AYIP FADIL
Ayip Fadil
NIM B04080151
ABSTRAK
AYIP FADIL. Perbandingan Sonogram Vesika Urinaria dan Uretra Normal
Kucing Kampung (Felis catus) dengan Tiga Kasus Gangguan Saluran Urinaria
Bawah pada Kucing. Dibimbing oleh RR. SOESATYORATIH dan DENI
NOVIANA
ABSTRACT
AYIP FADIL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
NIM : B04080151
Disetujui oleh
drh Rr s~atih'
Pembimbing I
MSi drh Deni Noviana, PhD
Pembimbing II
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Perbandingan Sonogram Vesika Urinaria dan
Uretra Normal Kucing Kampung (Felis catus) dengan Tiga Kasus Gangguan
Saluran Urinaria Bawah pada Kucing.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh Rr Soesatyoratih, MSi dan
drh Deni Noviana, PhD selaku pembimbing, Ibu Dr Etih Sudarnika, MSi selaku
pembimbing akademik, serta Kementrian Agama RI yang telah memberi beasiswa
melalui program Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Penulis juga
menyampaikan penghargaan kepada, Pras, Hastin, Rio, Ajeng, Medi, dan Yiyi
yang telah mendukung kelancaran penelitian skripsi ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Ayip Fadil
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Pemeriksaan fisik kucing kampung (Felis catus) sehat 19
2 Lanjutan hasil pemeriksaan fisik kucing kampung (Felis catus) sehat 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Kucing adalah salah satu hewan kesayangan yang berkarakter unik. Hewan
ini dipelihara untuk menjadi teman bermain. Kucing kampung adalah salah satu
dari sekian banyak hewan yang dijadikan hewan kesayangan. Kucing jenis ini
mudah dan murah perawatannya serta mudah beradapatasi dengan lingkungan
sekitar. Kucing adalah hewan karnivora kecil yang termasuk dalam famili falidae
dan telah dijinakkan ribuan tahun (Kusumawati dan Sardjana 2006). Kucing
mempunyai tulang yang ramping dan tubuh yang proporsional sehingga dapat
bergerak lincah dan cepat.
Vesika Urinaria
Vesika urinaria (VU) terlihat dan bekerja seperti balon. Vesika urinaria
dilapisi epitel transisional. Epitel ini menyebabkan vesika urinaria memiliki
kemampuan untuk dapat meregang fleksibel apabila terisi urin. Pada kondisi
kosong, lapisan transisional ini terlihat seperti lapisan tebal yang terdiri dari 7-8
lapisan sel, sedangkan dalam keadaan terisi urin epitel yang sama terlihat hanya
terdiri dari dua lapisan sel epitel. Epitel tesebut berfungsi untuk mencegah
kebocoran urin ke jaringan atau organ di bawahnya (Reece 2006).
Vesika urinaria mempunyai dua fungsi utama, yaitu menampung dan
mengeluarkan urin. Proses penampungan urin memerlukan tekanan rendah yang
disertai relaksasi otot selama fase pengisian. Otot polos vesika urinaria disebut
detrusor (Mirone et al. 2007). Pada proses pengeluaran urin diperlukan koordinasi
antara vesika urinaria dengan relaksasi uretra. Penyimpangan fungsi dapat
menyebabkan kelemahan dan pengeluaran urin yang tidak sempurna (Anderson
dan Arner 2004). Kontraksi otot menyebabkan vesika urinaria tertekan dan urin
akan keluar.
3
Uretra
Uretra adalah lanjutan dari leher vesika urinaria yang berjalan melalui ruang
pelvis menuju lingkaran luar (Reece 2006). Uretra pada hewan jantan mempunyai
dua fungsi. Fungsi pertama yaitu menyalurkan urin dari vesika urinaria keluar
tubuh, sedangkan fungsi kedua uretra terjadi pada proses ejakulasi. Pada proses ini,
aliran urin terhenti sementara. Spermatozoa dari ductus deferens dan sekresi dari
kelenjar prostat memasuki uretra, kemudian dipompa keluar sebagai semen.
