Anda di halaman 1dari 23

.

/koTUGAS :INDIVIDU
MATA KULIAH :KEPERAWATAN KOMUNITAS 1
DOSEN :Ns. Hamdani S.Kep

“TREND & ISSUE KEPERAWATAN KOMUNITAS”


“PENYAKIT OSTEOARHRITIS”

DISUSUN OLEH:

Nita Utari Mokodompit

B2 002 17 003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI


PINRANG

TAHUN AKADEMIK

2018/2019
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Dan harapan saya,
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini

Pinrang 27 OKTOBER 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .............................................................................


B. Rumusan masalah .......................................................................
C. Tujuan .........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian pustaka .............................................................................

BAB III PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...........................................................................


B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ....................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoarthritis merupakan kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan
progresif biasanya terjadi pada usia pertengahan hingga usia lanjut di
tandai dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian
tulang (American college of Rheumatology, 2015). Masalah utama yang
sering di alami lansia dengan osteoarthritis adalah nyeri sendi. Nyeri
bertambah ketika melakukan aktifitas sehingga aktivitas menjadi terbatas
(Kwok, 2013)
Osteoarthritis di derita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan
mencapai 24 juta di kawasan Asia Tenggara. Prevalensi osteoarthritis
terus meningkat mengikuti pertambahan usia penderita. Berdasarkan
temuan radologis, di dapatkan 70% dari penderita yang berumur lebih dari
65 tahun penderita osteoarthritis (suhendrio, 2014)

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya merumuskan masalah
sebeagai berikut. “ Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang
penyakit osteoarthritis di Desa Jetis Kecamatan Baki Kabupaten
sukoharjo “?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit
osteoarthritis di Desa Jetis Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
2. Tujuan khusus.
a. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan umur di Desa Jetis
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
b. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan pendidikan di
Desa Jetis Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Osteoarthritis
a. Definisi osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat
kronik dan progresif biasanya terjadi pada usia pertengahan hingga
usia lanjut di tandai dengan adanya kerusakan kartilago yang
terletak di persendian tulang. Kerusakan kartilago ini bisa di
sebabkan oleh stress mekanin atau atau perubahan biokimia
padatubuh (American Collage Of Reumatollogy, 2015)
Osteoarthritis ,erupakan salah satu tipe penyakit arthritis
yangpaling umum terjadi terutama pada orang-orang dengan usia
lanjut. Penyakit ini juga di sebut sebagai penyakit sendi degenaritif
yang menyerang kartilago, yaitu suatu jaringan keras tapi licin yang
menyelimuti bagian ujung tulang yang akan membentuk
persendian. Fungsi dari kartilago itu sendiri adalah untuk
melindungi ujung tulang agar tidak saling bergesekan ketika
bergerak. Pada osteoarthritis, kartilago mengalami kerusakan
bahkan bisa sampai terkelupas sehingga akan menyebabkan
tulang di bawahnya saling bergesekan, menyebabkan nyeri,
bengkak, dan terjadi kekakuan sendi.semakin lama hal ini akan
menyebabkan struktur sendi berubah menjadi abnormal hingga
dapat muncul pertumbuhan tulang baru yang di namakan
ostheopyfes yang akan semakin memperbersar gesekan dan
memperparah nyeri (National institute Of Arthritis And
Muskuloskeletal And Skin Disease,2015)
b. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis di klasifikasikan menjadi
dua, yaitu osteoarthritis primer dan sekunder. Osteoarthritis primer
adalah osteoarthritis idiopatik mengenai individu yang tidak
memiliki riwayat keriusakan sendi, penyakit sendi atau penyakit
sistemik yang di hubungkan dengan perkembanganya
osteoarthritis. Osteoarthritis idiopatik lebih sering di temukan pada
wanita dari pada pria. Hal ini menimbulkan efek pada sendi besar
penunjang berat badan dan tulang belakang.

v
c. Factor resiko.

Dalam kasus osteoarthritis, tulang rawan mengalami kerusakan


secara perlahan. Tulang rawan sendiri merupakan jaringan ikat
padat yang kenyal, licin, serta elastis. Jaringan ini menyelubungi
ujung tulang pada persendian untuk melindunginya dari gesekan
saat ada pergerakan. Saat tulang rawan mengalami kerusakan,
teksturnya yang licin akan menjadi kasar. Seiring waktu, tulang
akan bertabrakan dan sendi pun akan terpengaruhi.

