MMM
MMM
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana utama untuk menunjang dan
meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan isi pasal 34 ayat
(3) UUD 1945 bahwa “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”. Sebagai
sarana peningkatan kesehatan Rumah sakit terdiri dari beberapa bagian
yang saling berinteraksi dan berintegrasi. Bagian tersebut adalah balai
pengobatan, tempat praktik dokter, ruang operasi, laboratorium, farmasi,
administrasi, dapur,laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya (Pasal 1 UU No. 74, 2001)
Dalam pelaksanaannya semua elemen yang ada di rumah sakit,
berperan sebagai sumber penghasil limbah. Dilihat dari keberadaannya
limbah rumah sakit dapat memberi dampak negatif dan mendatangkan
pencemaran dari suatu proses kegiatan. Hal ini akan terjadi apabila limbah
yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan B3 yang kurang
efektif dapat menimbulkan berbagai masalah khususnya di rumah sakit.
Karena rendahnya pengetahuan dan tata cara pengelolaan limbah bahan
berbahaya danberacun (B3) maka dibutuhkan suatu pembinaan, pengawasan
dan pengendalian dari pengelola rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk dapat
menjabarkan berbagai efek merugikan dari limbah medis.Di samping itu
juga diperlukan pedoman tentang tata cara pengelolaan limbah medis agar
dapat mengurangi efek yang merugikan terhadap lingkungan.
1
Di dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit didefinisikan bahwa Rumah Sakit ialah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan
kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai
lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki
dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya
Dampak yang dimaksud di atas diantaranya penggunaan bahan
berbahaya dan beracun (B3), ditemukannya limbah bahan kimia
kadaluwarsa yang semakin meningkat dan tersebar luas. Apabila hal
tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan kerugian
terhadap kesehatan manusia, mahluk hidup dan lingkungan hidup. Kerugian
tersebut dapat berupa pencemaran udara, tanah, air dan laut. Oleh karenanya
perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dan petugas rumah sakit akan bahaya pencemaran
lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Salah satu bentuk
penyehatan yang bisa dilakukan adalah dengan mengelola dan mengawasi
limbah yang dihasilkan di setiap rumah sakit.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya pedoman yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Citra Husada.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan bahan berbahaya
dan beracun (B3) di Rumah sakit Citra Husada Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Menjadi panduan dalam pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
(B3) di Rumah Sakit Citra Husada Jember
b. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi petugas
kebersihan tentang pengolahan bahan berbahaya dan beracun (B3) di
Rumah Sakit Citra Husada Jember
2
c. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja bagi petugas pengelola limbah
d. Melindungi petugas dari kejadian tumpahan bahan berbahaya dan
beracun (B3)
C. Pengertian
1. Lingkungan Rumah Sakit Citra Husada Jember adalah semua area
didalam dan diluar gedung yang merupakan tempat kegiatan dan aktifitas
Rumah Sakit Citra Husada Jember sesuai batas wilayah dan area Rumah
Sakit Citra Husada Jember Masyarakat Rumah Sakit adalah : semua
orang yang berada di dalam area Rumah Sakit tanpa terkecuali.
2. Tempat pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan Pemerintah dan
masyarakat, seperti rumah sakit, Puskesmas, praktik dokter, praktik
bidan, toko obat atau apotek, pedagang farmasi, pabrik obat dan bahan
obat, laboratorium, dan tempat kesehatan lainnya, antara lain pusat
dan/atau balai pengobatan, rumah bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA).
3. Pegawai adalah peneliti, teknisi, atau petugas yang secara langsung atau
tidak langsung menggunakan bahan berbahaya beracun
4. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan bahan
berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya;
5. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah kegiatan yang
menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan
atau membuang bahan berbahaya dan beracun (B3).
6. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah teknik kegiatan
penempatan bahan berbahaya dan beracun (B3) untuk menjaga kualitas
dan kuantitas bahan berbahaya dan beracun (B3) dan atau mencegah
dampak negatif bahan berbahaya dan beracun (B3) terhadap lingkungan
hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya;
3
7. Pengemasan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah kegiatan
mengemas, mengisi atau memasukkan bahan berbahaya dan beracun (B3)
ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya;
8. Simbol bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah gambar yang
menunjukkan klasifikasi bahan berbahaya dan beracun (B3);
9. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan
jenis bahan berbahaya dan beracun (B3);
10. Pengangkutan B3 bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah kegiatan
pemindahan bahan berbahaya dan beracun (B3) dari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan;
11. Kimia toksik adalah bahan kimia beracun, yang bahayanya terhadap
kesehatan sangat bergantung pada jumlah zat tersebut yang masuk ke
dalam tubuh.
12. Bahan kimia korosif/iritan adalah bahan kimia yang mampu merusak
berbagai peralatan dari logam dan apabila bahan kimia ini mengenai kulit
akan menimbulkan kerusakan berupa iritasi dan peradangan kulit.
13. Bahan kimia eksplosif adalah bahan kimia mudah meledak.
14. Bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang dapat menghasikan
oksigen dalam penguraian atau reaksinya dengan senyawa lain, bersifat
reaktif dan eksplosif serta sering menimbulkan kebakaran.
15. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
16. Limbah bahan kimia adalah bahan kimia baik padat, cair, dan gas bekas
pakai yang karena sifatnya tidak dapat digunakan lagi.
17. Nilai Ambang Batas (NAB) adalah konsentrasi dari zat, uap atau gas
dalam udara yang dapat dihirup selama 8 jam/hari selama 5 hari/minggu,
tanpa menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti.
18. Tempat dan sarana laboratorium adalah tempat yang digunakan untuk
melakukan kegiatan yang menggunakan bahan kimia serta dilengkapi
sarana sebagai kelengkapan laboratorium.
19. Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja & Penyusunan
Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya (Kepmenaker No 187/Men/1999
tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja)
20. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah kegiatan yang
menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan
4
atau membuang bahan berbahaya dan beracun (B3) (Pasal 1 UU No. 74,
2001)
5
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
6
berbahaya dan beracun mencakup : Standart operasional prosedur identifikasi
B3, pengadaan B3, penyimpanan B3, pemasangan simbol dan label B3
penggunaan B3, penanganan B3, dan Standart operasional prosedur
penanganan tumpahan dan terpapar B3, hingga proses pembuangan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan pihak ke III yang telah
memperoleh izin dari Dinas Lingkungan Hidup (KLH) dan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku
Tata laksana kelola B3 adalah sistem manajemen pengelolaan B3 kegiatan
meliputi fungsi - fungsi sbb :
1. Identifikasi B3
2. Pengadaan B3,
3. Penyimpanan dan Penyaluran B3,
4. Penggunaan B3
5. Penanganan tumpahan B3 dan penanggulangan terpapar B3
6. Pemasangan simbol dan label B3
7. Pembuangan limbah B3
8. Pemantauan,
9. Evaluasi dan pelaporan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Panduan identifikasi B3
a. Tata laksana megidentifikasi atau inventarisasi bahan berbahaya dan
beracun dengan melakukan telusur tiap bahan kimia tersebut apakah
termasuk dalam daftar atau golongan B3 sebagai lampiran Peraturan
Pemerintah No.:74 / Tahun 2001 , sbb :
1) Mudah meledak (explosive);
2) Pengoksidasi (oxidizing);
3) Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
4) Sangat mudah menyala (highly flammable);
5) Mudah menyala (flammable);
6) Amat sangat beracun (extremely toxic);
7) Sangat beracun (highly toxic);
8) Beracun (moderately toxic);
9) Berbahaya (harmful);
10) Korosif (corrosive);
11) Bersifat iritasi (irritant);
12) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
13) Karsinogenik (carcinogenic);
7
14) Teratogenik (teratogenic);
15) Mutagenik (mutagenic).
b. Bila bahan kimia tidak termasuk atau belum masuk dalam daftar
seperti dalam lampiran PP. No. : 74/Tahun 2001, tentang Pengelolaan
B3, maka cara Identifikasi dilakukan melalui Uji karakteristik B3
meliputi :
1) mudah meledak;
2) mudah terbakar;
3) bersifat reaktif;
4) beracun;
5) menyebabkan infeksi; dan
6) bersifat korosif.