Proses ejakulasi merupakan bagian dari sistem genitalia (Yanai et al. 2005).
Uretra betina berjalan secara kaudal di atas lantai pelvis di bawah saluran
reproduksi. Uretra betina relatif pendek menghubungkan vesika urinaria dengan
sphincter uretra eksternal, sedangkan pada jantan relatif lebih panjang. Pada
hewan jantan saluran tersebut melalui kelenjar prostat dan sepanjang penis
sebelum mencapai sphincter eksternal. Sphincter uretra eksternal bekerja di
bawah kesadaran (voluntary) dan terletak di luar vesika urinaria. Sphincter ini
tersusun dari otot rangka yang mengitari uretra (Reece 2006).
Ultrasonografi (USG)
Derajat kontras dari setiap gambar menunjukan kekuatan refleksi atau echo
yang kembali dari jaringan. Setiap jaringan memiliki derajat resistensi berbeda
untuk dapat dilalui oleh ultrasound yang disebut acoustic impedance (Noviana et
al. 2012).
Alat bantu yang digunakan dalam mentransmisikan gelombang suara
disebut transducer atau probe. Transducer mengandung kristal-kristal yang
dilengkapi dengan piezo-electric. Piezo-electric tersebut berfungsi mengubah
aliran listrik bertegangan tinggi menjadi gelombang suara berfrekuensi tinggi.
Tipe linear array transducer menghasilkan gelombang suara yang membentuk
persegi panjang. Tipe lainnya yaitu sector scanner transducer, menghasilkan
lapang pandang menyerupai kerucut. Tipe terakhir adalah phase array transducer
yang menghasilkan lapang pandang menyerupai kerucut tapi dikeluarkan oleh titik
fokal yang lebih kecil dibandingkan dengan transducer sector biasa (Noviana et al.
2012).
Widmer et al. (2004), menyatakan ada tiga jenis ekhogenisitas yang
digunakan sebagai prinsip dasar sonogram. Ketiga jenis tersebut, yaitu
hyperechoic atau echogenic berekhogenisitas terang (tulang, udara, kolagen, dan
lemak), hypoechoic atau echopoor berekhogenisitas sedang (jaringan lunak), dan
anechoic tidak berekhogenisitas, contohnya cairan.
Vesika urinaria dapat diperiksa pada posisi rebah dorsal atau rebah lateral.
Posisi pemeriksaan standar ini memudahkan aplikasi gel yang dioleskan pada
kulit setelah penentuan titik lokasi pemeriksaan (acoustic window) (Kealy dan
McAllister 2000). Menurut Widmer et al. (2004), vesika urinaria dapat lebih
mudah ditemukan pada arah sagital dengan cara mengorientasikan transducer dan
mendorongnya secara dorsal atau ventral.
5
METODE
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kucing kampung (Felis
catus) sehat berjenis kelamin jantan dengan bobot badan (BB) 3.2-4.2 kg dan
berjumlah 3 ekor. Semua kucing dipelihara dalam kandang individu di area
perkandangan kampus.
Penelitian ini juga melakukan pengamatan terhadap tiga ekor kucing yang
didiagnosa memiliki kelainan pada daerah saluran urinaria bagian bawah.
Ketiganya adalah pasien My Vets Animal Clinic, Kemang, Jakarta Selatan.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah gel USG, tissue,
pakan kucing, air, antelmintik zypiran plus® dengan zat aktif praziquantel 50 mg,
pyrantel 50 mg, dan febantel 50 mg. Bahan lainnya adalah alkohol 70%, preparat
atropine sulfat dengan dosis sediaan 0.25 mg/ml, ketamine 10%, xylazine 2% dan
aquabides. Aquabides digunakan sebagai cairan pengganti urin yang dikosongkan
dengan menggunakan kateter.