Berikut ini adalah sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko


seseorang terkena osteoarthritis, di antaranya:

1) Usia. Risiko osteoarthritis akan meningkat seiring


bertambahnya usia seseorang, khususnya bagi mereka yang
berusia di atas 50 tahun.
2) Jenis kelamin. Wanita lebih sering mengalami osteoarthritis
dibandingkan pria.
3) Cedera pada sendi. Sendi yang mengalami cedera atau
pernah menjalani operasi memiliki kemungkinan osteoarthritis
yang lebih tinggi.
4) Obesitas. Berat badan yang berlebihan menambah beban
pada sendi sehingga risiko osteoarthritis menjadi lebih tinggi.
5) Faktor keturunan. Risiko osteoarthritis diduga bisa diturunkan
secara genetika.
6) Menderita kondisi arthritis lain, misalnya penyakit asam urat
atau rheumatoid arthritis.
7) Cacat tulang, seperti pada tulang rawan atau pembentukan
sendi.

vi
8) Pekerjaan atau aktivitas fisik yang membuat seseorang
mengalami penekanan di titik tertentu secara terus-menerus.

d. Patofisiologi.
Pada OA dalam kasus ini, komponen kartilago mengalami
disorganisasi dan degradasi. Jejas mekanis dan kimiawi
merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul
abnormal dan produk degradasi kartilago didalam cairan synovial
sendi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ketika hal tersebut
terjadi, rawan sendi dapat melakukan perbaikan sendiri yaitu
kondrosit akan bereplikasi dan memproduksi matriks baru. Proses
perbaikan ini dipengaruhi oleh factor pertumbuhan suatu
polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu
komunikasi antar sel. Faktor mekanis (penggunaan sendi yang
berlebihan dan terus menerus) dan disertai factor-faktor resiko
seperti usia, genetic, dan factor kebudayaan kemudian
menyebabkan pelepasan enzyme kolagenase dan stromelysin
sehingga menyebabkan pemecahan proteoglikan dan gangguan
kolagen tipe II. Hal tersebut menyebabkan terjadi kehilangan
matriks kartilago terutama pada permukaan medial kartilago.
Kondrosit menjadi tidak responsive terhadap factor pertumbuhan
seperti TGF-B dan IGF-1 dan tidak mampu sepenuhnya
mengkompensasi kehilangan matriks. Ketidakseimbangan antara
sintesis dan degradasi kartilago ini terjadi dengan abrasi, fisura dan
cekungan pada permukaan artikular. Kartilago artikular menjadi
overhidrasi dan membengkak. Degradasi matriks dan overhidrasi
mengakibatkan kekakuan dan kehilangan elastisitas kompresif
pada transmisi yang memberikan tekanan mekanis besar pada
tulang subkondral sehingga tulang trabekular subkondral rusak dan
dapat terbentuk kista tulang akibat tekanan yang berlebihan
tersebut. Mekanisme perbaikan pada tepi permukaan artikular
(interfase tulang-kartilago) mengakibatkan peningkatan sintesis
kartilago dan pembentukan tulang berlebihan atau yang disebut
osteofit.

e. Menifestasi klinis

vii
1) Rasa nyeri pada sendi Merupakan gambaran primer pada
osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan
sesuatu kegiatan fisik.
2) Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan berlangsung
15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai
kegiatan fisik.
3) Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan,
pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan
pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini
akan menimbulkan rasa nyeri.
4) Mekanik. Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah
melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu
istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri
biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat
menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum
dapat diketahui penyebabnya.
5) Pembengkakan Sendi. Pembengkakan sendi merupakan reaksi
peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi
biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6) Deformitas. Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7) Gangguan Fungsi. Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang
pembentuk sendi.
f. Derajat

Osteoartritis derajat ringan (stadium 1 dan 2)

viii
Terapi non obat terdiri atas:

1) menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan


(mutlak dilakukan, karena salah satu penyebab utama
Osteoartritis adalah kelebihan berat badan)
2) latihan menguatkan otot paha dan pinggul untuk menjaga
kebugaran tubuh
3) memakai knee brance selama diperlukan
a. Terapi obat terdiri atas:
4) obat anti radang dan nyeri
5) suplemen untuk menumbuhkan tulang rawan
6) obat pelumas sendi yang disuntikkan ke sendi
7) Laparaskopi atau peneropongan untuk mengetahui derajat
kerusakan dan juga membetulkan atau mengikis kapur serta
menambah pelumas dapat dilakukan sekaligus.

