Anda di halaman 1dari 15

PORTOFOLIO

Kasus 1

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
An. RK usia 22 bulan diantar ke IGD RS. Dr. Bratanata dengan keluhan sesak napas 2
jam SMRS. Sesak pertama kali dirasakan 3 hari ini, sesak tidak berhubungan dengan
cuaca, mengi (-). Os juga mengalami batuk. Hal ini dialami OS sejak 1 minggu ini.
Batuk disertai dahak. Demam (+) hal ini dialami Os sejak 1 minggu yang lalu. Demam
bersifat naik turun, turun dengan obat penurun panas. Kejang (-).
2. Riwayat Pengobatan:
(-)
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:
(-)
4. Riwayat keluarga/ masyarakat:
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini.
Daftar Pustaka:
1. Pudjiadi, Antonius dkk. “Pedoman Pelayanan Medis”.IDAI : 2009
2. Said, Mardjanis. “Buku Ajar Respirologi Anak”. IDAI: 2008
3. Konsensus Pneumonia Anak
4. http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-
pneumoniakom/pneumonia%20komuniti.html
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Pneumonia Anak
2. Patofisiologi Pneumonia Anak
3. Penatalaksanaan Pneumonia Anak
4. Edukasi tentang perjalanan penyakit dan penatalaksanaan yang tepat

Subyektif
An. RK usia 22 bulan, datang ke IGD RS DR. bratanata dengan keluhan sesak
napas sejak 2 jam yang lalu. Sesak dirasakan sudah dirasakan 3 hari sebelumnya dan

1
memburuk saat sebelum dibawa ke RS. Sesak tidak berhubungan dengan cuaca. Orang
tua OS juga mengeluhkan OS mengalami batuk, hal ini sudah dialami sejak 1 minggu
ini. Batuk disertai dahak. Demam dialami sejak 1 minggu ini. Demam bersifat hilang
timbul.

Obyektif
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : composmentis

Tanda vital
Nadi : 110 x/menit
RR : 60 x/menit
Suhu : 38.20C
Berat badan : 10 kg

Kepala : normocephali
Mata : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, palpebra edema (-)
Telinga : Normotia, sekret (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-),
Bibir : sianosis (-)
Leher : tidak teraba pembesaran tiroid, tidak teraba pembesaran KGB, retraksi
supra sternal (-), peningkatan vena jugularis (-).
Thoraks
- Paru
a) Inspeksi : gerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (+)
b) Perkusi : redup pada kedua lapangan paru
c) Auskultasi : suara nafas brokial, wheezing -/-, ronchi +/+
- Jantung
a) Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

2
b) Palpasi : ictus cordis teraba ICS V
c) Auskultasi : S1 S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Abdomen :Supel, bising usus (+), turgor baik


Ektremitas : Akral hangat, oedem tungkai (-/-), Sianosis -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin (2 agustus 2017)

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 10 11-16 g/dl
Hematokrit 30,8 40-45 %
Leukosit 22,1 4-11 Ribu/ul
Trombosit 539 150-450 Ribu/ul
Eritrosit 3,5 4.5-6 Juta/ul
MCV/MCH/MCHC
MCV 69,7 80-100 Fl
MCH 21,8 26.0-34.0 Pg
MCHC 31,4 32.0-36.0 g/dl
RDW-CV 15,9 11-16 %

“Assessment”
1. Definisi

Penumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur, parasit ). Pneumonia
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan
peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme ( bahan, kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat – obatan dan lain – lain ) disebut pneumonitis.

2. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam ikroorganisme, yaitu bakteri,


virus, jamur, dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh

3
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia
di rumah sakit banyak disebabkan oleh bakteri gram negatif sedangkan pneumonia
aspirasi banyak menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak
penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan
dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan
strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil
berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi
kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri gram negatif seperti E. Coli,
Pseudomonas sp, atau klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita,
pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streotococcus aureus, sedangkan pada anak
yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae.
Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus,
disamping bakteri, atau campuran bakteri dan virus. Virkki dkk melakukan penelitian
pada pneumonia anak dan menemukan etiologi virus saja sebanyak 32%, campuran
bakteri dan viru 30%, bakteri saja 22%. Virus yang terbanyak ditemukan adalah
Respiratory Synccytial Virus ( RSV ), Rhinovirus, dan virus parainfluenza. Bakteri yang
terbanyak adalah kelompok anak berusia 2 tahun keatas mempunyai etiologi infeksi
bakteri yang lebih banyak daripada anak berusia dibawah 2 tahun.
Secara klinis, umumnya pneumonia bakteri sulit dibedakan dengan pneumonia
virus. Demikian juga dengan pemeriksaan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak
dapat menentukan etiologi.

3. Epidemiologi
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik dinegara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju.
Dari data SEAMIC Health Static 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor 6 di Indonesia. Hasil survei kesehatan Rumah Tangga Depkes 2001,
penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab

4
kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga
merupakan penyakit paru utama, 58% diantara penderita rawat jalan adalah kasus
infeksi dan 11,6% diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8%
kasus infeksi dan 14,6% diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H Adam Malik
Medan 53,8% kasus infeksi dan 28,6% diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka
kematian antara 20 – 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawar per tahun.

4. Patogenesis
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak
dan menimbulkan penyakit.
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme
untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napaas. Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan :
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahann aerosol
4. Kolonisasi di permukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut yang terbanyak adalah secara kolonisasi. Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur.
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5-2,0 m melalui udara dapat bronkus terminal atau
alveol dan selanjutnya terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar paru.
Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (
50% ) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat.
8-10
Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 /ml,
sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret ( 0,001-1,1 ml ) dapat memberikan titer
inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia. Pada pneumonia mikroorganisme

5
biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat
di saluran napas bagian atas sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi
pada beberapa penelitian tidak ditemukan jenis mikroorganisme yang sama.
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi
radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel – sel OMN dan
diaoedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi. Sel – sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan
leukosit yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut
kemudian dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri makan akan
tampak 4 zona pada daerah parasitik terset, yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksidasi sel
darah merah
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif
dengan jumlah PMN yang banyak
4. Zona resolusi :daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang
mati, leukosit dan alveolar makrofag
Red hepatization ialah daerah perfer yang terdapat edema dan perdarahan “ Gray
hepatization “ ialah konsolidasi yang luas
5. Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologi :
a. Pneumonia komuniti ( community – acquired pneumonia )
b. Pneumonia nosokomial ( hospital-acquired pneumonia / nosocomial
pneumonia )
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
2. Berdarakan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal  dapat terjadi pada semua usia. Beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphylococcus pada penderita pasca
infeksi influenza

6
b. Pneumonia atipikal, disebabkan oleh Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama
pada penderita dengan daya tahan lemah ( immunocompromised )
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris, seering terjadi pada pneumonia bakterial, jarang pada
bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada
aspirasi benda asing atau proses keganasan.
b. Bronkopneumonia, ditandai dengan bercak – bercak infiltrat pada lapangan
paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan
orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstitial
4. Menurut WHO
a. bayi kurang dari 2 bulan
 pneumonia berat : napas cepat atau retraksi yang berat
 pneumonia sanat berat : tidak mau minum, kejang, letargis, demam
atau hipotermia, bradipnea atau pernapasan ireguler
b. anak umur 2 bulan – 5 tahun
 pneumonia ringan : napas cepat
 pneumonia berat : retraksi
 pneumonia sangat berat : tidak dapat minum / makan, kejang,
letargis, malnutrisi

6. Gejala Klinik

Sebagian besar gambaran klinis pneumomnia pada anak berksar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan di RS.

7
Beberapa faktor yang memperngaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak
adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas,
gejala klinis yang kadang – kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya
penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi noninfeksi yang relatif lebih sering,
dan faktor patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan faktor
penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda- beda, sehingga perlu
dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia.