2. Panduan pengadaan B3
Tiap unit yang membutuhkan B3 bisa mengajukan B3 dengan melaporkan
ke IFRS Citra Husada Jember dengan tahapan :
1. Unit yang membutuhkan B3 mengajukan permintaan B3 lewat kepala
unit terkait ke IFRS
2. Apabila IFRS telah memiliki B3 sesuai permintaan, maka akan segera
di distribusikan ke unit terkait (maksimal 2 buah dari setiap jenis B3
yang diminta)
3. IFRS juga mendata kebutuhan B3 Rumah Sakit Citra Husada Jember
dan melakukan pengajuan rutin ke direksi menggunakan surat
pengajuan pengadaan barang
4. Setelah disetujui, B3 yang datang akan di simpan di Gudang Farmasi
3. Panduan penyimpanan dan pengemasan B3
a. Panduan Tempat Penyimpanan
Hal hal umum tempat penyimpanan, persyaratan mengenai lokasi
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun
1) Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan
bencana dan di luar kawasan lindung serta sesuai dengan rencana
tata ruang
8
2) Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik
limbah B3 dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan.
3) Persyaratan Fasilitas Pengelolaan B3 menerapkan sistem hal2 sbb :
a) Keamanan Fasilitas
b) Pencegahan Terhadap Kebakaran
c) Pencegahan tumpahan
d) Penanggulangan Keadaan Darurat
e) Pengujian peralatan; dan
f) Pelatihan karyawan.
b. Penyimpanan B3
1) Gudang tempat penyimpanan B3 dibuat agar Aman dari pengaruh
alam & lingkungan :
a) Memiliki sirkulasi udara dan ventilasi baik
b) Suhu ruangan terjaga konstan dan aman
c) Aman dari gangguan biologis (tikus, rayap dll)
2) Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan sbb:
a) Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari reaktivitas
b) Penyusunan tidak melebihi batas maksimum (maksimal 2 buah
B3 dari setiap jenis yang dibutuhkan di ruangan tersebut)
c) Dibuatkan lorong dan terjaga agar alat angkat dan angkut dapat
lewat
d) Khusus bahan dalam wadah silinder / tabung gas bertekanan
ditempatkan yg aman, tidak lembab, dan aman dari sumber
panas (listrik, api terbuka dll)
3) Program “House keeping” secara periodik (Kebersihan, Kerapihan
dan Keselamatan)
4) Sarana K3 disiapkan dan digunakan
5) Selain petugas gudang dilarang masuk.
6) Inpeksi secara periodik, pemeriksaan kondisi lingkungan, bahan,
peralatan dan sistem, segera lapor bila ada kondisi tidak aman
kepada atasan.
