Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015

Institut Teknologi Nasional Malang


ISSN: 2407 – 7534

Penyusunan Hirarki Triple Helix Untuk Menentukan Prioritas


Berkelanjutan UKM (Studi Kasus UKM D’organic)

M. Imron Mas’ud*
*) Program Studi Teknik Industri, Universitas Yudharta Pasuruan
e-mail: imrone28@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu prinsip dasar dalam metodologi Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah dengan
penyusunan hirarki. Pada dasarnya, penyusunan hirarki mencerminkan kecenderungan alami pikiran
untuk menyeleksi setiap elemen sistem dalam setiap tingkat. Tujuan penelitian ini untuk menyusun
hirarki yang merupakan langkah awal dalam langkah metodologi AHP dalam menentukan prioritas
aspek triple helix untuk berkelanjutan ukm D’Organic. Hasil penelitan didapat bahwa hirarki aspek triple
helix untuk keberlangsungan ukm D’Organic tersusun atas empat level yaitu tujuan (goal), steackholder
(academic, business, government), criteria (layanan bimbingan/konsultasi, pendampingan,
pembinaan/pelatihan, fasilitas akses pemasaran, bantuan modal, bantuan teknologi, bantuan informasi,
pinjaman modal, pinjaman teknologi, pinjaman informasi, dan mendirikan kelompok kerja), dan
alternative (jangka pendek, menengah, dan panjang).

Kata kunci: Penyusunan Hierarki, AHP, UKM D’Ognanic.

ABSTRACT

One of the basic principles of the methodology Analytical Hierarchy Process (AHP) is the preparation of
the hierarchy. Basically, the preparation of the hierarchy reflects the natural tendency of the mind to select
each element of the system in each level. The purpose of this study to develop a hierarchy which is the first
step in the AHP methodology step in setting priorities for the sustainable aspects of the triple helix SMEs
D'Organic. Research results obtained that the hierarchical aspect of the triple helix to the sustainability of
SMEs D'Organic composed of four levels namely destination (goal), steackholder (academic, business,
government), criteria (guidance services / consulting, mentoring, coaching / training, market access
facilities, capital, technology assistance, help information, loan capital, technology loans, loan information,
and set up a working group), and the alternative (short, medium, and long).

Keywords: Preparation of hierarchy, AHP, SMEs D'Ognanic.

Pendahuluan

Dewasa ini usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peran yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional, diantaranya berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja
serta berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Persaingan usaha sudah merambah
kesegala sektor tidak terkecuali pada sektor UKM Indonesia, negara-negara dengan ekonomi transisi
berada di bawah tekanan untuk meningkatkan kegiatan usaha kecil yang akan memungkinkan
pertumbuhan yang cepat dengan dampak minimal pada sumber daya alam. Meskipun tantangan spesifik
ekonomi dalam transisi didepan mata, pengembangan (berkelanjutan) usaha kecil belum fokus dari
penelitian akademis, sehingga menimbulkan beberapa pertanyaan terkait dengan peran dari kebijakan
publik, tingkat risiko dan pengaruhnya terhadap kreativitas usaha kecil, peran pengetahuan dalam

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 565


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

menyebarkan nilai-nilai dan mendorong aspirasi, eksternalitas diciptakan untuk masyarakat dan
hubungan antara keberlanjutan.
Saat ini Indoensia menghadapi Masyarakat Economic Asean (MEA), dengan diberlakukannya
perdagangan bebas ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) pada tahun 2015 sehingga bagi pelaku usaha
dituntut untuk bisa inovatif dalam menjalankan usahanya, keterlibahan para akademisi, praktisi dan
birokrasi dituntut untuk bisa berperan aktif, sehingga sumber daya alam yang melimpah dan melekat
pada suatu daerah bisa di optimalkan sehingga tercipta usaha – usaha ekonomi masyarakat yang
tangguh dan handal. Sehingga perlu ketelibatan berbagai steackholder (triple helix) yang terdiri dari
Academic, Business, and Government (ABG) agar ukm dapat bekelanjulan dalam menjalankan usahanya.
Triple helix merupakan suatu pendekatan yang menguraikan tentang bagaimana sebuah inovasi
muncul dari adanya hubungan yang seimbang, timbal balik, dan terus menerus yang dilakukan antar
akademisi (perguruan tinggi dan lembaga penelitian & pengembangan), pemerintah (government), dan
para pelaku/sektor bisnis (entreprises) [1]. Sinerginitas ketiga komponen tersebut dikenal dengan istilah
ABG (Academic, Business, and Government).