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat dan
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

a. Gejala infeksi umum yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare ; kadang
– kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis
Pada pemeriksaan fisik ditemui tanda klinis seperti pekak perkusi, suara napas
melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda
pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan
auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
7. Diagnosa
1. Anamnesa
a. Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen
bahkan bisa berdarah
b. Sesak napas
c. Demam dapat melebihi 40C
d. Kesulitan makan/minum
e. Tampak lemah
f. Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi
imunokompormais, kelainan anatomi bronkus atau asma
2. Pemeriksaan Fisik

8
a. Penilaian keadaan umuma anak, frekuensi napas, dan nadi dilakukan pada saat
awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang lain dapat menyebabkan anak
gelisah atau rewel
b. Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan kemampuan makan
/ minum
c. Gejala distres pernapasan seperti takipnea, retraksi subkostal, batuk, krepitasi,
dan penurunan suara paru
d. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang tertinggal waktu bernapas, pada palpasi
fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara
napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus
yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi
e. Demam dan sianosis
f. Anak dibawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala pneumonia yang
klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri yang
diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala pernapasan tak
teratur dan hipopnea.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran radiologis
Foto thorax ( PA/lateral ) merupaka pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan “ air bronchogram “ penyebab bronkogenik dan interstitial
serta gambaran kaviti. Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan
penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
lebih dari 10.000/ul kadang – kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan
jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah, dan
serologi. Kultur darah dapat postif pada 20 – 25% penderita yang tidak diobati.

9
Analisis gas darah menunjukan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik

8. Penatalaksanaan
Kriteria rawat inap
a. Bayi
 Saturasi oksigen ≤ 92%, sianosis
 Frekuensi napas > 60x/menit
 Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
 Tidak mau minum
 Keluarga tidak bisa merawat dirumah

b. Anak
 Saturasi oksigen < 92%
 Frekuensi napas > 50x/menit
 Distres pernapasan
 Grunting
 Terdapat dehidrasi
 Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Pasien dengan saturasi oksigen ≤ 92 % pada saat bernapas dengan udara kamar
harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen > 92%. Pada pneumonia berat atau asupan per oral
kurang, diberikan cairan intravena dan dilakukan balans cairan ketat. Fisioterapi dada
tidak direkomendasikan untuk anak dengan pneumonia. Antipiretik dan analgetik dapat
diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk. Nebulisasi dengan
β2 gonis dan atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucolliary clearance.
Pasien yang mendaparkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4 jam
sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.
Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak < 5 tahun
karena efektif melawan sebagian besar patogen yang menyebabkan pneumonia pada

10
anak, ditoleransi dengan baik dan murah. Alternatifnya adala c-amoxiclav, ceflacor,
eritromisin, dan azitromisin. M.pneumoniar lebih sering terjadi pada anak yang lebih
tua maka antibiotik golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris
pada anak ≥5 tahun. Makrolid diberikan jikan M.pneumoniae atau C.oneumonia
dicurigai sebagai penyebab. Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S.
Pneumoniae sangat mungkin sebagai penyebab. Jika S. aureus dicurigai sebagai
penyebab, diberikan makrolid atau kombinasi flucloxacilin dengan amoksisilin.
Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima obat
per oral ( misal karena muntah ) atau termasuk dalam derajat pneumonia bert. Antibiotik
intravena yang dianjutkan adalah : ampisisilin dan kloramfenikol, co-amoxiclav,
ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime. Pmeberian antibiotik oral harus
dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah mendapat antibiotik intravena.
Antibiotik untuk community acquired pneumonia
 Neonatus – 2 bulan : Ampisili + gentamisin
 > 2 bulan :
o Lini pertama ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
o Lini kedua Ceftriaxone
Bila klinis perbaikan antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan
antibiotik golongan yagn sama dengan antibiotik intravena sebelumnya. Pada anaka
dengan distres pernapasan berat, pmberian per oral harus dihindari. Makanan dapat
diberikan lewat Nasogastric Tube ( NGT ) atau intravena. Terapi harus diingat bahwa
pemasangan NGT dapat menekan pernapasan, khususnya pada bayi / anak dengan
lubang hidung kecil. Jika memang dibutuhkan, sebaiknya menggunakan ukuran yang
terkecil. Perlu dialkukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami
overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormon
antidiuretik.