9
7) Penyimpanan B3 dilengkapi dengan Simbol dan label B3 (Label
isi, safety, resiko bahaya) serta cara pencegahan dan pertolongan
pertama
3. Pengaturan udara
Ventilasi baik sehingga udara tersalur dengan baik dan suhu
ruangan tetap optimal
4. Tata penyimpanan
a) Wadah disimpan pada posisi tegak
b) Jarak antara wadah dengan dinding ½ dari tinggi wadah
c) Cukup jarak antara 1 dengan lainnya
d) Jumlah wadah dalam tiap ruangan dibatasi
e) Wadah kosong diberi tanda dan dipisahkan dari ada isinya
4) Kesiapan penanggulangan
a) Dilakukan oleh petugas yang ahli dalam penanggulangan
bahaya gas Medik
10
b) Tersedia alat pemadam kebakaran
c) Tersedia P3K
d) Tersedia alat komunikasi
5) Lokasi
a) Lebih kurang 3x radius yang dapat dijangkau gas tersebut
tanpa tiupan angin kuat
b) Jauh dari pemukiman penduduk, jalan raya yang padat
6) Penanganan tekhnis pada bongkar muat
Mengikuti pola penanganan tehnis B3 yang berlaku sesuai dengan
jenis dan tingkat bahaya
7) Penanggulangan kasus bahan berbahaya
8) Bila terjadi tumpah, bocor hingga mencemari lingkungan, korban
langsung dsb maka harus mengikuti pola penanganan yang berlaku
sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
5. Penyimpanan B3 Explosif
2) Kondisi ruangan
a) Bahan & kondisi bangunan memiliki kontruksi yang kuat,
tahan ledakan, tahan api, tahan gempa
b) Lantai tidak lembab, bersih, bebas karat, bebas debu
c) Kedap air
d) Pintu dari bahan yg baik dan kuat disertai kunci
e) Terhindar dan terlindung dari getaran, dilengkapi dengan
penangkal petir
f) Ruangan diberi tanda peringatan untuk B3 gol Eksplosif dan
pemberitahuan dilarang merokok
c. Penyimpanan B3 Gas
1) Pewadahan dan penandaan
11
Mengikuti polapewadahan dan penandaan yang berlaku dengan
benar & akurat sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
2) Kondisi ruangan
a) Bahan kontruksi tahan terhadap api, getaran, tersedia
penangkal petir
(1) Pengaturan suhu / panas / cahaya
(a) suhu sejuk dan kering
(b) hindari cahaya langsung matahari
(c) hindarkan instalasi litrik, sumber panas
(d) Hindarkan kenaikan suhu
(2) Pengaturan udara
Ventilasi baik sehingga udara tersalur dengan baik dan
suhu ruangan tetap optimal
12
d) Mencegah kenaikan suhu dan cahaya yang berlebihan
e. Penyimpanan B3 Beracun
1) Pewadahan dan penandaan
Menggunakan kemasan anti bocor / mengikuti pola pewadaan dan
penandaan B3 yang berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
2) Kondisi ruangan
a) Bahan dan konstruksi bangunan
b) Tahan terhadap B3 yang disimpan
c) Kedap air
d) Lantai cekung agar limbah tidak mengalir keluar
e) Tertutup rapat dan dapat dikunci
4. Panduan penggunaan B3
a. Perencanaan dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dalam penggunaan B3 harus memperhatikan sbb :
1) Alat Pelindung Diri (APD) yg sesuai dg faktor resiko bahaynya,
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan P3K harus siap dan cukup
2) Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman oleh yang
berwenang
3) Peralatan kerja harus layak pakai
4) Metode kerja/cara pelaksanaan kerja /protap sudah aman dan
efektif
5) Kelengkapan adinistrasi sudah siap kan (perintah kerja, daftar B3
dll)
b. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman. dan sesuai
dengan SPO
c. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serah terima dan
tanggung jawab dilakukan sebaik baiknya, laporkan situasi kondisi
kerja terlebih hal yang tidak aman
d. Bila selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja,
wadah sisa B3 hingga aman.
e. Lakukan P3K bila ada kecelakaan dan penanganan lebih lanjut
5. Panduan penanganan B3
a. Penanganan Kecelakaan kerja dan darurat B3
Panduan ini sebagai petunjuk bagi pegawai untuk penyelamatan
apabila terjadi kecelakaan ditempat kerja dengan tujuan agar korban
13
menjadi atau merasa aman dan tenang serta mencegah kondisi yang
lebih buruk sambil menunggu pertolongan dokter.
b. Ruang lingkup
Ruang lingkup panduan ini meliputi petunjuk umum : pertolongan
pertama yang berhubungan dengan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3). Dampak dan Resiko akibat pengelolaan B3 berupa
ledakan gas dan kebakaran bahan kimia, bahan kimia tumpah, terpapar
bahan kimia kepada petugas, sarana dan lingkungan rumah sakit.
