Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan mengidentifikasi untuk melihat tercapai atau

belumnya suatu program, dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.

Salah satu jenis evaluasi pada bidang pendidikan oleh para pendidik atau guru dan

dosen, diantaranya adalah evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah

proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan

pengukuran dan penilaian pembelajaran.

Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran

atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar

peserta didik. Pengukuran, penilaian dan evaluasi tidak dapat dipisahkan di dunia

pendidikan sebab memiliki keterkaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya,

antara lain sebagai berikut.

a. Pengukuran dan penilaian merupakan dua proses yang berkesinambungan.

b. Pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu, yang menghasilkan skor, dan dari

pengukuran dapat dilaksanakan penilaian

c. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Hakikat keduanya merupakan

proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Perbedaannya terletak

pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih

sempit dan hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek, seperti

prestasi belajar. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, dalam pelaksanaannya

9
mencakup semua komponen dalam suatu sistem (Ratnawulan & Rusdiana,

2015).

Tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data pembuktian yang akan

menjadi petunjuk tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam

pencapaian berbagai tujuan setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka

waktu yang telah ditentukan (Putra, 2013)

Adapun tujuan evaluasi hasil belajar adalah:

1) Untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang

telah diberikan.

2) Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap

peserta didik terhadap program pembelajaran.

3) Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar

peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah

ditetapkan.

4) Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam

mengikuti pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar

bagi guru memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut,

sedangkan kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan

atau bimbingan.

5) Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai

dengan jenis pendidikan tertentu.

6) Untuk menentukan kenaikan kelas.

7) Untuk menentukan peserta didik sesuai dengan potensi yang

10
dimilikinya.

Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk pengembangan program, perencanaan

dan pengembangan kukrikulum, serta untuk akreditasi program dan kelembagaan.

Evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai

pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang

guru

2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan

kegiatan belajar

3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar

4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa

5) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orangtua siswa.

2.2 Alat Evaluasi

Proses evaluasi dalam pendidikan dan pembelajaran baik secara langsung

maupun tidak langsung membutuhkan alat bantu yang disebut alat evaluasi atau

instrumen evaluasi. Instrument evaluasi adalah alat yang digunakan untuk

memperoleh data seberapa jauh kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran. Alat

evaluasi pendidikan secara garis besar dibedakan menjadi tes dan non-tes (Putra,

2013).

Tes merupakan alat evaluasi pendidikan yang mempunyai peranan penting

dalam mengukur prestasi hasil belajar siswa yang perlu memperhatikan validitas

soal, reliabilitas soal, derajat kesukaran item, daya beda item, fungsi pengecoh, serta

11
kesesuaian soal dengan standar kompetensi dan indikator agar kita dapat

menentukan kualitas soal.

Tes hasil belajar yang biasa dipergunakan oleh guru untuk menilai hasil

belajar siswa-siswa di sekolah dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes objektif dan

essay. Tes objektif terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih

salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia atau dengan

mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol. Tipe-tipe tes

objektif yaitu true-false, multiple-choice, completion, dan matching. Kebaikan tes

objektif yaitu dapat dijawab dengan cepat oleh siswa dapat dijamin sepenuhnya,

jawaban-jawaban tes objektif dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat dengan

mempergunakan kunci jawaban.

Tes hasil belajar yang lazim dilaksanakan adalah tes formatif dan tes sumatif.

Tes formatif adalah tes yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok

bahasan atau topik dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu

proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Tes sumatif

adalah tes yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya

tercakup lebih dari satu pokok bahasan dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit ke unit lainnya (Daryanto,

2008)

Menurut Purwanto (2016) untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar dan

mengajar, seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah

distandarkan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test).

Standardized test ialah tes yang telah mengalami proses standardisasi, yakni proses

12
validasi dan keandalan (reliability) sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal

untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu.

Ciri-ciri tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur ketika sudah

memenuhi persyaratan tes, yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan

ekonomis. Keberhasilan suatu tes dalam mengungkapkan hasil dan proses belajar

peserta didik, sangat bergantung pada kualitas alat penilaiannya disamping juga

terletak pada cara pelaksanaan evaluasi itu sendiri (Daryanto, 2008).

2.3 Tes Buatan Guru

Tugas dan fungsi guru didasari oleh beberapa pedoman dan peraturan yang

berlaku, dijelaskan dalam Bab XI Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 52 Peraturan Pemerintah No. 74

Tahun 2008 tentang Guru, yakni merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran,

membimbing dan melatih peserta didik, melakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada kegiatan

pokok yang sesuai dan meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik

dan kompetensi secara berkelanjutan.

