuk merangsang pertumbuhan mikroba rumen serta aktivitas fermentasi.
Penggunaan ragi Saccharomyces cerevisiae sebagai probiotik yaitu pada CYC-100 dari
Korea. Populasi ragi 4,71 x 108 sel/g. S.cerevisiae memanfaatkan oksigen di dalam rumen,
sehingga kondisi rumen lebih anaerob, dengan demikian memungkinkan berkembangnya
mikroba rumen terutama bakteri selulolitik.
BAB III
PENUTUP
3
Pembahasan mengenai mikroba rumen pada ternak ruminansia menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut.
Mikroba Rumen diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu Bakteri, Protozoa, dan
Fungi.
Proses Fermentasi terjadi di rumen dan setiap mikroba mendegradasi bahan pakan
sesuai substratnya.
Selulosa,hemiselulosa, pati, gula, dan protein didegradasi oleh Bakteri
Multisubstrat seperti selulosa-hemiselulosa-pati, selulosa-glukosa-pati-sukrosa, gula-
glukosa-pati-pectin, maltose-glukosa-selobiose, maltose-pati-sukrosa, dan protein didegradasi
oleh protozoa
Ikatan jaringan hemiselulosa-lignin dilonggarkan oleh fungi.
Kehidupan mikroba dipengaruhi oleh kandungan ammonia, mineral, jenis dan jumlah
pakan yang diberikan pada ternak, serta kehadiran probiotik.
Interaksi antara fungi dengan bakteri serta protozoa dengan bakteri adalah
antagonistic.
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada
Press
Czerkawski, J.W. 1986. An Introduction to Rumen Studies. Oxford: Pergamon Press.
Yulianti, An-an & Elvia Hernawan. 1991. Proses Pencernaan Protein Dalam Rumen. Bandung :
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Satter, L.D. and L.L. Slyter.1974. Effect of Ammonia Concentration in Rumen Microbial Protein
Production In Vitro. Br. J. Nutr. , 35 : 199.
Winugroho, M. 1991. Pedoman Cara Pemanfaatan Jerami Padi pada Pakan Ruminansia. Bogor :
Puslitbangnak Litbang Pertanian.
Hungate, R.E. 1996. The Ruminant and Its Microbes. New York, London, San Frasisco :
Agricultural experimental Station, University Of California. Academic Press.
Leng, R.A. 1990. Factors affecting the utilization of 'poor-quality' forages by ruminants
articularly under tropical conditions. Nutrition Research Reviews 3.
Sutardi T. 1977. Ikhtisar Ruminologi. Bahan Kursus Peternakan Sapi Perah. Kayu Ambon,
Lembang. DITJEN Peternakan- FAO.