c. Pengertian yang dimaksud dalam panduan ini adalah sebagai berikut:
1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang
dapat menyebabkan luka atau kerugian pada manusia dan benda
yang disebabkan oleh suatu kejadian atau kondisi yang tidak
terduga
2) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh seorang
karyawan semenjak dia meninggalkan rumah kediaman sampai
menuju ketempat pekerjaannya, selama jam kerja, maupun
sekembalinya dari tempat kerja menuju rumah kediamannya
melalui jalan yang biasa ditempuh, sedemikian rupa sehingga
karyawan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam setelah kejadian
kecelakaan itu tidak dapat melakukan pekerjaan.
3) Perlemahan (impairment) adalah setiap gangguan atau ketidak
normalan psikologik dan atau fisiologik dan atau struktur anatomi
dan atau fungsi.
4) Ketidakmampuan (disability) adalah setiap keterbatasan atau
berkurangnya kemampuan (sebagai akibat dari perlemahan)
untuk melakukan aktivitas dengan cara atau dalam batas–batas
yang dianggap normal untuk manusia.
5) Cacat (handicap) adalah kerugian yang diderita oleh seseorang
sebagai akibat dari perlemahan atau ketidakmampuan yang
membatasi atau mencegah orang itu untuk melakukan perannya
yang normal untuk ukuran orang itu
d. Hal Umum Penanggulangan Kecelakaan dan Keadaan Darurat
1) Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib
14
menanggulangi terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat
akibat B3.
2) Melakukan kegiatan pengelolaan B3 untuk perencanaan dan
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
penggunaan B3 wajib mengambil langkah-langkah :
a) Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan;
b) menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap
penanggulangan kecelakaan;
c) melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada
aparat Pemerintah Kabupaten/Kota setempat; dan
d) Aparat Pemerintah Kabupaten/Kota setempat, setelah
menerima laporan tentang terjadinya kecelakaan dan atau
keadaan darurat akibat B3 sebagaimana dimaksud wajib
segera mengambil langkah-langkah penanggulangan yang
diperlukan.
3) Kewajiban sebagaimana dimaksud, tidak menghilangkan
kewajiban setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3
untuk :
a) Mengganti kerugian akibat kecelakaan dan atau keadaan
darurat; dan atau
b) Memulihkan kondisi lingkungan hidup yang rusak atau
tercemar; yang diakibatkan oleh B3.
6. Panduan penanganan tumpahan B3
a. Ketentuan mengatasi Tumpah
Harus dipahami bahwa tumpahan pada area kerja harus dibersihkan
karena dapat menyebabkan kecelakaan akibat kontak dengan bahan
tum pahan. Kecelakaan yang ditimbulkan antara lain : keracunan
akibat menghirup uap bahan tersebut, korosif dan dapat menimbulkan
kebakaran dan ledakan jika bereaksi dengan bahan-bahan mudah
terbakar, serta menyebabkan kontaminasi oleh mikroba (untuk
bahanbahan mikrobiologi).
b. Penanganan B3 tumpah di Rumah Sakit Citra Husada adalah :
15
1) Identifikasi / Kenali lokasi terjadinya tumpah, jumlah bahan yang
tumpah, sifat kimia dan fisika tumpahan, sifat bahaya dan risiko
tumpahan dan mengetahui teknik aman penanganannya.
2) Pastikan penggunaan alat pengaman diri (khususnya sarung tangan,
pelindung mata/muka dan pelindung pernafasan bila perlu).
3) Cegah tumpahan meluas dan hentikan sumber tumpahan jika hal
tersebut aman dilakukan.
4) Tangani (di tempat) dengan cara yang tepat. (Lihat MSDS)
5) Secara umum proses yang dilakukan adalah netralisasi.