Alat yang digunakan adalah kandang kucing, alat USG (Sonodop X8), linier
array transducer frekuensi 5.3-10 MHz, gunting, kateter, syringe 10 ml dan 20 ml
dan alas hewan. Alat pendukung berikutnya adalah USB flash disk dan video
recorder untuk menyimpan data, kamera digital untuk mendokumentasikan hasil
percobaan dan printer.
Metode Penelitian
Persiapan Hewan
Aklimatisasi kucing kampung sehat berlangsung selama satu bulan dengan
pemberian antelmintik zypiran plus® (1 tablet/10 kg BB). Pemeriksaan fisik
dilakukan pada kucing dan dilanjutkan dengan pengambilan darah untuk
pemeriksaan hematologi serta kimia darah. Hasil pemeriksaan fisik dan darah
dianalisis untuk menentukan status kesehatan kucing sehingga layak mendapatkan
perlakuaan selanjutnya.
Kucing kemudian diberikan pramedikasi atropine sulfat (0.25 mg/ml)
dengan dosis pemberian 0.025 mg/kg BB per injeksi subkutan. Xylazine 2% (2
mg/kg BB) dan ketamine 10% (10 mg/kg BB) dan diberikan perinjeksi
intramuskular sebagai kombinasi sedatikum dan anastetikum sepuluh menit
setelah pemberian preparat premedikasi. Hewan yang telah terbius dipersiapkan
untuk pemeriksaan USG.
6
Pengambilan Gambar
Kucing yang telah teranastesi diposisikan rebah dorsal. Pencukuran rambut
dilakukan sebelum pengambilan gambar USG vesika urinaria. Daerah abdomen
bagian ventral dari umbilikal sampai rongga pelvis dicukur bersih dan kemudian
diberikan gel ultrasound. Transducer diletakkan pada posisi sagital dan
transversal pada daerah yang sudah diberikan gel agar kontak antara transducer
dengan jaringan dapat optimal. Pengambilan gambar USG awal dilakukan untuk
memastikan VU dalam kondisi baik.
Vesika urinaria dikosongkan dengan menggunakan kateter, kemudian
akuabides dimasukkan ke dalam VU dengan volume bertingkat melalui kateter.
Volume yang diberikan disajikan pada tabel 1. Tindakan selanjutnya adalah
pengambilan gambar sonogram VU dan uretra dengan teknik pencitraan USG.
Tabel 1 Dosis pemberian akuabides ke dalam lumen vesika urinaria kucing
kampung sehat
Volume Pemberian Akuabides (ml)
No. Kucing BB (kg)
Vu0 Vu3 Vu5 Vu7
K-1 3.0 0 9.0 15.0 21.0
K-2 3.2 0 9.6 16.0 22.4
K-3 4.2 0 12.6 21.0 29.4
Keterangan: Vu0 = 0 ml/kg BB, Vu3 = 3 ml/kg BB, Vu5= 5 ml/kg BB, Vu7= 7 ml/kg BB
Interpretasi Sonogram
Data-data sonogram yang didapat dari hasil pemeriksaan ultrasonografi
(USG) langsung diamati segera (real time). Pengamatan ditinjau dari bentuk,
ukuran, letak, dan ekhogenesitas. MacBiophotoni ImageJ adalah aplikasi piranti
lunak komputer yang digunakan untuk mengukur ketebalan dinding VU, uretra
dan sonogram lain yang terlihat di saluran urinari bawah. Pengukuran dilakukan
beberapa kali dan dan kemudian diamati. Setelah dilakukan pengamatan dan
pengukuran, setiap sonogram diinterpretasikan dengan membahas hasil dan akan
dibandingkan dengan literatur yang ada. Hasil yang telah dibahas akan
dibandingkan dengan kasus VU pada tiga ekor kucing pasien My Vets Animal
Clinic, Kemang, Jakarta yang juga diukur ekhogenisitas dan ketebalan dinding
VU.