Gambar 1. Model Sinergi Triple Helix

Pendekatan triple helix ini diperkenalkan oleh Etzkowitz dan Leydesdorff, pendekatan ini
menekankan bahwa interaksi ketiga kompenen tersebut merupakan kunci utama bagi peningkatan
kondisi yang kondusif bagi inovasi. Kontribusi keterlibatan akademik sebagai centre of excellence melalui
aktivitas akademik berbasis penelitian seperti yang tertuang dalam tri dharma perguruan tinggi.
Sedangkan kontribusi pelaku usaha sebagai penyedia permintaan kebutuhan konsumen. Untuk pihak
pemerintah berkonstribusi sebagai pembuat kebijakan.
Sinergi ketiga kalangan yang memiliki konstribusi berbeda tersebut secara ideal akan
meningkatkan informasi pengetahuan dalam suatu wilayah sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan pengembangan daya saing ekonomi masyarakat sekitar pada khususnya dan nasional
pada umumnya.
Salah satunya yaitu ukm D’Organik yang merupakan salah satu UKM yang ada di Cowek
Purwodadi Pasuruan yang memproduksi aneka makanan yang bahan bakunya dari jamur seperti
keripik jamur, abon jamur, dendeng jamur, bakso jamur, nugget jamur, dan ice cream jamur.
Produk yang diproduksi oleh UKM ini adalah aneka produk berbahan baku jamur tiram, agar lebih
maju dan berkembang dengan baik dan cepat diperlukan perencanaan yang tepat dalam menentukan
keputusan-keputusan atas segala usaha yang dijalankan sehingga diketahui prioritas utam yang harus di
putuskan dan dikerjakan sehingga usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan optimal..
Salah satu metode untuk penentuan prioritas dalam analisis multikriteria adalah Analytical
Hierarchy Process (AHP). Menurut Saaty [2], AHP merupakan metode yang mensintesis perbandingan
judgment pengambil keputusan berpasangan pada setiap level hirarki keputusan. Metode AHP ini
dipergunakan untuk membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu
hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 566


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

mengembangkan bobot atau prioritas. menurut Saaty [2], hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi
dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah
tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari
alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-
kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak
lebih terstruktur dan sistematis. Adapun ide dasar prinsip kerja AHP menurut Marimin [3] adalah
Penyusunan Hirarki, Penilaian Kriteria dan alternatif, Penentuan Prioritas, dan Konsistensi Logis.

Gambar 2. Struktur Hierarki

Penyusunan hirarki mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-


elemen sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap
tingkat. Menurut Saaty [2] terdapat dua macam hirarki yaitu struktural dan fungsional. Pada hirarki
struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen-komponen pokoknya dalam urutan
menurun menurut sifat struktural mereka; misalnya : ukuran, bangun, warna atau umur. Hirarki
struktural sangat erat kaitannya dengan cara otak kita menganalisis hal yang kompleks, yaitu dengan
memecah-mecah obyek yang ditangkap oleh indra menjadi sejumlah gugusan, subgugusan, dan gugusan
yang lebih kecil lagi. Sedangkan hirarki fungsional menguraikan sistem yang kompleks menjadi elemen
pokoknya menurut hubungan esensial mereka.
Suryadi dan Ali R. [4] menyatakan bahwa suatu tujuan yang bersifat umum dapat dijabarkan dalam
beberapa sub tujuan yang lebih terperinci yang dapat menjelaskan apa yang dimaksud dalam tujuan
pertama. Penjabaran ini dilakukan terus hingga akhirnya diperoleh tujuan yang bersifat operasional.
Selanjutnya, Saaty [2] menyatakan bahwa setiap set elemen dalam hirarki fungsional menduduki satu
tingkat (level) hirarki. Tingkat puncak, di sebut fokus atau goal yang terdiri atas satu elemen, yaitu
sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Tingkat-tingkat (level hirarki) berikutnya masing-masing dapat
memiliki beberapa elemen, meskipun jumlahnya biasanya kecil – antara lima sampai dengan sembilan,
dan elemen-elemen dalam setiap tingkat harus dari orde (derajat) besaran yang sama.
Dalam penyusunan hirarki, Suryadi dan Ali R. [4] menyatakan bahwa tidak ada pedoman yang pasti
seberapa jauh pengambil keputusan menjabarkan tujuan menjadi tujuan yang lebih rendah. Sedangkan
Saaty [2] menyatakan bahwa bila elemen-elemen suatu tingkat tak dapat dengan mudah dibandingkan
maka suatu tingkat baru dengan perbedaan yang lebih nyata harus diciptakan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa jumlah tingkat dalam suatu hirarki tidak ada batasnya. Namun, mengingat suatu
hirarki menggambarkan model bagaimana otak menganalisis kompleksitas maka Saaty [2] menyatakan
bahwa hirarki harus cukup luwes untuk menangani kompleksitas. Selanjutnya, Saaty [2] juga
menyatakan bahwa satu-satunya pembatasan dalam menyusun elemen secara hirarki adalah bahwa
setiap elemen yang berada setingkat diatasnya berfungsi sebagai kriteria untuk menaksir pengaruh
relatif elemen-elemen di tingkat bawahnya.
Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk mengelaborasi desain hirarki menurut Saaty
dan Luis [5] yaitu dengan 1) mengidentifikasi keseluruhan sasaran, 2) mengidentifikasi sub sasaran, 3)
mengidentifikasi kriteria yang dapat digunakan, 4) mengidentifikasi sub kriteria dari setiap kriteria yang
digunakan, 5) mengidentifikasi aktor-aktor yang terkait, 6) mengidentifikasi tujuan, 7) mengidentifikasi
aktor kebijakan, 8) mengidentifikasi pilihan-pilihan, hasil, atau alternatif, 9) mengambil hasil yang paling