Tes buatan guru merupakan tes yang disusun sendiri oleh guru yang

mempergunakan tes tersebut. Ciri-ciri teacher-made test (tes buatan guru) yaitu:

1. Dibuat berdasarkan isi dan tujuan-tujuan khusus untuk kelas atau sekolah di

tempat guru itu mengajar.

2. Menyangkut topik, kecakapan, atau keterampilan khusus dan tertentu, tetapi

13
dapat juga menyangkut bagian-bagian yang lebih luas dari pengetahuan dan

keterampilan.

3. Dikembangkan oleh seorang guru dengan sedikit atau tanpa bantuan dari

luar.

4. Menggunakan item-item yang jarang atau tidak pernah di try-out kan,

dianalisis, atau direvisi sebelum menjadi bagian dari tes tersebut.

5. Memiliki keandalan yang rendah atau sedang saja.

6. Terbatas pada suatu kelas atau sekolah sebagai kelompok pemakaiannya.

Idealnya walaupun tes itu hanya buatan guru sendiri, namun juga harus

memenuhi kriteria validitas, kelayakan butir-butir soal, dan reliabilitas serta alat tes

itu disusun dengan acuan kisi-kisi dan butir-butir soalnya telah di telaah dan

kemudian di revisi. Tes buatan guru terutama dimaksudkan untuk:

1. Mengetahui kadar kompetensi yang dipelajari

2. Umpan balik pembelajaran selanjutnya

3. Memberikan nilai

2.4 Analisis Butir Soal

Ratnawulan & Rusdiana (2015) menyatakan kegiatan analisis butir soal

merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal

yang telah ditulis. Kegiatan analisis butir soal merupakan proses pengumpulan,

peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat

keputusan tentang setiap penilaian.

14
Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya sebuah

soal. Analisa pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif

(qualitatif control) dan analisis kuantitatif (quantitatif control). Analisa kualitatif

sering pula dinamakan sebagai validitas logis (logical validity) dan analisis

kuantitatif sering dinamakan sebagai validitas empiris (empirical validity).

Analisi butir soal diartikan oleh Sudjana (2012) sebagai pengkajian

pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki

kualitas yang memadai. Tujuan melakukan analisis butir soal menurut penuturan

Daryanto (2008) adalah untuk mengidentifikasi soal-soal baik, kurang baik, dan soal

jelak dan memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan. Cara menilai tes yaitu:

(1) meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun; (2) mengadakan analisis

soal; (3) mengadakan checking validitas dan (4) mengadakan checking

reliabilitas, dan didalam poin dua yaitu mengadakan analisis soal terdapat tiga

pendekatan yang dapat digunakan yaitu (a) taraf kesukaran; (b) daya pembeda;

dan (c) pengecoh.

Penelaahan kualitas butir soal, menurut Aiken dalam Ratnawulan &

Rusdiana (2015) memiliki 3 tujuan, antara lain:

1. Mengkaji dan menelaah tiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu

sebelum soal digunakan

2. Membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak

efektif

3. Mengetahui informasi diagnostik kepada siswa yang sudah/belum

memahami materi yang sudah diajarkan

15
Kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, diantaranya:

1. Menentukan suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan.

2. Memberikan masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai

dasar untuk bahan diskusi di kelas.

3. Memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa.

4. Memberi masukan pada aspek tertentu pada pengembangan kurikulum

5. Merevisi materi yang dinilai atau diukur.

6. Meningkatkan keterampilan penulisan soal.

Jadi, analisis butir soal tes adalah serangkaian proses atau kegiatan

identifikasi terhadap seperangkat alat evaluasi untuk mengetahui tingkat alat

evaluasi yang telah dibuat agar diperoleh informasi tentang tindakan lanjutan

terhadap alat evaluasi tersebut. Analisis butir soal dilaksanakan untuk memperoleh

informasi penting bagi guru mengenai kualitas soal yang telah dibuatnya.

Analisis butir soal dilakukan dengan cara mengkaji validitas, reliabilitas, daya

pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas distraktor. Analisis soal dilakukan

untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya sebuah soal.