Osteoartritis derajat berat (stadium 3 dan 4)

Pilihan pengobatan terbaik sampai saat ini adalah operasi


penggantian sendi. Operasi penggantian sendi adalah operasi
yang dilakukan untuk mengganti sendi yang dilakukan untuk
mengganti sendi yang telah rusak dengan prostesis.

Pencegahan :Pencegahan osteoartritis yang utama adalah


mengubah gaya hidup, jika kegemukan maka berat badan harus
diturunkan, harus berolahraga, tetapi tidak berlebihan dan hindari
high-impact, misalnya senam high-impact dan lari jarak jauh,
olahraga yang tidak banyak membebani lutut adalah berenang dan
sepeda statis.[1]

ix
Yang harus dilakukan

1) Gunakan alat bantu jalan


2) Prinsip RICE ( Rest, Icing, Compress, Elevate) pada saat sendi
nyeri
3) Gunakan alas kaki yang nyaman
4) Konsul ke dokter ahli ( dokter saraf, bedah tulang, rematolog,
atau rehabilitasi medik)
5) Gunakan Splint/ brace/dekker
6) Gunakan toilet duduk
7) Olah raga yang tidak membebani sendi ( renang, sepeda static)
8) Jaga berat badan ideal
a. Yang jangan dilakukan
9) naik turun tangga
10) mengangkat beban berat
11) jalan yang menanjak
12) posisi jongkok
13) duduk dengan kaki bersila
14) lompat – lompat
15) menggunakan toilet jongkok
16) duduk dalam waktu yang lama
17) menggunakan alas kaki dengan hak tinggi
18) duduk di kursii yang pendek

g. komplikasi.
Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang memburuk dari
waktu ke waktu. Nyeri sendi dan kekakuan sendi akan memburuk
dan akan terasa semakin sulit untuk melakukan kegiatan sehari-

x
hari. Beberapa orang tidak mampu bekerja terlalu lama. Ketika
nyeri sendi terlalu berat, dokter akan menyarankan operasi
penggantian sendi.
h. Pemeriksaan diagnosis

Penentuan diagnosis osteoartritis dilakukan melalui pengumpulan


informasi mengenai gejala-gejala yang dirasakan oleh
penderitanya. Selain itu juga perlu dilakukan gambaran klinis dan
radiografi.

Selain itu terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan


untuk mendukung proses penentuan diagnosis osteoartritis, antara
lain:

1) Pemeriksaan laboratorium osteoartritis


2) Foto polos sendi (rontgen)
3) Pemeriksaan cairan sendi
4) Pemeriksaan artroskopi

i. Penatalaksanaan

Terapi Non-Farmakologis dan Farmakologis Osteoartritis

Tatalaksana osteoartritis membutuhkan pendekatan non-


farmakologis dan farmakologis yang dilaksanakan secara sinergis.
Terapi non-farmakologis penting dalam tatalaksana osteoartritis
untuk mengurangi stress mekanis sehingga memberikan
kesempatan tubuh untuk melakukan "self healing" pada jejas sendi.

Terapi Non-Farmakologis

Edukasi adalah faktor penting dalam tatalaksanan non-


farmakologis osteoartritis. Pasien sebaiknya menghindari aktivitas

xi
yang menyebabkan pembebanan berlebih pada sendi. Pasien
dianjurkan untuk melakukan olahraga untuk penguatan otot lokal
dan olahraga aerobik. Penurunan berat badan pada pasien dengan
obesitas menjadi prioritas untuk mengurangi beban mekanik pada
sendi yang mengalami osteoartritis.

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat


diberikan pada pasien dengan osteoartritis lutut. Sebuah
penelitian systematic review yang dilakukan Osiri dkk (2000)
menyimpulkan bahwa TENS memiliki kemampuan yang lebih baik
dari plasebo untuk melakukan kontrol nyeri pada pasien
osteoartritis lutut. Perbaikan kekakuan sendi lutut pada pasien
osteoartritis juga ditunjukkan dengan terapi TENS.

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis osteoartritis dapat diberikan anti-nyeri, injeksi


kortikosteroid intra-artikuler dan injeksi hialuronat intra-artikuler,
tergantung dari level gejala klinis yang muncul.