6) Apabila tumpahan bahan kimia B3 dalam bentuk serbuk dapat
menggunakan kertas merang basah mengikat tumpahan (lihat pada
SPO penanganan tumpahan B3 menggunakan Spillkit B3)
7) Sedangkan, apabila tumpahan bahan kimia B3 dalam bentuk cair
maka dapat menggunakan bahan inert /absorben untuk menyerap
cairan. (misalnya pasir/ kertas merang).
8) Petugas menggunakan pinset untuk mengambil pecahan dan taruh
pecahan kedalam botol kaca kecil,bila ada pecahan.
9) Bekas tumpahan bahan kimia di area kerja dapat dibersihkan
dengan air, densifektan.
10) Tetapi untuk penanganan yang lebih tepat dapat dilihat di dalam
“Material Safety Data Sheet” (MSDS).
c. Langkah Selanjutnya Setelah Pembersihan tumpahan B3
1) Simpan semua limbah pada tempatnya yang sesuai kemudian tutup
untuk penanganan lebih lanjut
2) Bersihkan pastikan kembali area tersebut telah bersih dan aman.
3) Bersihkan area / meja kerja segera setelah terjadi tumpahan zat/
bahan kimia.
4) Apabila bahan kimia yang tumpah tersebut cukup/sangat
berbahaya, selain dibersihkan dengan lap, tangan harus dilindungi
dengan sarung tangan dan Alat Pelindung Diri (APD) lainnya :
masker dan sepatu pelindung)
d. Panduan penanganan terpapar B3 pada kulit
1) Penanganan bila terjadi Kontaminasi Bahan-bahan Berbahaya
pada pekerja, bila terkena kulit dan rambut
2) Membawa segera pekerja yang terkontaminasi menuju
sumber air terdekat dan lepaskan seluruh pakaian yang
menutup bagian yang terkontaminasi
16
3) Membasahi atau menyiram pekerja yang terkontaminasi dengan
air (bila mungkin air mengalir atau air pancuran atau shower), lihat
petunjuk gambar
4) Membersihkan kontaminasi dengan sabun jika ada
5) Mempergunakan sarung tangan/baju pelindung untuk melindungi
diri dari kontaminan bahan kimia yang dibersihkan
(beberapabahan kimia yang melepas uap berbahaya bagi
pernafasan, pastikan tidak menghirupnya)
6) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke IGD bila memerlukan
pertolongan medis lebih jauh
7) Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke Tim K3 Rumah Sakit
melalui Unit Rawat Jalan
8) Petunjuk Gambar membersihkan B3 terpapar pada kulit atau
kepala
17
f) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke IGD bila
memerlukan pertolongan medis lebih jauh, lalu melaporkan
kejadian kecelakaan kerja ke Tim K3 Rumah Sakit melalui
Poli Pegawai
g) Petunjuk Gambar Membersihkan Mata dengan air ini di
RSCH blm ada eye wash fountain
18
barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi
sangat penting.
Peringatan tentang bahaya dengan simbol dan label merupakan
syarat penting dalam perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut
tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang sudah lengkap, usaha
perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan.
a. Pengertiaan yang berkaitan dengan simbol B3 :
1) Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan
B3 adalah bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
2) Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3.
3) Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain
klasifikasi dan jenis B3.
4) Kemasan adalah wadah atau tempat yang bagian dalamnya terdapat
B3 dan dilengkapi penutup.
5) Tempat penyimpanan kemasan B3 adalah bangunan atau dalam
bentuk lain yang digunakan untuk menyimpan kemasan B3.
19
kemasan. Sedangkan simbol pada tempat penyimpanan
kemasan B3 minimal berukuran 25 cm x 25 cm.