Kriteria pulang :
a. Gejala dan tanda pneumonia menghilang
b. Asupan per oral adekuat

11
c. Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah ( per oral )
d. Keluarga menegrti dan setuhu untuk pmeberian terapi dan rencana kontrol
e. Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjut dirumah

9. Komplikasi

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis


purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
Komplikasi miokarditis ( tekana ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat,
dan gagal jantung ) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2 – 24 bulan.
Oleh karena itu miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk
melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan
pemeriksaan enzim.

2.10 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk pneumonia dalah :

o Pola hidup sehat termasuk tidak merokok


o Vaksinasi ( vaksin pneumokokal dan vaksin influenza ). Sampai saat ini masih
perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin tersebut
diutamakan untuk golongan risikio tinggi misalnya usia lanjut, penyakit kronik,
diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll. Vaksinasi ulang
direkomendasikan setelah > 2 tahun. Efek samping vaksinasi yang terjadi antara
lain raksi lokal dan reaksi yang jarang terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3.

11. Prognosis

Pada umumnya prognosa adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri
penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan
intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat.

“Plan”

12
Diagnosis masuk : Pneumonia
Diagnosis pulang : Pneumonia

Terapi di UGD:
- O2 2l/i nasal kanul
- IVFD D5% 8 gtt/i
- Inj. Dexamethason 3x2,5mg
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- Procaterol syrup 2x2ml
- Pipazetat Hcl syrup 3x1 cth
- Nebu ventolin /12jam

Follow Up

Tanggal S O A P
03/08/2017 Batuk (+), KU : Pneumonia - IVFD D5% 8 gtt/i
demam (+) Tampak sakit sedang
- Inj. Cefotxime
Kesadaran:
Composmentis 3x150mg
Nadi: 100 x/menit
- Inj. Dexamethason
RR: 28 x/menit
Suhu: 390C 3x2,5mg
Pemeriksaan Fisik:
- Paracetamol syrup
Thorax :
Aukulutasi : SP : 4x1 cth
bronkial, Ronchi +/+
- Procaterol syrup
2x2ml
- Pipazetat Hcl syrup
3x1 cth
- Azomax 1x ½ cth
- Lapifed 3 x ½ cth
- Nebu ventolin /12jam
04/08/2017 Batuk (+). KU : Pneumonia - IVFD D5% 8 gtt/i
Demam (+) Tampak sakit sedang
- Inj. Cefotxime
Kesadaran:

13
Composmentis 3x150mg
Nadi: 96 x/menit
- Inj. Dexamethason
RR: 24 x/menit
Suhu: 380C 3x2,5mg
Pemeriksaan Fisik:
- Paracetamol syrup
Thorax :
Aukulutasi : SP : 4x1 cth
bronkial, Ronchi +/+
- Procaterol syrup
2x2ml
- Pipazetat Hcl syrup
3x1 cth
- Azomax 1x ½ cth
- Lapifed 3 x ½ cth
- Nebu ventolin /12jam
05/08/2017 Batuk (-) KU : baik Pneumonia - IVFD D5% 8 gtt/i
Kesadaran:
- Inj. Cefotxime
Composmentis
Nadi 100 x/menit 3x150mg
RR: 24 x/menit
- Inj. Dexamethason
Suhu: 370C
Thorax : dbn 3x2,5mg
- Paracetamol syrup
4x1 cth
- Procaterol syrup
2x2ml
- Pipazetat Hcl syrup
3x1 cth
- Azomax 1x ½ cth
- Lapifed 3 x ½ cth
- Nebu ventolin /12jam
- BLPL

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam

14
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

15

Anda mungkin juga menyukai