1) Obat anti-nyeri: Parasetamol (pilihan utama boleh sampai 4


gram/hari), NSAID topikal atau sistemik sampai opioid
(tergantung derajat nyeri dan inflamasi).
2) Pertimbangkan injeksi kortikosteroid intra-artikuler terutama
untuk osteoartritis lutut dengan efusi
3) Injeksi hialuronat atau viscosupplement intra-artikuler untuk
osteoartritis lutut

Secara umum, prognosis osteoartritis adalah baik. Namun, pada


osteoartritis lutut gejala yang berat memiliki prognosis yang

xii
kurang baik. Terapi bedah dilakukan jika terapi farmakologis sudah
diberikan dan tidak memberikan perbaikan yang signifikan secara
klinis. Tindakan bedah yang diindikasikan untuk osteoartritis akut
adalah total joint arthroplasty

2. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindaran manusia, atau hasil tahu


seseorang terhadap objek memalui indra yang di milikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya padawaktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
di pengaruhi oleh itensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
(notoatmodjo, 2014)

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan dapat di peroleh dari pengalaman seseorang, buku,


teman, orang tua, radio, televise, majalah dan surat kabar.
Pengetahuan pada seorang bertujuan dapat menjawab masalah
yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Menurut notoatmodjo
(2014), terdapat 6 tingkat pengetahuan, di antaranya:

1) Tahu

Tahu di artikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang


ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu
bahwa buat tomat banyak mengandung vitamin C. jamban
adalah tempat membuang air besar. Penyakit demam berdarah
di tularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti. Dan sebagainya.

xiii
2) Memahami

Pemahaman adalah proses psikologis yang terkait dengan


objek abstrak atau fisik, seperti seseorang, situasi, atau pesan
di mana seseorang dapat memikirkannya dan menggunakan
konsep untuk menangani secara memadai dengan objek itu.
Memahami adalah hubungan antara yang tahu dan objek
pemahaman.

3) Aplikasi

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek


yang di maksut dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang di ketahui tersebut pada situasi lain. Misalnya
sesorang yang telang memeanhami tentang proses
perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di
ana saja.

4) Analisis

analisis adalah aktivitas berfikir untuk menguraikan suatu


keseluruhan menjadi komponen-komponen kecil sehingga
dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungan masing-
masing komponen, dan fungsi setiap komponen dalam satu
keseluruhan yang terpadu.

5) Sintesis

(berasal dari bahasa Yunani syn = tambah dan thesis = posisi)


yang biasanya berarti suatu integrasi dari dua atau lebih elemen
yang ada yang menghasilkan suatu hasil baru.

xiv
6) Evaluasi

Evaluasi merupakan saduran dari bahasa Inggris "evaluation"


yang diartikan sebagai penaksiran atau penilaian. Nurkancana
menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan
berkenaan dengan proses untuk menentukan nilai dari suatu
hal.

Pengukuran pengetahuan menurut notoatmodjo (2014) dapat di


lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
kita ukur dapat kita sesuikan dengan tingkat-tingkat di atas.

c. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut wawan dan dewi (2010) ada beberapa factor yang


mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang antara lain.

1) Faktor Interna

a) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga

dapat meningkatkan kualita hidup. Mubarak (2012),

menjelaskan pendidikan merupakan bimbingan yang

diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat

xv
dipahami suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang

dimilikinya semakin banyak.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang

menyita waktu serta dapat memberikan pengalaman

maupun pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Lingkungan pekerjaan dapat membentuk suatu

pengetahuan karena adanya saling menukar informasi

antara teman-teman di lingkungan kerja (Wawan dan Dewi

2010).

c) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Menurut Widiastuti (2009) yaitu penyampaian informasi

yang baik yaitu pada masa kedewasaan karena masa

kedewasaan merupakan masa dimana terjadi

perkembangan intelegensia, kematangan mental,

xvi
kepribadian, pola pikir dan perilaku sosial. Sehingga dari

informasi yang didapat akan membentuk sebuah

pengetahuan dan sikap dilihat dari respons setelah

informasi diterima

d) . Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan (Riyanto,

2013). Menurut Wawan dan Dew (2010) suatu informasi

dapat membantu mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan baru dan semakin banyak

mendapatkan informasi maka pengetahuan akan semakin

luas.