20
bomb) berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan
suatubahan yang pada suhu dan tekanan standar (25 °C,
760mmHg) dapat meledak dan menimbulkan kebakaran
atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
21
Gambar (3) : Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat
22
(g) Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume dan/atau pada titik nyala (flash point) tidak
lebih dari 60°C (140°F) akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain
pada tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya dapat
dilakukan dengan metode ”Closed-Up Test”;
(h) Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar
(25°C dan 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan
terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uaair
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila
terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus
menerus dalam 10 detik. Padatan yang hasil pengujian
”Seta Closed Cup Flash Point Test”-nya menunjukkan
titik nyala kurang dari 40oC;
(i) Aerosol yang mudah menyala;
(j) Padatan atau cairan piroforik; dan/atau
(k) Peroksida organik.
(4) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic),
sebagaimana gambar (4).
23
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
24
Gambar (6). : Simbol B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant)
25
Gambar (7) : Simbol B3 klasifikasi bersifat korosif
(corrosive)
26
Gambar (8) : Simbol B3 klasifikasi berbahaya bagi
lingkungan (dangerous for the environment)
27
dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan
sebagai berikut:
28
Simbol pada kemasan B3 harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
29
e) Dipasang disetiap sisi dan di bagian muka alat angkut serta
harus dapat terlihat dengan jelas dari jarak lebih kurang 30
meter; dan
f) Simbol tidak boleh dilepas dan diganti dengan symbol lain
sebelum muatan B3 dikeluarkan dan alat angkut yang
digunakan dibersihkan dari sisa B3 yang tertinggal.
3) Simbol pada tempat penyimpanan kemasan B3.
Tempat penyimpanan kemasan B3 harus ditandai dengan simbol
dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
30
b) Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah
terhapus dan dipasang pada setiap kemasan B3. Pada label
wajib dicantumkan informasi
Pernyataan Bahaya :
Identitas Pemasok Klasifikasi B3
Fisik, Kesehatan dan Lingkungan
Gambar 6 a. Label B3
2) Pengisian Label
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah
terhapus dan dipasang pada setiap kemasan B3. Pada label wajib
dicantumkan informasi minimal sebagai berikut :
31
No Jenis Farmasi Penjelasan Pengisian
penghasil.
resiko
lain-lain.
dan darurat
Tujuan penggunaan.
kontainer.
pemasok
32
3) Pemasangan label B3.
Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah simbol dan
harus terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada
wadah yang akan dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar.
Contoh pemasangan simbol dan label pada kemasan/wadah,
sebagaimana gambar 6.b.
Simbol
Label
33
e. Semua wadah/kemasan B3 harus dibakar dengan benar
f. Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yg
sesuai. Hati-hati hindari bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram,
dsb
9. Panduan penanganan pembuangan limbah B3
a Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang
dihasilkannya paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum
menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah
atau penimbun limbah B3.
b Bila limbah B3 yang yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh)
kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3
yang dihasilkannya lebih dari sembilan puluh hari sebelum
diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah
B3, dengan persetujuan Kepala instansi yang bertanggung jawab.
c Dalam pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun disertai
dengan bukti dokumen pembuangan limbah B3 berupa manifest
limbah
BAB IV
DOKUMENTASI
34
Hasil laporan tumpahan atau paparan B3 akan dibuat setiap ada laporan dari
unit, sedangkan monitoring kepatuhan petugas akan dilaporkan kepada direktur
setiap 3 bulan.
Pendokumentasian tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Form Laporan Tumpahan/Paparan B3
2. Ceklis kepatuhan pengelolaan limbah B3 Rumah Sakit
3. Rekapan hasil pemantauan kepatuhan pengelolaan limbah
RUMAH SAKIT
CITRA HUSADA
1 Pengadaan MSDS
Label
35
Simbol
2 Penyimpanan Melakukan
B3 Pemisahan dan
Pengelompokan
penempatan B3
Kesimpulan :
Tindakan :
Petugas Supervisi
(……………………)
Unit :
Tanggal dan Bulan :
No Prosedur Ya Tidak
1. Pakai alat pelindung diri sarung tangan dan bila perlu pakai
masker.