Pemeriksaan Fisik dan Analisis Darah pada Kucing Kampung (Felis catus)
Sehat
Kucing yang digunakan pada penelitian ini berjumlah tiga ekor dengan jenis
kelamin jantan dan rata-rata bobot badan (BB) 3.4 kg. Hasil pemeriksaan fisik
yang dilakukan menunjukkan kondisi yang normal seperti kondisi umum mukosa
mulut yang berwarna merah muda, membrana niktitan pada mata yang
tersembunyi dan respon pendengaran yang baik. Frekuensi pulsus, nafas, dan suhu
tubuh hewan disajikan pada table 2.
Tabel 2 menunjukkan data pengukuran suhu seluruh kucing memiliki nilai
antara 38.0-38.5 ˚C. Angka ini berada pada kisaran normal yaitu 38.0-39.3˚C
(Widodo et al. 2011). Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh hewan.
Beberapa faktor seperti ventilasi, suhu sekeliling hewan, usia dan ukuran tubuh
juga sangat mempengaruhi perubahan suhu (Widodo et al. 2011).
Hasil perhitungan yang didapat menunjukkan bahwa frekuensi nafas kucing
memiliki nilai antara 36-60 kali/menit dan nilai frekuensi pulsus yaitu antara 99-
114 kali/menit. Nilai frekuensi nafas normal yaitu 26-48 kali/menit (Widodo et al.
2011) dan nilai frekuensi pulsus normal yaitu 90-120 kali/menit (Birchard dan
Sherding 2006). Hasil penghitungan yang didapat menunjukkan bahwa frekuensi
nafas dan pulsus kucing berada pada kisaran normal kecuali pada K-3 yang
memiliki frekuensi nafas di atas normal yaitu 60 kali/menit. Faktor stres menjadi
alasan meningkatnya frekuensi nafas (Widodo et al. 2011).
Tabel 3 menampilkan hasil analisis darah yang secara umum berada pada
kisaran normal. Pemeriksaan hematologi darah menunjukkan nilai hemoglobin
(Hb) antara 11.6-13.3 g/dL, nilai leukosit 9,200-10,000 ribu/µL, nilai trombosit
124-251 ribu/µL dan eritrosit darah 3.9-4.8 juta/µL. Menurut Thrall et al. (2005)
dan Jain (1993) nilai normal Hb yaitu 8.5-16 g/dL, leukosit 5500-19500 ribu/ µL,
trombosit 200-377 ribu/µL dan eritrosit 5.0-10.0 juta/µL, sehingga hasil
pemeriksaan hematologi darah kucing menunjukkan nilai normal.
Nilai normal juga ditunjukkan pada analisis kimia klinis darah kucing. Hasil
pemeriksaan parameter darah ureum dan kreatinin pada ketiga ekor kucing
mempunyai nilai 18-24 mg/dL dan 0.6-0.9 mg/dL. Menurut Thrall et al. (2005),
nilai normal ureum yaitu 15-33 mg/dL dan kreatinin 0.7-1.8 mg/dL, sehingga
hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin kucing menunjukkan hasil normal.
Pemeriksaan Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) dan Serum
Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) darah kucing menunjukkan nilai normal
kecuali pada SGOT K-3 yang memiliki nilai di atas normal yaitu 40 IU/L. Nilai
normal SGOT dan SGPT, yaitu 15-36 IU/L dan 15-75 IU/L (Thrall et al. 2005).
Kenaikan SGOT K-3 tidak signifikan sehingga tidak merubah status kucing yang
sehat klinis.
distensi pada VU yang mengakibatkan lumen dan dinding uretra lebih jelas
(Gambar 2B).
Tabel 6 Hasil pengukuran tebal dinding uretra kucing kampung sehat posisi
transducer sagital
Rata-rata tebal dinding
No. Kucing
uretra (cm)
K-1 0.112
K-2 0.108
K-3 0.114
Rata-rata 0.111
St Deviasi 0.003
Kasus pertama ditemukan pada seekor kucing Domestic Short Hair (DSH),
dengan nama Abu, berjenis kelamin betina dan usia 5 tahun memiliki keluhan
nyeri di bagian belakang abdomen dan hematuria (Defauw et al. 2011). Kasus ini
ditangani oleh dokter hewan di My Vets Animal Clinic, Kemang, Jakarta Selatan.