2) Fakto Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

xvii
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.

d. Cara memperoleh pengetahuan

Menyurut pumawan (2009) cara memperoleh pengetahuan atau


methodsof knowing sebagai berikut:

1) Tenacity

Tenacity adalah cara memperoleh pengetahuan yang di


lakukan dengan sangat meyekini sesuatu meskipun bia jadi
apa yang di yakininya belum tentu benar. Keyakinan ini di
sebabkan karena hal yang di yakini tersebut umumnya
terjadi.

2) Authority

Cara memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan


pada pihak yang di anggap kompeten.

3) Apriori

Cara memperoleh pengetahuan dengan menitik beratkan


pada kemampuan nalar dan istitusi diri diri sendiri tanpa
mempertimbangkan informasi dari pihak lain.

4) Science

xviii
Cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan
serangkayan cara-cara ilmiah seperti mengajukan dugaan,
pengujian dugaan, pengontrolan variable sampai
menyimpulkan. Cara ini di anggap sebagai cara yang paling
dapat di yakini kebenaran di atas pengetahuan yang di
peroleh. Hal ini karena pada “science” telah di lakukan
serangkayan uji coba sebelum akhirnya memperoleh
pengetahuan berupa kesimpulan yang mana pengujian-
pengujian seperti ini tidak di temukan pada ketiga metode di
atas.

e. Sumber pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat di peroleh dari berbagai


usahabaik secara sengaja maupun tidak sengaja. Usaha yang
di lakukan dengan sengaja memalui berbagai metode dan
konsep baik memali proses pendidikan maupun pangalaman
(yadi,2018)

f. Cara mengukur pengetahuan.

Menurut arikunto (2013), pengukuran pengetahuan dapat di


lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentangisi materi yang di ukur dari subjek penelitian atau
responden kedalam pengetahuan yang ingin di ukur dan di
sesuaikan dengan tingkatnya.

xix
3. Keluarga

a. Definisi

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia


yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat
terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan
perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah
yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam
satu periuk.

b. Tugas kesehatan keluarga

1) Mengenal masalah
2) Membuat keputusan
3) Member perawatan
4) Mempertahankan suasana yang sehat
5) Memperthankan hubungan dengan fasilitas kesehatan.

c. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif dan koping


2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi reproduktif
4) Fungsi ekonomi
5) Fungsi kesehatan keluarga

xx
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari – maret 2019 di Desa Jetis
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo dengan 44 sampel keluarga yang
memiliki anggota keluarga dengan penyakit osteoarthritis yang telah
memenuhi kriteria inklusi. Bab ini menguraikan bagai mana hasilpenelitian
dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan keluarga tentang
penyakit osteoarthritis. Hasil dari data tersebut di dapatkan dari
karakteristik keluarga berdaarkan umur dan jenis kelamin.

B. Deskripsi data hasil penelitian


1. Pengetahuan berdasarkan umur

Distribusi frekuensi karakteristik responden bedasarkan usia


menunjukan angka tertinggi adalah usia 46-55 tahun sebanyak 19
responden (43,2%) dan angka terendah adalah usia >66 tahun
sebanyak 3 responden (6,8%)

2. Pengetahuan berdasarkan pendidikan

Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan pendidikanresponden


menunjukan bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah
pendidikan SD sebanyak 16 responden (36,4%) sedangkan tingkat
pendidikanpaling sedikit adalah pendidikan sarjana sebanyak 1
responden (2,3%).

xxi
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian gambaran pengetahuan keluarga tentang


penyakit osteoarthritis di komunitas Desa Jetis Kecapatan Baki
Kabupaten Sukoharji dapat di ambil kesimpulan bahwa:

1. Mayoritas pengetahuan keluarga berdasarkan usia dalam kategori


cukup pada usia 45-55 tahun
2. Pengetahuan keluarga berdasarkan pendidikan terbanyak berada
dalam kategori kurang pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD)

B. Saran
1. Keluarga

Keluarga hendaknya berusaha meningkatkan pemahaman tentang


penyakit osteoarthritis.

2. Petugas kesehatan

Diharaphan petugas kesehatan khususnya petugas puskesmas


hendaknya melakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan
masyarakat khususnya keluarga dengan penderita osteoarthritis.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

http://v3.eprints.ums.ac.id/auth/user/etd/72300/7/1

https://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-
keluarga.html

https://yulifitri34.wordpress.com/2012/10/21/5-tugas-kesehatan-keluarga/

xxiii

Anda mungkin juga menyukai