Nilai :
Kesimpulan :
36
Tindakan :
Petugas Supervisi
(……………………..)
Unit :
Tanggal dan Bulan :
No Prosedur Ya Tidak
Nilai :
Kesimpulan :
Tindakan :
Petugas Supervisi
37
(……………………..)
38
Ceklis pengambilan limbah B3 di ruangan
Unit :
Tanggal dan Bulan :
No Prosedur Ya Tidak
1. Petugas memakai alat pelindung diri sarung tangan, masker,
dan sepatu boots.
2. Petugas mengambil limbah kimia dan farmasi bila tempat
sampah sudah terisi ¾ sampah.
3. Petugas mengikat kantong plastik dengan cara:
1) Menarik kantong plastik secara perlahan sehingga udara
dalam kantong berkurang.
2) Memutar ujung plastik untuk membentuk kepang tunggal.
3) Menggunakan kepang plastik untuk membentuk ikatan
tunggal.
3. Petugas mengambil sampah dengan menggunakan kereta
dorong yang bersih kuat dan tertutup
4. Sampah yang dimasukkan ke dalam kereta dorong tidak boleh
dipadatkan dan ditekan- tekan.
5. Petugas melepas alat pelindung diri.
8. Petugas melakukan cuci tangan sesuai prosedur
Nilai :
Kesimpulan :
Tindakan :
Petugas Supervisi
(……………………..)
39
Unit :
Tanggal dan Bulan :
No Prosedur Ya Tidak
Nilai :
Kesimpulan :
Tindakan :
Petugas Supervisi
(……………………..)
40
Bulan:
∑ Tidak
No Standar Operaional Prosedur Sesuai % % Ket
pengamatan sesuai
Proses
Outcome
41
4. Formulir Laporan Tumpahan/Paparan B3
RINCIAN KEJADIAN
4. Lokasi : ....................................................................................................................
...............
5. Jenis Bahan:
...................................................................................................................................
6. Kronologis Kejadian
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Pembuat Penerima
: ................................... : ...................................
Laporan Laporan
Unit : ................................... Unit : ...................................
42
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
43
BPPT.2017. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob.
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrs/limbahrs.html.
Diakses pada 03 Juni 2017. Kelompok Pengkajian Teknologi Pengelolaan
Air Bersih dan Limbah Cair, Direktorat Teknologi Lingkungan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2007. Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya,
Republik Indonesia, Jakarta
Keputusan Menteri Tenaga Kerja.1999. Kepmenaker No 187 tahun 1999 Tentang:
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja & Penyusunan
Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya
Menteri Kesehatan Republik Indonesia .2007. Pedoman Managerial Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya. Republik Indonesia, Jakarta
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia .2015. Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Republik Indonesia, Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2014. PP No. 101 tahun 2014 Tentang:
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Jakarta
Presiden RI.1997. Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta
Presiden RI.1999.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
Jakarta
Presiden RI.2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun. Jakarta
44
Lampiran Simbol B3
45
Lampiran Format Pelabelan B3
46
Lampiran B3 di Ruangan
3 VK Bersalin ODEX
Alkohol 70%
Alkohol swab
Formalin
Aseptic Gel (One-Scrub)
Baygon
47
Mama Lemon
Soklin Pemutih
Lithium
7 Radiologi Developer
Fixer
Alkohol 70%
Aseptic Gel (One-Scrub)
48
9 Gudang Farmasi H2O2
Alkohol 70%
Atropin
Aseptic Gel (One-Scrub)
Formalin
Developer
Fixer
ISO floran
ODEX
Creatinin
Urinalysis reagent Strips
Alkohol swab
Carbachol
Glycerin
Urea reagent kit
Bio Blue Trypan blue
13 Laboratorium Alkohol 70 %
Creatinin
Urinalysis reagent Strips
Urea reagent kit
49
Aseptic Gel (One-Scrub)
Alkohol swab
Mama Lemon
Soklin Pemutih
Lithium ( batrai)
50