2.4.1 Analisis Butir Soal Secara Logical Review

Dua cara yang dapat digunakan dalam penelaahan butir soal, yaitu penelaahan

soal secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis butir soal secara logical review

merupakan analisis butir soal secara kualitatif yang prinsipnya dilaksanakan

berdasarkan kaidah penulisan soal. Aspek yang diperhatikan dalam penelaahan soal

secara kualitatif adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, kontruksi, bahasa/budaya

16
dan kunci jawaban/pedoman penskoran (Ratnawulan & Rusdiana, 2015).

Kriteria telaah dari segi materi, konstruksi, dan bahasa yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Analisis Butir Soal berdasarkan Aspek Materi, Konstruksi dan Bahasa
Aspek yang Indikator
Ditelaah
Materi Kesesuaian soal dengan indikator
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
Pilihan jawaban homogen dan logis.
Hanya ada satu kunci jawaban.
Konstruksi Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.
Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi
materi.
Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan
berfungsi.
Panjang pilihan jawaban relatif sama
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua
jawaban diatas salah / benar” dan sejenisnya
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu
disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau
kronologisnya.
Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
Bahasa Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
Menggunakan bahasa yang komunikatif.
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/baku
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata
yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.

Merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan, taksonomi ini

pertama kali diperkenalkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Tujuan

pendidikan dibagi lebih terperinci berdasarkan hierarkinya, yaitu sebagai berikut.

1. Ranah kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual,

seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan berpikir.

2. Ranah Afektif berisi perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi

seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

17
3. Ranah Psikomotor berisi perilaku yang menekankan aspek keterampilan

motorik, seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan

mesin.

Tujuan ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental.

Berikut pada Tabel 2 akan diuraikan secara singkat ke-6 jenjang Taksonomi Bloom.

Tabel 2. Analisis Butir Soal dari Jenjang Kognitif Taksonomi Bloom


Aspek yang Ditelaah Indikator
Mengingat (C1) Soal dikatakan dapat mengukur kemampuan
proses berfikir ingatan jika butir soal tersebut
hanya meminta pada peserta ujian untuk
mengingat kembali tentang segala sesuatu yang
telah diajarkan dalam proses pembelajaran, seperti
mengingat nama, istilah, rumus, gejala, tanpa
menuntut kemampuan untuk memahaminya.
Pemahaman(C2) Soal dikatakan mengukur kemampuan proses
berpikir pemahaman jika butir soal tersebut tidak
hanya meminta pada peserta ujian untuk
mengingat kembali tentang segala sesuatu yang
telah diajarkan dalam proses pembelajaran,
tetapi peserta ujian tersebut harus mengerti, dapat
memberi arti dari materi yang dipelajari serta
dapat melihatnya dari beberapa segi.
Penerapan (C3) Soal dikatakan mengukur kemampuan
proses berfikir penerapan, jika butir soal tersebut
meminta pada peserta ujian untuk memilih atau
menggunakan dengan tepat suatu rumus, metode,
konsep, prinsip, hukum, teori atau
dalil jika dihadapkan pada situasi baru
berdasarkan kriteria-kriteria yang ada.
Analisis (C4) Soal dikatakan mengukur kemampuan proses
berfikir analisis Jika butir soal tersebut meminta
pada peserta ujian untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan antar bagian tersebut.
Evaluasi (C5) Soal dikatakan mengukur kemampuan proses
berfikir evaluasi jika butir soal tersebut
meminta pada peserta ujian untuk membuat
pertimbangan atau menilai terhadap sesuatu
berdasarkan kriteria-kriteria yang ada.
Kreasi (C6) Soal dikatakan mengukur kemampuan proses
berfikir kreasi jika butir soal menghendaki peserta
ujian untuk menghasilkan suatu produk yang baru
sebagai hasil kreasinya

18
2.4.2 Analisis Butir Soal Secara Empirical Review

Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan

pada data empiris dari butir soal yang bersangkutan. Data empiris ini diperoleh dari

soal yang telah diujikan berupa angka-angka numerik. Aspek yang perlu diperhatikan

dalam analisis butir soal secara empiris adalah butir soal ditelaah dari segi: (1) tingkat

kesukaran, (2) validitas, (3) reliabilitas, (4) daya beda, (5) efektifitas distraktor.

2.4.2.1 Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada

tingkat kemampuan tertantu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Soal

yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang

terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk

memecahkannya. Soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa

dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Surapranata (2009) menyatakan bahwa tingkat kesukaran merupakan nilai

rata-rata dari kelompok peserta tes. Ada dua ciri tingkat kesukaran. Pertama,

tingkat kesukaran merupakan ukuran soal, tidak menunjukkan karakteristik

soal. Tingkat kesukaran dalam hal ini didefinisikan sebagai frekuensi relatif

terhadap pengambil tes. Kedua, tingkat kesukaran merupakan karakteristik soal

itu sendiri maupun pengambil tes.