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 567


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

diinginkan dan membandingkan rasio dari manfaat terhadap biaya-biaya pembuatan keputusan, dan 10)
melakukan analisa manfaat/biaya dengan menggunakan nilai-nilai marginal.
Tujuan penelitian ini untuk menyusun hirarki yang merupakan langkah awal dalam langkah
metodologi AHP dalam menentukan prioritas aspek triple helix untuk berkelanjutan ukm D’Organic.
Penelitian ini menitikberatkan pada penyusunan hirarki triple helix untuk menentukan prioritas ukm
D’Organic.

Metode Penelitian

Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing steackholdel, baik pihak academisi,
business, maupun government menyebabkan pentingnya penentuan prioritas untuk keberlangsungan
ukm. Aspek triple helix perlu dipertimbangkan prioritas karena hal tersebut berdampak pada
keberlangsungan ukm, sehingga perlu disusun hirarki triple helix tersebut.
Hasil telaah terkait peraturan kementrian koperasi dan UKM, tri dharma perguruan tinggi serta
keinginan para pelaku usaha lainnya, didapat beberapa aspek triple helix yang berkaitan dengan
keberlanjutan suatu UKM, seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Aspek triple helix pada ukm


No Item
1 Pemerintah memberikan layanan bimbingan/konsultasi
2 Pemerintah memberikan Pendampingan
3 Pemerintah memberikan Pembinaan/Pelatihan
4 Pemerintah memfasilitasi Akses Pemasaran
5 Pemerintah memberikan Bantuan modal
6 Pemerintah memberikan Bantuan teknologi
7 Pemerintah memberikan Bantuan informasi
8 Pemerintah memberikan Pinjaman modal
9 Pemerintah memberikan Pinjaman teknologi
10 Pemerintah memberikan Pinjaman informasi
11 Pemerintah membuat dan mendirikan kelompok kerja (Kopja)
12 Perguruan Tinggi/universitas memberi layanan bimbingan/konsultasi
13 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pendampingan
14 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pembinaan/Pelatihan
15 Perguruan Tinggi/universitas memfasilitasi Akses Pemasaran
16 Perguruan Tinggi/universitas memberi Bantuan modal
17 Perguruan Tinggi/universitas memberi Bantuan teknologi
18 Perguruan Tinggi/universitas memberi Bantuan informasi
19 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pinjaman modal
20 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pinjaman teknologi
21 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pinjaman informasi
22 Perguruan Tinggi/universitas membuat dan mendirikan kelompok kerja (Kopja)
23 Pelaku usaha lain memberi bantuan layanan bimbingan/konsultasi
24 Pelaku usaha lain memberi Pendampingan pada usaha kita
25 Pelaku usaha lain memberi Pembinaan/Pelatihan
26 Pelaku usaha lain memfasilitasi Akses Pemasaran
27 Pelaku usaha lain memberi Bantuan modal
28 Pelaku usaha lain memberi Bantuan teknologi
29 Pelaku usaha lain memberi Bantuan informasi
30 Pelaku usaha lain memberi Pinjaman modal
31 Pelaku usaha lain memberi Pinjaman teknologi
32 Pelaku usaha lain memberi Pinjaman informasi
33 Pelaku usaha lain membuat dan mendirikan kelompok kerja (Kopja)
Sumber: Diolah

Tahapan penelitian ini (gambar 3) diawali dengan menentukan fokus (goal), menentukan prioritas
alternatif-alternatif yang akan dipilih, melakukan identifikasi terhadap elemen-elemen penting yang
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 568
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

mempengaruhi keputusan, mengelompokkan elemen yang saling berpengaruh (homogen), menyusun


kumpulan elemen ke dalam suatu hirarki yang berada setingkat diatasnya yang berfungsi sebagai
kriteria untuk menaksir pengaruh relatif setiap elemen di tingkat bawahnya. Penyusunan hirarki berasal
dari undang-undang dari kementrian, buku referensi dan laporan penelitian terdahulu yang relevan
(tabel 1).