Hasil sonogram VU pada kasus pertama menunjukkan terjadinya penebalan
dinding yang tidak merata tapi masih beraturan. Pembentukan fibrin (hipo-
hiperekoik) pada mukosa VU menjadi indikator bahwa kelainan ini bersifat kronis
(Gambar 5.a). Fibrin tersebut dapat terakumulasi di lumen VU dan menyerupai
keju.
Kasus kedua terjadi pada kucing Himalayan yang diberi nama Michi.
Kucing jantan dengan bobot 6.4 kg ini datang ke My Vets Animal Clinic dengan
keluhan kesakitan pada saat urinasi dan disertai darah.
Pada sonogram VU, urin terkesan berwarna hitam tidak homogen seperti
ditampilkan pada gambar 6. Hal tersebut disebabkan adanya pengendapan massa
hiperekhoik pada lumen VU. Sonogram VU juga memperlihatkan perubahan
morfologi berupa penebalan dinding di daerah badan VU yang terlihat
hiperekhoik (Gambar 6.A).
14
Gambar 6 Sonogram vesika urinaria (VU) kucing kasus kedua. (A) Sonogram
dinding VU yang mengalami penebalan di daerah dorsal korpusnya
(dibatasi garis kuning). (B) Sonogram VU posisi transducer transversal.
(C) Sonogram VU posisi transducer sagital. (1) Dinding dengan
ekhogenisitas hiperekhoik. (2) Lumen VU dengan ekhogenisitas
anekhoik dan massa berupa kristal dengan ekhogenisitas hipo-
hiperekhoik (dibatasi garis kuning). (3) Lemak viseral (hiperekhoik).
Kasus ketiga adalah kucing jantang DSH yang telah dikastrasi. Gejala klinis
yang terlihat yaitu berupa hematuria dan sakit di abdomen. Hasil pemeriksaan
USG menunjukan kucing yang diberi nama Toba ini memiliki kondisi VU dengan
massa hiperekhoik di lumen dan terlihat dinding dengan ketebalan irregular
hiperekhoik.
Pada kasus ketiga ini, kelainan yang lain berupa perubahan morfologi
dinding VU. Gambar 7 menggambarkan penebalan dinding dengan ekhogenisitas
hiperekhoik. Ketebalan dinding VU tersebut melebihi ketebalan normal dan
disertai dengan ketidak teraturan ketebalan dan permukaan lumen VU. Ketebalan
rata-rata dinding vesuka urinaria pada kasus ketiga adalah 0.318±0.111 cm. Hasil
pengukuran ketebalan dinding VU Toba ditampilkan pada tabel 10. Perbandingan
kasus ketiga dengan hasil penelitian sangat berbeda. Nilai 0.232±0.002 cm adalah
ukuran VU yang paling sedikit cairan dalam lumennya menurut hasil penelitian.
Pada kondisi ini pasien diduga menderita cystitis.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adin CA, Chew DJ, Heng HG, Townsend KL, dan Karnik K. 2011. Bladder
inversion and secondary hematuria in a 6-month-old domestic shorthair cat. J
Am Med Assoc. 239(3):370-373.
Anderson KE dan Arner A. 2004. Urinary bladder contraction and relaxation:
Physiology and Patophysiology. Physiol Rev. 84:935-986.
Bailliff NL, Westropp JL, Nelson RW, Sykes JE, Owens SD dan Kass PH. 2008.
Evaluation of urine specific gravity and urine sediment as risk factor for
urinary tract infection in cat. Vet Clin Phat. 37(3):317-322.
Bartges JW dan Kirk CA. 2006. Nutrition and lower urinary tract disease in cats.
Vet Clin North Am Small Anim Pract. 36(6):1361-1376.
Birchard SJ dan Sherding RG. 2006. Saunders Manual of Small Animal Practice.