Apabila suatu butir soal termasuk kategori sukar, prediksi terhadap

informasi ini adalah seperti berikut.

19
a. Butir soal itu “mungkin” salah kunci jawaban.

b. Butir soal itu mempunyai dua atau lebih jawaban yang benar.

c. Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas

pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai

siswa belum tercapai.

d. Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk

soal yang diberikan

e. Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.

Berikut ini indeks kesukaran yang digunakan untuk mengetahui tingkat

kesukaran suatu soal:

Tabel 3. Indeks Kesukaran


Indeks Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Sudjana, 2012)

2.4.2.2 Validitas

Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah

mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas sebuah tes selalu dibedakan menjadi

dua yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis sama dengan analisis

kualitatif terhadap sebuah soal, yaitu untuk menentukan berfungsi atau tidaknya suatu

soal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yang dalam hal ini adalah kriteria

materi, konstruksi dan bahasa.

Validitas soal menurut Surapranata (2009) adalah indeks diskriminasi soal-

soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing

20
kelompok. Tujuan validitas butir soal tes adalah untuk menentukan dapat tidaknya

suatu soal tersebut membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan

perbedaan yang ada dalam kelompok itu.

Dalam kaitannya dengan evaluasi belajar, validitas merupakan suatu proses

yang dilakukan oleh penyusun atau pengguna instrument (pembuat soal) untuk

mengumpulkan data secara empiris guna mendukung kesimpulan yang dihasilkan

oleh skor instrument. Dengan kata lain, validitas adalah kemampuan suatu alat ukur

untuk mengukur sasaran ukurnya (Putra, 2013).

2.4.2.3 Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen,

reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat

dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tes dapat dikatakan reliabel

jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada

waktu yang sama atau kesempatan yang berbeda.

Berikut ini indeks reliabilitas yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas

suatu soal:

Tabel 4. Indeks Reliabilitas


Indeks Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
>0 – 0,19 Sangat Rendah
(Ratnawulan & Rusdiana, 2015)

21
Ketentuan indeks reliabilitas yang dituliskan diatas peneliti menyimpulkan

bahwa soal dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika koefisien reliabilitas tes

yang sedang diuji reliabilitasnya lebih dari 0,60. Apabila lebih kecil dari 0,60

berarti tes yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki

reliabilitas yang tinggi (unreliable). Soal baik memiliki nilai reliabilitas mendekati

1.

2.4.2.4 Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan

antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang

tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Apabila butir soal tidak

dapat membedakan kedua kemampuan siswa, butir soal itu kemungkinan kunci

jawabannya tidak tepat, memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang benar,

pengecoh tidak berfungsi, materi yang ditanyakan terlalu sulit sehingga banyak

siswa yang menebak, sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan

berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya (Ratnawulan & Rusdiana,

2015).

Daya beda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang

berkemampuan kurang (rendah). Daya beda soal merupakan kemampuan suatu butir

soal untuk membedakan antara siswa yang telah menguasai materi dan siswa

yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Mengetahui daya beda sangat

penting. Butir-butir soal tes hasil belajar haruslah mampu memberikan hasil tes yang

22
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat dikalangan

siswa. Daya beda ini dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks

diskriminasi. Angka indeks diskriminasi adalah angka atau bilangan yang

menunjukkan besar kecilnya daya beda yang dimiliki oleh sebutir soal. Indeks daya

beda dapat diberikan lambang DB.

Berikut ini indeks daya beda dari beberapa sumber yang sering digunakan

untuk mengetahui tingkat daya beda suatu soal:

Tabel 5. Indeks Daya Beda


Indeks Kriteria
0,40 ≤ DB ≤ 1,00 Diterima Baik
0,20 ≤ DB ≤ 0,39 Baik (Revisi)
DB ≤ 0,19 Ditolak (dibuang)
(Ratnawulan & Rusdiana, 2015)

2.4.2.5 Efektifitas Distraktor

Distraktor adalah jawaban yang tidak benar atau kurang tepat, namun

memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila ia tidak menguasai

materi dengan baik. Distraktor yang terdapat pada soal-soal objektif atau pilihan

ganda yang digunakan untuk mengecoh siswa sebagai peserta tes, oleh karena itu

distraktor harus diformulasikan sedemikian rupa agar berfungsi dengan baik dan

tepat sasaran.