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


Tahap Identifikasi dan
Pengumpulan Data
Kajian Lapangan

Hierarki Triple Helix AHP

Penentuan Fokus (goal)

Menentukan prioritas alternatif

Tahap Penyusunan
Identifikasi elemen penting Hierarki

Mengelompokkan elemen yang saling


berpengaruh (homogen)
Menyusun kumpulan elemen ke dalam
suatu hirarki setingkat diatasnya
Tahap Kesimpulan
Kesimpulan dan Saran dan Saran
Gambar 3. Flowchart Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keputusan penentuan prioritas pada ukm D’Organic
dengan adanya aspek triple helix bahwa pengambil suatu keputusan akan mempertimbangkan
bagaimana pengaruh yang ditimbulkan bila aspek triple helix masuk dan ikut serta pada ukm sehingga
dapat berjalan secara berkelanjutan. Pada dasarnya, keberlanjutan suatu ukm diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan pelaku usaha (D’Organic) untuk meningkatkan peluang kerja bagi
masyarakat. Selain itu, terdapat faktor yang juga dipertimbangkan yaitu terciptanya peluang sosial dan
perkembangan ekonomi masyarakat.
Berdasarkan aspek triple helix, maka fokus (goal) yang merupakan sasaran keseluruhan adalah
triple helix dalam kerberlanjutan ukm, sedangkan alternative steackholder adalah academic, business,
dan government (ABG). Ukm D’Organic yang akan ditentukan prioritas triple helixnya untuk diperbaiki.
Identifikasi terhadap elemen-elemen penting yang mempengaruhi hasil keputusan perbaikan yaitu
layanan bimbingan/konsultasi, pendampingan, pembinaan/pelatihan, fasilitas akses pemasaran, bantuan
modal, bantuan teknologi, bantuan informasi, pinjaman modal, pinjaman teknologi, pinjaman informasi,
dan mendirikan kelompok kerja. Elemen-elemen tersebut dapat dikelompokkan menjadi 1) kelompok
pelaku (aktor atau pengambil keputusan) yaitu academic, business, dan government (ABG); 2) kelompok
faktor yaitu layanan bimbingan/konsultasi, pendampingan, pembinaan/pelatihan, fasilitas akses
pemasaran, bantuan modal, bantuan teknologi, bantuan informasi, pinjaman modal, pinjaman teknologi,
pinjaman informasi, dan mendirikan kelompok kerja; dan 3) kelompok alternative yaitu jangka pendek,
menengah, dan panjang. Adapun penyusunan hirarkinya adalah sebagai berikut:

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 569


SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015
Institut Teknologi Nasional Malang
ISSN: 2407 – 7534

Gambar 4. Hierarki Triple Helix

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hirarki untuk prioritas keberlanjutan ukm merupakan hirarki
triple helix yang tersusun atas empat level hirarki yaitu tujuan (goal), steackholder (academic, business,
government), criteria (layanan bimbingan/konsultasi, pendampingan, pembinaan/pelatihan, fasilitas akses
pemasaran, bantuan modal, bantuan teknologi, bantuan informasi, pinjaman modal, pinjaman teknologi,
pinjaman informasi, dan mendirikan kelompok kerja), dan alternative (jangka pendek, menengah, dan
panjang).

Daftar Pustaka

1. Amaral dkk. 2010. Micro-Evidence of a Triple Helix in The Brazilian Regional Development,.
Prosiding dari The Xxi ISPIM Conference 2010. Tanggal 6-9 Juni 2010, Bilbao, Spanyol.
2. Saaty T.L. Decision making for leaders : The Analytical Hierarchy Process for Decisions in a
complex world. RWS Publications. United States of America. 1986.
3. Marimin. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Grasindo.
Jakarta. 2004.
4. Suryadi K., M. Ali R. Sistem Pendukung Keputusan : Suatu wacana struktur idealisasi dan
implementasi konsep pengambilan keputusan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2002.
5. Saaty T.L., Luis G.V. Decision Making in Economic, Political, Social and Technological
Environments with the Analytic Hierarchy Process. RWS Publications. United States of
America.1994.

SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015 570

Anda mungkin juga menyukai