Edisi ke-2. Pennsylvania: W.B. Saunders Company. Hlm. 913-957.
Boedec KL, Pastor ML, Lavoue R, dan Reynolds BS. 2011. Case Series:
Pseudomembranous cystitis, an unusual condition associated with feline urine
outflow obstruction: Four cases. Jour of Feline Medicine and Surg. 13:588-593.
Carlson D. 2008. Feline Lower Urinary Tract Disease.[Terhubung Berkala].
http://www.medicinenet.com/pets/cathealth/feline_lower_urinary_tract_disease
.htm. [4 Maret 2013].
DebRoy C, Sidhu MS, Sarker U, Jayarao BM, Stell AL, Bell NP, dan Johnson TJ.
2010. Complete sequence of pEC14_114, a highly conserved IncFIB/FIIA
plasmid associated with uropathogenic Escherichia coli cystitis strains. Jour
Plasmid. 63(1):53-60.
Defauw PA, Van De Maele I, Duchateau L, Polis IE, Saunders JA, dan Daminet S.
2011. Risk factors and clinical presentation of cats with feline idiopathic
cystitis. J Feline Med Surg. 13(12):967-975.
Eggertsdorttir AV, Lund HS, Krontveit R, dan Sorum H. 2007. Bacteriuria in cats
with feline lower urinary tract disease: a clinical study of 134 cases in Norway.
J Felin Med Surg. 9(6):458-465.
Ernest W. 2011. Felline lower urinary tract disease. [Terhubung berkala].
http://popishvet.com/clients/5858/images/.resized.html. [16 Maret 2013].
Fujii Y, Kino M, Kimata T, Tohda A, dan Kaneko K. 2013. Significance of
twinkling artifact on ultrasound in the diagnosis of cystine urolithiasis. Ped Int.
55(3):e49-51.
Hesse A, Orzekowsky H, Frenk M, dan Neiger R. 2012. Epidemiological data of
urinary stones in cats between 1981 and 2008. Tierarztl Prax Ausg K Kleintiere
Heimtiere. 40(2):95-101.
Hostutler RA, Chew DJ, dan Di Bartola SP. 2005. Recent Concepts In
Feline Lower Urinary Tract Disease. Veterinary Clinics Small Animal. 35:147-
170.
Jain NC. 1993. The Cat: Normal Hematology with Comments on Response to
Disease. Di dalam: Schalm’s Veterinary Hematology. Edisi ke-4.
Philadelphia: Lea dan Febiger. Hlm. 126–139
Kamaya A, Vaithilingam S, Chung BI, Oralkan O, dan Khuri-Yakub BT. 2013.
Photoacoustic imaging of the bladder: a pilot study. J Ultrasound Med.
32(7):1245-1250.
18
Parameter kucing 13
Sinyalemen
Nama K-13
Jenis hewan/spesies Kucing
Ras/breed Domestik
Warna rambut & kulit Hitam-putih
jenis kelamin Jantan
Umur
Berat badan 4,1 kg
Tanda khusus
Keadaan umum
Perawatan Sedang
Habitus/tingkah laku Lincah
Gizi Sedang
Pertumbuhan badan Sedang
Tegak pada ke-4
Sikap berdiri
kaki
Suhu Tubuh 38,5 ˚C
Frekuensi nadi 99 x/menit
Frekuensi nafas 60 x/menit
Status Present
Kelembaban lembab
Hidung Warna pink
lainnya ≠ discharge
Warna mukosa pink
sudah ganti
Mulut Gigi geligi
semua
lainnya ≠ discharge
Membrana niktitan tersembunyi
Konjungtiva pink
Mata Sclera putih
Cilia normal
Lainnya ≠ discharge
Respon
ada
mendengar
Telinga Posisi tegak
Kebersihan bersih
Krepitasi tidak ada
Limf.
tidak teraba
Retropharingealis
Leher
tidak ada respon
Trakhea
batuk
21
RIWAYAT HIDUP