Distraktor berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes yang kelompok atas.

Distraktor dikatakan berfungsi efektif apabila banyak dipilih oleh peserta tes yang

berasal dari kelompok bawah, sebaliknya apabila distraktor itu banyak dipilih oleh

peserta tes yang berasal dari kelompok atas, maka distraktor itu tidak berfungsi

sebagai mana mestinya (Surapranata, 2009).

23
2.5 Cakupan Materi Kimia SMA Kelas XII MIPA Semester Ganjil

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip tetapi juga suatu proses

penemuan. Sekedar mengetahui penyebab suatu peristiwa tidaklah cukup, dan

manusia tidak akan mampu mengingatnya karena banyak sekali.

Mereka harus mempelajari hukum alam yang melatarbelakangi peristiwa

itu, dan kemudian mencari teori untuk menjelaskan hukum tersebut. Hukum dan

teori tentang alam merupakan inti ilmu pengetahuan alam (IPA).

Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun IPA sehingga

mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Kimia adalah ilmu yang pada

awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan. Kimia adalah ilmu

yang mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gejala-

gejala alam mengenai komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan

energitika zat. Mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat

yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan enegitika zat

yang melibatkan keterampilan dan penalaran.

Materi pelajaran kimia di kelas XII Semester Ganjil p a d a Kurikulum

Tahun 2013 terdiri dari:

24
Tabel 6. Materi Kimia Kelas XII Semester Ganjil Kurikulum 2013
Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
BAB I. Sifat-sifat Kologatif Diagram PT, tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik
Larutan didih, tekanan osmotik, sifat koligatif larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit
BAB II. Reaksi Redoks dan Penyetaraan persamaan reaksi redoks, sel elektrokimia dan
Elektrokimia potensial sel, sel elektrolisis dan Hukum Faraday, dan korosi.
BAB III. Kimia Unsur Kelimpahan unsur-unsur di alam, sifat-sifat unsur, sifat fisis dan
sifat kimia unsur-unsur (gas mulia, halogen, alkali, alkali tanah,
periode 3, dan periode 4), pembuatan unsur-unsur dan senyawa
(halogen, alkali, alkali tanah, aluminium, nitro-gen, oksigen,
belerang, silikon, besi, kromium, tembaga), kegunaan dan
dampak unsur/senyawa bagi manusia dan lingkungan.

2.6 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan alur yang dijadikan pedoman bagi peneliti

dalam melaksanakan penelitiannya. Kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu soal

Penilaian Akhir Semester (PAS) buatan guru mata pelajaran kimia kelas XII MIPA

dari beberapa SMA Negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur pada semester

ganjil tahun ajaran 2018/2019 yang dianalisis kualitasnya.

Langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu:

1. Meminta izin ke sekolah bahwa ingin melakukan penelitian.

2. Wawancara dengan guru kimia kelas XII MIPA pada masing-masing sekolah

untuk diminta lembar soal Penilaian Akhir Semester (PAS), lembar jawaban

siswa, kunci jawaban, dan silabus serta buku ajar yang menjadi pegangan

guru.

3. Guru tidak membuat indikator soal maka soal yang sudah didapatkan dari

guru dikelompokkan berdasarkan indikator pada silabus kemudian dianalisis

secara logical review.

25
4. Lembar jawaban siswa dianalisis secara empirical review.

5. Soal yang sudah dianalisis jika soal baik maka akan disimpan di bank soal

dan jika tidak baik akan dibuang atau direvisi.

26
Soal Penilaian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Kelas
XII MIPA pada Semester Ganjil berupa soal pilihan ganda

Lembar Jawaban Siswa, Kunci Jawaban, dan


Silabus Kimia

Analisis Butir Soal

Analisis secara Analisis secra


Logical Review Empirical Review

Kesesuaian Validitas
Indikator Reliabilitas

Aspek
Materi, Daya Beda
Konstruksi, Tingkat
dan Bahasa Kesukaran

Efektifitas
Jenjang
Distraktor
Ranah
Kognitif
Taksonomi
Bloom

Hasil Analisis

Soal yang Baik Soal yang Tidak Baik

Disimpan di Bank Dibuang atau


Soal Direvisi

Gambar 2. Kerangka Berpikir

27

Anda mungkin juga menyukai